Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Azas-Azas Manajemen

“PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEORANG MANAGER TERHADAP PERILAKU


KARYAWAN”

Dosen Pengampu :

Emelinda SE, MM

Disusun Oleh :

Sri Rahayu Utami

2310078201150

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI

SUNGAI PENUH

2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, karunia, dan
hidayahnya,sehingga penulis telah dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas Azas-
Azas Manajemen. Dengan Materi “Pengambilan Keputusan Seorang Manager Terhadap Perilaku
Karyawan” dengan tepat waktu.

Ucapan terima kasih kepada semua yang telah membantu dalam mempersiapkan, melaksanakan,
dan menyelsaikan penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga bimbingan,arahan dan bantuan yang telah diberikan dapat menjadi
amal ibadah oleh Allah swt.

Sungai Penuh,28 November 2023

Sri Rahayu Utami

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i


DAFTAR ISI ..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
3. Tujuan .......................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep dan Fungsi Pengambilan keputusan ................................................................ 2
B. Tujuan Keputusan ......................................................................................................... 3
C. Persepsi dan Perilaku Manajer ..................................................................................... 3
D. Perilaku Manajer Terhadap Karyawan ......................................................................... 4
E. Ciri-Ciri Perilaku Manajer yang tidak Kompeten ........................................................ 4
F. Contoh Studi Kasus dan Penyelesaian.......................................................................... 5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dunia bisnis di era global saat ini menghadapi perubahan yang sangat cepat dan kompleks.
Oleh karena itu, perusahaan harus mempertahankan sistem pemikiran yang selalu berubah,
termasuk visi, misi, tujuan, dan perubahan lainnya. Setiap anggota organisasi bisnis harus
memiliki komitmen dan kapasitas untuk belajar pada setiap tingkat organisasinya dalam konteks
organisasi belajar.Manajer yang bekerja dengan karyawan mereka seharusnya mendorong
mereka untuk terus belajar dan mengembangkan ide-ide baru untuk membantu perusahaan.
Untuk mengurangi risiko kesalahan kerja yang signifikan, manajer harus mengambil tindakan.
Memang, kegagalan biasanya menentukan keberhasilan.Namun, manajer harus membuka setiap
kesalahan dan mengungkapkan diri mereka sendiri. Meskipun berbeda , kepemimpinan dan
manajemen terkait.

Tugas seorang manajer lebih khusus daripada seorang pemimpin.Keahlian manajemen


seperti pendelegasian dan perencanaan lebih spesifik daripada keahlian kepemimpinan yang
lebih abstrak. Daripada petunjuk, kebijaksanaan, dan prosedur, seorang pemimpin lebih
mengandalkan pengaruh, inspirasi (ilham), dan kerja sama.Oleh karena itu, kedua keterampilan
tersebut saling melengkapi. Semua orang akan berprestasi lebih baik jika seorang pemimpin
dapat berbagi visi yang menginspirasi tentang apa yang dapat dicapai organisasi, menetapkan
tujuan, dan menjabarkan tugas-tugas yang akan mendorong semua orang untuk mencapai visi
tersebut. Eksekutif terbaik memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang
baik.Setiap manajer harus juga menjadi seniman dalam manajemen. Orang yang mampu
menyelaraskan dirinya dengan tanggung jawabnya dan dapat mengambil sikap dengan cara yang
sesuai saat berinteraksi dengan orang lain sehingga orang-orang di sekitarnya merasa nyaman
dan termotivasi .Manajer harus memahami masalah teknis perusahaan karena mereka juga
ilmuwan.Tidak diragukan lagi, memahami metode akuntansi, keadaan keuangan, dan strategi
perusahaan sangat penting.Seorang manajer yang sukses pastilah seorang seniman dan ilmuwan.

2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana peran dan tujuan manajer pengambilan keputusan?
2) Sikap manajer, perilaku, dan peran dalam pengambilan keputusan?

