Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KEPEMIMPINAN DAN PENGAMBILAN


KEPUTUSAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan yang dibimbing
oleh

Ade Imam Suhakim, S.E., M.M.

MA.22.C13

Disusun oleh:

1. Ahmad Paris (112211075)


2. Ariedera (112210159)
3. Eka Dwi Ambarani Putri (112210570)
4. D. Yun Yun Haris Permana (112210223)
5. Santi Aprilianti (112211140)
6. Siti Nurul Fauziah (112210828)
7. . Zaeniah Vi Laelati Syuro (112211084)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

1
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PELITA BANGSA 2023

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T dan junjungan Nabi besar
Muhammad SAW. Sehingga saya bisa menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul
“Kepemimpinan Dan Pengambilan Keputusan” pada mata kuliah ”
Kepemimpinan”.

Saya mengucapkan terimakasih kepada bapak Ade Imam Suhakim, S.E., M.M.
selaku dosen mata kuliah Kepemimpinan yang telah membimbing saya dalam
penyusunan makalah ini. Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari
sempurna, dan saya berharap makalah yang saya sajikan menjadi referensi sebagai
ilmu tambahan untuk menambah wawasan bagi pembaca, untuk itu saya menerima
saran dan kritik yang membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.

Cikarang, 14 November 2023

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN
…………………………………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang


…………………………………………………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah


……………………………………………………………… 1

BAB II PEMBAHASAN
…………………………………………………………………… 2

2.1 Pengertian Kepemimpinan


……………………………………………………... 2

2.2 Pengertian Pengambilan Keputusan


……………………………………………. 2

2.3 Peranan Kepemimpinan Dalam Mengambil Keputusan


……………………….. 2

2.4 Pengaruh Perilaku Dalam Pengambilan Keputusan


……………………………. 2

2.5 Langkah - Langkah Pengambilan Keputusan


…………………………………... 2

2.6 Faktor - Faktor Pengaruh Dalam Pengambilan Keputusan


…………………….. 2

BAB III PENUTUP


………………………………………………………………………… 3

3
3.1 Studi Kasus
……………………………………………………………………. 3

3.2 Kesimpulan
……………………………………………………………………. 3

3.3 Saran
…………………………………………………………………………... 3

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu organisasi selalu melibatkan partisipasi banyak orang yang


berinteraksi erat satu sama lain. Interaksi-interaksi tersebut diorganisasikan ke
dalam suatu struktur yang dapat memberikan kontribusi terhadap upaya
mencapai tujuan bersama. Agar pelaksanaan pekerjaan dalam suatu organisasi
dapat berlangsung seperti biasa maka diperlukan sumber daya seperti
peralatan, cara kerja, bahan baku, dan lain-lain. Upaya untuk mengatur dan
mengarahkan sumber daya ini disebut manajemen. Sedangkan hakikat
manajemen adalah kepemimpinan (Leadership) (Siagian, 1980).

Upaya membangun keefektifan pemimpin terletak semata pada


pembekalan dimensi keterampilan teknis dan keterampilan konseptual.
Adapun keterampilan personal menjadi terpinggirkan Faktanya, efektivitas
kegiatan manajemen dan pengaruhnya terhadap kinerja organisasi sangat
bergantung pada kepekaan manajer dalam menggunakan keterampilan
pribadinya. Keterampilan pribadi tersebut meliputi kemampuan memahami
perilaku individu dan kelompok dalam kontribusinya dalam membentuk
dinamika organisasi, kemampuan mengubah perilaku, dan kemampuan
memahami dan memotivasi, kemampuan memahami proses komunikasi
efektif, kemampuan memahami hubungan antara konsep kepemimpinan-
kekuasaan-politik dalam organisasi, kemampuan memahami silsilah konflik
dan negosiasi, serta kemampuan membangun budaya organisasi yang ideal.

