Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah Pengantar


Manajemen

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Amara Putri Nur A (NPM : 4122.4.22.11.0218)
Ananda Rizky Chaecarina (NPM : 4122.4.22.11.0074)
Aulia Yasmin (NPM : 4122.4.22.11.0118)
Indri Apriliani (NPM : 4122.4.22.11.0140)
Ineu Amanah (NPM : 4122.4.22.11.0113)
Nida Fitri Fatimah (NPM : 4122.4.22.11.0053)
Niken Amelya (NPM : 4122.4.22.11.0182)

Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Winaya Mukti


2023
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji hanya milik

Allah SWT. Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat-Nya yang telah

melimpahkan rahmat, rizki, serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga makalah

yang berjudul “Pengambilan Keputusan” ini dapat kami selesaikan dengan baik

dan tepat waktu. Kami berharap makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan

dan pengalaman bagi pembaca dan bermanfaat untuk kita semua.

Demikianlah makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam

penulisan ataupun adanya ketidak sesuaian materi yang kami angkat pada

makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami harapkan kepada

pembaca untuk memberikan masukan yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................................3

C. Tujuan...................................................................................................................3

BAB II...............................................................................................................................5

PEMBAHASAN...............................................................................................................5

A. Pengertian pengambilan keputusan....................................................................5

B. Tujuan Pengambilan Keputusan........................................................................6

C. Dasar Pengambilan Suatu Keputusan................................................................7

D. Faktor Pengambilan Keputusan.........................................................................8

E. Tahapan Pengambilan Keputusan....................................................................10

F. Gaya Pengambilan Keputusan..........................................................................11

G. Jenis dan Kondisi Pengambilan Keputusan.................................................15

H. Model Pengambilan Keputusan....................................................................16

ii
I. Proses Pengambilan Keputusan........................................................................18

J. Macam-Macam Keputusan Manajemen..........................................................20

BAB III...........................................................................................................................22

KESIMPULAN..............................................................................................................22

A. Kesimpulan.........................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap organisasi atau perusahaan tidak akan terlepas dari

manajemen. Dalam organisasi, manajemen berperan sebagai alat yang

menggerakkan suatu organisasi atau perusahaan untuk mendapatkan suatu

tujuan yang ingin dicapai. Namun, sering kali masalah timbul saat

pelaksanaan untuk mencapai suatu tujuan. Jika ditinjau, masalah-masalah

ini bukan hanya disebabkan dari pihak internal, masalah bisa juga

ditimbulkan dari pihak eksternal. Tentu saja baik masalah internal maupun

eksternal ini harus diselesaikan dengan baik. Keberhasilan dalam

menyelesaikan masalah-masalah ini dapat menjadi tolak ukur keberhasilan

karier manajemen dalam hal pelaksanaan untuk mencapai tujuan

perusahaan tersebut.

Manajemen membutuhkan informasi sebagai dasar pengambilan

keputusan mereka. Tiap-tiap manajemen mempunyai proses yang berbeda-

beda dalam mengambil keputusan. Kegiatan pembuatan keputusan

meliputi pengindentifikasi masalah, pencarian alternatif penyelesaian

masalah, evaluasi dari pada alternatif tersebut, dan pemilihan alternatif

keputusan yang terbaik.

1
Ketika menyelesaikan masalah yang timbul, diperlukan peran

seorang manajer. Dalam proses pengambilan keputusan tidak akan terlepas

dari peran seorang manajer, karena seorang manajer akan sering diminta

bertindak terhadap hal-hal yang bersifat memutuskan. Keputusan-

keputusan ini yang akhirnya akan diambil dan dijadikan langkah

selanjutnya sehingga manajemen dapat terlaksana. Dalam pengambilan

keputusan pun, seorang manajer dituntut untuk berpikir kritis dalam

memecahkan masalah. Karena keputusan ini ditujukan untuk masa yang

akan datang, setiap pengambil keputusan harus bertanggung jawab atas segala

resiko keputusan yang diambilnya.

Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa tak ada satupun fungsi

manajemen yang dapat terlaksana tanpa adanya proses pengambilan

keputusan oleh pengambil keputusan. Pada akhirnya, kegiatan

pengambilan keputusan yang cepat dan tepat merupakan bagian dari kegiatan

organisasi dimaksudkan agar permasalahnya yang akan menghambat roda

organisasi dapat segera terpecahkan dan terselesaikan sehingga suatu

organisasi dapat berjalan secara efisien dan efektif dalam rangka mencapai

suatu tujuan organisasi.

Dari uraian diatas perlu diketahui betapa berpengaruhnya

pengambilan keputusan dalam suatu organisai, untuk lebih memahami

tentang hal tersebut maka kami tertarik untuk mengambil judul

“PENGAMBILAN KEPUTUSAN”.

2
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pengambilan keputusan?

2. Apa tujuan dari pengambilan keputusan?

3. Apa dasar dari pengambilan suatu keputusan?

4. Faktor apa saja yang mempengaruhi dalam pengambilan

keputusan?

5. Tahap apa saja yang dilakukan dalam pengambilan keputusan?

6. Ada berapa gaya dalam pengambilan keputusan?

7. Apa saja jenis dan kondisi dalam pengambilan keputusan?

8. Model apa saja yang terlibat dalam pengambilan keputusan?

9. Bagaimana proses pengambilan suatu keputusan?

10. Ada berapa macam dalam pengambilan keputusan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengambilan

keputusan

2. Untuk mengetahui apa saja tujauan dari pengambilan keputusan

3. Untuk mengetahui apa saja dasar dari pengambilan keputusan

4. Untuk mengetahui apa saja faktor faktor yang mempengaruhi

dalam pengambilan keputusan

5. Untuk mengetahui tahapan dalam pengambilan keputusan

3
6. Untuk mengetahui gaya apa saja yang dipakai dalam pengambilan

keputusan

7. Untuk mengetahui jenis dan kondisi dalam pengambilan keputusan

8. Untuk mengetahui model dalam pengambilan keputusan

9. Untuk mengetahui cara proses pengambilan suatu keputusan

10. Untuk mengetahui macam-macam dalam pengambilan keputusan

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian pengambilan keputusan

Menurut Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Save, 2006:185),

pengambilan keputusan (decision making) merupakan pemilihan

keputusan atau kebijakan yang didasarkan atas kriteria tertentu. Proses ini

meliputi dua alternatif atau lebih karena seandainya hanya terdapat satu

alternatif tidak akan ada satu keputusan yang akan diambil.

Pengambilan keputusan yaitu sebuah proses dinamis yang

dipengaruhi oleh banyak kekuatan termasuk lingkungan organisasi dan

pengetahuan, kecakapan dan motivasi. Pengambilan keputusan adalah

ilmu dan seni pemilihan alternatif solusi atau alternatif tindakan dari sejumlah

alternatif solusi dan tindakan yang tersedia guna menyelesaikan masalah

(Dermawan, 2004).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Pengambilan

keputusan atau decision making merupakan suatu proses pemilihan

alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk digunakan

sebagai suatu cara pemecahan masalah.

5
B. Tujuan Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan merupakan proses penting dalam

kehidupan individu dan organisasi. Tujuan pengambilan keputusan bisa

berbeda-beda tergantung pada konteksnya. Namun, secara umum, terdapat

dua jenis tujuan utama dalam pengambilan keputusan yaitu tujuan bersifat

tunggal (single-purpose) dan tujuan bersifat ganda (multi-purpose).

Tujuan bersifat tunggal (single-purpose) hanya fokus pada satu

tujuan atau sasaran yang ingin dicapai. Keputusan yang diambil hanya

berorientasi pada satu tujuan saja dan terjadi apabila keputusan yang

dihasilkan hanya menyangkut satu masalah, tidak ada kaitannya dengan

masalah lain. Contohnya adalah ketika seorang pelatih sepak bola harus

memilih antara dua pemain untuk memulai pertandingan. Keputusan yang

diambil hanya bertujuan untuk memilih pemain yang paling baik dan

sesuai untuk memulai pertandingan.

Sementara itu, tujuan bersifat ganda (multi-purpose) melibatkan

beberapa tujuan atau sasaran yang ingin dicapai. Keputusan yang diambil

harus mempertimbangkan banyak faktor, dan tujuan yang ingin dicapai

tidak hanya satu. Terjadi apabila keputusan yang dihasilkan menyangkut

lebih dari satu masalah, keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan

dua atau lebih masalah yang bersifat kontradiktif atau tidak kontradiktif.

