Anda di halaman 1dari 29

KEPEMIMPINAN MENJADI PEMIMPIN YANG EFEKTIF SERTA

PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN

Oleh :

Kelompok 6

Kelas : Manajemen A1

Puan Nazhifa Afronisa ( 2007531113/22)


I Kadek Gede Dhimas Kartika ( 2007531172/23)
I Dewa Ayu Maniek Sugiantari ( 2007531181/24)
Ida Ayu Gede Utami Dewi ( 2007531201/25)

Dosen Pengampu :
Dra. A.A Sagung Kartika Dewi,MM

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS EKONOMI DAN


BISNIS

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur tim penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan kuasa-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Kepemimpinan Menjadi Pemimpin yang Efektif serta
Pemantauan dan Pengendalian”. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen.

Pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Ibu
Dra. A.A. Sagung Kartika Dewi, M.M. selaku dosen Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yang telah memberikan tugas ini yang
dimana dapat menambah wawasan serta meningkatkan hubungan kerja sama tim
yang baik diantara kami.

Penulis menyadari sepenuhnya penulisan ini masih jauh dari kata


sempurna, hal ini dikarenakan wawasan serta pengalaman yang penulis miliki
masih kurang. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan, guna menyempurnakan makalah penugasan ini.

Penulis harapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua


pihak, terutama dalam lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana khususnya, dan masyarakat pada umumnya agar dapat menambah
wawasan dan informasi bagi pembaca sekalian.

Bali, 4 Mei 2021

Penyusun,

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.1 Kepemimpinan ..............................................................................................3
2.1.1 Menjadi Pemimpin yang Efektif ................................................................3
2.1.2 Pengertian Kepemimpinan .........................................................................3
2.1.3 Teori Kepemimpinan ..................................................................................4
2.1.4 Pandangan Kontingensi tentang Kepemimpinan .......................................8
2.1.5 Pandangan Kontemporer tentang Kepemimpinan ......................................8
2.1.6 Isu Kepemimpinan pada Abad 21 ..............................................................9
2.2 Pemantauan dan Pengendalian ....................................................................10
2.2.1 Pengertian Pengendalian ..........................................................................10
2.2.2 Pentingnya Pengendalian .........................................................................12
2.2.3 Jenis-Jenis Pengendalian ..........................................................................13
2.2.4 Langkah-Langkah Dalam Proses Pengendalian .......................................15
2.2.5 Kualitas Sistem Pengendalian yang Efektif .............................................16
2.2.6 Alat Bantu Pengendalian Manajemen ......................................................17
2.2.7 Berbagai Teknik dan Metode Pengendalian .............................................18
Contoh Kasus ...................................................................................................23

iii
BAB III PENUTUP ...........................................................................................24
Kesimpulan ........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................25

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kepemimpinan merupakan tulang punggung pengembangan organisasi, karena tanpa


kepemimpinan yang baik akan sulit untuk mencapai tujuan organisasi. Pola kepemimpinan
memainkan peranan penting, dalam meningkatkan kinerja karyawan. Bagaimana tidak,
karena sesungguhnya seluruh faktor eksternal yang dapat meningkatkan kinerja individual
karyawan itu datang dari penampilan dan pola kepemimpinan. Hubungan antara pemimpin
dengan karyawan atau pegawai merupakan hubungan saling ketergantungan yang pada
umumnya tidak seimbang. Bawahan pada umumnya merasa lebih tergantung kepada
pemimpin daripada sebaliknya. Dalam proses interaksi yang terjadi antara pemimpin dan
bawahan, berlangsung proses saling mempengaruhi dimana pemimpin berupaya
mempengaruhi bawahannya agar berperilaku sesuai dengan harapannya. Dari interaksi
inilah yang menentukan derajat keberhasilan pemimpin dalam kepemimpinannya di dalam
suatu organisasi.

Di dalam sebuah perusahaan tentunya dibutuhkan pemantauan dan pengendalian untuk


mencapai tujuan perusahaan. Pemantauan (monitoring) merupakan sebagai suatu proses
mengukur, mencatat, mengumpulkan, memproses, dan mengkomunikasikan informasi
untuk membantu pengambil keputusan manajemen/proyek. Sedangkan pengendalian atau
dalam bahasa Inggris disebut dengan Controlling merupakan salah satu fungsi penting
manajemen yang harus dilakukan oleh semua manajer untuk mencapai tujuan
organisasinya. Pengendalian dapat diartikan sebagai fungsi manajemen untuk memastikan
bahwa kegiatan dalam organisasi dilakukan sesuai dengan yang direncanakan. Fungsi
Pengendalian atau controlling ini juga memastikan sumber-sumber daya organisasi telah
digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasinya.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana menjadi pemimpin yang efektif?


1.2.2 Apa pengertian kepemimpinan?
1.2.3 Apa saja teori kepemimpinan?

1
1.2.4 Bagaimana pandangan kontingensi tentang kepemimpinan?
1.2.5 Bagaimana pandangan kontemporer tentang kepemimpinan?
1.2.6 Apa isu kepemimpinan pada abad 21?
1.2.7 Apa pengertian pengendalian?
1.2.8 Apa pentingnya pengendalian?
1.2.9 Apa saja jenis-jenis pengendalian?
1.2.10 Apa saja langkah-langkah dalam proses pengendalian?
1.2.11 Apa itu kualitas sistem pengendalian yang efektif?
1.2.12 Apa saja alat bantu pengendalian manajemen?
1.2.13 Apa saja teknik dan metode pengendalian?

1.2 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana menjadi pemimpin yang efektif
1.3.2 Untuk mengetahui apa pengertian kepemimpinan
1.3.3 Untuk mengetahui apa saja Teori Kepemimpinan
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana pandangan kontingensi tentang kepemimpinan
1.3.5 Untuk mengetahui bagaimana pandangan kontemporer tentang kepemimpinan
1.3.6 Untuk mengetahui apa isu kepemimpinan pada abad 21
1.3.7 Untuk mengetahui apa pengertian pengendalian
1.3.8 Untuk mengetahui apa pentingnya pengendalian
1.3.9 Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis pengendalian
1.3.10 Untuk mengetahui apa saja langkah-langkah dalam proses pengendalian
1.3.11 Untuk mengetahui apa itu kualitas sistem pengendalian yang efektif
1.3.12 Untuk mengetahui apa saja alat bantu pengendalian manajemen
1.3.13 Untuk mengetahui apa saja teknik dan metode pengendalian