1
B. Rumusan Masalah

1. Pengertian kepemimpinan
2. Pengertian pengambilan keputusan
3. Peranan kepemimpinan dalam pengambilan keputusan
4. Pengaruh perilaku terhadap pengambilan keputusan
5. Menjelaskan langkah - langkah dalam pengambilan keputusan
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan

Sebelum membahas tentang pembagian peran kepemimpinan terlebih


dahulu kita akan memaparkan tentang pengertian peran kepemimpinan itu sendiri.
Kepemimpinan adalah adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah
kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.Dalam pengertian lain
kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki
jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi orang lain, terutama
bawahannya, untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui
perilaku yang positif ia memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan
organisasi.
Sedangkan pengertian peran adalah perilaku yang diatur dan diharapkan
dari seseorang dalam posisi tertentu.Jadi dari keterangan di atas dapat
disimpulkan bahwa peranan kepemimpinan adalah seperangkat perilaku yang
diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai kedudukannya sebagai seorang
pemimpin.
Beberapa peran/fungsi kepemimpinan adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Perencanaan
Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi
organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan
organisasi.
Manfaat – manfaat tersebut antara lain :
a. Perencanaan merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam
pekerjaanuntuk memutuskan apa yang akan dilakukan
b. Perencanaan berarti pemikiran jauh ke depan disertai keputusan –
keputusan yang berdasarkan atas fakta – fakta yang diketahui
c. Perencanaan berarti proyeksi atau penempatan diri ke situasi pekerjaan
yang akan dilakukan dan tujuan atau target yang akan dicapai.

3
Perencanaan meliputi dua hal, yaitu :
a. Perencanaan tidak tertulis yang akan digunakan dalam jangka pendek,
pada keadaan darurat, dan kegiatan yang bersifat terus menerus.
b. Perencanaan tertulis yang akan digunakan untuk menentukan kegiatan
– kegiatan yang akan dilakukan atas dasar jangka panjang dan
penentukan prosedur – prosedur yang diperlukan.

Setiap rencana yang baik akan berisi :


a. Maksud dan tujuan yang tetap dan dapat dipahami
b. Penggunaan sumber – sumber enam M secara tepat
c. Cara dan prosedur untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Fungsi memandang ke depan


Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan
mampu mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap
kemungkinan. Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan
ke arah yang dituju akan dapat berlangusng terus menerus tanpa mengalami
hambatan dan penyimpangan yang merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin
harus peka terhadap perkembangan situasi baik di dalam maupun diluar
organisasi sehingga mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul,
baik yang kecil maupun yang besar.

3. Fungsi pengembangan loyalitas


Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga
unutk para pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisai. Untuk
mencapai kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan

4
baik dalam pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku sehari – hari yang
menunjukkan kepada anak buahnya pemimpin sendiri tidak pernah
mengingkari dan menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat
berjalan sebagaimana mestinya.

4. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa
meneliti kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka
hambatan – hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga
semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel yang elah ditetapkan dalam
rencana .

5. Fungsi mengambil keputusan


Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak
mudah dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk
melakukan pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang
berani mengambil keputusan. Metode pengambilan keputusan dapat dilakukan
secara individu, kelompok tim atau panitia, dewan, komisi, referendum,
mengajukan usul tertulis dan lain sebagainya.

6. Fungsi memberi motivasi


Seorang pemipin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak
buahnya. Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati,
mempengaruhi anak buahnya agar rajinbekerja dan menunjukkan prestasi
yang baik terhadap organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah yang
berupa ganjaran, hadiah, piujian atau ucapan terima kasih sangat diperlukan
oleh anak buah sebab mereka merasa bahwa hasil jerih payahnya diperhatikan
dan dihargai oleh pemimpinnya.

5
Di lain pihak, seorang pemimpin harus berani dan mampu mengambil
tindakan terhadap anak buahnya yang menyeleweng, yang malas dan yang
telah berbuat salah sehingga merugikan organisasi, dengan jalan memberi
celaan, teguran, dan hukuman yang setimpal dengan kesalahannya. Untuk
melaksanakan fungsi fungsi ini sebaik- baiknya, seorang pemimpin perlu
menyelenggarakan daftar kecakapan dan kelakuan baik bagi semua pegawai
sehingga tercatat semua hadiah maupun hukuman yang telah diberikan kepada
mereka.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kepemimpinan dapat


berperan dengan baik, antara lain:
1. Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan
pengangkatan atau penunjukannya, melainkan penerimaan orang lain
terhadap kepemimpinan yang bersangkutan
2. Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh
dan berkembang
3. Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi
4. Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui
pertumbuhan dan perkembangan
5. Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap
anggota mau menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya untuk
mencapai tujuan organisasi.

