Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PERKEMBANGAN HEWAN

“Organogenesis”

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Agus Haryono, M.Si


Drs. Bejo Basuki, M.Si
Ririn Fahrina, M.Pd

Kelompok 6 :

Febbyolla Indah Lestari (193010209012)


Syari Alviaqomah (193010209015)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada kita
semua, karenanya dapatlah penulis menghimpun dan menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu
Pendidikan sesuai dengan jadwal. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Saw, beserta keluarga dan sahabat dan orang-orang yang mengikuti jejak
langkah beliau samapai hari kiamat.

Pembuatan makalah ini bertujuan antara lain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Perkembangan Hewan. Selain itu juga sebagai bahan untuk menambah wawasan penulis
tentang Organogenesis.

Harapan penulis pada makalah sederhana ini dapat berguna bagi pembaca sebagai bahan
tambahan dalam proses belajar mengajar di dalam ruang kuliah dan lainya. Kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan demi perbaikan makalah sederhana ini.
Segala sesuatu yang benar itu datangnya dari ALLAH SWT, dan yang salah adalah sifat
manusia.

Palangka Raya, Oktober 2021

Penyusun
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada kita
semua, karenanya dapatlah penulis menghimpun dan menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu
Pendidikan sesuai dengan jadwal. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Saw, beserta keluarga dan sahabat dan orang-orang yang mengikuti jejak
langkah beliau samapai hari kiamat.

Pembuatan makalah ini bertujuan antara lain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Perkembangan Hewan. Selain itu juga sebagai bahan untuk menambah wawasan penulis
tentang Organogenesis.

Harapan penulis pada makalah sederhana ini dapat berguna bagi pembaca sebagai bahan
tambahan dalam proses belajar mengajar di dalam ruang kuliah dan lainya. Kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan demi perbaikan makalah sederhana ini.
Segala sesuatu yang benar itu datangnya dari ALLAH SWT, dan yang salah adalah sifat
manusia.
Palangka Raya, Oktober 2021

Penyusun

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Organogenesis adalah suatu proses pembentukan organ yang berasal dari tiga lapisan
germinal embrio yang telah terbentuk terlebih dahulu pada tahap gastrulasi. Masing- masing
lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm akan membentuk suatu bumbung yang
akan berkembang menjadi sistem organ tertentu yang berbeda namun berkaitan satu dengan
yang lain. Pada organogenesis juga terjadi tahap pertumbuhan akhir embrio yaitu
penyelesaian secara halus bentuk definitif menjadi ciri suatu individu.

Lapisan-lapisan tersebut berkembang menjadi turunan jaringan dan organ masing-masing


pada saat dewasa. Misalnya lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung),
otak (sistem saraf), integumen (kulit), rambut dan alat indera. Lapisan Mesoderm akan
berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon), alat reproduksi (testis dan ovarium), alat
peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi
alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo. Imbas embrionik yaitu
pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio dalam pembentukan satu organ tubuh pada
makhluk hidup. Contohnya : Lapisan mesoderm dengan lapisan ektoderm yang keduanya
mempengaruhi dalam pembentukan kelopak mata. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi
menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo. Imbas
embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio dalam pembentukan satu organ
tubuh pada makhluk hidup. Contohnya : Lapisan mesoderm dengan lapisan ektoderm yang
keduanya mempengaruhi dalam pembentukan kelopak mata.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan organogenesis ?

2. Bagaimana proses organogenesis ?

3. Bagaiman tahapan-tahapan dalam ektoderm, endoderm dan mesoderm ?

C. TUJUAN

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan organogenesis

2. Mengetahui proses organogenesis.

3. Mengatahui tahapan-tahapan dalam ektoderm, endoderm dan mesoderm.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ORGANOGENESIS

Dalam perkembangan hewan, organogenesis (organo-genesis berasal dari kata Yunani


όργανον yaitu dengan mana yang bekerja", dan γένεσις "asal, penciptaan, generasi") adalah
proses di mana ektoderm, endoderm, dan mesoderm berkembang menjadi organ-organ
internal organisme. Organ-organ internal memulai pembangunan pada manusia dalam 3
sampai minggu ke-8 di dalam rahim. Lapisan dalam organogenesis dibedakan menjadi tiga
proses: lipatan, perpecahan, dan kondensasi. Mengembangkan selama tahap awal pada hewan
chordata adalah tabung saraf dan notochord. Semua hewan vertebrata memiliki proses
pembentukan gastrula dengan cara yang sama. Vertebrata mengembangkan pial neural yang
membedakan ke dalam banyak struktur, termasuk beberapa tulang, otot, dan komponen dari
sistem saraf perifer.