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kepemimpinan

2.1.1 Menjadi Pemimpin yang Efektif


Menjadi seorang pemimpin yang efektif secara alami hanya memerlukan seseorang
untuk berhenti berusaha menjadi orang lain atau beberapa kombinasi dari orang
lain. Tentu saja pemimpin yang efektif di mulai dengan diri sendiri. Menurut Gayla
Hodge (2009) dalam Sudarwan Danim bahwa karakteristik pemimpin yang efektif
adalah sebagai berikut :
a) Memiliki Visi, pemimpin dapat melihat kemana organisasi harus pergi
sebelum orang lain melakukannya.
b) Memiliki fokus untuk mencapai tujuan, pemimpin melakukan apa yang
masuk akal dan bekerja dengan basis keunggulan.
c) Memenangi dukungan, memanfaatkan gaya dan aktivitas yang paling cocok
untuk mereka sebagai individu.
d) Secara alami lebih terfokus untuk menjadi daripada melakukannya,
pemimpin mengambil waktu untuk benar-benar mengetahui diri mereka
sendiri.
e) Tahu bagaimana mereka bekerja, pemimpin belajar dari keberhasilan dan
kegagalan, mengasah kemampuan, mengintegrasikan pengalaman,
keterampilan, kompetensi, dan kesadaran dirinya.
f) Secara alami tahu bagaimana memanfaatkan kekuatan
g) Tidak mencoba menjadi orang lain, seorang pemimpin memahami bahwa
bekerja untuk diri sendiri hanya seketika berada pada posisi terbaiknya.
h) Mencari orang-orang dengan berbagai ciri efektivitas alam, pemimpin tidak
hanya menghargai orang lain, melainkan juga bergantung pada orang lain
untuk mengisi kekosongan.
i) Menarik orang lain, pemimpin dari orang-orang ingin bekerja untuk mereka.
j) Mengembangkan kekuatan, di mana pemimpin membangun kekuatan diri
sendiri sambil berusaha untuk memperbaiki kelemahannya.
2.1.2 Pengertian Kepemimpinan
3
Menurut Stoner, kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu proses
pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok
anggota yang saling berhubungan tugasnya. Ada tiga implikasi penting dari definisi
tersebut :
a) Kepemimpinan menyangkut orang lain yaitu bawahan atau pengikut.
Kesediaan mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin, para
anggota kelompok membantu menentukan status/kedudukan pemimpin dan
membuat proses kepemimpinan dapat berjalan. Tanpa bawahan, semua
kualitas kepemimpinan seorang manajer akan menjadi tidak relevan.
b) Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak
seimbang di anatara para pemimpin dan anggota kelompok.
Para pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan berbagai
kegiatan para anggota kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat
mengarahkan kegiata-kegiatan pemimpin secara langsung, meskipun dapat
juga melalui sejumlah cara secara tidak langsung.
c) Selain dapat memberikan pengarahan kepada para bawahan atau pengikut,
pemimpin dapat juga mempergunakan pengaruh.
Dengan kata lain, para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan
apa yang harus dilakukan tetapi juga dapat memengaruhi bagaimana
bawahan melaksanakan perintahnya. Sebagai contoh seorang manajer daapt
mengarahkan seorang bawahan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu,
tetapi dia dapat juga memengaruhi bawahan dalam menentukan cara
bagaimana tugas itu dilaksanakan dengan tepat.

Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk


mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran.

2.1.3 Teori Kepemimpinan


Teori-teori kepemimpinan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Pendekatan-Pendekatan Kesifatan
Sifat-sifat tertentu yang dianggap dapat menyebabkan mereka dapat
meminpin para pengikutnya diantaranya mencakup energi, pandangan,
pengetahuan dan kecerdasan, imajinasi, kepercayaan diri, integritas,

4
kepandaian berbicara, pengendalian dan keseimbangan mental maupun
emosional, bentuk fisik, pergaulan sosial dan persahabatan, dorongan,
antusiasme, berani dan sebagainya.
Pada awalnya penelitian-penelitian menganai sifat-sifat kepemimpinan
bermaksud untu :
1) Membandingkan sifat-sifat orang yang menjadi pemimpin dengan
sifat-sifat yang menjadi pengikut (tidak menjadi pemimpin)
2) Mengidentifikasikan ciri-ciri dan sifat-sifat yang dimiliki oleh para
pemimpin efektif.

Kemudian pada penemuan berikutnya Keith Davis mengikhtisarkan 4


(empat) ciri/sifat utama yang mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan
kepemimpinan organisasi yaitu :

1) Kecerdasan
2) Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
3) Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
4) Sikap-Sikap Hubungan Manusiawi

Keterbatasan pendekatan kesifatan ini adalah di mana pada berbagai kasus


seorang pemimpin sukses dalam suatu situasi tetapi tidak dalam situasi lain.
Akhirnya, walaupun semua sifat yang dikemukan para peneliti dapat
menjadi yang diinginkan ada dalam diri pemimpin, tetapi tidak satupun sifat
yang secara absolut esensial.

b) Pendekatan Perilaku Kepemimpinan


Aspek pertama pendekatan perilaku kepemimpinan menekankan pada
fungsi-fungsi yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya. Agar
kelompok berjalan efektif, seseorang harus melakukan dua fungsi utama
yaitu :
1) Fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas (task-related) atau
pemecahan masalah, yang menyangkut pemberian saran
penyelesaian, informasi, dan pendapat.
2) Fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok (group-maintenance) atau
sosial, yang mencakup segala sesuatu yang dapat membantu
5
kelompok berjalan lebih lancar-persetujuan dengan kelompok lain,
penengahan perbedaan pendapat dan sebagainya.

Pandangan kedua tentang perilaku kepemimpinan memusatkan pada gaya


pemimpin dalam hubungannya dengan bawahan di mana terdapat dua gaya
kepemimpinan yaitu :

1) Gaya dengan orientasi tugas (task-oriented) yang mengarahkan dan


mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas
dilaksanakan sesuai yang diinginkannya.
2) Gaya dengan orientasi karyawan (employee-oriented) yang mencoba
untuk lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi mereka
yakni dengan memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi
dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan
serta hubungan-hubungan saling mempercayai dan menghormati
dengan para anggota kelompok.

