Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ARTI DECISION MAKING DAN RESPONSIBILITY


Dosen pembimbing : Dr. Ir. La ode Arsad Sani S.Pt. M.Sc.IPM.

Disusun Oleh :

NITA NUR AMELIA L1A123013


NILA SARI SAPUTRI L1A123012
REGA SATRIA IRAWAN L1A123014
BAHARUDIN L1A123023
HIKMAH KAVINDA DANIALA L1A123006

FAKULTAS PETERNAKAN
JURUSAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Penulisan makalah ini di ajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah dasar-dasar manajemen semester 1 dengan
dosen pengampu yaitu bapak, Dr,Ir.La ode Arsad Sani,S.Pt.M.Sc.IPM. Tidak lupa saya
sampaikan terima kasih kepada bliau yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
pembuatan makalah ini.
Akhirnya penulis sampaikan terimakasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan
penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Dengan segala kerendahan
hati saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca guna
meningkatkan kemampuan kami dalam menyusun makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................
1.3 TUJUAN..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
2.1 DECISION MAKING...........................................................................
2.2 RESPONSIBILITY...............................................................................
2.3 DELEGATION......................................................................................
2.4 AUTHORITY........................................................................................
2.5 AKUNTABILITAS...............................................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................


3.1 KESIMPULAN......................................................................................
3.2 SARAN...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Responsible Decision Making adalah hal yang akan kita kupas dan bahas bersama kali ini.
Sebagian orang awam mungkin belum pernah mendengar istilah ini. Namun, istilah ini telah
dikenal dan tidak asing bagi kalangan orang yang bergulat pada dunia psikologi. Arti dari
Responsible Decision Making dalam bahasa indonesia ialah pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab. Jika lebih diperluas lagi, artinya ialah suatu kemampuan seseorang dalam
mengambil dan membuat keputusan yang dilandasi sikap tanggung jawab yang konstruktif
dengan perilaku dan sikap seseorang secara pribadi dengan mempertimbangkan aspek
keamanan, keselamatan dan juga norma sosial.

Kemampuan ini, yaitu bertanggung jawab atas apa yang telah dipilihnya haruslah
ditanamkan sejak dini. Karena, jika hal ini konsisten dilakukan oleh anak, maka akan tumbuh
suatu prinsip dan kebiasaan yang tertanam dalam diri anak. Terlebih jika berkelanjutan dan
konsisten anak tinggi, maka hal ini akan memungkinkan anak tumbih menjadi pribadi yang
bertanggung jawab dan berani dalam mengambil keputusan serta menghadapi segala
konsekuensi yang harus dilewati olehnya.

Kemampuan ini juga bukanlah kemampuan yang tiba-tiba dimiliki seseorang secara
alami. Ini merupakan sikap yang perlu ditanamkan dan ditumbuhkan dalam diri seseorang.
Setelah tertanam, seseorang akan terbiasa dengan sikap tersebut dan menjadikannya pedoman
dalam mengambil keputusan. Karena seseorang yang tanggung jawab dalam menagmbil
keputusan akan lebih mempertimbangkan dan memikirkan seluruh aspek pada alternatif yang
ada. Seseorang yang seperti ini, sebelum mengambil keputusan akan menimbang-nimbang
pilihannya terlebih dahulu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud Decision making?
2. Apa itu Responsibility?
3. Apa hubungan masing-masing dengan fungsi manajemen?
4. Apa kaitannya dengan sistem sentralisasi dan desentralisasi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Agar dapat mengetahui apa itu Decision making
2. Agar dapat mengetahui Reaponsibility
3. Dapat mengetahui hubungan masing-masing dengan fungsi manajemen
4. Dapat mengetahui kaitan dari sitem sentralisasi dan desentralisasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Decision Making
Decision making adalah serangkaian langkah yang diambil oleh manusia
untuk menentukan pilihan atau tindakan terbaik. Kemampuan pengambilan keputusan ini
biasanya dibutuhkan saat kita berada di antara dua hal atau lebih untuk memenuhi kebutuhan,
sebagaimana disebutkan oleh Skills You Need. Namun, jika dijabarkan lebih luas
lagi, skill decision making dalam dunia kerja adalah proses penyelesaian masalah yang
melibatkan pengambilan keputusan untuk memilih solusi yang paling memungkinkan.
Proses decision making juga tidak boleh asal, karena harus dibuat dengan pikiran yang
objektif dan melalui proses identifikasi masalah. Pasalnya, saat bekerja di kantor, keputusan
yang dibuat akan berpengaruh pada nama perusahaan. Oleh karena itu, dalam proses
pengambilan keputusan tersebut biasanya kamu juga perlu meminta pendapat orang lain.
Dilansir dari The Balance Careers, Untuk mendapatkan sebuah keputusan yang paling tepat
bisa dilakukan dengan mengikuti proses. Proses ini dimulai dari memastikan informasi yang
relevan dan mempertimbangkan setiap keputusan yang memungkinkan.