Organogenesis adalah proses pembentukan organ atau alat tubuh. Pertumbuhan ini diawali
dari pembentukan embrio (bentuk primitif) menjadi fetus (bentuk definitif) kemudian
berdiferensiasi menjadi memiliki bentuk dan rupa yang spesifik bagi keluarga hewan dalam
satu species. Organogenesis mencangkup proses transformasi atau perubahan bentuk serta
proses diferensiasi prosesyang terjadi secara terus menerus pada sel, jaringan untuk
membentuk struktur yang spesifik. Diferensiasi sel terjadi melalui interaksi sel yang
diperantarai oleh molekul signalling yang bervariasi.

Organogensisi dimulai akhir minggu ke 3 dan berakhir pada akhir minggu ke 8. Dengan
berakhirnya organogenesis maka cirri-ciri eksternal dan system organ utama sudah terbentuk
yang selanjutnya embryo disebut fetus.

Organogenesis terdiri dari dua periode, yaitu pertumbuhan antara dan pertumbuhan akhir.
Pada periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi transformasi dan differensiasi bagian-
bagian tubuh embryo dari bentuk primitive sehingga menjadi bentuk definitif. Pada periode
ini embryo akan memiliki bentuk yang khusus bagi suatu spesies. Pada periode pertumbuhan
akhir, penyelesaian secara halus bentuk definitive sehingga menjadi ciri suatu individu. Pada
periode ini embryo mengalami penyelesaian pertumbuhan jenis kelamin, watak (karakter
fisik dan psikis) serta wajah yang khusus bagi setiap individu.[1]

B. PROSES ORGANOGENESIS

Dalam berlangsungnya proses organogenesis memiliki dua periode atau tahapan yaitu:

1. Periode Pertumbuhan Antara

Periode ini terjadi transformasi dan diferensiasi bagian – bagian tubuh embrio sehingga
menjadi bentuk yang definitif, yang khas bagi suatu spesies. Seperi pada katak adanya tingkat
berudu.

2. Periode Pertumbuhan Akhir

Periode pertumbuhan akhir adalah periode penyelesaian bentuk definitif menjadi suatu
bentuk individu (pertumbuhan jenis kelamin, roman /wajah yang khas bagi suatu individu).
Namun pada aves, reptil dan mamalia batas antara periode antara dan akhir tidak jelas.

Organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh pada makhluk hidup (hewan dan
manusia). Organ yang dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio
pada fase gastrula yaitu:

a. Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (sistem saraf),
integumen (kulit), rambut dan alat indera.

b. Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon), alat


reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren.

c. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan
alat respirasi seperti pulmo. Imbas embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh
embrio dalam pembentukan satu organ tubuh pada makhluk hidup. Contohnya : Lapisan
mesoderm dengan lapisan ektoderm yang keduanya mempengaruhi dalam pembentukan
kelopak mata.

C. TAHAPAN DALAM EKTODERM, ENDODERM DAN MESODERM

1. TURUNAN EKTODERM

a. Pembentukan sistem saraf pusat

Bumbung neural akan berkembang menjadi sistem saraf pusat, yaitu otak dan sumsum tulang
belakang.

b. Pembentukan mata

Mata merupakan organ fotosensoris yaitu organ yang menerima rangsangan cahaya. Cahaya
masuk melintasi kornea, lensa, dan beberapa struktur refraksi di dalam orbita. Cahaya
kemudian difokuskan oleh lensa ke bagian saraf mata yang sensitif terhadap cahaya yaitu
retina. Retina mengandung sel-sel batang dan kerucut yang akan mengubah impuls cahaya
menjadi impuls saraf. Setelah melintasi suatu rangkaian lapisan sel saraf dan sel-sel
penyokong informasi penglihatan diteruskan oleh saraf optik ke otak untuk diproses.

1) Pembentukan mata embrio manusia terjadi pada usia kehamilan 6 minggu.

Prosensefalon bakal diensefalon berevaginasi ke arah lateral membentuk vesikula optic.

2) Vesikula optik menginduksi ektoderm epidermis di hadapannya untuk membentuk


penebalan / plakoda lensa.

3) Plakoda lensa berinvaginasi menjadi vesikula lensa, lalu menginduksi balik vesikula optik
→ vesikula optik berinvaginasi menjadi cawan optic.

4) Cawan optik berdiferensiasi menjadi dua lapisan, yaitu sebelah luar: lapisan berpigmen →
menjadi retina berpigmen; dan sebelah dalam: lapisan sensoris → menjadi retina sensoris.