3. Tujuan
1) Memahami peran dan tujuan seorang manger
2) Mengetahui peran manajer pengambilan keputusan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep dan Fungsi Pengambilan Keputusan


Suharman (2015) dalam kajiannya mengemukakan bahwa pengambilan keputusan
merupakan suatu proses yang kompleks yang melibatkan pemilihan dan penetapan opsi terbaik
di tengah situasi yang seringkali penuh ketidakpastian. Pengambilan keputusan terjadi ketika
individu atau kelompok harus mengantisipasi hasil di masa depan, memilih di antara beragam
alternatif, dan mendasarkan perkiraan pada informasi yang terbatas. Keputusan adalah langkah
penting dalam menentukan cara terbaik untuk bertindak dalam konteks situasi yang ditemui
(Setiadi, 2008:17).

Dengan kata lain, pengambilan keputusan adalah suatu tindakan yang melibatkan evaluasi
informasi, peramalan masa depan, pemilihan dari berbagai opsi yang tersedia, dan akhirnya
memilih opsi yang dianggap paling sesuai dalam situasi yang tidak selalu menawarkan kepastian.
Proses ini merupakan fondasi yang sangat penting dalam manajemen dan pengambilan tindakan
yang efektif.

Pengambilan keputusan, sebagai bagian integral dari proses pemecahan masalah,


menjalankan beberapa fungsi kunci yang berdampak signifikan dalam konteks individu
maupun kelompok, baik dalam setting institusi maupun dalam organisasi. Dua fungsi utama
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
Fungsi pertama dari pengambilan keputusan adalah bahwa keputusan merupakan titik
awal atau pangkal dari setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia yang sadar dan
terarah.Ketika seseorang atau kelompok individu dihadapkan dengan situasi yang memerlukan
tindakan, mereka pertama-tama harus membuat keputusan. Keputusan inilah yang menentukan
arah tindakan yang akan diambil. Baik dalam konteks individu atau kelompok, serta dalam
lingkungan institusi atau organisasi, setiap tindakan yang diambil selalu bermula dari suatu
keputusan.Oleh karena itu, pengambilan keputusan adalah landasan penting yang membentuk
pola perilaku manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari mereka.
Fungsi kedua dari pengambilan keputusan adalah sifat futuristiknya. Keputusan selalu
berhubungan dengan antisipasi terhadap masa depan atau bahkan masa depan yang jauh.
Ketika seseorang atau kelompok membuat keputusan, mereka secara esensial
mempertimbangkan dampak dan konsekuensi dari keputusan tersebut di masa yang akan
datang. Ini mencakup pemahaman tentang bagaimana keputusan saat ini dapat memengaruhi
situasi di masa depan, apakah itu dalam jangka pendek atau jangka panjang. Oleh karena itu,
pengambilan keputusan adalah proses yang futuristik karena melibatkan peramalan dan upaya
untuk memilih solusi yang paling sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai di masa depan.
Dengan demikian, pengambilan keputusan tidak hanya merupakan elemen kunci dalam
mengatasi masalah dan menggerakkan tindakan, tetapi juga merupakan alat yang sangat

2
penting dalam membentuk arah dan visi yang futuristik untuk individu dan organisasi.
Keputusan yang dibuat dengan bijak dan berdasarkan pemahaman yang mendalam tentang
konsekuensinya di masa depan adalah langkah kritis dalam mencapai kesuksesan dan mencapai
tujuan yang ditetapkan.
B. Tujuan Keputusan
1) Tujuan yang unik

Jika keputusan hanya menyelesaikan satu masalah, itu adalah tujuan pengambilan
keputusan tunggal. Ini berarti bahwa masalah yang telah diputuskan sekali sudah tidak ada
hubungannya dengan masalah lain.

2) Tujuan ganda

Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadi ketika keputusan tersebut
berkaitan dengan lebih dari satu masalah; dengan kata lain, keputusan tersebut memecahkan dua
masalah (atau lebih) yang bersifat kontradiktif atau tidak kontradiktif.