B. Pengertian Pengambilan Keputusan

Pada hakekatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan


yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan

6
data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan mengambil
Tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Pengertian diatas menunjukan ada lima hal yang perlu diperhatikan adalah:

1. Dalam proses pengambilan keputusan tidak ada hal yang terjadi secara
kebetulan.
2. Pengambilan keputusan tidak dapat dilakukan secara sembarangan.
3. Sebelum sesuatu masalah dapat dipecahakan dengan baik, hakekatnya
dari pada masalah itu harus diketahui dengan jelas.
4. Pemecahan masalah tidak dapat dilakukan dengan ilham atau dengan
mengarang, tetapi harus didasarkan pada fakta yang terkumpul,, terolah
dengan baik dan disimpan secara teratur sehingga dapat dipercayai.
5. Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai
alternatif yang ada dari berbagai alternatif yang dianalisis dengan
matang.

Kesemuanya ini menunjukan bahwa pengambilan keputusan sebagai


tugas terpenting dan terutama bagi seorang pemimpin yang baik, bukan
merupakan tugas mudah dan bahwa apabila seorang ingin diakui sebagai
seorang pemimpin yang baik maka orang tersebut sepanjang karirnya harus
teratur dan berkesinambungan dengan kemampuan mengambil keputusan.
Dengan kata lain pengambilan keputusan adalah suatu teknik untuk
memecahkan suatu masalah dengan mempergunakan teknik-teknik ilmiah.

C. Peranan Kepemimpinan Dalam Pengambilan Keputusan

Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar


perannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan

7
mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin.
Sehingga jika seorang pemimpin tidak mampu membuat keputusan, seharusnya
dia tidak dapat menjadi pemimpin.

Dilain hal, pengambilan keputusan dalam tinjauan perilaku mencerminkan


karakter bagi seorang pemimpin. Oleh sebab itu, untuk mengetahui baik tidaknya
keputusan yang diambil bukan hanya dinilai dari konsekuensi yang
ditimbulkannya. Melainkan melalui berbagai pertimbangan dalam prosesnya.
Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan,
sehingga:
1. Teori keputusan meupakan metodologi untuk menstrukturkan dan
menganalisis situasi yang tidak pasti atau berisiko, dalam konteks ini
keputusan lebih bersifat perspektif daripada deskriptif
2. Pengambilan keputusan adalah proses mental dimana seorang manajer
memperoleh dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya,
menggeser jawaban untuk menemukan informasi yang relevan dan
menganalisis data; manajer, secara individual dan dalam tim, mengatur dan
mengawasi informasi terutama informasi bisnisnya
3. Pengambilan keputusan adalah proses memlih di antara alternatif-alternatif
tindakan untuk mengatasi masalah.

Dalam pelaksanaannya, pengambilan keputusan dapat dilihat dari


beberapa aspek, yaitu: proses dan gaya pengambilan keputusan.

1. Proses pengambilan keputusan


Prosesnya dilakukan melalui beberapa tahapan seperti:
a. Identifikasi masalah
b. Mendefinisikan masalah
c. Memformulasikan dan mengembangkan alternative
d. Implementasi keputusan
e. Evaluasi keputusan

2. Gaya pengambilan keputusan

8
Selain proses pengambilan keputusan, terdapat juga gaya pengambilan
keputusan. Gaya adalah lear habit atau kebiasaan yang dipelajari. Gaya
pengambilan keputusan merupakan kuadran yang dibatasi oleh dimensi:
a. Cara berpikir, terdiri dari:
1) Logis dan rasional; mengolah informasi secara serial
2) Intuitif dan kreatif; memahami sesuatu secara keseluruhan.

b. Toleransi terhadap ambiguitas


1) Kebutuhan yang tinggi untuk menstruktur informasi dengan cara
meminimalkan ambiguitas
2) Kebutuhan yang rendah untuk menstruktur informasi, sehingga dapat
memproses banyak pemikiran pada saat yang sama.