5) Bagian pangkal cawan optik menyempit, disebut tangkai optik dan berhubungan dengan
diensefalon. Akson sel-sel ganglionik dari retina sensoris bertemu pada bagian dasar mata
sepanjang tangkai optik dan menjadi saraf optic.

6) Vesikula lensa melepaskan diri dari ektoderm epidermis → menjadi lensa. Lensa akan
berdiferensiasi menjadi transparan, berkaitan dengan perubahan struktur sel dan sintesis
protein spesifik yang disebut kristalin.

7) Lensa menginduksi ektoderm epidermis yang menutupinya → menjadi kornea. Kornea


akan menjadi jernih, karena pigmen pada sel-selnya menjdi hilang.

8) Bagian tepi cawan optik yang tidak ikut berubah menjadi retina sensoris akan berkembang
menjadi iris.

9) Lapisan koroid dan sklera dibentuk dari mesenkim yang berakumulasi mengelilingi bola
mata.
10) Ektoderm epidermis di depan kornea akan menjadi kelopak mata. Kematian sel-sel di
tengah-tengah bagian tersebut menyebabkan terpisahnya kelopak mata atas dan bawah.

c. Pembentukan kulit

Kulit adalah bagian paling luar dari jaringan tubuh kita lapisan terluar tubuh manusia. Kulit
membungkus tubuh kita. Pada saat kulit terkelupas, rasa perih menyengat. Hal itu
menunjukkan betapa kulit, selain membungkus tubuh, juga memberikan perlindungan bagi
jaringan jaringan di bawahnya. Pada tubuh kita, kulit meliputi seluruh jaringan kulit secara
umum, termasuk kulit wajah.[5] Proses pembentukan kulit:

1) Sampai umur 1 bulan, embrio manusia hanya memiliki penutup tubuh berupa selapis sel
ektoderm berbentuk kubus.

2) Sel-sel ektoderm membelah secara mitosis membentuk 2 lapisan, yaitu periderm (sebelah
atas) dan ektoderm (sebelah bawah). Periderm hilang sebelum bayi lahir.

3) Pada akhir bulan ke-2 sel-sel ektoderm berproliferasi membentuk 2-3 lapis sel yang
disebut stratum germinativum (stratum basale).

4) Stratum berikutnya terbentuk di atasnya, yaitu stratum spinosum.

5) Berikutnya terbentuk stratum granulosum yang terdiri dari 3-5 lapis sel; sel-selnya
memiliki granula keratohialin.

6) Berikutnya terbentuk stratum lusidum (pada kulit tak berambut/ kulit tebal) berupa selapis
tipis sel.

7) Selanjutnya terbentuk stratum korneum yang merupakan lapisan epidermis teratas. Sel-sel
mati dari startum korneum secara kontinyu dilepaskan dari permukaan kulit, digantikan oleh
sel-sel lusidum. Sel-sel lusidum digantikan oleh sel-sel dari lapisan granulosum, dan
seterusnya. Hal ini dapat terjadi karena sel-sel pada stratum germinativum selalu aktif
berproliferasi.

8) Dermis kulit dibentuk oleh sel-sel mesenkim yang berasal dari mesoderm somatik hipomer
atau dari dermatom epimer. Sel-sel mesenkim membentuk jaringan ikat, pembuluh darah,
serta otot polos penegak rambut (pada kulit berambut). Saraf dan ujung-ujung saraf yang
terdapat di dermis merupakan cabang dari saraf-saraf yang memasuki kulit.

d. Pembentukan wajah

Wajah adalah bagian tubuh yang terpenting untuk identitas. Wajah manusia sama dengan
wajah mamalia stadium filotipik. Semula wajah tampak sebagai mulut dan jidat (feon).
Pertumbuhan antara mulut dan jidat yang diatur oleh gen (morfogen) menimbulkan
perbedaan antara mamalia yang satu dengan yang lain. Terbentuknya lekukan hidung (nasal
pit) identitas wajah mulai Nampak. Di antara kedua lekukan timbul peninggian (nasal proses)
yang akan jadi batang hidung. Di sebelah lateral terjadi 2 alur (naso optic furrow), antara
nasal pit dan calon mata. Di bawah nasal pit, pertemuan calon maksile kanan-kiri belum
bertemu sehingga wajah masih banyak alur tampak seperti orang sumbing dan hidung pesek.