Contohnya adalah ketika seorang investor harus memutuskan untuk

memilih saham yang tepat untuk investasi jangka panjang. Keputusan yang

6
diambil harus mempertimbangkan banyak faktor seperti pertumbuhan

perusahaan, stabilitas keuangan, dan potensi pendapatan.

Dalam konteks pengambilan keputusan organisasi, tujuan bersifat

ganda mungkin lebih sering ditemukan karena keputusan yang diambil

harus mempertimbangkan banyak faktor yang saling terkait. Namun,

dalam kehidupan sehari-hari, baik individu maupun organisasi dapat

mengalami pengambilan keputusan dengan tujuan yang bersifat tunggal

ataupun ganda tergantung pada situasinya.

C. Dasar Pengambilan Suatu Keputusan

Ralph M. Stogdill dan Koontz & O’Donnell mengutip pendapat

W.G. Scott dan R. Terry bahwa dasar pengambilan keputusan adalah

mengenai suatu keadaan yang memerlukan tindakan untuk mengatasi

masalah atau memanfaatkan peluang. Menurut R. Terry, dasar

pengambilan keputusan meliputi lima unsur yaitu intuisi, pengalaman,

fakta, wewenang, dan rasional.

1. Intuisi

Pengambilan keputusan yang berdasarkan pada perasaan yang mana

sifatnya subjektif.

2. Pengalaman

Pengambilan keputusan yang didasari oleh pengalaman-pengalaman yang

pernah terjadi sebelumnya.

7
3. Fakta

Pengambilan keputusan yang bersifat nyata dan tidak dibuat-buat, dengan

fakta akan menghasilkan keputusan yang baik dan sehat, sehingga orang

akan menerima keputusan itu dengan lapang dada.

4. Wewenang

Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh

pimpinan terhadap bawahannya, atau oleh orang yang lebih tinggi

kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya.

5. Rasional

Keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan dan

konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala

tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai

dengan apa yang diinginkan. Pengambilan keputusan secara rasional ini

berlaku sepenuhnya dalam keadaan yang ideal.

D. Faktor Pengambilan Keputusan

Menurut Syamsi, terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan. Pertama adalah

keadaan internal, di mana keputusan yang memerlukan biaya namun

keadaan yang tidak mendukung dapat mengurangi kualitas keputusan.

Namun, biasanya keputusan tetap diambil dengan mempertimbangkan dan

menyesuaikan dengan keadaan.

8
Faktor selanjutnya adalah tersedianya informasi yang diperlukan.

Sebuah keputusan diambil untuk mengatasi masalah di dalamnya. Untuk

itu, perlu pengumpulan data yang memiliki kaitan langsung dan tidak

langsung dengan masalah tersebut. Data-data tersebut kemudian diolah

sehingga akhirnya menjadi informasi. Informasi yang diperlukan haruslah

lengkap sesuai kebutuhan, terpercaya, dan masih aktual. Dengan informasi

yang cukup, pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan baik.

Keadaan ekstern juga mempengaruhi pengambilan keputusan, di

mana pengambil keputusan harus mempertimbangkan lingkungan luar

seperti ekonomi, sosial, politik, hukum, dan budaya. Keputusan yang

diambil haruslah sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku.

Terakhir, kepribadian dan kecakapan pengambil keputusan juga

memengaruhi kualitas keputusan yang diambil. Penilaian, kebutuhan,

tingkat kecerdasan, kapasitas, keterampilan, dan faktor lainnya juga

mempengaruhi keputusan yang diambil. Oleh karena itu, pengambil

keputusan harus memperhatikan semua faktor tersebut untuk dapat

mengambil keputusan yang tepat.

Berdasarkan faktor-faktor pengambilan keputusan menurut Syamsi

(2000) yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam

pengambilan keputusan perlu dipertimbangkan kondisi internal dan

eksternal, serta tersedianya informasi yang lengkap, terpercaya dan aktual.

