Anda di halaman 1dari 11

Pada topik sebelumnya, kalian telah belajar tentang pewarisan sifat melalui

pembelahan sel. Pada topik ini, kalian akan belajar tentang prinsip pewarisan sifat
berdasarkan hukum Mendel. Apa itu hukum Mendel? Bagaimana prinsip pewarisan
sifat menurut hukum Mendel? Apa saja contoh pewarisan sifat berdasarkan hukum
Mendel dalam kehidupan sehari-hari? simak uraian berikut ini.
        Tentu kalian pernah melihat bunga mawar. Bunga mawar memiliki warna yang
bermacam-macam, bukan? Tahukah kalian bahwa beberapa warna bunga mawar
dihasilkan dari perkawinan dua bunga mawar yang berbeda warnanya. Selain itu
kalian juga dapat menghitung kemungkinan warna bunga yang dihasilkan dari
perkawinan dua warna bunga yang berbeda. Kemungkinan tersebut dapat dihitung
sama seperti kamu menghitung kemungkinan nomor yang keluar dari dadu yang
dilemparkan. Pada makhluk hidup perhitungan kemungkinan pewarisan sifat
menggunakan hukum Mendel. simak penjelasan berikut ini.

        Teori pewarisan sifat diperkenalkan oleh seorang biarawan asal Austria,


yaitu John Gregor Mendel. Mendel menemukan prinsip dasar pewarisan sifat
dengan cara menyilangkan tanaman ercis. Pohon ercis dipilih dalam percobaan ini
karena memiliki beberapa keunggulan diantaranya, memiliki banyak sifat beda
(tujuh sifat beda) yang menonjol, dapat melakukan penyerbukan sendiri, dapat
dikembangbiakkan dalam waktu yang cepat, serta dapat menghasilkan keturunan
yang banyak. Berikut ini merupakan tujuh sifat mencolok pada tanaman ercis.
                                                  
        Mendel melakukan percobaan dengan menyilangkan dua induk galur murni
yang memiliki satu sifat beda (enam sifat lainnya sama), yaitu ercis berbunga ungu
dengan ercis berbunga putih.
                                                       
Galur murni adalah tanaman yang melakukan penyerbukan sendiri secara terus-
menerus dan selalu menghasilkan keturunan yang sama dengan induknya, meskipun
ditanam berulang-ulang. Dari hasil penyilangan tersebut, ternyata diperoleh
keturunan pertama (F1) semua berbunga ungu. Penyilangan berikutnya, ercis
keturunan pertama tersebut dibiarkan melakukan penyerbukan sendiri, dihasilkan
ercis berbunga ungu dan ercis berbunga putih.
        Dari beberapa persilangan tersebut dapat disimpulkan bahwa sifat bunga putih
merupakan sifat resesif, sedangkan sifat bunga ungu merupakan sifat dominan.
Selain itu, gen bunga putih yang sifatnya resesif tidak hapus atau hancur pada
generasi F1, tetapi hanya tertutupi oleh keberasaan gen bunga ungu yang sifatnya
dominan. Untuk meningkatkan pemahaman tentang persilangan Mendel tersebut,
mari ilustrasikan dengan simbol berikut ini.
                        
Dari ilustrasi di atas terlihat bahwa perbandingan fenotip dari percobaan Mendel
tersebut adalah 3 : 1 = bunga ungu : bunga putih, sedangkan perbandingan
genotipnya adalah 1 : 2 : 1 = BB : Bb : bb. Berdasarkan hasil percobaan yang
dilakukan Mendel, dapat disimpulkan bahwa:

1. perbedaan pasangan gen akan menyebabkan variasi pada sifat makhluk hidup;
2. setiap pasangan gen dibentuk oleh dua alel (masing-masing induk memberi satu
alel untuk sifat tertentu);
3. alel dominan menjadi penentu sifat fenotip makhluk hidup. Alel dominan tersebut
menutup alel resesif; dan
4. memunculkan hukum Mendel I atau hukum segregasi yang menyatakan bahwa,
dua alel yang menentukan satu sifat tertentu, akan memisah (bersegregasi) saat
proses pembentukan gamet dan akhirnya berada pada gamet-gamet yang berbeda.

        Mendel menyimpulkan bahwa hukum segregasi dari percobaannya hanya


berlaku pada persilangan satu sifat (monohibrid), misalnya warna bunga. Mendel
kemudian melakukan persilangan dua sifat (dihibrid), misalnya warna dan bentuk
biji.
                                
Sifat bulat dominan terhadap keriput dan sifat kuning dominan terhadap hijau,
sehingga F1 seluruhnya berbiji bulat warna kuning. Pada persilangan F1 terhadap
sesamanya---atau jika dibiarkan melakukan penyerbukan sendiri---akan diperoleh
kombinasi keturunan sebagai berikut.
                

        Hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa seluruh generasi F1 memiliki


genotip YyRr dengan fenotip biji kuning bulat. Pada F2 perbandingan genotipnya
ada 9, sedangkan fenotipnya ada 4 yaitu kuning bulat : kuning kisut : hijau bulat :
hijau kisut = 9 : 3 : 3 : 1. Dari percobaan tersebut, Mendel berhasil menyusun
hukum Mendel II atau hukum pemilahan bebas yang menyatakan bahwa, setiap
pasangan alel bersegregasi secara bebas terhadap pasangan alel lain selama
pembentukan gamet.
        Pola pewarisan sifat tidak selamanya mengikuti hukum Mendel, seringkali
adanya penyimpangan. Salah satu bentuk penyimpangan dalam pola pewarisan
adalah adanya sifat intermediet. Pada peristiwa intermediet, tidak terdapat sifat
dominan atau resesif, sehingga penyilangan dua galur murni menghasilkan
keturunan yang berbeda. Contoh percobaan Mendel pada penyilangan Antirrhinum
majus bunga merah (MM) dengan bunga putih (mm) menghasilkan seluruh F1
berbunga merah muda (Mm). Jika F1 disilangkan sesamanya, maka F2 yang
dihasilkan berwarna merah, merah muda, dan putih dengan perbandingan 1 : 2 : 1.

Contoh Soal
Sifat apakah yang tampak dan dapat diamati secara langsung pada makhluk hidup?
Penyelesaian
Sifat yang tampak dan dapat diamati secara langsung pada makhluk hidup disebut
fenotip. Misalnya bunga ungu, biji bulat dan pohon kerdil.
Perkawinan Resiprok, Perkawinan Balik
dan Uji Silang
Pada topik sebelumnya kita telah menjelaskan perkawinan monohibrid dan dihibrid
yang mengikuti pola pewarisan sifat sesuai dengan hukum mendel. Selain
perkawinan monohibrid dan dihibrid, terdapat juga perkawinan lainnya yang
mengikuti pola pewarisan sifat sesuai hukum mendel. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini, kita akan membahas mengenai perkawinan resiprok, perkawinan
balik dan uji silang. Seperti apakah pola perkawinannya? Mari kita pelajari.

Perkawinan Resiprok
            Apa yang dimaksud dengan perkawinan resiprok? Perkawinan resiprok adalah
perkawinan ulang dengan menukarkan jenis kelamin individu yang dikawinkan,
tetapi jenis genotif keturunan yang dihasilkan tetap sama. Hal tersebut berarti
bahwa setiap jenis kelamin memiliki kesempatan yang sama untuk mewariskan sifat
yang dimilikinya. Misalnya, tanaman jantan (♂) berbuah besar heterozigot (Bb)
dikawinkan dengan tanaman betina (♀) buah kecil homozigot (bb), maka akan
menghasilkan keturunan berbuah besar heterozigot (Bb) dan berbuah kecil
homozigot (bb). Jika jenis kelamin diganti menjadi tanaman betina berbuah besar
heterozigot (Bb) dan tanaman jantan berbuah kecil homozigot (bb), maka keturunan
yang dihasilkan tetap sama, yaitu berbuah besar heterozigot (Bb) dan berbuah kecil
homozigot (bb).

            Umumnya, perkawinan resiprok dapat diterapkan pada perkawinan


monohibrid maupun dihibrid, tetapi kebanyakan diterapkan pada monohibrid.
Perkawinan resiprok dilakukan dengan menukarkan jenis kelamin pada individu
yang dikawinkankan, tetapi genotifnya tetap sama. Perkawinan resiprok
membuktikan hukum mendel I, bahwa pada saat pembentukan gamet, segregasi
terjadi secara acak atau bebas. Perkawinan resiprok juga membuktikan bahwa jenis
kelamin gamet tidak mempengaruhi sifat yang diwariskan kepada keturunan.
Perkawinan Balik (Back Cross)
            Dalam melakukan perkawinan, terkadang kita menginginkan agar keturunan
yang dihasilkan memiliki kualitas sejenis. Sebagai contoh, kita ingin memiliki
tanaman yang berbunga warna merah seluruhnya, dan jika dilakukan perkawinan
lagi, kita akan tetap memiliki tanaman berbunga warna merah. Untuk bisa
mendapatkan tanaman berbunga merah seperti yang kita inginkan itu, maka kita
melakukan perkawinan antara keturunan F1 dengan induk berbunga merah yang
homozigot dominan. Agar keturunan yang dihasilkan memiliki sifat dominan
seluruhnya. Jenis perkawinan antara F1 dengan salah satu induknya yang homozigot
dominan tersebut dikenal dengan istilah perkawinan balik (backcross).
Uji Silang (Test Cross)
            Uji silang (test cross) adalah perkawinan antara individu F1 yang tidak
diketahui genotifnya, dengan induk homozigot resesif. Kemudian, dari keturunan F2
dapat dilihat dan ditentukan bagaimana genotif yang dimiliki oleh F1. Sehingga, uji
silang (test cross) dilakukan untuk mengetahui jenis genotif dari individu F1 yang
dikawinkan tersebut.

            Misalnya, tanaman F1berbatang tinggi (?) yang tidak diketahui genotifnya,


dikawinkan dengan induknya, yaitu tanaman berbatang pendek homozigot resesif
(tt). Sehingga dihasilkan keturunan F2 sebanyak 50% berbatang tinggi dan 50%
berbatang pendek. Kemudian berdasarkan keturunan yang dihasilkan pada F2
tersebut, dapat disimpulkan bahwa individu F1 memiliki genotif heterozigot (Tt).

Anda mungkin juga menyukai