Kombinasi dari kedua dimensi diatas menghasilkan gaya pengambilan


keputusan seperti:
1. Direktif = toleransi ambiguitas rendah dan mencari rasionalitas. Efisien,
mengambil keputusan secara cepat dan berorientasi jangka pendek
2. Analitik = toleransi ambiguitas tinggi dan mencari rasionalitas. Pengambil
keputusan yang cermat, mampu menyesuaikan diri dengan situasi baru
3. Konseptual = toleransi ambiguitas tinggi dan intuitif. Berorientasi jangka
panjang, seringkali menekan solusi kreatif atas masalah
4. Behavioral = toleransi ambiguitas rendah dan intuitif. Mencoba menghindari
konflik dan mengupayakan penerimaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka berikut adalah upaya-upaya yang perlu


ditempuh seperti:
1. Cerna masalah
Sejalan dengan peran kepemimpinan, maka terdapat perbedaan antara
permasalahan tentang tujuan dan metode. Dalam kondisi seperti ini peran
pemimpin adalah mengambil inisiatif dalam hubungannya dengan tujuan dan arah
daripada metode dan cara.
2. Identifikasi alternativ
Kemampuan untuk memperoleh alternativ yang relevan sebanyak-banyaknya.
3. Tentukan proritas
Memilih diantara banyak alternativ adalah esensi dari kegiatan pengambilan
keputusan.
4. Ambil langkah

9
Upaya pengambilan keputusan tidak berhenti pada tataran pilihan, melainkan
berlanjut pada langkah implementasi dan evaluasi guna memberikan umpan balik.

Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah


dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan
pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang berani mengambil
keputusan. Metode pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individu,
kelompok tim atau panitia, dewan, komisi, referendum, mengajukan usul tertulis
dan lain sebagainya.

Dalam setiap pengambilan keputusan selalu diperlukan kombinasi yang


sebaik-baiknya dari :

a. Perasaan, firasat atau intuisi

b. Pengumpulan, pengolahan, penilaian dan interpretasi fakta-fakta secara rasional


– sistematis.

c. Pengalaman baik yang langusng maupun tidak langsung.

d. Wewenang formal yang dimiliki oleh pengambil keputusan.

Dalam pengambilan keputusan seorang pemimpin dapat menggunakan metode-


metode sebagai berikut:

a. Keputusan – keputusan yang sifatnya sederhana individual artinya secara sendirian.

b. Keputusan – keputusan yang sifatnya seragam dan diberikan secara terus menerus
dapat diserahkan kepada orang – orang yang terlatih khusus untuk itu atau
dilakukan dengan menggunakan komputer.

c. Keputusan – keputusan yang bersifat rumit dan kompleks dalam arti menjadi
tanggung jawab masyarkat lebih baik diambil secara kelompok atau majelis.
Keputusan – keputusan yang bersifat rumit dan kompleks sebab masalahnya
menyangkut perhitungan – perhitungan secara teknis agae diambil dengan bantuan
seorang ahli dalam bidang yang akan diambil keputusannya.

10
D. Pengaruh Perilaku Terhadap Pengambilan Keputusan

Ada empat prilaku terhadap pengambilan keputusan,yaitu sebagai berikut :

1. Nilai. Nilai dianggap sebagai pedoman jika seorang menghadapi situasi dimana
harus dilakukan suatu pilihan.
2. Kepribadian. Aspek kepribadian meliputi sikap, Kepercayaan dan kebutuhan
individu.
3. Kecendrungan mengambil resiko. Ada yang berani dalam mengambil resiko, ada
yang ditengah-tengah dan ada yang penuh pertimbangan/kurang mengambil
resiko.
4. Disonasi kognif. Adanya rasa cemas pada pengambilalan keputusan terhadap
akibat dari keputusan yang diambilnya.

