Anda di halaman 1dari 16

Dimensi Kualitas Produk

Dimensi kualitas produk, apa maksudnya? Beberapa orang berpendapat bahwa yang dimaksud dimensi
kualitas produk adalah aspek ciri karakteristik untuk melihat kualitas sebuah produk. Produk disini bisa
barnag, bisa juga jasa. Dari perspektif itu, ciri karakteristik kualitas dari sebuah produk, khususnya
produk yang berbentuk barang, bukan jasa lho ya, dapat dikelompokkan menjadi delapan dimensi. Apa
saja delapan dimensi kualitas produk barang itu?

1. Dimensi Performance atau biasa disebut kinerja.

Dimensi ini menyangkut karakteristik fungsi produk. Maksudnya sejauh mana produk dapat berfungsi
sebagaimana fungsi utama produk tersebut. Misalnya, jam tangan memiliki fungsi utama penunjuk
waktu. Nnna sejauh mana jam tangan tersebut dapat memberi kita informasi mengenai waktu secara
akurat. Dimensi performance ini merupakan hal terpenting bagi pelanggan dan hal terpenting bagi
pelanggan adalah apakah kualitas produk menggambarkan keadaan yang sebenarnya atau tidak?
Apakah pelayanan diberikan dengan cara yang benar atau tidak. Itu yang terpenting.

2. Dimensi Features dimensi yang menyangkut karakteristik pelengkap

Istilah lain dari dimensi ini adalah dimensi range and type of feature. Dimensi ini menyangkut
kelengkapan fitur-fitur tambahan. Maksudnya, suatu produk selain punya fungsi utama, biasanya juga
dilengkapi dengan fungsi-fungsi lain yang bersifat komplemen. Misalnya, produk handphone, selain
dapat digunakan untuk berkomunikasi lisan dan tulisan, juga banyak yang dilengkapi dengan fitur-fitur
tambahan seperti dapat digunakan untuk membuat skedul, catatan, memiliki wungsi jam, penunjuk
lokasi, kalkulator, permainan dan lain-lain. Jadi, selain fungsi utama dari suatu produk dan pelayanan,
pelanggan sering kali tertarik pada kemampuan / keistimewaan yang dimiliki produk dan pelayanan).

3. Dimensi Keandalan. Orang sono bilang Reliability

Dimensi ini menyangkut kemungkinan tingkat kegagalan pemakaian. Artinya, apakah produk sering tidak
dapat dioperasikan sesuai fungsi utama karena adanya masalah-masalah teknis ataukah lancar-lancar
saja? Misalnya, produk smartphone BB, saat dihidupkan ternyata memerlukan waktu yang lama untuk
setup dan sering prosesnya terhenti atau orang menyebutnya heng dan harus direset ulang. Atau motor
baru sering macet saat digunakan. Masalah-masalah tersebut menyangkut dimensi reliabiliti.

4. Dimensi Conformance atau kesesuaian.

Dimensi ini melihat kualitas produk dari sisi apakah bentuk, ukuran, warna, berat dan lain-lain sesuai
dengan yang diinginkan dan apakah pengoperasiannya sesuai dengan standard tertentu ataukah tidak.
Intinya, sejauh mana karakteristik disain dan operasi memenuhi standard

5. Dimensi daya tahan atau Durability

Dimensi ini berkaitan dengan seberapa lama produk dapat terus digunakan selama jangka waktu
tertentu. Tentunya dengan pola penggunaan dan perawatan yang masuk akal alias rasional. Misalnya,
sepeda motor digunakan di jalan perkotaan, dengan perawatan tertentu akan dapat bertahan hingga
misalnya 4 tahun.