C. Persepsi dan Perilaku Manajer

Berdasarkan cara manajer internasional bertindak, mereka dapat dibagi menjadi beberapa
kategori, seperti:

1) Manajer etnosentris atau etnosentris adalah manajer yang percaya bahwa budaya dan
perilaku kerja di negara asalnya lebih baik daripada di tempat lain. Salah satu contohnya
adalah ketika manajer asing lebih suka memberikan kesempatan jenjang karir hanya kepada
pekerja asing, yang mengakibatkan diskriminasi.
2) Manajer Polisentris (Manajer Polisentris), Manajer polisentris adalah seorang manajer yang
cenderung berasumsi bahwa perbedaan antara pekerja asing dan pekerja lokal cukup
signifikan. Mereka percaya bahwa tenaga kerja lokal lebih kompeten dan memahami lebih
baik lingkungan bisnis dan budaya setempat. Hasilnya, mereka lebih mungkin untuk
mempromosikan orang lokal ke posisi kunci manajerial. Pendekatan ini dapat membantu
menghindari konflik budaya, namun terkadang dapat mengabaikan potensi kontribusi dari
pekerja asing yang berpengalaman.
3) Manajer Geosentris (Manajer Geosentris), Manajer geosentris adalah seorang manajer yang
mengambil pendekatan yang lebih realistis dan inklusif dalam mengelola sumber daya
manusia di lingkungan internasional. Mereka memahami bahwa budaya lokal dan budaya
internasional memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
D. Perilaku Manajer Terhadap Karyawan
Lima (lima) hal yang harus diperhatikan oleh manajer saat berinteraksi dengan karyawannya
adalah sebagai berikut:
1. Beri penjelasan kepada karyawan yang tidak tahu apa yang harus dilakukan.
2. Beri pelatihan kepada karyawan yang tidak tahu cara mengerjakannya.

3
3. Beri motivasi kepada seorang karyawan yang tidak ingin bekerja.
4. Beri kesempatan kepada seorang karyawan yang tahu apa yang harus dilakukan, berbakat,
dan termotivasi untuk melakukannya.
5. Beri penghargaan kepada seorang karyawan yang berhasil memenuhi dan melebihi standar.
E. Ciri-ciri Perilaku Manajer yang Tidak Kompeten
Berikut adalah ciri-ciri manajer yang tidak kompeten, yang cenderung berperilaku buruk atau
bahkan sadis kepada bawahannya:
1) Serangan verbal di depan umum bawahannya menunjukkan bagaimana manajer mereka
menggunakan maki-maki sebagai senjata utama dalam teriakan amukan di tempat umum.
2) Pemalsuan catatan pekerja juga menunjukkan bahwa manajer yang kejam tidak merasa
malu atau menyesal untuk mengubah catatan dan memanipulasi kegiatan masa lalu untuk
mengubah lingkungan kerja sesuai keinginan mereka. Mereka sering menyangkal bahwa
mereka telah memberi perintah langsung kepada bawahan mereka. Oleh karena itu, Anda
tidak perlu bertanggung jawab atas hasil-hasil yang tidak menguntungkan. Mereka
menyatakan bahwa merekalah yang berjasa, bukan kelompok kerja, sambil memanipulasi
fakta dan peristiwa.
3) Kekuatan dan gaya kritik yang disampaikan oleh manajer sadis adalah salah satu aspek
yang selalu muncul dari tema sadisme. Manager seperti itu disebut "tukang ngoceh abadi"
oleh para pekerja karena mereka terus mengkritik, tidak peduli apakah mereka harus
mengambil tindakan tegas terhadap bawahannya. Tujuannya bukanlah untuk
memperbaikinya, tetapi untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan. Seringkali, kritik
ditujukan kepada individu pekerja secara pribadi daripada pekerjaan mereka sendiri. Kritik
ini juga sering ditujukan pada masalah kecil dan tidak berarti. Pekerja tidak pernah
menerima pengakuan positif.
4) Standar yang tidak jelas meningkatkan kemungkinan kritik bertubi-tubi karena
kecenderungan manajer yang tidak jelas untuk mengkomunikasikan standar. Selain itu,
kecenderungannya terhadap agenda dan motif yang tidak jelas. Semua hal ini menghalangi
karyawan untuk memahami dengan jelas apa yang diinginkan manajer agar mereka dapat
mengubah sikap mereka untuk mencapai tujuan yang ada.
5) Mementingkan diri secara berlebihan terhadap karyawan menunjukkan bahwa manajer
egois atau mementingkan diri sendiri, tanpa mempertimbangkan dampak pada karyawan
atau proyek. Manager sadis sulit dipegang kata-katanya dan tidak menunjukkan loyalitas
terhadap bawahannya. Menjilat, memberi imbalan kepada teman, dan melakukan tugas
pribadi untuk segelintir orang terpilih, bukannya untuk kepentingan perusahaan.