Berikut ini beberapa proses pengambilan keputusannya:

1. Definisikan terlebih dahulu masalah yang akan dicari keputusannya.


2. Kumpulkan apa saja hasil keputusan yang paling memungkinkan.
3. Cari pro dan kontra dari setiap hasil keputusan tersebut.
4. Pilih salah satu keputusan terbaik.
5. Nilai apa saja dampak positif dan negatif dari keputusan tersebut.
6. Modifikasi keputusan dengan melakukan tindakan yang diperlukan.

Sebenarnya untuk mengambil keputusan tidak selalu harus mengikuti 6 hal di atas.
Namun yang terpenting adalah untuk selalu membuat keputusan dengan objektif.

 Contoh Decision Making

Decision making adalah skill yang berhubungan erat dengan beberapa skill lainnya
yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin.Berikut ini beberapa contoh dari skill decision
making menurut Indeed, antara lain

1. Problem solving
Contoh skill decision making yang pertama adalah problem solving atau penyelesaian
masalah. Kemampuan problem solving umumnya disebut hanya dibutuhkan oleh para
pemimpin saja. Faktanya, setiap orang perlu memiliki kemampuan yang satu ini karena
sangat dibutuhkan dalam pekerjaan sehari-hari.Saat harus menghadapi suatu masalah tidak
semua orang bisa menghadapinya dengan bijaksana. Karena sering kali emosi ikut ambil
peran saat kita harus membuat keputusan apa pun.Padahal, saat harus menyelesaikan masalah
dan membuat suatu keputusan haruslah selalu berpikiran objektif dan logis tanpa bias.

2. Active listening

Active listening atau kemampuan mendengarkan yang aktif tidak kalah pentingnya
dan sangat berperan dalam proses pengambilan keputusan. Dalam proses pengambilan
keputusan tentu saja kita harus selalu menerima masukan dari orang lain. Apalagi jika orang
tersebut memang memiliki kemampuan yang mumpuni. Itulah mengapa kemampuan active
listening ini sangatlah dibutuhkan. Dengan mampu mendengarkan dengan baik, pasti kamu
bisa berdiskusi dan berkolaborasi untuk mengambil suatu keputusan dengan baik.

3. Penalaran

Dalam membuat keputusan tentu saja dibutuhkan kemampuan untuk berpikir yang
logis dan melakukan penalaran. Pastikan sebelum memutuskan sesuatu pelajari dahulu semua
informasi yang dibutuhkan. Kemudian coba lakukan penalaran dan cari tahu seperti apa
keputusan yang tepat. Tanpa kemampuan bernalar yang baik pasti akan cukup sulit untuk
mendapatkan suatu keputusan yang objektif.

4. Intuisi

Intuisi juga menjadi bagian penting dalam skill decision making karena pada saat
memutuskan kita juga akan bergantung pada insting. Insting biasanya didapatkan dari
pembelajaran atau pengalaman yang pernah didapatkan di masa lalu.

2.2 Responsibility
Responsibility atau tanggung jawab adalah tugas yang dipercayakan manajer kepada
bawahannya. Ini adalah komitmen moral untuk menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan.
Dengan kata lain dapat juga diartikan sebagai “Tanggung jawab adalah kewajiban seseorang
untuk melaksanakan kegiatan yang ditugaskan dengan sebaik-baiknya”.
Tanggung jawab berakhir ketika orang tersebut telah menyelesaikan tugasnya.