Perkembangan selanjutnya epiderm kanan dan kiri pada calon rahang atas bertemu dan
melebur, alur yang lain juga menutup, batang hidung meninggi, jarak antara mulut dan jidat
menjauh, mata berposisi kearah depan, mandibule terangkat dari bagian leher, akhirnya
menjadi wajah tetap manusia. Perkembangan tersebut dimulai dari kehamilan minggu ke 14-
19.

e. Pembentukan hidung

Proses pembentukan hidung dimulai dari pembentukan wajah pada akhir minggu ke-4 yang
ditandai dengan adanya tonjol- tonjol wajah yang dibentuk oleh pasangan lengkung faring
pertama. Selanjutnya tampak tonjol maksila dan mandibula, kemudian dan di sisi kanan kiri
prominensia frontonasalis muncul penebalan dari ektoderm permukaan yaitu placode nasal
(olfactorius).

Pada minggu ke-5 plakoda-plakoda hidung mengalami invaginasi membentuk lubang hidung,
dalam hal ini plakoda membentuk rigi jaringan yang mengelilingi masing-masing lubang dan
membentuk tonjol hidung. Tonjol yang berada ditepi luar lubang adalah tonjol hidung lateral
dan yang ada ditepi dalam adalah tonjol hidung medial.

Selama dua minggu selanjutnya tonjolan maxila terus bertambah besar ukurannya, tonjolan
ini tumbuh ke arah medial sehingga mendesak tonjol hidung ke arah garis tengah kemudian
celah antara tonjol hidung medial dan tonjol hidung maksila hilang dan keduanya bersatu
membentuk bibir atas.

Mula-mula tonjol hidung lateral terpisah oleh suatu alur yang dalam (alur
nasolakrimal).ektoderm dilantai alur ini membentuk sebuah tali epitel membentuk ductus
nasolacrimalis, ujung atasnya melebar membentuk saccus lacrimalis, setelah lepasnya tali
tersebut, tonjol maksila dan tonjol lateral menyatu. Hidung yang terbentuk dari tonjol frontal
membentuk jembatannya, gabungan tonjol-tonjol hidung medial membentuk lekung cuping
dan ujung hidung, dan tonjol hidung lateral membentuk sisinya (alae).

Selama minggu ke-6 lubang hidung makin bertambah dalam,karena tumbuhnya tonjol-tonjol
hidung yang ada disekitarnya dan sebagian lagi karena lubang ini menembus kedalam
mesenkim bawahnya. Dan pada saat dan pada saat itu diikuti juga dengan perkembangan
syaraf olfaktori. Pada minggu ke-7 dan ke-8 organ hidung akan terlihat dengan jelas.[6]

f. Pembentukan telinga

Telinga terbagi menjadi tiga yaitu: telingan dalam, tengah dan luar. Telinga dalam merupakan
perkembangan dari plakoda otika yang mengalami invaginasi ke arah rhombensefalon.
Telinga tengah merupakan sisa perkembangan katung faring II. Lubang telinga merupakan
sisa perkembangan celah faring II, sedang daun telinga merupakan pertumbuhan lengkung
faring I dan II.
Telinga tengah merupakan rongga derivate dari kantung faring berisi osikulus. Osikulus
terdiri dari maleus, inkus, dan stapes. Maleus kontak dengan membrane timpani, meneruskan
getaran ke inkus lalu ke stapes. Antara telinga dalam dan tengah terdapat jendela (fenestra).
Berhubungan dengan ronnga mulut melalui pipa eustachius.

Telinga luar terdiri dari daun telinga (pina) berasal dari peninggian lengkung faring I dan II.
Lubang telinga merupakan derivate celah faring I. Membran timpani merupakan lapis
mesodermal yang tidak tembus sehingga membentuk membrane sebagai penerima getaran.

2. TURUNAN ENDODERM

a. Pembentukan Saluran Pencernaan

Saluran pencernaan primitif terbagi menjadi 3 bagian, yaitu usus depan (fore gut), usus
tengah (mid gut), dan usus belakang (hind gut).

1) Usus depan: terbentuk oleh adanya pelipatan endodern atap arkenteron bagian anterior,
yang akan diikuti oleh mesoderm splanknik. Usus depan akan menjadi rongga mulut, faring,
esofagus, lambung dan duodenum.

2) Usus tengah: daerah arkenteron antara usus depan dan usus belakang. Usus tengah akan
menjadi yeyunum, ileum dan kolon.

3) Usus belakang: terbentuk oleh adanya pelipatan endodern atap arkenteron bagian
posterior, yang akan diikuti oleh mesoderm splanknik. Usus belakang akan menjadi rektum
dan kloaka atau anus.