E. Langkah - Langkah Pengambilan Keputusan

Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan adalah sebagai berikut

1. Menentukan perlunya pengambilan keputusan


2. Mengidentifikasi kriteria keputusan
3. Mengalokasi pembobotan terhadap criteria
4. Mengembangkan alternative
5. Mengevaluasi alternative
6. Memilih alternatif terbaik

Langkah-langkah tersebut tentunya tidak mutlak berurutan, melainkan


harus disesuaikan dengan bobot keputusan yang akan diambilnya. Seringkali
hal-hal khusus harus dimasukan didalamnya, antara lain menyangkut asumsi-
asumsi yang harus dirumuskan agar alternatif-alternatif dapat lebih banyak
dimunculkan. Dengan alternative yang relative lebih banyak, kemungkinan

11
yang dievaluasi semakin banyak pula. Pada akhirnya, keputusan dapat diambil
berdasarkan berbagai alternatif yang muncul.

Selain itu juga Herbert A. Simon mengajukan mmodel proses


pengambilan keputusan yang dianggap sebagai sebuah arus dari penyelidikan
samapai perancangan dan kemudian pada pemulihan. Tetapi pada setiap tahap
hasilnya mungkin dikembalikan ke tahap sebelumnya untuk dimulai lagi. Jadi
tahapan tersebut merupakan unsur-unsur sebuah proses bersinambungan.
Tahapan pengambilan keputusan, yaitu:

1. Tahap penyelidikan mempelajari lingkungan atas kondisi yang


memerlukan keputusan. Data mentah yang diperoleh, diolah dan diuji
untuk dijadikan petunjuk yang dapat mengidentifikasi persoalan.
2. Tahap perancangan, mendaftar, mengembangkan dan menganalisis
arah tindakan yang mungkin. Hal ini meliputi proses-proses untuk
memahami persoalan, menghasilkan pemecahan, dan menguji
kelayakan pemecahan tersebut.
3. Tahap pemulihan, memilih arah tindakan tertentu dari semua yag ada.
Pilihan ditentukan dan dilaksanakan.

F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pengambilan Keputusan

Ada 6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Pengambilan Keputusan :

1. Fisik : Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa
tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari
tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih
tingkah laku yang memberikan kesenangan.
2. Emosional : Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan
bereaksi pada suatu situasi secara subjective.

12
3. Rasional: Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan
informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
4. Praktikal : Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan
melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan
dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
5. Interpersonal : Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada.
Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi
tindakan individual.
6. Struktural : Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik.
Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau
mengkritik suatu tingkah laku tertentu.

Selanjutnya, John D.Miller dalam Imam Murtono (2009) menjelaskan


faktor- faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan adalah: jenis
kelamin pria atau wanita, peranan pengambilan keputusan, dan keterbatasan
kemampuan

13
BAB III

PENUTUP

A. Studi Kasus

Salah satu contoh kasus pengambilan keputusan adalah mengenai


pengambilan keputusan kenaikan harga BBM oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Jika berbicara tentang BBM (bahan bakar minyak) yang mempengaruhi hajat hidup
manusia banyak, proses pengambilan keputusan telah melalui sidang paripurna
dikarenakan pada rapat sebelumnya dengan badan anggaran ( Banggar) tidak
menemukan titik temu, ada beberapa alternatif yang dibuat oleh pihak yang pro
maupun yang kontra.
Pada akhirnya keputusan yang diambil adalah menaikkan harga BBM dengan
tujuan agar subsidi yang diberlakukan selama ini akan lebih tepat sasaran bila
langsung disalurkan kepada warga miskin melalui program BLSM.
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat atau BLSM (kadang disebut
juga balsem) adalah bantuan yang diberikan Pemerintah Indonesia atas kenaikan
harga BBM yang terjadi pada 22 Juni2013. Pemerintah Indonesia meyakini tindakan
ini merupakan keputusan yang penting untuk menyelamatkan fiskal negara, meskipun
pemerintah juga meyakini bahwa ini adalah keputusan yang sulit bagi pemerintah.
Total dana ganti rugi kenaikan BBM bersubsidi sebesar 27,9 triliun rupiah kepada
setiap keluarga yang berhak menerima. Ada 15,5 juta rumah tangga yang akan
menerima BLSM selama 4-5 bulan bagi mereka yang berpenghasilan Rp 10.000-Rp
20.000 per hari. Walaupun begitu, BLSM sering disebut masyarakat sebagai
kelanjutan dari Bantuan Langsung Tunai (BLT).
Sebenarnya apa dampak dari keputusan menaikan harga BBM terhadap
kehidupan perekonomian rakyat? Bukankah keputusan yang diambil pemerintah
tersebut diambil agar subsidi pemerintah lebih tepat sasaran? Kenaikan harga BBM
tentu akan berimbas pada kenaikan harga seluruh barang baik komoditas pertanian,
bahan-bahan kebutuhan pokok, tarif angkutan umum, hingga bahan-bahan material
properti. Dampak ini bukannya tidak disadari oleh pemerintah, tapi dengan dalih
inflasi yang tidak terhindarkan, maka mau tidak mau, setuju atau tidak setuju harga
BBM bersubsidi harus dinaikkan. Meski demikian, pemerintah juga tidak tinggal

