Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MANAJEMEN

PENGARAHAN / KEPEMIMPINAN (2)

DISUSUN OLEH :

I PUTU KRISNA MEIYASA (1907521083)

I GUSTI NGURAH ADHI PRATAMA (1907521084)

HILAL ASQALANY (1907521085)

I GEDE KRISNA WIDI (1907521086)

YOSIA SOPHIA (1907521087)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2019

BALI
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini. Dalam penyusunan tugas
manajemen dengan materi Pengarahan/Kepemimpinan (2) penulis dibantu oleh banyak
pihak.
Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini. Penulis
menyadari, bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Begitu pula dengan karya tulis
ilmiah ini, tentu masih ada hal – hal yang kurang dan masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
konstruktif, untuk kesempurnaan karya tulis ini. Akhir kata, penulis berharap agar
karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, 06 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR..…………………………………………………......................... ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………….......................... iii

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………....................... 1

1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………. 1


BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Kepemimpinan………………………………………….……………… 2
2.2 Komunikasi dan Negosiasi dalam Organisasi 7
…………………………..
2.3 Negosiasi untuk Mengatasi Konflik…………... 10
………….......................
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………... 14
3.2 Saran……………………………………………………………………. 14

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………. 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam suatu organisasi pasti ada suatu perencanaan, pengorganisasian dan pengarahan.
Hal- hal tersebut sangatlah penting dan saling berkesinambungan antara yang satu dengan
yang lain, demi tercapainya suatu tujuan yang ditentukan.

Seorang manajer merupakan seoarang pimpinan dalam organisasi tersebut haruslah


selalu mengretahui kondisi anggota, namun kebanyakan dari mereka melupakan hal itu.
Mereka hanya sibuk dan selalu dipusingkan dengan tugasnya sendiri. Alhasil, hasil yang
dicapai kurang dapat maksomal sesuai dengan rencana.

Anggota juga perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tugasnya, agar mereka mempunyai
semangat kerja. Oleh karena itu seorang manajer yang baik haruslah slalu mengarahkan
anggotanya, entah itu dengan cara memotivasi dan lain sebagainya.

Fungsi pengarahan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen yang akan kami
bahas, adalah fungsi dimana proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh
pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan
tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi. Pengarahan
memberi arahan kepada semua pihak agar semua program-program dapat dijalankan dengan
baik dan benar sesuai dengan tanggungjawabnya masing - masing.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu kepemimpinan?
2. Bagaimana komunikasi dan negosiasi dalam organisasi?
3. Bagaimana negosiasi untuk mengatasi konflik?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa itu kepemimpinan
2. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi dan negosiasi dalam organisasi
3. Untuk mengetahui bagaimana negosiasi untuk mengatasi konflik

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kepemimpinan

Secara umum kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan


memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan
meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku
pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan
budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk
mau melakukan yang diinginkan pihak lainnya.

a. Fungsi dan Gaya Kepemimpinan

Fungsi kepemimpinan yaitu :

Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang
sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya
fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :

> Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanaan administrasi dan


menyediakan fasilitasnya.

> Fungsi sebagai Top Manajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing,
directing, commanding, controling, dsb.

Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif, maka kepemimpinan tersebut harus
dijalankan sesuai dengan fungsinya. Sehubungan dengan hal tersebut, menurut Hadari
Nawawi (1995:74), fungsi kepemimpinan berhubungn langsung dengan situasi sosial dalam
kehidupan kelompok masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada
didalam, bukan berada diluar situasi itu Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian
didalam situasi sosial kelompok atau organisasinya.

Fungsi kepemimpinan menurut Hadari Nawawi memiliki dua dimensi yaitu:

2
1) Dimensi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam tindakan atau
aktifitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinya.

2) Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan orang-orang yang
dipimpin dalam melaksnakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang dijabarkan
dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijakan pemimpin.

Sehubungan dengan kedua dimensi tersebut, menurut Hadari Nawawi, secara operasional
dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:

1. Fungsi Instruktif.

Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana
(cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan
hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan
secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah.

2. Fungsi konsultatif.

Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut
digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan
pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.

3. Fungsi Partisipasi.

Dalam menjaiankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang


dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap
anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam
melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-
masing.