Epitel saluran pencernaan terbentuk dari endoderm, kecuali epitel mulut dan anus–dari
ektoderm. Jaringan-jaringan / struktur-struktur lain penyususn saluran pencernaan dibentuk
oleh mesoderm splanknik.

1) Pembentukan Mulut

Mulut terbentuk pada bagian anterior usus depan. Invaginasi ektoderm (= lekuk stomodeum)
yang diikuti dengan evaginasi endoderm usus depan menyebabkan terbentuknya keping oral.
Keping oral makin lama makin menipis, akhirnya pecah → menjadi lubang mulut.

2) Pembentukan Anus

Anus terbentuk pada bagian posterior usus belakang. Invaginasi ektoderm (= lekuk
proktodeum) yang diikuti dengan evaginasi endoderm usus belakang menyebabkan
terbentuknya keping anal. Keping anal makin lama makin menipis, akhirnya pecah →
menjadi lubang anus.

b. Pembentukan Hati

Tunas (divertikulum) hati timbul sebagai evaginasi ke arah ventaral dari endoderm di antara
bakal lambung dan duodenum. Tonjolan endoderm tersebut dilapisi oleh mesenkim dan
mesoderm splanknik. Tunas hati kemudian bercabang-cabang membentuk hati, percabangan
bagian distal membentuk sel-sel parenkim sekretori, bagian proksimal membentuk sel-sel
duktus hepatikus.

1) Sel-sel hati (perenkim hati) dan sel-sel duktus hepatikus terbentuk dari endoderm.

2) Jaringan-jaringan lain dari hati dibentuk oleh mesenkim dan mesoderm splanknik.

3) Dari bagian akar tunas hati timbul tonjolan yang lain, yaitu tunas kantung empedu.

c. Pembentukan Pancreas

Pankreas tunggal berasal dari dua buah tonjolan endoderm di dekat tunas hati (1 diventral dan
1 di dorsal). Kedua tonjolan tersebut kemudian bercabang-cabang dan berfusi membentuk
pankreas tunggal.

1) Sel-sel pankreas sekretori (asini pankreas) dan sel-sel duktus pankreatik dibentuk dari
sel-sell endodermal.

2) Pulau-pulau Langerhans dibentuk dari sel-sell endodermal. Pada awal


perkembangannya, kelompok sel-sel endodermal ini menjadi terpisah dan terperangkap
dalam mesoderm di antara asini pankreas. Kelompok-kelompok tersebut termodifikasi
menjadi sel-sel pulau Langerhans. Di dalam pankreas manusia dewasa terdapat 200.000
sampai 1.800.000 pulau Langerhans.

d. Pembentukan Trakea dan Paru-paru

Pembentukan trakea dan paru-paru berkaitan dengan saluran pencernaan.

1) Pada usus depan di perbatasan faring dan esofagus terjadi evaginasi endoderm ke arah
ventral membentuk lekuk laringo trakea.

2) Lekuk laringotrakea memanjang, kemudian memisahkan diri dari usus depan dan akan
tumbuh ke arah posterior sebagai trakea yang terletak di sisi ventral esofagus. Endoderm
yang berasal dari usus depan membentuk bagian epitel trakea, sedangkan tulang rawan,
jaringan ikat dan ototnya berasal dari mesenkim disekitarnya.

3) Sementara memanjang, kedua ujung trakea menggelembung → menjadi tunas paru-


paru.

4) Mesoderm akan menginduksi tunas paru-paru untuk terus tumbuh dan membentuk
percabangan bronkus dan bronkiolus. Di akhir percabangan, epitel akan menipis dan
terbentuklah alveolus.

5) Epitel bronkus sampai dengan alveolus terbentuk dari endoderm, demikian pula dengan
kelenjar-kelenjarnya; sedangkan jaringan ikat dan otot pada paru-paru terbentuk dari
mesenkim. Pleura yang membungkus paru-paru berasal dari mesoderm splanknik.
e. Pembentukan Kandung Kemih

Kandung kemih terbentuk dari sinus urogenitalis, yang merupakan hasil pemisahan kloaka
menjadi dua bagian: sinus anorektal dan sinus urogenital. Sinus urogenital sendiri terdiri dari
tiga bagian: bagian atas membentuk kandung kemih, bagian berikutnya membentuk sinus
urogenitalis bagian panggul (pada pria membentuk uretra) dan bagian terakhir membentuk
sinus urogenitalis (bagian penis)

f. Pembentukan Uretra

Uretra terbentuk dari endoderm (bag. epitel) dan mesoderm spanknik (bag. jaringan
penyambung dan otot polos). Akhir bulan ke-3, epitel uretra membentuk tonjolan keluar,
yang pada laki-laki akan membentuk kelenjar prostat sedang pada perempuan membentuk
kelenjar uretra dan parauretra.