6. Dimensi Serviceability

Ada yang menyebut dimensi ini dengan istilah yang lebih lengkap yakni dimensi maintainability dan
servicability. Dimensi ini melihat kualitas barang dari kemudahan untuk pengoperasian produk dan
kemudahan perbaikan maupun ketersediaan komponen pengganti. Jadi dimensi ini terkait dengan
sejauh mana kemudahan produk untuk dapat dilakukan perawatan sendiri oleh penggunanya. Bila suatu
barang, dalam hal perawatan membutuhkan perawatan khusus dan membutuhkan pihak ketiga, maka
dapat dikatakan serviceability dari barang tersebut relatif rendah. Makin rendah lagi bila selain
membutuhkan pihak ketiga untuk merawatnya, pihak ketiga yang bisa merawat barang tersebut sulit
dicari. Cerita yang lain terkait serviceability suatu barang, misalnya adalah apakah bila terjadi kerukan
pada suatu komponen barang tersebut, maka komponen atau sparepart dari barang tersebut dapat
dengan mudah diperoleh ataukah untuk mendapatkan sparepart tersebut harus dengan pengorbanan
tertentu misalnya harus dilakukan dengan prosedur tertentu yang sedikit rumit, butuh waktu relatif
lama untuk menunggu ketersediaannya, atau harus mencarinya di kota tertentu.

7. Dimensi Estetika

Istilah lain untuk menyebut dimensi ini adalah dimensi sensory characteristic. Dimensi ini melihat
kualitas suatu barang dari penampilan, corak, rasa, daya tarik, bau, selera, dan beberapa faktor lainnya
mungkin menjadi aspek penting dalam kualitas. Dimensi ini menyangkut keindahan, keserasian atau
kesesuaian yang membuat enak dipandang, atau dirasakan sehingga memberikan suatu daya tarik
tersendiri kepada konsumen.

8. Dimensi Perceived, citra dan reputasi produk

Sering disebut juga dimensi ethical profile dan image. Dimensi ini berbicara tentang kualitas dari sisi
persepsi konsumen. Persepsi konsumen tersebut dapat terkait nama besar atau reputasi perusahaan,
atau merek. Dari dimensi ini, kualitas adalah bagian terbesar dari kesan pelanggan terhadap produk dan
pelayanan

Dimensi Kualitas untuk laptop Lenovo IdeaPad S215

Performance
Kinerja atau performa Lenovo IdeaPad S215 cocok untuk komputasi ringan, misalnya untuk komputasi
sehari-hari seperti Office, edit foto ringan, bermain game 3D ringan, browsing internet, game online, dan
tugas-tugas lain yang relatif ringan.

Prosesor AMD APU E1-2100 pada Lenovo IdeaPad S215 ini bisa dikatakan sekelas dengan Intel Atom,
hanya saja AMD APU memiliki pengolah grafis yang lebih baik.

Daya tahan baterai Lenovo IdeaPad S215 sangat baik. Baterainya mampu bertahan hingga lebih dari 4
jam.

Features

Hardisk 500 GB SATA

RAM 2GB

WiFi , webcam, dan card reader

Sisi kanan Lenovo IdeaPad S215 terdapat port charger, port USB 2.0, card reader, dan audio jack 3,5mm
untuk menancapkan headphone

Sisi kiri Lenovo IdeaPad S215 terdapat lubang untuk membuang panas, port Ethernet, port HDMI dan
port USB 3.0.

Terdapat fitur one key recovery, dimana tombol ini terdapat disebelah kiri dan bentuknya yang sangat
kecil. Onekey recovery adalah sistem yang berguna untuk keperluan pengembalian sistem seperti
kondisi semula saat pertama kali dibeli

Terdapat fitur Lenovo Energy Management. Aplikasi ini mempunyai beberapa fungsi yang secara
langsung mengontrol hardware dari netbook Lenovo Ideapad S215 ini. Fungsi dari menu ini adalah untuk
mengontrol komposisi charging baterai yang terdapat pada netbook Lenovo S215 ini. 

Reliability

Prosentasi kerusakan selama 2 tahun sebesar 12,5% keruskaan yang sering terjadi ada pada keypad,
baterai yang mulai drop dan kamera.
Conformance

Mampu menjalankan komputasi ringan untuk sehari-hari dengan lancar

Pengolahan grafis lebih baik dibanding laptop lain dengan prosesor intel atom karena Lenovo IdeaPad
dilengkapi dengan AMD APU

Durability

Umur baterai bisa lebih dari 3 tahun tergantung penggunaan. Bahkan ada juga Lenovo IdeaPad yang
memiliki wear level 0% dan umur laptopnya telah memasuki tahun ke 2.