Selain itu, kepribadian dan kecakapan pengambil keputusan juga

9
mempengaruhi keberhasilan pengambilan keputusan. Oleh karena itu,

penting bagi pengambil keputusan untuk memiliki keterampilan dan

kapabilitas yang cukup dalam memilih alternatif keputusan dan

mempertimbangkan lingkungan luar dalam pengambilan keputusan,

sehingga keputusan yang diambil tepat dan sesuai dengan peraturan

hukum yang berlaku.

E. Tahapan Pengambilan Keputusan

Herbert A. Simon (1977) mengidentifikasi tiga fase utama dalam

pengambilan keputusan: inteligensi, desain, dan kriteria, serta

menambahkan fase keempat yaitu implementasi. Fase monitoring dapat

dianggap sebagai fase kelima. Model ini merupakan karakterisasi yang

paling kuat dan lengkap mengenai pengambilan keputusan rasional.

Tahap-tahap pengambilan keputusan tersebut meliputi tahap pemahaman

(Intelligence), perancangan (Design), pemilihan (Choice), dan

implementasi (Implementation).

Tahap penelusuran adalah proses penelusuran dan pendeteksian

dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Tahap

perancangan dilakukan dengan melakukan perancangan seperti

perancangan fitur, menu aplikasi, perancangan data, perancangan

arsitektur, perancangan interface, dan perancangan prosedur. Tahap

pemilihan dilakukan dengan memilih di antara berbagai alternatif tindakan

yang mungkin dijalankan, dan tahap implementasi merupakan tahap di

10
mana keputusan yang diambil diimplementasikan. Kesimpulannya, model

pengambilan keputusan Herbert A. Simon memberikan panduan yang jelas

dalam proses pengambilan keputusan yang rasional.

Berikut gambar konseptual mengenai proses pengambilan

keputusan ditunjukkan pada gambar dibawah,

F. Gaya Pengambilan Keputusan

Gaya pengambilan keputusan adalah cara atau metode yang dipilih

seseorang dalam mengambil keputusan. Terdapat beberapa pendekatan

dan model dalam memahami gaya pengambilan keputusan, di antaranya

adalah pendekatan yang dikemukakan oleh Kuzgun dan model yang

dikemukakan oleh S.P. Robins dan DA. DeCenzo.

Menurut Kuzgun, terdapat empat gaya pengambilan keputusan, yaitu:

11
1. Rasional: Pengambil keputusan yang menggunakan gaya ini

mengumpulkan informasi secara cermat dan objektif, menganalisis

informasi tersebut secara logis dan sistematis, serta mempertimbangkan

semua alternatif sebelum membuat keputusan. Gaya ini cenderung dipilih

oleh orang yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi dan

memprioritaskan kebenaran dan rasionalitas. Para pembuat keputusan

rasional menerima tanggung jawab untuk pilihan yang berasal dari internal

locus of control dan aktif, disengaja dan logis.

2. Intuitif: Pengambil keputusan yang menggunakan gaya ini mengandalkan

insting atau perasaan dalam mengambil keputusan. Gaya ini cenderung

dipilih oleh orang yang lebih percaya pada pengalaman pribadi dan

kepekaan terhadap situasi daripada pada fakta dan angka. Para pengambil

keputusan intuisi menerima tanggung jawab untuk pilihan, tetapi fokus

pada emosional kesadaran diri, fantasi dan perasaan, sering secara

impulsif.

3. Dependen: Menolak tanggung jawab atas pilihan mereka dan melibatkan

tanggung jawab kepada orang lain, umumnya figur otoritas. Dalam arti

lain, gaya keputusan ini cenderung atas keputusan orang lain yang mereka

anggap sebagai figur otoritas (seperti orang tua, keluarga, teman). Lalum

pengambil keputusan yang menggunakan gaya ini membuat keputusan

berdasarkan pengalaman masa lalu dan intuisi dalam waktu yang singkat.

Gaya ini cenderung dipilih oleh orang yang tidak suka mengambil waktu

dalam memikirkan keputusan.

12
4. Keraguan: Cenderung menghindari situasi pengambilan keputusan atau

tanggung jawab terhadap orang lain. Secara signifikan orang ragu-ragu

perlu lebih banyak waktu ketika mereka harus memilih suatu pilihan,

tetapi mereka juga lebih selektif dan kurang lengkap dalam pencarian

informasi. Gaya ini cenderung dipilih oleh orang yang tidak ingin

membuat konflik dengan orang lain dan memilih untuk mengikuti

keputusan mayoritas.