g. Pembentukan Alat Reproduksi

1) Pembentukan testis

Kromosom Y yang terdapat pada embrio (pria) akan mengubah gonad primitif menjadi testis.
Ciri khas dari pembentukan testis adalah perkembangan bagian medula yang lebih pesat
dibandingkan dengan bagian korteks yang menghilang. Bagian medula akan berkembang
menjadi tubulus seminiferus, sedangkan di bagian perifernya akan muncul tunika albuginea
yang merupakan suatu jaringan ikat fibrosa.

Selain itu terdapat sel Sertoli (berasal dari epitel permukaan kelenjar) dan sel Leydig (berasal
dari rigi kelamin) pada korda testis. Tubulus seminiferus akan terhubung ke duktus
mesonefros melalui saluran duktus eferens.

Kemudian pada akhir bulan ke-2 akan terjadi perubahan posisi testis menjadi lebih turun
(mendekati posisi phallus/penis). Penyebab penurunan (desensus) testis ini masih belum jelas,
namun diperkirakan perkembangan organ-organ abdomen yang begitu pesat akan mendorong
turun testis.Pembentukan duktus genitalis.

Duktus genitalis pada pria terbentuk dari duktus mesonefros, sedangkan duktus
paramesonefros menghilang. Duktus mesonefros akan berhubungan dengan tubulus
seminiferus (testis) melalui duktus eferens, sedangkan bagian duktus mesonefros yang masih
melekat di testis namun tidak membentuk hubungan dengan testis disebut epididimis. Bagian
selanjutnya dari duktus mesonefros berbentuk panjang dandisebut duktus deferens yang
berujung ke vesikulaseminalis. Daerah duktus lain di luar vesikula seminalis disebut duktus
ejakulotorius.

2) Pembentukan duktus genitalis dan vagina

Pada pembentukan duktus genitalis wanita, bagian yang berkembang menjadi duktus adalah
duktus paramesonefros, sedangkan duktus mesonefros akan menghilang. Tuba uterina
terbentuk dari bagian kranial duktus paramesonefros, sedangkan bagian kaudalnya akan
bertemu dengan duktus paramesonefros lain dari sisi ipsilateral, menyatu dan mengalami
penebalan-penebalan sehingga terbentuklah korpus uteri dan serviks. Ujung padat duktus
paramesonefros ini akan mengalami penojolan yang disebut bulbus sinovaginalis yang
berproliferasi membentuk lempeng vagina. Pelebaran pada lempeng vagina akan membentuk
forniks vagina yang terdapat lumen di tengahnya, kelak berkembang menjadi selaput dara
(himen).

3. TURUNAN MESODERM

a. Pembentukan Ginjal

Ginjal merupakan turunan dari mesoderm intermedier (mesomer). Pembentukan ginjal


embrio vertebrata ditandai dengan adanya penonjolan pada mesoderm intermedier di daerah
anterior embrio, yang disebut nefrotom. Selanjutnya perkembangan ginjal berlangsung dari
anterior ke posterior, dimulai dengan pembentukan ginjal tipe pronefros, kemudian
mesonefros, dan terakhir metanefros. Semua tahapan terjadi pada pembentukan ginjal hewan
amniota. Perkembangan ginjal hewan anamniota hanya sampai tahap mesonefros.

Tahap-tahap perkembangan ginjal embrio vertebrata adalah sebagai berikut:

1) Nefrotom membentuk pronefros, yang terdiri dari nefrostom yang berhubungan dengan
coelom, tubulus pronefros, dan duktus pronefros yang berjalan ke arah posterior. Bagian
anterior mesoderm intermedier bersegmen, tetapi bagian posteriornya bersatu membentuk
jaringan nefrogenik. Pada embrio amniota pronefros sangat vestigial dan segera
berdegenerasi.

2) Pada umur embrio yang lebih tua, jaringan nefrogenik di sebelah posterior pronefros
akan membentuk mesonefros yang terdiri dari: tubulus-tubulus mesonefros yang akan
bermuara di dalam duktus pronefros bagian posterior yang disebut duktus mesonefros
(saluran Wolff), dan kapsula yang akan diisi oleh glomerulus.

Mesonefros merupakan ginjal definitif pada hewan anamniota, sedangkan pada amniota
hanya berfungsi sebelum terbentuknya ginjal metanefros.