4. Fungsi Delegasi

3
Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang
membuay atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah kepercayaan
ssorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang
dengan melaksanakannya secara bertanggungjawab. Fungsi pendelegasian ini, harus
diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh
seorang pemimpin seorang diri.

5. Fungsi Pengendalian.

Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur
aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga
memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi
pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan,
koordinasi, dan pengawasan.

Gaya kepemimpinan

Menurut Asmendri (2012: 211), Terdapat 4 (empat) gaya kepemimpinan saat ini, yaitu :

1. Gaya kepemimpinan Otoriter

Kepemimpinan Otoriter ini adalah pemimpin yang selalu membuat keputusan sendiri karena
kekuasaan hanya terpusat pada satu orang dan dia memiliki wewenang serta tanggung jawab
secara penuh.

Gaya kepemimpinan ini didasarkan pada pendirian bahwa segala kegiatan dalam organisasi
dapat berjalan dengan lancar apabila seluruhnya diputuskan oleh pemimpin.

Pemimpin akan bertindak sebagai penguasa tunggal dan tidak akan pernah melibatkan
bawagan di dalam pengambilan keputusan dan tidak pernah menghargai pendapat dari
bawahan.

4
2. Gaya kepemimpinan Demokratis

Kepemimpinan Demokratis merupakan pemimpin yang selalu berkonsultasi dengan


kelompok tetnang masalah yang menarik perhatian mereka serta mereka menyumbangkan
sesuatu.

Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari gaya kepemimpinan otoriter.

Dalam kepemimpinan demokratis, pemimpin akan selalu berupaya untuk melibatkan


kelompok untuk mengambil keputusan, sangat menghargai inisiatif, ide dan pendapat dari
anggota, serta selalu mementingkan kepentingan bersama.

Di dalam kepimpinan demokrasi selalu ada pendelegasian tanggung jawab dan wewenang
serta keputusan diambil atas dasar kesepakatan bersama.

3. Kendali Bebas (Laizes Faire)

Kendali Bebas merupakan gaya kepemimpinan yang memberikan kekuasaan kepada


bawahan.

Kelompok dapat mengembangkan tujuan sendiri dan memecahkan permasalahan sendiri,


hanya sedikit pengarahan bahkan tidak ada pegarahan.

Pada gaya kepemimpinan ini, pemimpin tidak melakukan fungsinya sebagai pemimpin dan
sifat kepemimpinannya tidak nampak.

4. Pseudo Demokratis

Gaya kepemimpinan ini sering disebut juga dengan demokrasi semu.

Tipe pemimpin seperti ini akan terlihat seperti seorang pemimpin yang demokrasi namun
pada kenyatannya dia adalah seorang pemimpin yang otoriter atau absolut.

b. Pendekatan Sifat-sifat Kepemimpinan

Pendekatan Sifat-Sifat Kepemimpinan

Kelompok pertama yang bermaksud menjelaskan tentang aspek kepemimpinan yaitu para
teoritis kesifatan. Bahwa pemimpin mempunyai sifat dan cirri tertentu.
Untuk mengenali karakteristik atau ciri pribadi dari para pemimpin, para psikolog

5
mengadakan penelitian. Mereka berpandangan bahwa pemimpin ini dilahirkan bukan dibuat.
Secara alamiah bahwa orang yang mempunyai sifat kepemimpinan adalah orang yang lebih
agresif. Lebih tegas, dan lebih pandai berbicara dengan orang lain serta lebih mampu dan
cepat mengambil keputusan yang akurat. Pandangan ini mempunyai implikasi bahwa jika ciri
kepemimpinan dapat dikenali. Maka organisasi akan jauh lebih canggih dalam memilih
pemimpin. Hanya orang-orang yang memiliki ciri-ciri kepemimpinan sajalah yang akan
menjadi manajer, pejabat dan kedudukan lainnya yang tinggi.

Ukuran dalam pencarian ciri kepemimpinan menggunakan dua pendekatan 1)


membandingkan bawahan dengan pemimpin 2) membandingkan ciri pemimpin yang efektif
dengan yang tidak efektif.