Kelakuan tidak tegas dan irasional para pekerja menunjukkan bahwa meskipun para
manajer kejam senang menyinggung masalah moral, tingkah laku mereka tetap sulit diprediksi
dan tidak rasional.Beberapa pekerja juga mengatakan bahwa manajer mereka memiliki tingkah
laku dan "mood" yang berbeda, mulai dari yang halus hingga yang sangat kejam.

4
F. Contoh Studi Kasus dan penyelesaian
a. Contoh Studi
1. Studi Kasus Eksternal

John adalah seorang teknisi senior yang bertanggung jawab atas perawatan dan
pemeliharaan peralatan penting.Kinerja teknisi ini sangat penting untuk kelancaran produksi di
perusahaan ini.Selain itu, perusahaan memiliki persaingan ketat di industri ini, dan setiap
penundaan atau masalah produksi dapat berdampak langsung pada reputasi dan profitabilitas
perusahaan.Di sisi lain, John adalah pekerja berpengalaman yang sulit digantikan. Dalam
industri ini, menemukan teknisi dengan keahlian serupa memerlukan waktu dan biaya yang
signifikan. Perusahaan juga memiliki tanggung jawab sosial terhadap karyawannya, dan
memecat John akan memiliki dampak terhadap kehidupan pribadinya.

2. Studi Kasus Internal

Di sisi internal, manajer yang bertanggung jawab atas John dan timnya dihadapkan pada
dilema.Mereka telah mencoba berbagai pendekatan, termasuk berbicara dengan John tentang
masalah perilakunya, memberikan sanksi disipliner, dan memberikan pelatihan
tambahan.Namun, hingga saat ini, upaya-upaya ini belum berhasil mengubah perilaku
John.Selain itu, anggota tim yang lain mulai merasa frustrasi dengan situasi ini. Mereka merasa
beban kerja mereka bertambah karena mereka harus menutupi ketidakmampuan John untuk
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.Ini juga memengaruhi motivasi mereka.

b. Penyelesaian

Untuk menangani situasi ini, manajer harus mengambil serangkaian langkah yang hati-hati:

1) Evaluasi Mendalam: Manajer harus melakukan evaluasi mendalam terhadap penyebab


perilaku buruk John. Apakah ada masalah pribadi yang memengaruhi kinerjanya? Apakah
ada masalah di lingkungan kerja yang harus diatasi?
2) Konsultasi: Manajer dapat berbicara dengan departemen sumber daya manusia dan
profesional kesehatan mental untuk mendapatkan saran. Mereka mungkin dapat
memberikan panduan tentang cara menangani masalah seperti ini.
3) Rekomendasi: Setelah evaluasi dan konsultasi, manajer harus merumuskan rekomendasi
untuk menangani masalah ini. Ini mungkin termasuk rencana tindakan untuk membantu
John mengatasi masalahnya, seperti konseling atau pelatihan tambahan.
4) Komunikasi Terbuka: Manajer harus berkomunikasi terbuka dengan timnya dan
menjelaskan langkah-langkah yang diambil. Ini akan membantu meredakan frustrasi
anggota tim yang lain.
5) Pemantauan: Manajer harus memantau perkembangan John secara teratur. Jika tidak ada
perbaikan, manajer perlu mempertimbangkan opsi lanjutan, termasuk penggantian jika
diperlukan.

5
Penyelesaian masalah ini akan membutuhkan kesabaran, empati, dan kebijaksanaan.
Dalam kasus seperti ini, fokus harus pada membantu John mengatasi masalahnya sambil tetap
mempertahankan produktivitas dan moral tim secara keseluruhan.

6
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam dunia manajemen, pengambilan keputusan adalah tahapan yang sangat krusial.
Proses ini melibatkan pemilihan solusi terbaik dalam situasi yang seringkali tidak pasti. Tujuan
dari pengambilan keputusan dapat bersifat tunggal, yakni hanya menyelesaikan satu masalah,
atau bersifat ganda ketika harus mengatasi beberapa masalah yang mungkin kontradiktif.Manajer
internasional memiliki berbagai pendekatan terhadap budaya dan perilaku kerja, yang dapat
mencakup etnosentris, di mana budaya asal dianggap lebih baik; polisentris, di mana budaya
lokal diutamakan; dan geosentris, di mana pendekatan yang lebih inklusif digunakan.