3) Pada umur embrio yang lebih lanjut, dari bagian posterior saluran Wollf timbul tunas
mesonefros yang akan memanjang menjadi ureter, bagian ujungnya melebar dalam jaringan
nefrogenik yang tersisa untuk menginduksi pembentukan metanefros, yang merupakan ginjal
definitif pada amniota. Metanefros merupakan ginjal yang paling sempurna, masing-masing
ginjal mengandung ribuan nefron.

b. Pembentukan Gonad

Gonad merupakan turunan mesoderm intermedier, dibentuk sebagai suatu penebalan pada
permukaan ventromedian mesonefros, yang disebut pematang genital. Pematang genital
terdiri atas mesenkim di bagian dalam dan epitel di bagian luar yang disebut epitel germinal.

1) Primordial germ cells (bakal sel kelamin = BSK) yang berasal dari endoderm kantung
yolk dibawa mendekati pematang genital,melalui aliran darah (pada aves), atau oleh aliran
sel-sel di sekitarnya, kemudian memasuki pematang genital secara aktif dengan gerakan
pseudopodia → menempati lapisan epitel pematang genital.

2) Setelah BSK tertanam di epitel germinal, epitel germinal mencembung ke arah coelom,
dan menumbuhkan pita-pita seks primitif ke arah dalam. BSK juga bermigrasi ke pita-pita
seks primitif. Mesenkim di sela-sela pita-pita seks primitif diisi oleh pembuluh darah yang
mensuplai gonad. Bagian bakal gonad yang tersusun atas epitel germinal disebut bagian
korteks, sedangkan bagian yang mengandung pita-pita seks primitif disebut medula. Gonad
pada tahap ini disebut gonad indiferen.

3) Pembentukan testis

a) Bagian korteks gonad indiferen tereduksi. BSK dari bagian korteks akan bermigrasi ke
pita-pita seks primitif di medula.

b) Pita-pita seks primitif akan membentuk rongga → menjadi tubulus seminiferus; BSK di
dalamnya akan menjadi spermatogonium, epitelnya akan menjadi sel Sertoli.

3) Pembentukan ovarium

a) Bagian medula gonad indiferen tereduksi; pita-pita seks primitif direduksi, kemudian
medula diisi oleh sel-sel mesenkim dan pembuluh darah.

b) Bagian korteks menebal, BSK di dalamnya menjadi oogonium. Sel-sel epitel korteks
membentuk sel-sel folikel. Oogonium memasuki tahap awal oogenesis dan berkembang
menjadi oosit. Oosit beserta sel-sel folikel membangun folikel telur.

c. Pembentukan Rangka

Pembentukan sitoskleton berawal dari diferansiasi mesenkim, yaitu terjadi pembentukan


substansi antar sel (matrik). Sel mesenkim yang membentuk serabut (fibril) membentuk
fibroblast struktur antar sel yang mengandung fibril menjadi jaringan ikat fibrosa. Sel
mesenkim yang tidak membentuk serabut berkembang jadi kondrosit dan osteosit. Struktur
antar sel yang tidak berserabut akan jadi kartilago hialin.

1) Pembentukan jaringan ikat

Jaringan ikat embio berupa jaringan yang longga atau seperti lender (mucoid). Perkembangan
selanjutnya menjadi seperti jala (reticuler). Sel mesenkim makin jarang dan membentuk
serabut, substansi-substansi antara sel makin lebar. Sel mesenkim menjadi fibroblast yang
dapat berkembang jadi sel lain yaitu kondrosit, miosit, osteosit.

Jaringan ikat dapat dibedakan tipe fibrosa dan adipose atas dasar beda struktur matrik. Tipe
fibrosa dibedakan: retikuler (seperti jaring), fibrosa (serabut kolagen), dan elastic (serabut
elastic). Tipe adipose atau jaringan lemak, selnya besar, serabutnya terdesak oleh sel.

2) Pembentukan tulang rawan


Kartilago sebenarnya termasuk jaringan ikat, tetapi matriknya keras. Kartilago berasal dari
mesenkim menjadi kondropblast dan mengeluarkan secret sel atau substansi antara sel:
kolagen, kondroitin sulfat, kondromukoprotein atau disebut kondrin. Karena matrik yang
besar maka kondrosit terdesak dan berada dalam rongga. (lacunae).

Tonjolan sel mesenkim yang akan membentuk kartilago mengalami reduksi dan akhirnya
menghilang atau sebagai prekartilago. Selanjutnya mengalami diferensiasi menjadi kartilago
hialin, fibrosa, dan elastic. Satu sama lain berbeda karena struktur matriknya. Kartilago hialin
dengan substansi antar sel homogeny, amorpus, terdapat pada sendi tulang panjang. Kartilago
fibrosa dengan substansi antar selnya terdapat serabut , terdapat pada antar ruas vertabra.
Kartilago elastic dengan substansi antara sel berupa serabut elastic yang bergelombang,
terdapat pada daun telinga.