Sementara itu, menurut model yang dikemukakan oleh S.P. Robins

dan DA. DeCenzo, terdapat tiga gaya pengambilan keputusan, yaitu:

1. Gaya direktif adalah gaya di mana para manajer memiliki toleransi yang

rendah terhadap ambiguitas dan menggunakan pendekatan yang rasional

dan efisien dalam pengambilan keputusan, namun keputusan dapat diambil

dengan sedikit informasi dan sedikit alternatif saja.

2. Gaya analitis memiliki toleransi yang lebih tinggi terhadap ambiguitas

daripada gaya direktif, di mana mereka cenderung mengumpulkan banyak

informasi, hati-hati dalam pengambilan keputusan, dan terlalu

menganalisis situasi.

3. Gaya konseptual memiliki toleransi yang lebih tinggi terhadap ambiguitas,

mereka melihat alternatif yang banyak dan memiliki kemampuan untuk

menemukan pemecahan masalah kreatif atas masalah-masalah jangka

panjang.

13
4. Sedangkan gaya perilaku adalah gaya di mana para manajer memiliki

toleransi ambiguitas yang rendah, menggunakan rapat dan musyawarah

untuk berkomunikasi, dan sulit dalam membuat keputusan tegas.

Kesimpulannya, teori gaya pengambilan keputusan menurut

Kuzgun dan S.P. Robins dan DA. DeCenzo memiliki kesamaan, ada

beberapa perbedaan antara keduanya. Beberapa perbedaan tersebut antara

lain: Gaya pengambilan keputusan menurut Kuzgun memiliki dimensi

yang berbeda dengan gaya pengambilan keputusan menurut S.P. Robins

dan DA. DeCenzo. Kuzgun membedakan gaya pengambilan keputusan

berdasarkan orientasi nilai (nilai instrumental dan nilai terminal),

sedangkan S.P. Robins dan DA. DeCenzo membedakannya berdasarkan

toleransi terhadap ambiguitas. Lalu, gaya pengambilan keputusan menurut

Kuzgun lebih menekankan pada pengaruh dari nilai-nilai dalam

pengambilan keputusan, sedangkan S.P. Robins dan DA. DeCenzo lebih

menekankan pada faktor-faktor seperti kecepatan, efisiensi, jumlah

informasi dan alternatif yang dipertimbangkan dalam pengambilan

keputusan. Selain itu, Kuzgun lebih menekankan pada pengaruh

lingkungan organisasi dalam membentuk gaya pengambilan keputusan,

sedangkan S.P. Robins dan DA. DeCenzo lebih menekankan pada peran

kepribadian individu dalam membentuk gaya pengambilan keputusan.

Terakhir, Kuzgun juga mengemukakan bahwa setiap gaya pengambilan

keputusan memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda, sedangkan

S.P. Robins dan DA. DeCenzo tidak membahas hal ini secara khusus.

14
A.

B.

C.

D.

E.

F.

G. Jenis dan Kondisi Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dapat dibagi menjadi dua jenis: terprogram

dan tidak terprogram. Pengambilan keputusan terprogram adalah

keputusan yang rutin dan berulang, di mana prosedur yang telah

ditentukan sebelumnya dapat digunakan untuk menentukan tindakan yang

tepat. Sementara itu, pengambilan keputusan tidak terprogram adalah

keputusan yang baru dan tidak biasa, yang memerlukan analisis dan

pertimbangan yang lebih hati-hati.

Tiga kondisi pengambilan keputusan adalah certainty (pasti), risk

(resiko), dan uncertainty (ketidakpastian). Ketika kita memiliki tingkat

kepastian yang tinggi, kita tahu secara pasti apa yang akan terjadi dan

dampak dari setiap keputusan yang kita buat. Sehingga kemungkinan

kesalahan dalam pengambilan keputusan dalam kondisi pasti ini relatif

kecil. Di bawah kondisi risiko, kita tahu kemungkinan hasil dari keputusan

kita, tetapi tidak ada jaminan pasti tentang hasil akhirnya sehingga

menimbulkan sebuah resiko. Sedangkan di bawah kondisi ketidakpastian,

kita tidak tahu apa yang akan terjadi dan dampak dari setiap keputusan

15
yang kita buat. Dalam prakteknya, kombinasi antara jenis pengambilan

keputusan dan kondisi pengambilan keputusan akan mempengaruhi proses

pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan terprogram biasanya

terjadi di bawah kondisi certainty atau risiko, sementara pengambilan

keputusan tidak terprogram biasanya terjadi di bawah kondisi

ketidakpastian.