Poin-poin berikut membantu untuk lebih memahami konsep tanggung jawab:


1. Merupakan kewajiban seseorang untuk melaksanakan tugas tersebut.
2. Ketika seorang atasan mendelegasikan wewenang untuk melaksanakan tugas tertentu,
ia bertanggung jawab kepada atasannya atas tugas tersebut.
3. Kurangnya keseimbangan tidak boleh terjadi karena tidak akan membantu mencapai
hasil yang diinginkan.
4. Hierarki yang diikuti adalah dari bawah ke atas. Setiap individu bertanggung jawab
kepada atasannya.
5. Tanggung jawab harus ditetapkan secara kuantitatif karena membantu dalam
menyusun standar yang dapat dibandingkan. Tanggung Jawab Sosial Konsep Bisnis.
Konsep tanggung jawab sosial berarti bahwa perusahaan mencapai tujuan
keuangannya dan juga melayani masyarakat. Setiap organ masyarakat berkontribusi terhadap
pertumbuhan dan kesuksesan bisnis karena tidak ada bisnis yang dapat bertahan sendirian.
Hal ini menjadi kewajiban moral bisnis untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi
masyarakat. Tanggung jawab terhadap masyarakat ini disebut tanggung jawab sosial.
Perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial harus mengupayakan kesejahteraan
berbagai lapisan masyarakat dan tidak semata-mata berupaya memaksimalkan keuntungan.
Ernst dan Ernst telah mengidentifikasi enam bidang di mana tanggung jawab sosial
diharapkan:
1. Energi: Digambarkan sebagai konservasi energi dalam operasional bisnis dan peningkatan
efisiensi energi sebagai tuntutan bisnis yang harus dilakukan pada tahap selanjutnya.
2. Praktik Bisnis yang Adil: Ini berfokus pada hubungan perusahaan dengan kelompok
kepentingan khusus lainnya. Ini berkaitan dengan ketenagakerjaan dan kemajuan kaum
minoritas, ketenagakerjaan dan kemajuan perempuan, dukungan untuk bisnis minoritas,
dan praktik tanggung jawab sosial di luar negeri.
3. Sumber Daya Manusia: Kegiatan utama yang termasuk dalam bab ini adalah praktik
perekrutan, program pelatihan, pengayaan pekerjaan, tingkat upah dan gaji, rasa saling
percaya dan percaya diri, keamanan kerja, kegiatan mutasi dan promosi, dan kesehatan
kerja.
4. Keterlibatan Masyarakat: Kepala ini meliputi kegiatan kemasyarakatan, kegiatan yang
berhubungan dengan kesehatan, pendidikan dan seni, serta kegiatan yang berhubungan
dengan kemasyarakatan lainnya.
5. Produk: Bagian ini menyangkut aspek kualitatif produk. Kegunaan, kemudahan servis,
dan keamanan produknya. Selain itu mencakup kepuasan pelanggan, iklannya, pelabelan,
dan pengemasan produk. Aspek-aspek ini penting dari sudut pandang pemasaran.
6. Lingkungan Hidup: Bab ini mencakup pengendalian pencemaran dalam pelaksanaan
operasi bisnis. Tanggung jawab sosial perusahaan dalam mengadopsi teknologi yang lebih
efisien untuk meminimalkan penggunaan sumber daya dan pengurangan limbah.

 Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


Setiap bisnis harus menjalankan operasionalnya untuk memberikan dampak positif
secara menyeluruh terhadap manusia atau masyarakat sekitar. CSR (Corporate Social
Responsibility) mengharuskan setiap bisnis untuk bekerja secara etis dan meningkatkan
taraf hidup masyarakat. Kontribusi sukarela harus datang dari setiap bisnis. Konsep CSR
menghadirkan keseimbangan antara dimensi bisnis ekonomi, sosial, etika, dan
kemasyarakatan. Ini memaksa setiap bisnis untuk melakukan aktivitasnya secara harmonis
dan dengan cara yang etis. Melalui petunjuk-petunjuk di bawah ini akan dijelaskan
pengertian dan konsep CSR:
1. Semua bisnis harus menghasilkan keuntungan, namun hal tersebut tidak boleh
mengorbankan pelanggan.
2. CSR mendorong setiap bisnis untuk dijalankan dengan cara yang etis.
3. Semua bisnis harus melakukan upaya sukarela untuk memberi manfaat bagi masyarakat.
4. Ini menciptakan keseimbangan antara semua dimensi lingkungan bisnis.