3) Pembentukan tulang

Tulang terbentuk dari proses klasifikasi, yaitu pengendapan garam kalsium pada matrik. Ada
2 proses yaitu klasifikasi intermembran dan endokondral. Penulangan intramembran terjadi
pada ruang sempit (osein) yang dikelilingi oleh serabut kolagen, juga terdapat sel tulang
(osteoblast). Endapan kalsium terjadi pada osein, sehingga mengeras sebagai tulang. Osein
punya lanjutan sebagai specula juga menjadi keras karena endapan kalsium dan membentuk
trabekula. Sel tulang (osteosit) sendiri berada dalam lacuna. Penulangan intra membrane
terjadi pada tulang pipih seperti tengkorak. Ada bagian periosteum yang belum menulang
sehingga memungkinkan tengkorak dapat tumbuh besar sebelum masa pertumbuhan selesai.

Pembentukan tulang secara endokondral dan perikondral terjadi pada tulang panjang anggota
badan. Semula mesenkim mengalami kondensasi akhirnya menjadi kartilago. Selanjutnya
kartilago mengalami erosi karena enzim dari sel osteoklas. Kemudian kartilago disubsitusi
oleh garam kalsium menjadi tulang. Kalsium dibawa oleh aliran darah yang masuk kartilago.

Proses penulangan dimulai dari bagian tengah tulang rawan. Bagian ujung atau sendi masih
ada sel tulang rawan yang memungkinkan untuk pertumbuhan memanjang. Bagian lingkaran
luas sebagai perikondrium juga belum menulang. Proses penulangannya disebut perikondrial
yang memungkinkan tulang tumbuh membesar.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pengertian Organogenesis

Organogenesis adalah proses pembentukan organ atau alat tubuh. Pertumbuhan ini diawali
dari pembentukan embrio (bentuk primitif) menjadi fetus (bentuk definitif) kemudian
berdiferensiasi menjadi memiliki bentuk dan rupa yang spesifik bagi keluarga hewan dalam
satu species. Organogenesis mencangkup proses transformasi atau perubahan bentuk serta
proses diferensiasi prosesyang terjadi secara terus menerus pada sel, jaringan untuk
membentuk struktur yang spesifik. Diferensiasi sel terjadi melalui interaksi sel yang
diperantarai oleh molekul signalling yang bervariasi.

2. Proses Organogenesis

a. Pertumbuhan antara
Periode ini terjadi transformasi dan diferensiasi bagian – bagian tubuh embrio sehingga
menjadi bentuk yang definitif, yang khas bagi suatu spesies. Seperi pada katak adanya tingkat
berudu.

b. Pertumbuhan akhir

Organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh pada makhluk hidup (hewan dan
manusia). Organ yang dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio
pada fase gastrula yaitu ectoderm, endoderm dan mesoderm.

3. Tahapan dalam Ektoderm, Endoderm dan Mesoderm

a. Ectoderm meliputi. Pembentukan system saraf pusat, pembentukan mata, pembentukan


kulit, pembentukan wajah, pembentukan hidung dan pembentukan telinga.

b. Endoderm meliputi, pembentukan saluran pencernaan, pembentukan hati, pembentukan


pancreas, pembentukan trakea dan paru-paru, pembentukan kandung kemih, pembentukan
uretra, dan pembentukan alat reproduksi.

c. Mesoderm meliputi, pembentukan ginjal, pembentukan gonad, pembentukan rangka.

B. SARAN

Pembahasan tentang Organogenesis dalam makalah ini, masih sangatlah jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu jika ada kesalahan dan kekurangannya, penulis memohon
untuk di benarkan, karena penulis sangat membutuhkna saran yang membantu penulis demi
kemajuan dan keluasan ilmu pengetahuan dan untuk perbaikan penulisan makalah
kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

file:///D:/KULIT%20%20PENGERTIAN%20KULIT.htm(Oktober 2021)

http://goth-id.blogspot.com/2012/04/organogenesis.html(Oktober, 2021)

http://joogee2-chocohazenut.blogspot.com(Oktober, 2021)

https://swahiyuni.wordpress.com/2014/02/25/proses-pembentukan-mata-pada-hewan-
vertebrata/(Oktober, 2021)

Anda mungkin juga menyukai