Dalam kondisi certainty, pengambilan keputusan lebih mudah

dilakukan karena kita tahu dengan pasti hasil dari setiap tindakan. Di

bawah kondisi risiko, kita harus mempertimbangkan kemungkinan hasil

dari setiap tindakan, dan menggunakan data dan informasi yang tersedia

untuk membuat keputusan terbaik yang dapat menghasilkan hasil yang

diinginkan. Di bawah kondisi ketidakpastian, pengambilan keputusan

menjadi lebih sulit karena tidak ada cukup informasi atau data yang

tersedia untuk membuat keputusan yang pasti, sehingga kita harus

mengandalkan intuisi dan penilaian subyektif untuk membuat keputusan

yang terbaik.

Kesimpulannya, pengambilan keputusan yang baik dan efektif

memerlukan pemahaman yang jelas tentang jenis pengambilan keputusan

yang tepat untuk situasi tertentu, serta kemampuan untuk mengelola dan

memproses informasi yang tersedia untuk membuat keputusan yang tepat

di bawah kondisi certainty, risk, atau uncertainty.

16
H. Model Pengambilan Keputusan

Teori manajemen mengenal perbedaan antara dua model utama

dalam pembuatan keputusan. Kedua model tersebut adalah model klasik

dan model administrasif.

1. Model Keputusan Klasik, model keputusan klasik (classical decision)

berpandangan bahwa manager bertindak dalam kepastian. Pendekatan

klasik ini merupakan model yang sangat rasional utuk pembuatan

keputusan manajerial.

2. Model keputusan Administratif, menurut Herbert Simon, manager dalam

pengambilan keputusan menghadapi 3 kondisi: Informasi tidak sempurna,

dan tidak lengkap. Rasionalitas yang terbatas (bounded rasionality). Dan

Cepat puas (satisfice).

Dan ada 3 konsep untuk membantu manajer menempatkan pembuatan

keputusan dalam perspektif, yaitu:

1. Rasionalitas terbatas dan memadai (bounded rationality and

satisficing). Menekankan bahwa pembuatan keputusan harus

menghadapi kenyataan tidak memadainya informasi mengenai sifat

masalah dan menyelesaikan yang mungkin, kekurangan waktu dan

uang untuk mengumpulkan informasi yang lebih lengkap,

ketidakmampuan untuk mengingat sejumlah dasar informasi, dan

batas-batas kecerdasan mereka sendiri. Yang perlu dipelajari oleh

pembuatan keputusan efektif adalah menerima yang memadai

dengan gambaran sasaran organisasi jelas terbayang dalam benak.

17
2. Heuristic, orang yang tergantung pada prinsip heuristic / pedoman

umum, untuk menyederhanakan pembuatan keputuasan

3. Memutuskan siapa yang membuat keputusan (bisa), model rasional

tidak memberikan pedoman mengenai siapa yang harus membuat

keputusan, “siapa yang akan memutuskan?” merupakan keputusan

pertama yang harus dibuat manajer. Keputusan ini bias sangat rumit.

Menurut pendapat B.A. Fisher , model dalam pengambilan keputusan

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Model Preskiptif, model yang menerangkan bagaimana kelompok

seharusnya mengambil keputusan dengan cara memberikan pedoman

dasar, agenda, jadwal dan urut-urutan yang membantu kelompok mencapai

consensus. Model ini disebut juga sebagai model normatif. Penerapan

model preskiptif atau model normatif meliputi lima langkah, yaitu :

Orientasi, yaitu menentukan bagaimana situasi yang dihadapi. Evaluasi,

yaitu menentukan sikap yang perlu diambil. Pengawasan, yaitu

menentukan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi situasi tersebut.