Teori-teori dan penelitian-penelitian yang paling terkenal dalam pendekatan


perilaku kepemimpinan ini yaitu :

1) Teori X dan Teori Y dari McGregor


Seorang pemimpin yang menganut anggapan teori X akan cendrung
menyukai gaya kepemimpinan otokratik. Sebaliknya pemimpin yang
mengikuti teori Y akan lebih menyukai gaya kepemimpinan
partisipatif atau demokratik.
2) Empat Sistem Manajemen dari Likert
Yang mana pemimpin yang lebih berorientasi pada bekerja dengan
dan melalui karyawan dalam beberapa hal akan memberikan hasil-
hasil yang lebih efektif. Ini tidak berarti pemimpin tersebut
mengabaikan kebutuhan-kebutuhan produksi atau tugas dalam
depatemennya.
3) Studi Ohio State
Para peneliti Ohio State University mengindetifikasikan dua
kelompok perilaku yang memengaruhi efektivitas kepemimpinan-
struktur pemrakarsa (initiating structure) yang menjelaskan bahwa
6
seorang pemimpin itu mengatur dan menentukan pola organisasi,
saluran komunikasi, struktur peran dalam pencapaian tujuan
organisasi dan cara pelaksanaannya. Dan yang kedua pertimbangan
(consideration) yang menggambarkan hubungan ayng hangat antara
seorang atasan dan bawahan, adanya saling percaya, kekeluargaan
dan penghargaan terhadap gagasan bawahan.
c) Pendekatan Situasional - Contigency
Pendekatan ini menggambarkan bahwa gaya yang digunakan adalah
bergantung pada faktor-faktor seperti situasi, karyawan, tugas, organisasi,
dan variabel-variabel lingkungan lainnya. Mary Parker Follet, yang
mengembangkan hukum situasi, mengatakan bahwa ada tiga variabel kritis
yang memengaruhi gaya pemimpin, yaitu : 1) Pemimpin, 2) Pengikut atau
bawahan dan 3) Situasi. Teori-teori situasional yang terkenal adalah sebagai
berikut :
1) Rangkaian Kesatuan Kepemimpinan Tannenbaum dan Schmidt
2) Robert Tannenbaum dan Warren H. Schmidt mengemukakan bahwa
manajer harus mempertimbangka tiga kumpulan kekuatan sebelum
melakukan pemilihan gaya kepemimpinan, yaitu :
 Kekuatan-kekuatan dalam diri manajer
 Kekuatan-kekuatan dalam diri para bawahan
 Kekuatan-kekuatan dari situasi
3) Teori “Contigency” dari Fiedler
Pada dasarnya, teori ini menyatakan bahwa efektivitas suatu
kelompok atau organisasi tergantung pada interaksi antara
kepribadian pemimpin dan situasi. Situasi dirumuskan dengan dua
karakteristik :
 Derajat situasi di mana pemimpin menguasai,
mengendalikan dan memengaruhi situasi
 Derajat situasi yang menghadapkan manajer dengan
ketidakpastian
4) Teori Siklus-Kehidupan dari Harsey dan Blanchard

7
Konsep dasar teori ini adalah bahwa strategi dan perilaku pemimpin
harus situasional dan terutama didasarkan pada kedewasaan atau
ketidakdewasaan para pengikut.

2.1.4 Pandangan Kontigensi terhadap kepemimpinan

Menurut pandangan kontingensi, kepemimpinan tidak berkaitan dengan membuat


pemimpin beradaptasi dengan suatu situasi, melainkan tujuannya adalah untuk
mencocokkan gaya pemimpin dengan situasi yang sesuai. Untuk memanfaatkan ini sebaik
mungkin, penting untuk menemukan gaya apa yang dimiliki seorang pemimpin.
Disebut kontingensi karena keefektifan seorang pemimpin ditentukan oleh
kecocockan pemimpin dengan lingkungannya atau situasinya. Kontingensi menaruh
perhatian pada gaya dan situasi. Ada tiga variabel kritis yang mempengaruhi gaya
pemimpin, yaitu kemampuan dan kualitas pemimpin, kemampuan dan kualitas bawahan,
dan situasi yang dimana ketiganya saling berkaitan dan berinteraksi satu sama lain.
Menurut pandangan kontingensi ini, tidak ada gaya kepemimpinan tunggal yang
sesuai dalam semua situasi. Keberhasilan tergantung pada sejumlah variabel, termasuk
gaya kepemimpinan, kualitas pengikut dan fitur situasional. Pandangan ini beranggapan
bahwa kepemimpinan yang efektif tergantung pada tingkat kesesuaian antara kualitas
pemimpin dan gaya kepemimpinan dan yang dituntut oleh situasi tertentu.

2.1.5 Pandangan Kontemporer terhadap kepemimpinan


Pandangan kontemporer mengenai kepemimpinan adalah kepemimpinan umumnya
menampilkan pemimpin sebagai sosok yang menggunakan kata-kata, gagasan dan
kehadiran fisik mereka untuk ‘memerintah pasukan’. Kepemimpinan menurut pandangan
kontemporer ada dua, yaitu Kepemimpinan Kharismatik dan Kepemimpinan
Transformasional
1. Kepemimpinan Karismatik

Karisma merupakan sebuah atribusi yang berasal dari proses interaktif antara pemimpin
dan para pengikut. Atribut-atribut karisma antara lain rasa percaya diri, keyakinan yang
kuat, sikap tenang, kemampuan berbicara dan yang lebih penting adalah bahwa atribut-
atribut dan visi pemimpin tersebut relevan dengan kebutuhan para pengikut. Pemimpin
karismatik adalah pemimpin yang mewujudkan atmosfir motivasi atas dasar komitmen dan
identitas emosional pada visi, filosofi, dan gaya mereka dalam diri bawahannya. Para
pengikut terpicu kemampuan kepemimpinan heroik yang luar biasa, ketika mengamati
perilaku pemimpinnya.
8
2. Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional adalah jenis gaya kepemimpinan yang mengarah ke


perubahan positif pada mereka yang mengikuti (pengikut). Pemimpin transformasional
umumnya energik, antusias dan bergairah. Tidak hanya para pemimpin memperhatikan dan
terlibat dalam proses, mereka juga difokuskan untuk membantu setiap anggota kelompok
untuk dapat berhasil juga. Pemimpin yang menginspirasi pengikutnya untuk melampaui
kepentingan pribadi mereka dan mampu membawa dampak mendalam dan luar biasa bagi
para pengikutnya. Efek-efek transformasional dicapai dengan menggunakan karisma,
kepemimpinan inspirasional, perhatian yang diindividualisasi serta stimulasi intelektual.
Pada umumnya, para pemimpin transformasional memformulasikan sebuah visi,
mengembangkan sebuah komitmen terhadapnya, melaksanakan strategi-strategi untuk
mencapai visi tersebut, dan menanamkan nilai-nilai baru.