 Konsep Wewenang dan Tanggung Jawab


Wewenang adalah hak atasan untuk memberikan instruksi kepada bawahannya
sedangkan tanggung jawab adalah tugas yang diberikan kepada orang-orang untuk
menyelesaikan sesuatu dalam jangka waktu tertentu. Ini menunjukkan kewajiban bawahan
untuk menyelesaikan tugas dan timbul dari hubungan atasan-bawahan.
Wewenang dapat didelegasikan dan diturunkan tetapi tanggung jawab tidak dapat
didelegasikan. Tanggung jawab ada pada bawahan. Oleh karena itu, tidak ada bawahan yang
dapat mendelegasikan tanggung jawabnya kepada orang lain untuk menghindari tanggung
jawab. Keduanya berkerabat dekat dan seharusnya mempunyai keseimbangan di antara
keduanya. Seorang bawahan bertanggung jawab terhadap wewenang yang didelegasikan
kepadanya dan tidak lebih dari itu.

 Konsep Tanggung Jawab dalam Manajemen


Umumnya dalam organisasi, manajer mempunyai wewenang. Mereka bertanggung
jawab penuh atas orang lain yang direkrut. Tanggung jawab digunakan dalam banyak arti.
Artinya suatu kewajiban atau tanggung jawab atau akuntabilitas. Dalam kata-kata Koontz dan
O' Dennell, tanggung jawab diartikan sebagai “ Kewajiban bawahan, kepada siapa atasannya
menugaskan suatu tugas, untuk melakukan pelayanan sesuai kebutuhan”.

Di bawah ini adalah bidang tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh manajer:
1. Sikap terhadap manajemen tingkat atas.
2. Perilaku dengan kelompok lain.
3. Sikap dan nilai pribadi.
4. Perilaku dengan bawahan.

2.3 Delegation
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, delegasi memiliki arti orang yang ditunjuk dan diutus oleh suatu perkumpulan,
seperti negara dan sebagainya, dalam suatu perundingan atau pertemuan. Makna lainnya,
delegasi adalah penyerahan atau pelimpahan wewenang.
Dilansir dari laman Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), delegasi
dalam bidang manajemen lebih tepat diartikan sebagai penyerahan atau pelimpahan
wewenang maupun tugas. Pendelegasian ini biasa dilakukan oleh seorang manajer. Manajer
akan mendelegasikan tugas kepada bawahannya karena mungkin ada beberapa pekerjaan
yang harus dibagi. Pendelegasian adalah hal yang wajar agar sebuah tim kerja dapat berjalan
lebih efektif dalam mencapai tujuan tertentu.

Ada beberapa jenis delegasi yang dilakukan oleh manajer, antara lain sebagai berikut.
1. Delegasi Umum
Delegasi umum yaitu penyerahan tugas atau wewenang kepada bawahan untuk
menjalankan fungsi manajemen secara umum. Contohnya adalah penyerahan tugas
keorganisasian, perencanaan atau pengawasan kinerja.

2. Delegasi Formal
Delegasi formal yaitu penyerahan tugas berdasarkan struktur perusahaan. Pembagian
tugas ini sudah tersistem bahwa bawahan bertanggung jawab kepada atasannya. Contoh
ketika manajer harus meningkatkan kualitas barang yang dihasilkan, maka jajaran di
bawahnya harus melakukan fungsi pengawasan produksi secara ketat.

3. Delegasi Informal

Delegasi informal yaitu penyerahan tugas yang tidak berdasarkan struktur perusahaan. Tugas
tersebut bisa saja bukan bagian dari tugas pokok sesuai jabatannya.

Namun tugas diserahkan karena dianggap bisa atau memang memiliki keahlian di bidang
yang di luar jabatannya. Misalnya ketika seorang staf personalia ditugaskan memperbaiki
komputer karena memiliki kemampuan itu.

4. Delegasi Lateral
Delegasi lateral yaitu pelimpahan tugas atau wewenang kepada pihak lain untuk
menjalankan sesuatu yang bukan tugas pokoknya. Misalnya bagian HRD meminta manajer
umum agar seluruh karyawan mengumpulkan foto, kemudian manajer umum mendelegasikan
tugas kepada setiap manajer bagian untuk mengumpulkan foto karyawan di bagian masing-
masing.

5. Delegasi Khusus
Delegasi khusus adalah penyerahan tugas khusus yang dikerjakan pada saat tertentu
dengan tujuan tertentu. Contohnya ketika manajer meminta staf bagian produksi untuk
melakukan riset produk ke daerah tertentu untuk membuat produk yang lebih bersaing.