Perilaku Pemimpin

1. Fungsi-fungsi Kepemimpinan

Perilaku pemimpin mempunyai dua aspek yaitu fungsi kepemimpinan (style leadership).
Aspek yang pertama yaitu fungsi-fungsi kepemimpinan menekankan pada fungsi-fungsi yang
dilakukan pemimpin dalam kelompoknya. Agar berjalan efektif, seseorang harus melakukan
dua fungsi utama yaitu : 1) fungsi yang berkaitan dengan pemecahan masalah dan 2) fungsi-
fungsi pemeliharaan (pemecahan masalah sosial). Pada fungsi yang pertama meliputi
pemberian saran pemesahan dan menawarkan informasi dan pendapat. Sedangkan pada
fungsi pemeliharaan kelompok meliputi menyetujui atau memuji orang lain dalam kelompok
atau membantu kelompok beroperasi lebih lancar.

2. Gaya-gaya Kepemimpinan

Pada pendekatan yang kedua memusatkan perhatian pada gaya kepemimpinan. Gaya
kepemimpinan meliputi 1) Gaya dengan orientasi tugas dan 2) Gaya berorientasi dengan
karyawan. Pada gaya yang pertama pemimpin mengarahkan dan mengawasi melalui tugas-
tugas yang diberikan kepada bawahannya secara tertutup, pada gaya ini lebih memperhatikan
pelaksanaan pekerjaan daripada pengembangan dan pertumbuhan karyawan. Sedangkan gaya
yang berorientasi pada karyawan lebih memperhatikan motivasi daripada mengawasi, disini

6
karyawan diajak untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan melalui tugas-tugas yang
diberikan.

2.2 Komunikasi dan Negosiasi dalam Organisasi

a. Pentingnya Komunikasi Efektif

Komunikasi yang efektif adalah penting bagi para manager. Dimana komunikasi
adalah proses melalui mana fungsi-fungsi manajemen dapat dicapai. Dan komunikasi adalah
kegiatan untuk para manager mencurahkan sebagian besar proporsi waktu mereka.
Komunikasi dalam manajemen merupakan peralatan manajemen yang dirancang untuk
mencapai tujuan dan tidak dinilai atas dasar hasil akhir dalam komunikasi itu sendiri.
Manajer perlu mempertimbangkan penentuan media atau saluran distribusi dalam pengiriman
informasi agar komunikasi lebih efektif dan efesien.
Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau
informasi dari seseorang ke orang lain.
Perpindahan pengertian tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang
digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus vokal dan
sebagainya. Dan perpindahan yang efektif memerlukan tidak hanya transmisi data, tetapi
bahwa seseorang mengirimkan berita  dan menerimanya sangat memerlukan ketrampilan-
ketrampilan tertentu untuk membuat sukses pertukaran informasi. Manajer dapat
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen mereka hanya melalui interaksi dan komunikasi
dengan pihak lain.
Komunikasi sebagai suatu proses dengan mana orang-orang bermaksud memberikan
pengertian-pengertian melalui pegiringan berita secara simbolis, dapat menghubungkan para
anggota berbagai satuan organisasi yang berbeda dan bidang yang berbeda pula, sehingga
sering disebut rantai pertukaran informasi.

b. Proses Komunikasi
Secara umum proses komunikasi terdiri dari tiga  komponen komunikasi  utama, yaitu
pengirim pesan (komunikator), penerima pesan (komunikan), dan pesan itu sendiri. Secara
lebih rinci, proses komunikasi dalam pengantar manajemen terdiri dari komponen berikut:

7
1. Komunikator

Komunikator atau pengirim pesan, adalah orang yang menyampaikan gagasan atau ide yang
dimilikinya kepada orang lain, dengan harapan agar orang tersebut dapat memahami maksud
pesan dan memberikan reaksi positif.

2. Pesan

Pesan merupakan ide, gagasan, ataupun informasi yang disampaikan komunikator kepada
komunikan. Menurut teori produksi pesan, pesan tersebut bisa berupa pesan verbal ataupun
non verbal. Sedangkan materi pesan bisa berupa informasi, ajakan, rencana kerja, pertanyaan,
dan sebagainya.

Pesan verbal ataupun non verbal tersebut disampaikan oleh komunikator dalam bentuk
simbol atau isyarat yang dipahami komunikan. Misalnya untuk menyampaikan suatu
instruksi, manajer bisa menggunakan simbol berupa kata-kata (bahasa), atau jiga isyarat
seperti gerakan tangan atau anggota badan yang lainnya.