2.1.6 Isu Kepemimpinan pada Abad 21


Secara sederhana isu diartikan sebagai sebuah persoalan, atau isu dapat juga dikatakan
sebagai sebuah masalah, sesuatu yang sedang menjadi perhatian, yang terlintas kabar, desas
desus dan lain sebagainya. Pada abad ke-21 ini, kepemimpinan juga menghadapi beberapa
isu, diantaranya :

1. Mengembangkan rasa kepercayaan


Rasa percaya di definisikan sebagai keyakinan di dalam integritas, karakter, dan
kemampuan seorang pemimpin. Bawahan yang mempercayai pemimpinnya
bersedia menerima perbuatan pemimpin karena mereka yakin bahwa hak dan
kepentingan mereka tidak akan disalahgunakan.
2. Memimpin Berbagai Budaya.
Seperti yang sudah diketahui bersama, arus globalisasi sudah mengalir bahkan sejak
dulu dan tidak dapat dibendung, ini memungkinkan untuk seorang pemimpin akan
memimpin orang-orang yang tidak hanya berasal dari satu wilayah saja, ini tidak
akan menutup kemungkinan terjadinya masalah karena kebudayaan yang berbeda
berkumpul di satu tempat. Kepemimpinan yang solid dan andal sangat diperlukan
untuk mengkonsolidasikan seluruh kekuatan dan potensi bawahannya untuk
menjadi satu kesatuan.
9
3. Memahami Perbedaan Gender Dan Kepemimpinan.
Sekarang tidak hanya para lelaki yang menjadi pemimpin, seorang wanita sekarang
bisa menjadi seorang pemimpin, untuk itu perlu diketahui perbedaan gaya
kepemimpinan karena pengaruh perbedaan gender. Wanita akan lebih mendorong
partisipasi, berbagi kekuasaan dan informasi, serta berusaha untuk meningkatkan
harga diri bawahannya. Wanita memimpin dengan mengandalkan kharisma,
keahlian, hubungan, dan keterampilan interpersonal untuk mempengaruhi orang
lain. Wanita cenderung memakai kepemimpinan transformasi, memotivasi orang
lain dengan mentransformasi minat diri mereka menjadi tujuan organisasi.
Sedangkan, pria cederung memakai gaya yang langsung, serta perintah dan kendali.
pria mengandalkanotoritas posisi resmi untuk berpengaruh. Pria memakai
kepemimpinan transaksi, memberikanpenghargaan untuk kerja yang baik dan
menghukum yang tidak baik
4. Menjadi Pemimpin Yang Efektif
Sudah menjadi isu sejak dulu bagaimana cara menjadi pemimpin yang efektif pada
abad ke-21. Pemimpin di abad 21 ini di samping mempunyai power juga faktor
manajerial. Pemimpin itu harus memiliki dan mengkondisikan dirinya pada situasi,
artinya pemimpin itu harus mempunyai gaya kepemimpinan yang situasional serta
memiliki sifat-sifat seperti, menyukai dan mempu menghadapi berbagai tantangan,
mempunyai rasa ingin tahu terhadap berbagai hal, mampu membangun
komunikasinya melalui 2 arah yang artinya siap berbicara dan menjelaskan serta
siap juga mendengar dan menerima masukan dari berbagai sumber, serta sifat
terakhir adalah berpandangan visioner

2.2 Pemantauan dan Pengendalian

2.2.1 Pengertian Pengendalian


Pengendalian atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Controlling merupakan salah satu
fungsi penting manajemen yang harus dilakukan oleh semua manajer untuk mencapai
tujuan organisasinya. Pengendalian dapat diartikan sebagai fungsi manajemen untuk
memastikan bahwa kegiatan dalam organisasi dilakukan sesuai dengan yang direncanakan.

10
Fungsi Pengendalian atau controlling ini juga memastikan sumber-sumber daya organisasi
telah digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasinya.
Secara umum, pengendalian dapat diartikan sebagai proses untuk mengamati secara terus
menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun serta
mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan. Pengendalian juga berarti :
1) Memvalidasi kegiatan yang telah sesuai dengan rencana yang telah disiapkan,
instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.
2) Proses memastikan bahwa semua yang dijalankan telah sesuai dengan apa yang
telah direncanakan.
3) Proses penentuan apa yang ingin dicapai, apa yang sedang dilakukan, menilai
pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Selain pengertian di atas, banyak ahli telah juga mengemukakan pendapatnya tentang apa
yang dimaksud dengan pengendalian (controlling), beberapa diantaranya adalah sebagai
berikut :
1) Sondang P. Siagian, berpendapat bahwa controlling adalah proses pengamatan dari
pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan
yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya.
2) Hasbullah, berpendapat bahwa controlling adalah fungsi yang harus dilakukan oleh
manajer untuk memastikan bahwa anggota melakukan aktivitas yang akan
membawa organisasi ke arah tujuan yang ditetapkan.
3) Soegito, berpendapat bahwa controlling adalah suatu kegiatan yang meliputi
penentuan standar, supervisi dan mengukur pelaksanaan terhadap standar serta
memberikan keyakinan bahwa tujuan organisasi tercapai.
4) Robert J. Mocker, berpendapat bahwa controlling adalah suatu usaha sistematik
untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan,
merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan
standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan
untuk menjamin bahwa semua sumber daya organisasi dipergunakan dengan cara
paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi.

11
5) George R. Terry, berpendapat bahwa controlling adalah mendeterminasi apa yang
telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu
menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
6) Glenn A. Welsch, Hilton, dan Gordon, berpendapat bahwa controlling adalah suatu
proses untuk menjamin terciptanya kinerja yang efisien yang memungkinkan
tercapainya tujuan organisasi.
7) Ursy dan Hammer, berpendapat bahwa controlling adalah usaha sistematik
perusahaan untuk mencapai tujuan dengan cara membandingkan prestasi kerja
dengan rencana dan membuat tindakan yang tepat untuk mengoreksi perbedaan
yang penting.

2.2.2 Pentingnya Pengendalian


Terdapat beberapa alasan akan pentingnya pengendalian di dalam setiap organisasi:
1) Adanya perubahan di lingkungan organisasi
Hal itu menyebabkan fungsi pengendalian harus dilaksanakan agar dampak dari
perubahan-perubahan tersebut segera dapat dideteksi sehingga manajemen akan
mampu menghadapi tantangan maupun memanfaatkan adanya peluang yang
disebabkan oleh perubahan itu. Misalkan timbulnya perubahan teknologi, adanya
pesaing-pesaing baru yang muncul.
2) Organisasi menjadi semakin kompleks
Oleh karena pada umumnya organisasi pada masa sekarang ini cenderung bercorak
desentralisasi, maka kegiatan perusahaan menjadi terpisah-pisah secara geografis
dan pula menjadi lebih luas dan kompleks. Demikian juga jika banyak dipakai
penyalur dalam penjualan produk, maka untuk menjaga kualitas dan profitabilitas,
perlu sistem pengendalian yang lebih teliti.
3) Timbulnya kesalahan-kesalahan dalam bekerja
Untuk mendeteksi kesalahan yang mungkin dapat diperbuat ooleh pelaku
organisasi, maka digunakan fungsi pengendalian. Semakin jarang pekerja
melakukan kesalahan dalam bekerja, semkin sederhana manajemen menjalankan
fungsi pengendalian
4) Kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenang

12
Mengimplementasikan sistem pengendalian agaknya merupakan cara yang tepat
untuk memeriksa pengendalian tugas-tugas pekerja yang telah didelegasikan dari
atasan masing-masing. Namun demikian, manajer harus dapat menjaga
keseimbangan antara pengendalian dengan kebebasan pribadi dan pekerja supaya
tidak mematikan kreativitas.