Pengambilan keputusan, yaitu menentukan pilihan atas berbagai alternatif

yang telah dievaluasi. Pengendalian, yaitu melakukan pengawasan

terhadap pelaksannan hasil keputusan.

2. Model Deskriptif, model yang menerangkan bagaimana kelompok

mengambil keputusan. Model ini juga menerangkan (menggambarkan)

segala sesuatu sebagaimana apa adanya. Model ini juga memberikan

18
kepada manajer informasi yang mereka butuhkan untuk membuat

keputusan-keputusan, dan tidak menawarkan penyelesaian masalah.

I. Proses Pengambilan Keputusan

Menurut Kotler, terdapat enam proses penting dalam pengambilan

keputusan, yaitu identifikasi masalah, pengumpulan dan analisis data,

pembuatan alternatif kebijakan, pemilihan salah satu alternatif terbaik,

pelaksanaan keputusan, dan pemantauan serta evaluasi hasil pelaksanaan.

- Identifikasi masalah: Proses awal dalam pengambilan keputusan

adalah mengidentifikasi masalah atau kesempatan yang perlu

diatasi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengamati data internal

dan eksternal perusahaan, mengadakan riset pasar, atau melakukan

analisis SWOT.

- Pengumpulan dan analisis data: Setelah masalah atau kesempatan

diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data

yang relevan dan menganalisisnya. Data dapat berasal dari

berbagai sumber seperti riset pasar, analisis statistik, atau

pengalaman sebelumnya.

- Pembuatan alternatif kebijakan: Setelah data terkumpul dan

dianalisis, manajer harus membuat alternatif kebijakan yang dapat

mengatasi masalah atau memanfaatkan peluang yang ada.

Alternatif ini dapat berupa strategi pemasaran, kebijakan

operasional, atau perubahan struktural.

19
- Pemilihan salah satu alternatif terbaik: Dari berbagai alternatif

kebijakan yang dibuat, manajer harus memilih satu alternatif

terbaik yang paling memungkinkan untuk mencapai tujuan

perusahaan. Pemilihan ini dapat dilakukan dengan menggunakan

teknik pengambilan keputusan seperti analisis cost-benefit atau

analisis SWOT.

- Pelaksanaan keputusan: Setelah keputusan diambil, langkah

selanjutnya adalah melaksanakannya. Pelaksanaan ini meliputi

penentuan anggaran, alokasi sumber daya, penjadwalan tugas, dan

pengembangan sistem kontrol.

- Pemantauan serta evaluasi hasil pelaksanaan: Setelah keputusan

diimplementasikan, manajer harus memantau dan mengevaluasi

hasilnya untuk memastikan apakah keputusan yang diambil

berhasil mencapai tujuan perusahaan. Hal ini dapat dilakukan

dengan membandingkan hasil yang dicapai dengan tujuan yang

telah ditetapkan sebelumnya dan melakukan perbaikan jika

diperlukan.

Dalam pengambilan keputusan, penting untuk melalui enam proses

tersebut agar keputusan yang diambil dapat tepat, akurat, dan

berdampak positif bagi organisasi. Mulai dari mengidentifikasi

masalah hingga memantau dan mengevaluasi hasil pelaksanaannya,

setiap proses memiliki peran penting dalam membantu manajer

mengambil keputusan yang baik.

20
J. Macam-Macam Keputusan Manajemen

Herbert Simon membedakan tiga macam keputusan manajemen,

yaitu programed decisions (keputusan terstruktur), non-programed

decisions (keputusan tidak terstruktur), dan keputusan setengah terstruktur.

Programed decisions (keputusan terstruktur) adalah keputusan

rutin yang diambil berdasarkan aturan dan prosedur yang sudah ditetapkan

sehingga dapat deprogram. Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan

terutama pada manajemen tingkat bawah. Non-programed decisions

(keputusan tidak terstruktur) adalah keputusan yang tidak terjadi berulang-

ulang dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Keputusan ini terjadi di