3. Media komunikasi

Media dalam proses komunikasi adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan.
Dalam teori new media, media komunikasi bisa berupa papan pengumuman, buletin, telepon,
surat kabar, atau media komunikasi multimedia seperti radio, televisi, atau juga komunikasi
melalui media internet. Pemilihan media ini disesuaikan dengan jenis pesan yang
disampaikan serta karakteristik penerimanya, seperti jumlah, situasi, dan hal terkait lainnya.

4. Komunikan

Komunikan atau penerima pesan adalah orang yang ditargetkan oleh komunikator untuk
menerima pesan yang disampaikannya.

Untuk dapat memahami isi pesan ini, komunikan harus dapat mengartikan simbol atau isyarat
yang diterima oleh panca indranya, agar dapat dipahaminya.

Sehingga penerima pesan juga didefinisikan sebagai pihak yang dapat memahami isi pesan
yang dikirimkan komunikator dalam bentuk kode atau isyarat, tanpa mengurangi arti pesan.

8
Atau dengan kata lain orang yang dapat memahami pesan sesuai dengan apa yang
dimaksudkan oleh komunikator.

5. Umpan Balik

Umpan balik atau feedback merupakan tanggapan atau isyarat yang diberikan komunikan


(penerima pesan) setelah memahami pesan yang diberikan.

Adanya feedback mencirikan proses komunikasi efektif. Umpan balik ini berisi kesan yang
disampaikan baik dalam bentuk verbal ataupun non verbal oleh komunikan. Umpan balik
merupakan hal yang penting dalam mengetahui keberhasilan komunikasi.

Sebab melalui umpan balik, komunikator dapat mengetahui dampak dari pesan yang
disampaikannya kepada komunikan, serta mengetahui apakah komunikan dapat memahami
pesan yang disampaikan dengan baik.

c. Hambatan Komunikasi Efektif dalam Organisasi

Gangguan atau hambatan-hambatan komunikasi sebenarnya bukan bagian dari proses


komunikasi. Namun adanya gangguan komunikasi akan mempengaruhi berhasil atau
tidaknya sebuah proses komunikasi. Agar komunikasi dapat berjalan efektif, maka gangguan
komunikasi perlu diwaspadai dan disiasati. Berikut beberapa jenis gangguan komunikasi
yang sering muncul:

1. Penyaringan Informasi

Penyaringan atau filtering disini berupa manipulasi pesan atau informasi yang disampaikan.


Manipulasi informasi ini misalnya dilakukan dengan hanya menyampaikan data atau
informasi yang disukai atasan, dan menutupi informasi lain yang menurut komunikator tidak
akan disukai atasan.

Hal ini bisa terjadi misalnya karna rasa takut mendapat teguran dari atasan, atau
semacamnya. Dalam hal ini, semakin banyak jumlah tingkatan dalam struktur organisasi,
maka akan semakin tinggi pula kesempatan terjadinya filtrasi ini.

2. Penyeleksian Informasi

9
Penyeleksian infomasi disini merupakan hasil seleksi berdasarkan persepsi komunikan.
Komunikan hanya akan melihat/ mendengar pesan yang sesuai dengan kebutuhannya.

Selain berdasarkan kebutuhanya, persepsi ini juga dipengaruhi oleh motivasi, pengalaman,
atau karakteristik pribadi komunikan. Sehingga pesan yang diterimanya pun akan
diproyeksikan sesuai dengan kepentingan dan harapan dari komunikan itu sendiri.

3. Kapasitas Komunikan

Setiap orang memiliki kapasitas yang berbeda dalam menampung dan mengolah data. Ketika
informasi yang diberikan komunikator melebihi kapasitas komunikan (overload), maka
komunikan cenderung akan informasi mengabaikan atau bahkan membuang informasi
tersebut.

4. Kondisi psikoligis

Hubungan psikologi dalam komunikasi sangat erat kaitannya. Keadaan psikologis


komunikan, seperti keadaan emosinya ketika menerima pesan cukup mempengaruhi
keefektikfan komunikasi. Seseorang cenderung akan lebih baik dalam menerima informasi
ketika berada dalam keadaan tenang. Sebaliknya, ketika dalam keadaan emosional berlebih,
antah terlalu girang atau depresi, seseorang cenderung lebih menuruti emosi dan
mengabaikan proses pemikiran rasional.