2.2.3 Jenis-Jenis Pengendalian


Terdapat beberapa klasifikasi pengendalian yang harus dilakukanoleh seorang manajer.
Klasifikasi tersebut bisa dilihat dari sistem maupunwaktu pelaksanaannya. Ditinjau dari
sistem pelaksanaannya,pengendalian dapat diklasifikasikan menjadi:
1) Sistem pengendalian umpan balik
Sistem pengendalian umpan balik beroperasi dengan pengukuran beberapa aspek
proses yang sedang dikendalikan dan perbaikan proses apabila ukuran
menunjukkan bahwa proses menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan.
Pengendalian ini memantau operasi proses maupun masukan dalam suatu usaha
untuk menerka penyimpangan yang potensial agar tindakan perbaikan atas
penyimpangan yang terjadi dapat dilakukan guna mencegah permasalahan
kompleks menimpa organisasi.
2) Sistem pengendalian umpan maju
Salah satu kelemahan utama sistem pengendalian umpan balik adalah bahwa sistem
tersebut tidak memberikan peringatan suatu penyimpangan sebelum hal tersebut
menjadi cukup berarti. Dampaknya, penyimpangan yang memakan biaya besar
dapat berlangsung terus atau semakin buruk sebelum tindakan perbaikan yang
efektif dilaksanakan. Hadirnya sistem pengendalian umpan maju dengan maksud
untuk bertindak secara langsung pada permasalahan tersebut mencoba mencegah
sebelum penyimpangan ini terjadi lagi.
3) Sistem pengendalian pencegahan
Jenis pengendalian yang paling didambakan yaitu pengendalian pencegahan yaitu
mencegah masalah yang telah diantisipasi. Tindakan ini disebut pengendalian
pencegahan karena terjadi sebelum kegiatan yang sesungguhnya. Dua sistem
pengendalian yang telah dideskripsikan di atas, baik sistem pengendalian umpan
balik maupun sistem pengendalian maupun umpan maju, berfungsi secara ekstern

13
terhadap proses yang sedang dikendalikan, memantau operasi, dan terlibat dalam
mengambil tindakan perbaikan apabilat erjadi penyimpangan dari rencana yang
telah ditetapkan. Sebaliknya, sistem pengendalian pencegahan adalah kebajikan dan
prosedur yang sebenarnya merupakan bagian dari proses tersebut. Pengendalian
pencegahan merupakan pengendalian internorganisasi.

Ditinjau dari waktu pelaksanaannya, pengendalian dapat dibedakanmenjadi empat jenis


pokok, yaitu:
1) Pengendalian sebelum tindakan (Preaction controls)
Pengendalian sebelum tindakan sering disebut sebagai pengendalian pendahuluan
(precontrol). Pengendalikan memastikan bahwa sebelum tindakan dimulai maka
sumber daya manusia, bahan, dan finansial yang diperlukan telah dianggarkan.
2) Pengendalian kemudi (Steering controls)
Pengendalian kemudi dirancang untuk mendeteksi penyimpangan dari standar atau
tujuan tertentu dan memungkinkan pengambilan tindakan perbaikan sebelum suatu
urutan kegiatan tertentu dilaksanakan.
3) Penyaringan atau pengendalian ya/tidak (Sceening or yes/no controls)
Pengendalian ya atau tidak merupakan suatu proses penyaringan yang aspek-aspek
spesifikasi dari suatu prosedurnya harus disetujui atau syarat tertentu dipenuhi
sebelum aktivitas dapat diteruskan.
4) Pengendalian setelah tindakan (Post antion controls)
Pengendalian ini berusaha untuk mengukur hasil atas suatu kegiatan yang telah
diselesaikan. Penyebab penyimpangan dari rencana atau standar yang telah
ditentukan dan temuan tersebut diaplikasikan pada aktivitas yang sama di masa
yang akan datang.

Menurut Hasibuan, jenis-jenis pengendalian adalah sebagai berikut:


1) Pengendalian karyawan (Personnel control)
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang ada hubungannya dengan kegiatan
karyawan.
2) Pengendalian keuangan (Financial control)

14
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang menyangkut keuangan, tentang
pemasukan dan pengelauaran, biaya-biaya perusahaan termasuk pengendalian
anggarannya.
3) Pengendalian produksi (Production control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas produksi yang
dihasilkan, apakah sesuai dengan standar atau rencananya.
4) Pengendalian waktu (Time control)
Pengendalian ini ditujukan kepada pengguna waktu, artinya apakah waktu untuk
mengerjakan suatu pekerjaan sesuai atau tidak dengan rencana.
5) Pengendalian teknis (Technical control)
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang bersifat fisik, yangberhubungan
degan tindakan dan teknis pelaksanaan.
6) Pengendalian kebijaksanaan (Policy control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui dan menilai, apakah kebijaksanaan-
kebijaksanaan organisasi telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah digariskan.
7) Pengendalian penjualan (Sales control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui, apalah produksi atau jasa yang
dihasilkan terjual sesuai dengan target yang ditetapkan.
8) Pengendalian inventaris (Inventory control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui, apakah inventaris perusahaan masih
ada semuanya atau ada yang hilang.
9) Pengendalian pemeliharaan (Maintenance control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui, apakah semua inventaris perusahaan
dan kantor dipelihara dengan baik atau tidak, dan jika ada yang rusak apa
kerusakannya, apa masih dapat diperbaiki atau tidak.

2.2.4 Langkah-langkah dalam Proses Pengendalian


1. Menentukan standar-standar yang akan digunakan menjadi dasar
pengendalian.
2. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai.
3. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan
penyimpangan bila ada.
15
4. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar
pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana.

2.2.5 Kualitas Sistem Pengendalian yang efektif.


Menurut Markgraf, ada beberapa hal yang dapat memengaruhi kualitas dari sistem
pengendalian yang efektif, diantaranya :

1. Information Quality
Faktor kunci dalam efektivitas sistem pengendalian adalah kualitas informasi yang
diterimanya. Sistem pengendalian yang baik mendapatkan informasi yang akurat dan
terbaru. Informasi ini diperoleh dari titik di mana operasi menghasilkannya, seperti angka
penjualan berdasarkan faktur dan pengiriman berdasarkan slip. Hal ini memberikan waktu
manajemen untuk mengevaluasi masalah dan mengambil tindakan korektif, sehingga
informasi tersebut harus terbaru.