 Unsur Delegasi

1. Ada Wewenang
Delegasi hanya dapat dilakukan ketika seseorang memiliki wewenang.
Wewenang ini dimiliki oleh setiap atasan. Top manager memiliki wewenang atas
middle manager, middle manager memiliki wewenang atas lower manager. Setiap
manajer diberi hak untuk mengelola jajaran yang ada di bawahnya.

2. Pembagian Tugas yang Adil


Setelah adanya wewenang, maka unsur berikutnya adalah pembagian tugas
untuk delegasi. Manajer harus membagi tugas kepada orang yang tepat. Selain itu,
pendelegasian harus bersifat adil disesuaikan dengan kemampuan, jabatan, dan tugas
pokok masing-masing, serta sesuai dengan aturan yang berlaku.

3. Pelimpahan Wewenang
Setelah tugas dibagikan, maka di situ sekaligus ada pelimpahan wewenang dari
manajer. Dengan demikian, atasan tidak merasa dilangkahi dan bawahan menjadi
memiliki wewenang yang sebelumnya tidak dia miliki.

4. Tanggung Jawab
Ketika tugas telah dibagi, maka otomatis bawahan memiliki tanggung jawab
tambahan kepada atasannya. Dia harus mengerjakan tugasnya dengan penuh tanggung
jawab. Jika menemui kendala tertentu maka harus mengkomunikasikan kepada
pemberi tugas.

5. Akuntabilitas
Hasil pekerjaan yang didelegasikan harus tercatat agar bisa menjadi bahan
evaluasi di masa mendatang.

 Tujuan Delegasi
Pendelegasian memiliki beberapa tujuan, di antaranya adalah: Agar pekerjaan bisa
diselesaikan secara efektif dan efisien serta tidak melebihi batas waktu. Agar manajer bisa
fokus mengerjakan hal yang lebih penting atau lebih besar tanggung jawabnya atau
bertujuan lebih besar. Agar karyawan berbagi peran sesuai dengan jabatan, kemampuan
yang porsinya dibagi secara adil. Agar manajer lebih mudah menentukan kebijakan yang
tepat berdasarkan evaluasi pekerjaan. Agar pekerja termotivasi untuk mengerjakan tugas.
Agar pekerja termotivasi dalam mengembangkan kariernya.

Manfaat Delegasi
Dilansir dari penelitian di Prodi Ilmu Perpustakaan UIN Ar-Raniry Banda Aceh,
beberapa manfaat pendelegasian, yaitu:

1. Pengoptimalan Waktu dan Pekerjaan


Manajer dengan taggung jawab yang banyak dan besar tidak mungkin melakukan
tugas seorang diri dalam waktu yang terbatas. Maka tugas didelegasikan kepada bawahan
sehingga pekerjaan bisa lebih fokus dan hasilnya optimal.

2. Pemanfaatan Keterampilan Karyawan


Karyawan dengan keterampilan dan kemampuan yang lebih di bidang tertentu bisa
dimanfaatkan untuk menjalankan tugas yang sesuai, sehingga kemampuan yang dimiliki
tidak sia-sia.

3. Sekaligus untuk Pelatihan


Pendelegasian juga bisa dimanfaatkan sebagai on the job training. Karyawan bisa
ditugasi mengerjakan sesuatu sebagai bentuk pelatihan, namun hasilnya tetap harus
optimal. Pelatihan ini bisa mengerjakan sesuatu yang tingkatannya lebih tinggi atau
mungkin pekerjaan yang setara namun berada pada divisi lain. Hal ini bermanfaat untuk
memastikan karyawan siap digeser ke divisi lain atau naik jabatan.

4. Pelatihan Kepemimpinan
Karyawan yang didelegasikan menggantikan tugas atasan maka sekaligus bisa
berlatih kepemimpinan, yaitu bagaimana memecahkan masalah, bagaimana membagi
tugas, dan bagaimana memunculkan rasa tanggung jawab serta rasa memiliki perusahaan.
5. Bahan Evaluasi
Pendelegasian juga bisa dilakukan sebagai bentuk ujian kepada karyawan. Hal ini
dilakukan sebagai bahan evaluasi terkait karier bawahan dan juga evaluasi untuk
meningkatkan pencapaian perusahaan.