14
diam. Untuk meningkatkan daya beli masyarakat miskin, pemerintah menyertakan
program bantuan sosial berupa Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM)
untuk kaum papa di negeri ini. Sasaran penerima BLSM adalah masyarakat miskin
penerima raskin (beras miskin). Teknisnya, setiap penerima raskin memperoleh Kartu
Perlindungan Sosial (KPS) yang dikirim melalui layanan POS Indonesia.
BLSM merupakan program pemerintah untuk meningkatkan daya beli
masyarakat miskin sebagai kompensasi kenaikan harga BBM. Program ini berupa
pemberian dana bantuan secara tunai sebesar Rp 150.000,- (seratus lima puluh ribu
rupiah) setiap bulan. Sesuai dengan namanya, bantuan sosial ini tidak berlangsung
abadi, karena hanya bersifat sementara. Rumah Tangga Sasaran (RTS) hanya akan
menerima BLSM selama empat bulan saja.
Secara teknis, penyaluran BLSM mulai dilakukan serentak pada 22 Juni 2013.
Tidak seperti penyaluran BLT (Bantuan Langsung Tunai) pada tahun 2009 silam, di
mana para penerima bantuan sosial tersebut harus antre bahkan saling berdesakan.
Meski instansi penyalur yang ditunjuk masih sama, yakni PT. POS Indonesia, namun
kali ini, sistem penyaluran BLSM lebih teratur, karena ditentukan jadwal layanan
berdasarkan kelurahan. Petugas hanya akan melayani pencairan BLSM sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan saja. Artinya, jika warga dari kelurahan lain ingin
mencairkan BLSM tidak sesuai dengan jadwal yang ditentukan, maka warga tersebut
tidak akan dilayani. Oleh sebab itu, RTS yang ingin mencairkan BLSM disyaratkan
untuk membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP) sehingga petugas dapat melakukan
verifikasi data yang bersangkutan. Pada tahap pertama, BLSM akan disalurkan untuk
dua bulan sekaligus yakni Juli dan Agustus, sehingga setiap RTS akan memperoleh
dana sebesar Rp 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah).

Cara mendapatkan bantuan


Cara untuk mendapatkan bantuan ini adalah sebagai berikut:
1. Terdaftar di Badan Pusat Statistik sebagai orang yang tidak mampu.

15
2. Setelah terdaftar, Kartu Perlindungan Sosial (KPS) dibagikan melalui Pos
Indonesia.
3. Bila telah menerima KPS, maka yang bersangkutan datang ke Kantor pos
yang ditunjuk.
4. Kemudian, anda mengantre untuk selanjutnya mendapatkan kartu antrean.
Bawalah Kartu Perlindungan Sosial sebagai buktinya.
5. Seusai mendapatkan kartu antrian, masyarakat menunggu kembali untuk
dilakukan verifikasi.
6. Setelah lolos verifikasi untuk KPS, Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan kartu
normatif, masyarakat baru berhak menerima Bantuan BLSM yang diberikan
pemerintah sebesar Rp300.000.