2. Planning
Informasi sistem pengendalian yang masih mentah, tidak akan bermanfaat bagi manajemen
kecuali jika terdapat perbandingan dengan tolak ukur dan target yang ditetapkan. Karena
itu, perlu integrasi yang kuat antara sistem pengendalian dengan proses perencanaan.
Apabila rencana strategis memerlukan tingkat kualitas tertentu yang ditentukan oleh hasil
pengujian, sistem pengendalian harus mampu melacak hasil tes tersebut. Pada kondisi ini,
fokus sistem pengendalian harus sesuai dengan fokus rencana strategis.

3. Flexibility
Sistem pengendalian yang efektif sangat fleksibel. Hal ini berarti bahwa system harus
memiliki keseluruhan kemampuan akuisisi data dan pemrosesan data yang manajemen
dapat sesuaikan dengan perubahan kondisi. Apabila data yang dikumpulkan dari satu
sumber tidak lagi mencerminkan situasi aktual, maka manajemen harus dapat
mengidentifikasi sumber data lain yang lebih baik dan mengadaptasi sistem untuk dapat
menyesuaikannya. Dalam kasus seperti itu, sistem harus dapat menerima proses bisnis baru
yang memungkinkan pengendalian manajemen di area aktivitas baru.

4. Objectivity

16
Manajer harus dapat membuat keputusan dan bertindak berdasarkan hasil sistem
pengendalian. Mereka dapat melakukannya dengan kredibel dan membuat keputusannya
diterima oleh organisasi, karena keputusan diambil berdasarkan data yang objektif dan
evaluasi. Untuk mencapai objektivitas seperti itu, sistem pengendalian harus transparan dan
mengukur parameter yang relevan dengan bisnis. Sistem pengendalian paling efektif yaitu
saat hasilnya dapat mengindikasi jenis tindakan korektif yang diperlukan.

5. Economics

Biaya sistem pengendalian harus dibandingkan dengan bisnis yang dikendalikan. Manfaat
yang diharapkan dan penghematan biaya yang dihasilkan dari implementasi dan
penggunaan sistem pengendalian harus sejalan dengan biaya pemasangan dan
pengoperasian sistem. Tujuan dari sistem ini adalah untuk mengurangi biaya tak terduga
dan mencapai tujuan kompetitif, disamping pertimbangan terhadap sistem pengendalian
yang terlalu mahal dan dapat meningkatkan biaya dan mengurangi daya saing.

2.2.6 Alat Bantu Pengendalian Manajerial


Ada banyak teknik yang dapat membantu manajer agar pelaksanaan pengendalian
menjadi lebih efektif. Dua teknik yang paling terkenal adalah manajemen dengan
pengecualian (management by exception) dan sistem informasi manajemen (management
information systems)-Management By Exception ( MBE ).

a. Management By Exception ( MBE ), atau prinsip pengecualian, memungkinkan


manajer untuk mengarahkan perhatiannya pada bidang-bidang pengendalian yang
paling kritis dan mempersilahkan para karyawan atau tingkatan manajemen rendah
untuk menangani variasi-variasi rutin. Hal ini dapat dipraktekkan oleh manajer-
manajer penjualan, produksi, keuangan, personalia, pembelian, pengendalian mutu,
dan bidang-bidang fungsional lainnya.
Pengendalian yang ditujukan pada terjadinya kekecualian ini murah, tetapi
penyimpangan baru dapat diketahui setelah kegiatan terlaksana. Biasanya
pengendalian ini dipergunakan untuk operasi-operasi organisasi yang bersifat otomatis
dan rutin.
b. Management - Information System ( MIS )
Sistem informasi manajemen atau management-information system memainkan

17
peranan penting dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen perencanaan dan
pengendalian dengan efektif. MIS dapat didefinisikan sebagai suatu metoda formal
pengadaan dan penyediaan bagi manajemen, informasi yang diperlukan dengan
akurat dan tepat waktu untuk membantu proses pembuatan keputusan dan
memungkinkan fungsi fungsi perencanaan, pengendalian dan operasional organisasi
dilaksanakan secara efektif. MIS adalah sistem pengadaan, pemrosesan, penyimpanan
dan penyebaran informasi yang direncanakan agar keputusan-keputusan manajemen
yang efektif dapat dibuat. Sistem menyediakan informasi waktu yang lalu, sekarang
dan yang akan datang serta kejadian-kejadian di dalam dan di luar organisasi.
MIS dirancang melalui beberapa tahap utama, yaitu :

1) tahap survei pendahuluan dan perumusan masalah,

2) tahap disain konsepsual,

3) tahap disain terperinci, dan

4) tahap implementasi akhir.

Agar perancangan MIS berjalan efektif, manajemen perlu memperhatikan 5(lima) pedoman
berikut ini :
1) Mengikut sertakan pemakai (unsur) ke dalam tim perancang.

2) Mempertimbangkan secara hati-hati biaya sistem.

3) Memperlakukan informasi yang relevan dan terseleksi lebih dari pada


pertimbangan kuantitas belaka.
4) Pengujian pendahuluan sebelum diterapkan.

5) Menyediakan latihan dan dokumentasi tertulis yang mencukupi bagi


paraoperator dan pemakai sistem.
2.2.6 Metode Pengendalian

Metode-metode pengendalian bisa dikelompokkan ke dalam dua bagian; pengendalian


non-kuantitatif dan pengendalian kuantitatif
1. Pengendalian Non-kuantitatif

Pengendalian non-kuantitatif tidak melibatkan angka-angka dan dapat digunakan untuk


mengawasi prestasi organisasi secara keseluruhan. Teknik-teknik yang sering digunakan
18
adalah:
1) Pengamatan (pengendalian dengan observasi). Pengamatan ditujukan untuk
mengendalikan kegiatan atau produk yang dapat diobservasi. Misalnya suatu
perusahaan sedang memproduksi barang, maka staff pengawas akan melakukan
pengamatan mulai proses pembuatan dan hingga barang tersebut siap dijual.