Untuk ketahanan laptop, dapat dikatakan tergantung pada penggunanya. Ada yang memiliki laptop
Lenovo IdeaPad hingga 5 tahun dan laptop tetap bekerja normal, walaupun sudah pernah ganti baterai.

Serviceability

Memiliki service center hampir di seluruh kota di Indonesia. Misalnya di Malang, service center resmi
Lenovo ada di Jl. Simpang Borobudur Utara 5A dan Jl. Puncak Jaya Ujung 1B kav 1-2

Garansi produk 1 tahun

Aesthetics

Bentuk yang slim sehingga mudah dibawa

Laptop Lenovo IdeaPad S215 ini desainnya lumayan elegan dengan sudut-sudut tajam atau lancip. Ketika
Lenovo IdeaPad S215 dalam keadaan tertutup, tampilannya kotak dengan warna hitam.

Casing Lenovo IdeaPad S215 terbuat dari bahan plastik dan yang menarik adalah tekstur unik di
sekeliling casingnya, sehingga tidak licin.

Lenovo IdeaPad S215 hanya memiliki 1 pilihan warna, yaitu hitam.

Dilengkapi dengan keyboard berdesain chicklet yang empuk dan nyaman digunakan untuk mengetik
dalam waktu lama. touchpad Lenovo IdeaPad S215 cukup luas dan nyaman digunakan. Seperti biasa, di
bawah touchpad terdapat dua tombol yang berfungsi sebagai klik kanan dan klik kiri. 
Perception

Harga yang terbilang murah dibanding merk lain dengan kualitas dan fitur yang sama

Produk dapat bertahan untuk waktu yang lama.

Penjelasan 7 tools dalam manajemen kualitas :

1. Diagram Pareto

Diagram pareto disebut juga Gambaran pemisah unsur penyebab yang paling dominan dari unsur-
unsur penyebab lainnya dari suatu masalah.

Diagram Pareto diperkenalkan oleh seorang ahli yaitu Alfredo Pareto. Diagram Pareto ini merupakan
suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi
hingga terendah. Hal ini dapat membantu menemukan permasalahan yang terpenting untuk segera
diselesaikan (ranking tertinggi) sampai dengan yang tidak harus segera diselesaikan (ranking terendah).

Selain itu, Diagram Pareto juga dapat digunakan untuk membandingkan kondisi proses, misalnya
ketidaksesuaian proses, sebelum dan setelahdiambil tindakan perbaikan terhadap proses.

Adapun Penyusunan Diagram Pareto meliputi 6 (enam) langkah, yaitu:

1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya berdasarkan masalah, penyebab
jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya.

2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik- karakteristik tersebut,
misalnyarupiah, frekuensi, unit, dan sebagainya.

3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.

4. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari yaang terbesar hingga yang
terkecil.

5. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang digunakan.

6. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif masing- masing masalah.
Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk mendapat perhatian.

Selain itu Diagram Pareto ini mempunyai beberapa Prinsip yaitu :

§ Vilfredo Pareto (1848-1923), ahli ekonomi Italia:


Mengatakan bahwasannya 20% dari population memiliki 80% dari total kekayaan

§ Juran mengistilahkan “vital few, trivial many”:

20% dari masalah kualitas menyebabkan kerugian sebesar 80%.

Contoh Diagram Pareto

2. Histogram

Adapun karakteristik histogram adalah :

§ Histogram menjelaskan variasi proses, namun belum mengurutkan rangking dari variasi terbesar
sampai dengan yang terkecil.

§ Gambar bentuk distribusi (cacah) karakteristik mutu yang dihasilkan oleh data yang dikumpulkan
melalui check sheet.

§ Histogram juga menunjukkan kemampuan proses, dan apabila memungkinkan, histogram dapat
menunjukkan hubungan dengan spesifikasi proses dan angka-angka nominal, misalnya rata-rata.