2.4 Authority

A. Kekuasaan dan Otoritas

Kekuasaan manajer dapat diukur dari kemampuannya untuk

 Tarik hadiahnya
 Memberikan imbalan
 Memiliki kemampuan,dll

Dengan demikian, sumber kekuasaan utama dapat dianggap sebagai kepribadian yang
mendominasi, keahlian, penghargaan, dll. Sedangkan wewenang digambarkan sebagai
kekuasaan yang dilembagakan yang diberikan oleh organisasi secara formal. Kita telah
mempelajari perbedaan antara otoritas dan kekuasaan. Sekarang kita akan memperluas
konsep otoritas untuk memahaminya lebih jauh.

Konsep Otoritas

Dalam manajemen, wewenang diringkas sebagai hak untuk membimbing dan


mengarahkan kegiatan orang lain. Selanjutnya, untuk mengamankan mereka dari tanggapan
mereka yang juga sejalan dengan tujuan organisasi. Dengan demikian, merupakan hak yang
memanfaatkan sumber daya organisasi untuk mengambil keputusan. Untuk itu, penguasa
berhak mengarahkan orang lain agar individu melaksanakan tugasnya. Hal ini juga membantu
dalam mencapai tujuan organisasi. Selain itu, hak ini mengacu pada hak untuk membuat
keputusan dan melaksanakan keputusan tersebut. Dalam istilah alternatif, dapat juga
dikatakan sebagai hak untuk bertindak. Barnard mengatakan bahwa otoritas adalah karakter
komunikasi dalam organisasi formal yang karenanya kontributor menerimanya.Selain itu,
otoritas dapat berupa kekuasaan yang diperlukan untuk mengambil keputusan yang dapat
memandu tindakan orang lain.

 Karakteristik Otoritas

Ada ciri-ciri tertentu yang diikuti oleh konsep kekuasaan. Ini adalah:

1. Wewenang dianggap sebagai hubungan antara dua orang – bawahan dan atasannya.
Orang-orang dengan superioritas membingkai keputusan dan meneruskannya. Mereka
berpikir bahwa bawahan akan menerima keputusan tersebut dan melaksanakannya.
2. Orang yang diberi kedudukan wewenang itu sah dan sah. Posisi ini didukung oleh
hukum, tradisi, dan standar keaslian. Dengan demikian, wewenang juga dianggap
formal.
3. Wewenang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian, kegunaan
dasar wewenang adalah untuk mempengaruhi sikap dan perilaku bawahan dalam
rangka melakukan hal yang benar pada waktu yang tepat.
4. Jadi, tujuan organisasi tercapai oleh bawahan. Orang yang mempunyai wewenang
mempengaruhi perilaku individu yang sebaliknya mungkin melakukan hal tersebut.
5. Orang yang mempunyai kedudukan berwenang tidak menikmatinya tanpa batas. Ada
batasan dan sejauh mana posisi otoritas dapat dicapai. Ini sudah ditentukan
sebelumnya. Orang yang mempunyai wewenang diharapkan menggunakannya sesuai
aturan, kebijakan, dan regulasi.
6. Otoritas juga memberi seseorang hak untuk mengambil keputusan. Lebih jauh lagi,
seorang manajer hanya dapat memutuskan perintahnya mengenai apa yang boleh atau
tidak boleh dilakukan oleh bawahannya. Dengan demikian, wewenang dilaksanakan
dengan menggunakan keputusan dan melihat kapan wewenang itu dilaksanakan.

a. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah istilah yang biasanya ditemukan dalam manajemen perusahaan