EVALUASI PROGRAM BLSM


Pemerintah diminta untuk melakukan evaluasi penyaluran Bantuan
Langsung Sementara (BLSM) kepada masyarakat miskin sebagai kompensasi
keputusan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).

1. Penyaluran BLSM tidak tepat sasaran


Penerima BLSM tidak tepat sasaran :
- Ada beberapa Warga Miskin (GAKIN) tidak menerima BLSM
- Yang kaya/warga mampu (dalam hal ekonomi) menerima BLSM
- Menurut data dari PT Pos Indonesia, sebanyak 267.810 Kartu Perlindungan
Sosial berstatus retur (kembali). Ada 5 kategori untuk kartu KPS dengan status
retur itu. Yakni alasan 40 persen ditolak, sekitar 25 persen meninggal pindah, 25
persen penerima tidak dikenal, serta 10 persen karena alasan lainnya.
Ini membuktikan data penerima BLSM tidak akurat bahkan banyak salah
sasaran. Nilai BLSM memang tidak seberapa, tapi bagi keluarga miskin sangat
berarti. pemerintah seharusnya serius menyikapi BLSM salah sasaran, karena
BLSM program mulia dari pemerintah tapi justru mengudang kesedihan di
masyarakat miskin yang tidak mendapatkannya. Seharusnya pemerintah betul-
betul melakukan pendataan terhadap penerima bantuan BLSM.
Pendataan penerima BLSM diluar dari kerja PT Pos. Pihaknya hanya
berperan menyerahkan KPS kepada penerima yang tercatat pada kartu tersebut,
selanjutnya menyalurkan sesuai dengan data yang telah ada. Pendataan dilakukan
dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Pusat
sementara dananya berasal dari Kementerian Sosial.
Pemerintah seharusnya segera melakukan evaluasi menyeluruh atas
realisasi pencairan dana Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) tahap

16
pertama agar ada perbaikan di tahap kedua, namun pencairan BLSM tahap kedua
tetap menuai permasalahan yang sama. Kita tidak bisa menutup mata bahwa
pemerintah tidak siap dengan keputusan yang diambilnya, terbukti dengan adanya
beragam data yang tidak akurat.

2. BLSM mendidik bangsa jadi pengemis


Meski pemerintah telah berusaha mengurangi dampak negatif kenaikan harga
BBM bagi masyarakat miskin dengan memberikan kompensasi berupa BLSM,
namun program tersebut dinilai sebagian kalangan tidak mendidik masyarakat untuk
mandiri. Masyarakat justru ‘dilatih’ untuk menjadi pengemis yang selalu bergantung
pada bantuan pemerintah. Hal ini akan berpengaruh pada keefektifan program
tersebut. BLSM hanya berlangsung sementara dengan nominal yang relatif kecil.
Apakah dalam waktu empat bulan, penerima BLSM akan mandiri secara ekonomi?
Belum tentu. Pemerintah seolah lupa bahwa dampak kenaikan harga BBM akan
berimbas pada setiap lini perekonomian dan akan berlangsung seterusnya. Lantas, apa
yang bisa dilakukan masyarakat miskin penerima BLSM setelah tidak memperoleh
bantuan sosial dari pemerintah? Jika tidak ada usaha pemberdayaan, kelompok
masyarakat tersebut akan tetap miskin.
Program BLSM dipandang hanya sebagai fatamorgana, tampak indah tetapi
hanya sementara. Masyarakat dicekoki dengan bantuan sosial, tapi di saat masyarakat
terlena dengan bantuan tersebut, pemerintah akan meninggalkannya, karena memang
anggaran program terbatas untuk empat bulan saja. Masyarakat yang terlena sontak
gelagapan karena sumber dana untuk membiayai sebagian kebutuhannya tertutup.
Oleh sebab itu, ketergantungan masyarakat inilah yang mendasari munculnya
penilaian bahwa program BLSM tidak mendidik masyarakat untuk mandiri.
Uang 150.000 bagi yang berkendaraan roda dua, dan tempat pekerjaan relatif
jauh belum tentu cukup uang bensin. Sedangkan harga kebutuhan melambung tinggi.
BLSM hanya bermanfaat bagi masyarakat jika pemerintah mampu mengendalikan
harga kebutuhan pokok pada harga sebelum issu kenaiikan harga BBM. Pertanyaanya

17
bisakah pemerintah mengendalikan itu? Pasti jawabannya “TIDAK” oleh sebab itu
BLSM tidak efektif menolong rakyat.