Melalui kegiatan pengamatan tersebut, staff pengawas tersebut akan tahu, apakah
proses yang diamati susuai prosedur atau tidak.
2) Inspeksi teratur dan langsung. Inspeksi teratur dilakukan secara periodic dengan
mengamati kegiatan atau produk yang dapat diobservasi. Contohnya staff
pengawasan melakukan inspeksi terhadap barang yang diproduksi apakah sesuai
dengan standar yang ditetapkan. Mulai dari ukuran, berat , dll. Dari inspeksi yang
dilakukan, perusahaan menjadi lebih tahu secara detail tentang barang yang
diproduksi.
3) Laporan lisan dan tertulis. Laporan lisan dan tertulis dapat menyajikan informasi
yang dibutuhkan dengan cepat disertai dengan feed-back dari bawahan dengan
relatif lebih cepat. Misalnya pegawai melaporkan kualitas barang yang dihasilkan
kepada atasannya secara lisan dan tertulis. Dari hasil laporan tersebut, atasannya
dapat memberikan perintah selanjutnya tentang bagaimana dan apa yang
semestinya dilakukan oleh pegawai tersebut.
4) Evaluasi pelaksanaan. Evaluasi merupakan suatu penilaian akhir dari suatu
kegiatan dan tindakan apa yang selanjutnya diambil. Misalnya dalam sebulan
perusahaan memperoleh keuntungan penjualan yang cukup banyak. Maka evaluasi
yang dilakukan adalah bagaimana cara mempertahankan hal tersebut serta cara
meningkatkannya.
5) Diskusi antara manajer dengan bawahan tentang pelaksanaan suatu kegiatan. Cara
ini dapat menjadi alat pengendalian karena masalah yang mungkin ada dapat
didiagnosis dan dipecahkan bersama. Misalnya seorang pegawai mengalami
masalah di bidang pemasaran. Agar solusinya terpecahkan, maka diskusi dengan
atasan atau manajer akan menjadi solusi yang baik.
2. Pengendalian Kuantitatif

Pengendalian kuantitatif melibatkan angka-angka untuk menilai suatu prestasi.


Beberapa teknik yang dapat dipakai dalam pengendalian kuantitatif adalah:
19
1) Anggaran

Anggaran dalam organisasi ialah rencana keuangan yang menguraikan bagaimana


dana pada periodewaktu tertentu akan dibelanjakan maupun bagaimana dana
tersebut akan diperoleh. Anggaran juga merupakan laporan resmi mengenai
sumber-sumber keuangan yang telah disediakan untuk membiayai pelaksanaan
aktivitas tertentu dalam kurun waktu yang ditetapkan. Disamping sebagai rencana
keuangan, anggaran juga merupakan alat pengendalian.

Anggaran adalah bagian fundamental dari banyak program pengendalian


organisasi. Pengendalian anggaran atau Budgetary Control itu sendiri merupakan
suatu sistem sasaran yang telah ditetapkan dalam suatu anggaran untuk mengawasi
kegiatan-kegiatan manajerial, dengan membandingkan pelaksanaan nyata dan
pelaksanaan yang direncanakan.
Contoh penerapan anggaran dalam pengendalian kuantitatif adalah pemilik modal
memberikan anggaran sebesar Rp 10.000.000 kepada perusahaan untuk
menjalankan bisnisnya selama 2 bulan. Melalui anggaran tersebut, pemilik modal
dapat melihat apakah modal yang awalnya sudah ditetapkan bersama pleh pemilik
modal dan perusahaan dapat digunakan dengan baik oleh perusahaan. Setelah
perusahaan menjalankan bisnisnya dan perusahaan mengatakan bahwa ternyata
modal yang diberikan kurang, maka dapat dikatakan bahwa di dalam perusahaan
tersebut terjadinya korupsi.
2) Audit
Metode pengawasan efektif lainnya adalah dengan menggunakan pemeriksaan
akuntan (auditing), yaitu suatu proses sistematik untuk memperoleh bukti secara
obyektif tentang pernyataan-pernyataan berbagai kejadian antara pernyataan-
pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, dan penyampaian hasil-
hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan. Contohnya adalah audit
memeriksa laporan laba rugi suatu perusahaan untuk mengetahui apakah benar
perusahaan mengalami keuntungan atau malah mengalami kerugian.

3) Analisis break-even

Analisa “break-even” adalah peralatan yang berguna untuk menjelaskan


hubungan biaya, volume, dan laba. Analisa ini menggunakan konsep yang sama

20
seperti dalam peyiapan anggaran variabel. Analisa break-even menganalisa dan
menggabarkan hubungan biaya dan penghasilan untuk menentukan pada volume
berapa (penjualan atau produksi) agar biaya total sama dengan penghasilan total
sehingga perusahaan tidak mengalami laba atau rugi. Contohnyaadalah perusahaan
ingin mengetahui bagaimana hubungan antara banyaknya penjualan dan
keuntungan yangdidapat.memlalui analisa breakeven,perusahandapat mengetahui
hubungan tersebut.
4) Analisis rasio

Rasio adalah hubungan antara dua angka yang dihitung dengan membagi satu
angka dengan angka lainnya. Analisa rasio adalah proses menghasilkan informasi
yang meringkas posisi financial dari organisasi dengan menghitung rasio yang
didasarkan pada berbagai ukuran finansial yang muncul pada neraca dan neraca
rugi-laba organisasi.

Menyangkut dua jenis perbandingan

a. Membandingkan rasia saat ini dengan rasia-rasia dimasa lalu


b. Membandingkan rasia-rasia suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang
sejenis
Contohnya adalah perusahaan ingin membandingankan laba yang diperoleh pada
periode yangsebelumnya dengansekarang. Dengan melakukan perbandingan,
perusahaan akan tahu apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran.
Sehingga perusahaan dapat mengambil tindakan selanjutnya untuk di periode yang
akan datang.
5) Bagan dari Teknik yang berhubungan dengan waktu pelaksanaan kegiatan,
seperti
a. Bagan Ganti

Bagan yangmempunyai keluaran disatusumbudan satuan waktu disumbu yang lain


serta menunjukan kegiatan yang direncanakan dan kegiatan yang telah diselesaikan
dalam hubungan antar setiap kegiatan dan dalam hubunganya dengan waktu.
Contohnya adalah perushaan membuat bagan tentang proyek yang

dikerjakan. Dari bagan manajer dapat melihat apakah suatu proyek sedang
dikerjakan, telah selesai, atau belum dikerjakan.
21
b. Program Evaluation and Reviw Technique (PERT)

Dirancang untuk melakukan scheduling dan pengendalian proyek – proyek yang


bersifat kompleks dan yang memerlukan kegiatan – kegiatan tertentu yang harus
dijalankan dalam urutan tertentu dan dibatasi oleh waktu.