5. Perbedaan budaya dan bahasa

Perbedaan budaya dan bahasa dapat menimbulkan perbedaan persepsi. Misalnya


dalam komunikasi antarbudaya, terdapat perbedaan makna kata dalam bahasa yang berbeda.

2.3 Negosiasi untuk Mengatasi Konflik

Negosiasi menurut Ivancevich (2007) sebuah proses di mana dua pihak ( atau lebih )
yang berbeda pendapat berusaha mencapai kesepakatan. Menurut Sopiah (2008), negosiasi
merupakan suatu proses tawar-menawar antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik.
Sedangkan Robbins ( 2008) menyimpulkan negosiasi adalah sebuah proses di mana dua
pihak atau lebih melakukan pertukaran barang atau jasa dan berupaya untuk menyepakati
nilai tukarnya.

10
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa negosiasi adalah suatu upaya
yang dilakukan antara pihak-pihak yang berkonflik dengan maksud untuk mencari jalan
keluar untuk menyelesaikan pertentangan yang sesuai kesepakatan bersama.

Strategi  Negosiasi
 Negosiasi Menang-Kalah (Win-Lose)
Pandangan klasik menyatakan bahwa negosiasi terjadi dalam bentuk sebuah permainan yang
nilai totalnya adalah nol (zero sum game). Artinya apapun yang terjadi dalam negosiasi 
pastilah salah satu pihak akan menang, sedangkan pihak yang lainnya kalah, atau biasa
dikenal dengan pendekatan distributif (ivancevich,2007).

 Negosiasi Menang-Menang (Win-Win)


Pendekatan yang sama-sama menguntungkan, atau pendekatan integratif , dalam bernegosiasi
memberikan cara pandang yang berbeda dalam proses negosiasi. Negosiasi menang-menang
adalah pendekatan penjumlahan positif.  Situasi –situasi penjumlahan positif adalah
pendekatan di mana setiap pihak mendapatkan keuntungan tanpa harus merugikan pihak lain
( Ivancevich, 2007).

Dalam konteks organisasi, negosiasi dapat terjadi antara dua orang (seperti antara
atasan dengan bawahan dalam menentukan tanggal penyelesaian proyek yang dilimpahkan
kepada bawahan), dalam satu kelompok (seperti pada kebanyakan proses pengambilan
keputusan dalam kelompok), antarkelompok (seperti yang terjadi antara departemen
pembelian dan penyedia material mengenai harga, kualitas, atau tanggal pengiriman), melalui
internet.

Proses Negosiasi
1. Persiapan dan perencanaan: sebelum bernegosiasi perlu mengetahui apa tujuan dari
Anda bernegosiasi dan memprediksi rentangan hasil yang mungkin diperoleh dari
“paling baik” hingga “paling minimum bisa diterima”.
2. Definisi aturan-aturan dasar: begitu selesai melakukan perencanaan dan menyusun
strategi, selanjutnya mulai menentukan aturan-aturan dan prosedur dasar dengan
pihak lain untuk negosiasi itu sendiri. Siapa yang akan melakukan perundingan? Di
mana perundingan akan dilangsungkan? Kendala waktu apa, jika ada , yang mungkin

11
akan muncul? Pada persoalan-persoalan apa saja negosiasi dibatasi? Adakah prosedur
khusus yang harus diikuti jika menemui jalan buntu? Dalam fase ini, para pihak juga
akan bertukar proposal  atau tuntutan awal mereka.
3. Klarifikasi dan justifikasi: ketika posisis awal sudah saling dipertukarkan, baik pihak
pertama maupun kedua akan memaparkan, menguatkan, mengklarifikasi,
mempertahankan, dan menjustifikasi tuntutan awal.
4. Tawar menawar dan pemecahan masalah: pada tahap ini akan terjadi tawar menawar
antara dua pihak untuk mencapai sebuah solusi dimana solusi tersebut akan berguna
untuk memecahan masalah.
5. Penutupan dan implementasi: tahap akhir dalam negosiasi adalah memformalkan
kesepakatan yang telah dibuat serta menyusun prosedur yang diperlukan untuk
implementasi dan pengawasan pelaksanaan.