3. Keluhan, Protes dan Demonstrasi


Lemahnya pengawasan pemerintah akan bantuan BLSM membuat
sebagian warga yang berhak menerima bantuan BLSM malah tidak mendapatkan
bantuan BLSM. Sementara itu, sebagian warga yang tidak berhak menerima
bantuan BLSM malah mendapatkan bantuan BLSM. Oleh karena itu, terjadilah
protes dan demonstrasi yang disebabkan oleh bantuan BLSM yang tidak tepat
sasaran.

4. BLSM Sarana Kepentingan Politik


Program bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) dinilai oleh banyak
orang, dijadikan sebagai sarana mencari dukungan publik terhadap tokoh atau partai
politik menjelang Pemilu 2014. Menjelang Pemilu 2014 adalah sangat wajar apabila
publik mencurigai motivasi dari menteri yang memantau langsung pemberian BLSM
tersebut. Terlebih lagi, menteri yang melakukan pemantauan tidak ada kaitannya
dengan BLSM dan membagikannya di daerah pemilihannya.
Namun, alangkah baiknya kita berfikir positif bisa saja faktor kebetulan semata,
pemantauan BLSM di daerah A dipantau oleh pejabat menteri yang dapilnya sama
agar pengawasan bisa efektif.

Pemerintah mengklaim program bantuan langsung sosial masyarakat (BLSM)


merupakan keputusan yang tidak hanya akan membantu masyarakat miskin ketika
harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dinaikan, namun juga akan menurunkan
angka kemiskinan. BLSM yang dibagi-bagi pemerintah ternyata tidak efektif
membantu masyarakat. Kompensasi senilai Rp 150 per bulan dinilai tak berarti bila
dibanding dampak sosial yang ditimbulkan akibat kenaikan harga BBM.

B.KESIMPULAN

18
1. Pemimpin adalah seseorang yang melaksanakan beberapa hal yang benar.
manajer adalah seseorang yang harus melaksanakan sesuatu secara benar.
Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar perannya
dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan
mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas
pemimpin. Sehingga jika seorang pemimpin tidak mampu membuat
keputusan, seharusnya dia tidak dapat menjadi pemimpin.

2. Proses pengambilan keputusan meliputi: Identifikasi masalah,


pengumpulan dan penganalisis data, pembuatan alternatif-alternatif
kebijakan, pemilihan salah satu alternatif terbaik, pelaksanaan
keputusan/implementasi, pemantauan dan pengevaluasian hasil
pelaksanaan.

3. Program BLSM merupakan salah satu contoh keputusan yang dibuat


pemerintah sebagai kompensasi atas kenaikan harga BBM. Seiring dengan
telah berlangsungnya program BLSM, program tersebut menuai banyak
permasalahan. Pada hal, program ini dimasukkan sebagai penyelesaian
masalah kenaikan BBM. Namun ternyata program tersebut malah menuai
masalah-masalah baru. BLSM bukanlah keputusan yang tepat karena
faktanya program ini kurang efektif.

C. SARAN
1. Setiap keputusan yang dibuat diharapkan merupakan keputusan yang
berkualitas dengan mengacu pada efisiensi dan efektivitasnya, terutama
mengenai keputusan yang menyangkut hajat hidup orang banyak ataupun
yang menyangkut kesejahteraan.

19
2. Pemerintah diminta untuk melakukan evaluasi penyaluran Bantuan
Langsung Sementara (BLSM) kepada masyarakat miskin sebagai
kompensasi keputusan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).
3. Evaluasi atas program BLSM diharapkan akan menjadi acuan pemerintah
dalam pengambilan keputusan-keputusan dimasa yang akan datang, agar
keputusan yang diambil dapat lebih bijaksana, dan teruji ketepatannya
dalam menyelesaikan permasalahan publik.

20

Anda mungkin juga menyukai