atau pemerintahan. Istilah ini memiliki kaitan yang erat dengan pertanggungjawaban.
Secara umum, akuntabilitas merupakan bentuk pertanggungjawaban seseorang atau
perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan seperti laporan, administrasi, dan
pembukuan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), akuntabilitas adalah suatu keadaan
yang dapat dimintai pertanggungjawaban. Maka dapat disimpulkan bahwa
akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban seseorang atau sebuah organisasi
kepada pihak-pihak yang berhak mendapatkan keterangan tentang kegiatan bisnis atau
kinerja dalam menjalankan tugas demi mencapai suatu tujuan tertentu.
Menurut Sedarmayanti, akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan
pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang
atau suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk
meminta keterangan atau pertanggungjawaban.
Sementara menurut Turner dan Hulme, akuntabilitas adalah keharusan lembaga-
lembaga sektor publik untuk lebih menekankan pada pertanggungjawaban horizontal
(masyarakat) bukan hanya pertanggungjawaban vertikal (otoritas yang lebih tinggi).
Prinsip akuntabilitas pada dasarnya dimaksudkan agar kebijakan, langkah, atau
kinerja yang dijalankan sebuah lembaga dapat dipertanggungjawabkan, seperti dikutip
dari buku Pendidikan Anti Korupsi oleh Andi Mursidi, dkk.
Akuntabilitas perlu dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. Berikut
beberapa prinsip akuntabilitas. Memberikan jaminan dalam menggunakan sumber
daya secara konsisten yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Mempunyai komitmen dari pimpinan pada semua staf dalam melakukan kegiatan
organisasi yang memiliki nilai akuntabel. Melakukan tujuan dari visi, misi, hasil, dan
manfaat yang didapat melalui kegiatan organisasi. Memberikan informasi terkait
tingkat pencapaian atas tujuan atau saran yang sebelumnya sudah ditentukan.
Mempunyai prinsip yang transparan, jujur, objektif, dan juga inovatif.

b. Fungsi Akuntabilitas

Akuntabilitas memiliki tiga fungsi, yakni sebagai alat kontrol demokrasi,


mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, dan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas.

c. Jenis Akuntabilitas

Schelder dan Plano dalam buku Akuntabilitas Konsep dan Implementasi,


menuliskan lima jenis akuntabilitas. Berikut penjelasannya.

1. Akuntabilitas fiskal, yaitu tanggung jawab atas dana publik.


2. Akuntabilitas legal, yaitu tanggung jawab untuk mematuhi hukum.
3. Akuntabilitas program, tanggung jawab untuk menjalankan suatu program.
4. Akuntabilitas proses, yaitu tanggung jawab melaksanakan prosedur.
5. Akuntabilitas outcome, yaitu tanggung jawab atas hasil.

d. Contoh Akuntabilitas

Laporan kinerja adalah laporan hasil kerja seseorang atau organisasi dalam
melaksanakan pekerjaannya untuk mencapai tujuan. Laporan ini dapat diukur dengan
standar yang telah ditetapkan selama periode tertentu. Laporan kinerja dapat
menggambarkan perbandingan antara hasil yang sesungguhnya dicapai dengan
rencana yang dibuat sebelumnya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemimpin adalah seseorang yang melaksanakan beberapa hal yang benar.
manajer adalah seseorang yang harus melaksanakan sesuatu secara benar.
Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar perannya dalam
setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil
tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin. Sehingga
jika seorang pemimpin tidak mampu membuat keputusan, seharusnya dia tidak
dapat menjadi pemimpin.

3.2 Saran
Manusia ialah makhluk sosial,dimana setiap harinya pasti akan berinteraksi antara
satu dengan yang lainnya.Interaksi yang terjalin akan memunculkan suatu pilihan dalam
kehidupan manusia.Penentuan pilihan tersebut akan memberikan pengaruh yang
sedemikian besar pada setiap pihak ,sehingga pemilihan tersebut di pilih berdasarkan
pertimbangan yang mengarah pada peningkatan kesejahteraan terutama pada pihak yang
membuat pilihan.Diantara banyak pilihan yang ada memerlukan suatu keputusan dalam
menentukan pilihan tersebut.Oleh karena itukemampuan dalam pengambilan keputusan
akan memberi dampak yang berkelnjutan.keputusn yang di ambil melalui cara
penganmbilan keputusan yang baik akan menghasilkan keputusan yang bermutu,semakin
meningkat kualitas dari suatu keoutusan.Mutu keputusan yang semakin meningkat akan
semakin meyakinkan orang lain tentang keputusan yang diambil dan bisa meningkatkan
profesionalisme dari seorang pemimpin,manajer atau administrator.

DAFTAR PUSTAKA

http://strawberrycupcup.blogspot.com/2013/05/normal-0-false-false-
false-in-x-none-x.html

http://suryasyahrulrajabfoundation.blogspot.com/2012/04/beberapa-

tipologi-kepemimpinan.html

http://desndesty.blogspot.com/2012/11/arti-penting-kepemimpinan-

dalam_7976.html

Bahan ajar kepemimpinan. Markus Tae, S.Sos, M.Si

Anda mungkin juga menyukai