Negosiasi Menggunakan Pihak Ketiga


Negosiasi-negosiasi tidak selalu langsung terjadi antara dua pihak yang mengalami
ketidaksepakatan. Terkadang pihak ketiga dipanggil untuk terlibat dalam negosiasi antara
pihak-pihak yang telah mengalami jalan buntu.

Terdapat berbagai macam intervensi pihak ketiga. Salah satu tipologi menyebutkan
setidaknya terdapat empat macam intervensi pihak ketiga yang mendasar:

 Mediasi adalah situasi di mana pihak ketiga yang netral menggunakan penalaran,


pemberian usulan, dan persuasi dalam kapasitasnya sebagai fasilitator. Para mediator
ini memfasilitasi penyelesaian masalah dengan mempengaruhi bagaimana pihak-
pihak yang terlibat dalam negosiasi berinteraksi. Para mediator tidak memiliki otoritas
yang mengikat, pihak-pihak yang terlibat bebas mengacuhkan usaha mediasi ataupun
rekomendasi  yang dibuat oleh pihak ketiga.
 Arbitrase adalah situasi di mana pihak ketiga memiliki wewenang memaksa
terjadinya kesepakatan. Robbins ( 2008 ) kelebihan arbitrase dibanding mediasi
adalah bahwa arbitrase selalu menghasilkan penyelesaian.
 Konsiliasi  adalah seseorang yang dipercaya oleh kedua pihak dan bertugas
menjembatani proses komunikasi pihak-pihak yang bersitegang. Seorang konsiliator

12
tidak memiliki kekuasaan formal untuk mempengaruhi hasil akhir negosiasi seperti
seorang mediator.
 Konsultasi adalah situasi di mana pihak ketiga, yang terlatih dalam isu konflik dan
memiliki keterampilan penyelesaian konflik, berupaya memfasilitasi pemecahan
permasalahan dengan lebih memusatkan hubungan antarpihak ketimbang isu-isu yang
substantive.

Strategi Manajemen Konflik


Strategi manjemen konflik diterapkan untuk menjadikan konflik dan pemecahannya
sebagai pendinamisasi dan pengoptimalan pencapaian tujuan organisasi. Gordon , Miftah 
( dalam Sopiah, 2008) mengemukakan secara umum bahwa strategi manajemen konflik
adalah sebagai berikut:

Strategi Menang-Kalah
Strategi ini ada kalanya pihak tertentu menggunakan wewenang atau kekuasaan untuk
memenangkan/menekan pihak lain.

Strategi Kalah-Kalah
Strategi ini dapat berupa kompromi, di mana kedua belah pihak berkorban untuk kepentingan
bersama.

Strategi Menang-Menang
Konflik dipecahkan melalui metode problem solving. Metode ini dianggap paling baik karena
tidak ada pihak yang dirugikan. Scmuck (1976) menunjukkan bahwa: (1) Metode pemecahan
masalah mempunyai hubungan positif dengan manajemen konflik yang efektif, (2)
pemecahan masalah banyak dipergunakan oleh pihak-pihak yang memiliki kekuasaan tetapi
lebih suka bekerja sama.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam


mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu. Seseorang dikatakan sebagai pemimpin
apabila dia mempunyai pengikut atau bawahan. Kata pemimpin, kepemimpinan serta
kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk jadi pemimpin
bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor.

Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada
sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan,
bakat, sifat-sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat
berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan. Semakin
tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi maka semakin dituntut daripadanya
kemampuan berfikir secara konsepsional dan makro. Semakin tinggi kedudukan seseorang
dalam organisasi maka ia akan semakin generalist, sedangkan semakin rendah kedudukan
seseorang dalam organisasi maka ia menjadi spesialist.

3.2 Saran

Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa
kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri
sendiri.

14
DAFTAR PUSTAKA

Handoko, T Hani. 2015. Manjemen Edisi Kedua. Yogyakarta. BPFE Yogyakarta


Robbins, Stephen P & Mary Coulter. 1999. Manajemen, Edisi 6 Jilid 2, Edisi Bahasa
Indonesia. PT. Prenhallindo. Jakarta.

Engkoswara & Komariah, A. (2012). Administrasi pendidikan. Bandung: Alfabeta

15

Anda mungkin juga menyukai