22
STUDI KASUS PENGENDALIAN PADA PERUSAHAAN AGRIBISNIS PT CETRAL
BAHARI

PT Central Pertiwi Bahari merupakan perusahaan yang memiliki tambak terbesar di


Indonesia yang bergerak dalam budidaya udang. Pada tanggal 12 Maret 2013 terjadi
bentrokan antara petambak plasma Forum Silaturahmi (Forsil) dengan plasma P2K (Petambak
Pro-Kemitraan ) dan karyawan yang sedang tugas ronda di Pos Ronda PLO dan Pos Ronda FPD.
Kedua kubu yang bentrok tersebut memang sudah sejak Desember 2012 mempunyai perbedaan
sikap terhadap perusahaan PT. Central Pertiwi Bahari yang salah satunya menyebabkan semakin
turunnya produksi. Menurut situs Lampost.co.id dari sekitar 3.400 petambak milik perusahaan
CPB, hanya 600 yang berproduksi. Menghadapi masalah tersebut ada beberap hal yang dilakukan
perusahaan sebagai pengendalian dengan tujuan untuk memperbaiki penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi.

Tidak hanya internal control, namun juga sudah ada external control dalam menghadapi
bentrok tersebut. Setelah masalah pro-kontra para petambak yang mengakibatkan menurunnya
produksi ini mereda, perusahaan mengadakan Repressive control atau pengendalian yang
dilakukan setelah terjadi kesalahan dalam pelaksanaannya, agar masalah yang sama tidak terjadi
lagi di masa yang akan datang. Langkah-langkah yang dilakukan oleh manajemen perusahaan
yaitu menganalisis sebab-sebab yang menimbulkan kesalahan dan mencari tindakan perbaikannya,
memberikan penilaian terhadap pelaksananya, dalam hal ini para petambak, dan memberi sanksi
hukuman kepada mereka. Setelah analisis dilakukan, diketahui bahwa penyebab menurunnya
produksi tersebut adalah karena adanya hasutan yang dilakukan oleh forsil kepada par petambak
sehingga petambak tidak berani menybar bibit. Hasil analisis ini kemudian ditindak lanjuti oleh
pihak manajemen dengan melakukan internal controlling dengan formal controlling yang
dilakukan oleh atasan kepada para petambak.

Petambak yang akhirnya mulai memproduksi kembali tetap menjadi objek pengendalian
manajemen perusahaan. Pihak manajemen tetap melakukan pengendalian berkala selama proses
produksi berjalan. Jenis-jenis pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka
meningkatkan produksi udang yaitu:
1. Pengendalian karyawan, ditujukan kepada hal-hal yang ada hubungannya dengan kegiatan
petambak. Pengendalian berkala selalu dilakukan oleh pihak manajemen kepada para petambak
dalam seluruh proses produksi. Sejak tebar benih hingga proses pemanenan.
2. Pengendalian produksi, ditujukan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas produksi yang
dihasilkan, apakah sesuai dengan standar atau rencananya.
3. Pengendalian waktu, ditujukan kepada penggunaan waktu, waktu selalu direncakanan sejak
waktu penebaran benih hingga waktu pemanenan.
4. Pengendalian teknis, ditujukan kepada hal-hal yang bersifat fisik, yang berhubungan dengan
tindakan dan teknis pelaksanaan.

23
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan
pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan
tugasnya. Menjadi seorang pemimpin yang efektif secara alami hanya memerlukan seseorang
untuk berhenti berusaha menjadi orang lain dan memiliki beberapa karataktersitik khusus. Teori
kepemimpinan ada beberapa macam, yaitu pendekatan Perilaku kepemimpinan, pendekatan
kesifatan dan pendekatan situasional.
Menurut pandangan kontingensi, kepemimpinan tidak berkaitan dengan membuat pemimpin
beradaptasi dengan suatu situasi, melainkan tujuannya adalah untuk mencocokkan gaya pemimpin
dengan situasi yang sesuai. Pandangan kontemporer mengenai kepemimpinan adalah
kepemimpinan umumnya menampilkan pemimpin sebagai sosok yang menggunakan kata-kata,
gagasan dan kehadiran fisik mereka untuk ‘memerintah pasukan’. Kepemimpinan pada abad ke
21 juga mengalami beberapa isu contohnya seperti mengembangkan rasa kepercayaan.
Pengendalian dapat diartikan sebagai fungsi manajemen untuk memastikan bahwa
kegiatan dalam organisasi dilakukan sesuai dengan yang direncanakan. Pengendalian sangat
penting dalam organisasi. Karena, upaya memaksimalkan efesiensi dan produktivitas organisasi
akan tercapai, apabila dilakukan dengan tetap mengevaluasi dan mengawasi kinerja karwayawan.
Terdapat beberapa klasifikasi pengendalian yang dapat ditinjau dari sistem pelaksanaannya
maupun waktu pelaksanaanya.

Langkah-langkah dalam Proses Pengendalian yaitu, Menentukan standar-standar yang


akan digunakan menjadi dasar pengendalian, mengukur hasil yang telah dicapai,
membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan penyimpangan bila
ada, melakukan tindakan perbaikan. Ada beberapa hal yang dapat memengaruhi kualitas dari
sistem pengendalian yang efektif, diantaranya, Information Quality, Planning yang jelas,
Flexibility, Objectivity, dan Economics. Ada dua Teknik yang terkenal yang dapat membantu
manajer agar pelaksanaan pengendalian menjadi lebih efektif yaitu, manajemen dengan
pengecualian dan sistem informasi manajemen. Metode-metode pengendalian bisa
dikelompokkan ke dalam dua bagian, pengendalian non-kuantitatif dan pengendalian kuantitatif

24
DAFTAR PUSTAKA

T. Hani Handoko, 2016, Manajemen, Edisi 2, Yogyakarta, BPFE.

Sumarni, Murti dan John Suprihanto. Pengantar Bisnis (Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan).
Yogyakarta: Liberty Yogyakarta

Stephen p. Robbins dan Mary Coulter. Manajemen, Edisi 10, Jilid 2, Erlangga.

Ajepri, Feska. Kepemimpinan Efektif Dalam Manajemen Berbasis Sekolah, Lampung Tengah
https://media.neliti.com/media/publications/57118-ID-kepemimpinan-efektif-dalam-
manajemen-ber.pdf (diakses tanggal 4 Mei 2021)

Kho, Budi. 2018. Pengertian Pengendalian (Controlling) dan Empat Langkah Pengendalian
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-pengendalian-controlling-empat-langkah-
pengendalian/ (diakses tanggal 4 Mei 2021)

repositori stain kudus. http://eprints.stainkudus.ac.id/1764/5/5.%20BAB%20II.pdf (diakses


tanggal 4 Mei 2021)

Raymond, Tubagus. 2020. Kualitas Sistem Pengendalian yang Efektif.


https://mvpjogja.com/kualitas-sistem-pengendalian-yang-
efektif/#:~:text=Sistem%20pengendalian%20yang%20efektif%20sangat,dapat%20sesuaikan%
20dengan%20perubahan%20kondisi. (diakses pada 4 Mei 2021)

25

Anda mungkin juga menyukai