Dalam berinteraksi dengan karyawan, manajer perlu memperhatikan lima aspek penting,
seperti memberikan penjelasan kepada yang bingung, memberikan pelatihan kepada yang
memerlukannya, memberikan motivasi kepada yang kurang termotivasi, memberikan
kesempatan kepada yang berbakat, dan memberikan penghargaan kepada yang berhasil. Namun,
ada juga manajer yang tidak kompeten, yang menunjukkan perilaku buruk seperti serangan
verbal, kritik yang berlebihan, standar yang tidak jelas, penyalahgunaan kekuasaan, manipulasi
peraturan, dan orientasi berlebihan pada diri sendiri. Perilaku seperti ini dapat berdampak negatif
pada lingkungan kerja.Kesimpulan ini mencerminkan pentingnya pengambilan keputusan yang
efektif, hubungan yang baik antara manajer dan karyawan, dan perlunya menghindari perilaku
manajer yang tidak kompeten dalam lingkungan kerja.

7
DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, A. H., & Saebani, B. A. (2014). Model Kepemimpinan Dan Sistem Pengambilan
Keputusan/A. Hamdan Dimyati.
Hadi, S., Putra, A. R., & Mardikaningsih, R. (2020). Pengaruh Perilaku Inovatif dan Keterlibatan Kerja
terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Baruna Horizon, 3(1), 186-197.
Hammond, J. S., Keeney, R. L., & Raiffa, H. (1999). Smart Choices: A Practical Guide to Making
Better Decisions. Harvard Business Review Press.
Haryadi, H. (2009). Administrasi perkantoran untuk manajer & staf. VisiMedia.
Hersey, P., Blanchard, K. H., & Johnson, D. E. (2007). Management of Organizational Behavior:
Leading Human Resources. Pearson/Prentice Hall.
House, R. J., Hanges, P. J., Javidan, M., Dorfman, P. W., & Gupta, V. (2004). Culture, Leadership,
and Organizations: The GLOBE Study of 62 Societies. Sage Publications.
Keeney, R. L., & Raiffa, H. (1993). Decisions with Multiple Objectives: Preferences and Value Trade-
offs. Cambridge University Press.
Malute, R. D. (2014). Kompetensi Komunikasi Manajer Projek Mozart Interior Saat Presentasi Dan
Lobby Dengan Klien. Jurnal e-Komunikasi, 2(3).
Mintzberg, H., Raisinghani, D., & Théorêt, A. (1976). The Structure of "Unstructured" Decision
Processes. Administrative Science Quarterly, 21(2), 246-275.
Mintzberg, H., Raisinghani, D., & Théorêt, A. (1976). The Structure of "Unstructured" Decision
Processes. Administrative Science Quarterly, 21(2), 246-275.
Nani, D. A., & Vinahapsari, C. A. (2020). Efektivitas Penerapan Sistem Insentif Bagi Manajer Dan
Karyawan. Jurnal Bisnis Darmajaya, 6(1), 44-54.
Nani, D. A., & Vinahapsari, C. A. (2020). Efektivitas Penerapan Sistem Insentif Bagi Manajer Dan
Karyawan. Jurnal Bisnis Darmajaya, 6(1), 44-54.
Prayuda, R. Z. (2022). Dampak Budaya Berbagi Terhadap Perilaku Oportunistik dan Efektivitas
Manajemen Karyawan. International Journal of Social, Policy and Law, 3(2), 11-16.
Rifai, A., & Afriansyah, H. (2019).Proses Pengambilan Keputusan.
Salusu, J. (2021). Pengambilan keputusan stratejik.
Wahjono, S. I. (2022). Manajemen dan Peran Manajer. Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Zaini, A. (2016). Pengembangan Manajemen Sumber Daya Manusia Bagi Organisasi
Dakwah. TADBIR: Jurnal Manajemen Dakwah, 1(1).
Zakir, S. (2012). Strategi Pengembangan Kompetensi Siswa dengan Manajemen Berbasis
Sekolah. Analisis, 9(1).

Anda mungkin juga menyukai