manajemen tingkat atas. Pengalaman manajer merupakan hal yang sangat

penting didalam pengambilan keputusan tidak terstruktur. Keputusan yang

diambil dalam situasi yang tidak terstruktur dan kompleks, sehingga

memerlukan analisis mendalam dan kreativitas dalam menemukan solusi

terbaik. Keputusan setengah terstruktur adalah keputusan yang sebagian

dapat diprogram, sebagian berulang-ulang, rutin dan sebagian tidak

terstruktur. Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan membutuhkan

perhitungan serta analisis yang terperinci

Kesimpulannya, keputusan manajemen dibagi menjadi tiga macam

menurut Herbert Simon. Setiap keputusan memerlukan pendekatan yang

berbeda tergantung pada situasi dan tingkat kompleksitas masalahnya.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengambilan keputusan atau decision making merupakan suatu

proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara

sistematis untuk digunakan sebagai suatu cara pemecahan masalah.

Tujuan utama dalam pengambilan keputusan yaitu tujuan bersifat

tunggal (single-purpose) dan tujuan bersifat ganda (multi-purpose).Dalam

konteks pengambilan keputusan organisasi, tujuan bersifat ganda mungkin

lebih sering ditemukan karena keputusan yang diambil harus

mempertimbangkan banyak faktor yang saling terkait.

Menurut R. Terry, dasar pengambilan keputusan meliputi lima

unsur yaitu intuisi, pengalaman, fakta, wewenang, dan rasional. Menurut

Syamsi, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang

22
dalam pengambilan keputusan yaitu perlu dipertimbangkan kondisi

internal dan eksternal, serta tersedianya informasi yang lengkap,

terpercaya dan aktual selain itu, kepribadian dan kecakapan pengambilan

keputusan juga mempengaruhi keberhasilan pengambilan keputusan.

Tahapan yang harus di lakukan dalam pengambilan keputusan

meliputi tahap pemahaman (Intelligence), perancangan (Design),

Pemilihan (Choice) dan Implementasi (Implementation).

Ada beberapa gaya yang dilakukan dalam pengambilan keputusan

menurut Kuzgun terdapat 4 gaya pengambilan keputusan yaitu rasional,

intuitif,dependen,keraguan. Sementara, menurut S.P Robins dan DA.

DeCenzo terdapat 3 gaya pengambilan keputusan yaitu gaya direktif, gaya

analitis, gaya konseptual dan gaya perilaku.

Dalam pengambilan keputusan dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu,

terprogram dan tidak terprogram. Ada 3 kondisi dalam pengambilan

keputusan yaitu certainly (pasti), risk (resiko) dan uncertainly

(ketidakpastian).

Dalam teori manajemen ada 2 model utama dalam pembuatan

keputusan yaitu model keputusan klasik dan model keputusan

administratif. Dan ada 3 konsep untuk membantu manajer menempatkan

pembuatan keputusan dalam perspektif, yaitu rasionalitas, heuristic dan

memutuskan siapa yang membuat keputusan (bisa).

Menurut pendapat B.A.Fisher, model dalam pengambilan

keputusan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu model preskiptif dan model

23
deskriptif. Menurut Kotler, terdapat enam proses penting dalam

pengambilan keputusan, yaitu identifikasi masalah, pengumpulan dan

analisis data, pembuatan alternatif kebijakan, pemilihan salah satu

alternatif terbaik, pelaksanaan keputusan, dan pemantauan serta evaluasi

hasil pelaksanaan. Herbert Simon membedakan tiga macam keputusan

manajemen, yaitu programed decisions (keputusan terstruktur), non-

programed decisions (keputusan tidak terstruktur), dan keputusan setengah

terstruktur.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.terasacademy.com/2022/06/gaya-pengambilan-keputusan-menurut.html?
m=1

https://deepublishstore.com/blog/materi/pengambilan-keputusan/

https://jurnalpost.com/gaya-pengambilan-keputusan-dalam-manajemen/26250/

https://www.kajianpustaka.com/2018/04/pengambilan-keputusan-decision-
making.html?m=1https://jurnalpost.com/gaya-pengambilan-keputusan-dalam-
manajemen/26250/

https://www.kajianpustaka.com/2018/04/pengambilan-keputusan-decision-
making.html?m=1

https://www.ilmu-ekonomi-id.com/2018/09/dasar-dasar-pengambilan-keputusan.html?
m=1

https://artikelpendidikan.id/pengambilan-keputusan-dalam-manajemen/

24

Anda mungkin juga menyukai