§ Dalam histogram, garis vertikal menunjukkan banyaknya observasi tiap-tiap kelas.

Langkah-langkah dalam membuat Histogram :

Berikut ini adalah Langkah-langkah yang diperlukan dalam membuat Histogram :

1) Mengumpulkan data Pengukuran

Data yang untuk membuat Histogram adalah data pengukuran yang berbentuk Numerik.

Sebagai contoh:

Seorang Engineer ingin mengumpulkan data pengukuran untuk panjangnya kaki komponen A seperti
tabel dibawah ini :

Tabel data mentah untuk histogram

2) Menentukan besarnya Range

Sebelum menentukan Besarnya nilai Range, kita perlu mengetahui Nilai terbesar dan Nilai Terkecil dari
seluruh data pengukuran kita. Cara untuk menghitung Nilai Range (R) adalah :
R = Xmaks – Xmins

atau

Range = Nilai terbesar – Nilai terkecil

Catatan :

Jika anda menggunakan Excel , anda bisa memakai Function :

Mencari Nilai Terbesar : @MAX( nomor cell awal : nomor cell akhir)

Mencari Nilai Terkecil : @MIN(nomor cell awal : nomor cell akhir)

Untuk contoh diatas, Besarnya Nilai Range adalah 0.6 dengan perhitungan dibawah ini:

Range = 3.2 – 2.6

Range = 0.6

3) Menentukan Banyaknya Kelas Interval

Sebagai Pedoman, terdapat Tabel yang menentukan Kelas Interval-nya sesuai dengan banyaknya Jumlah
Sample Unit pada Data Pengukuran.

Tabel pedoman penentuan kelas histogram

Untuk contoh kasus diatas, banyaknya sampel data pengukuran adalah 50 data, maka kita memilih
banyaknya kelas interval adalah 7 buah (menurut tabel adalah 6 sampai 10).

4) Menentukan Lebar Kelas Interval, Batas Kelas, dan Nilai Tengah Kelas

a. Menentukan Lebar Kelas Interval

Yang menentukan Lebar setiap kelas Interval adalah pembagian Range (Langkah 2) dan Banyaknya
Interval Kelas (Langkah 3).

Kasus yang sama, untuk cara menghitung Lebar Kelas Interval adalah :

Lebar = Range / Kelas Interval

Lebar = 0.6 / 7

Lebar = 0.1 (dibulatkan)


b. Menentukan Batas untuk setiap Kelas Interval

Untuk menentukan Batas untuk setiap kelas Interval, kita memakai rumus :

Nilai terendah – ½ x unit pengukuran

(dalam kasus ini kita memakai unit pengukuran 0.1)

Batas Kelas Pertama :

Menentukan Batas bawah Kelas pertama :

2.6 – ½ x 0.1= 2.55

Selanjutnya Batas Bawah kelas pertama ditambah dengan Lebar Kelas Interval untuk menentukan Batas
atas kelas pertama :

2.55 + 0.1 = 2.65

Batas Kelas Kedua :

Menentukan Batas bawah Kelas Kedua :

Batas Bawah Kedua adalah Batas Atas Kelas Pertama, yaitu : 2.65

Batas Atas Kedua adalah Batas Bawah Kedua ditambah dengan Lebar Kelas Interval yaitu : 2.65 + 0.1 =
2.75

Batas Kelas Ketiga dan seterusnya :

Dilanjutkan ke kelas ketiga dan seterusnya seperti cara untuk menentukan Batas Kelas Kedua.

c. Menentukan Nilai Tengah setiap Kelas Interval :

Nilai Tengah Kelas Pertama :

Nilai Tengah Kelas Pertama = batas atas + batas bawah kelas Pertama / 2

= 2.55 + 2.65 / 2

= 2.6
Nilai Tengah Kelas kedua dan seterusnya :

Nilai Tengah Kelas kedua dan seterusnya mempergunakan cara yang sama seperti menghitung Nilai
Tengah Kelas Pertama.

tabel kelas interval, nilai tengah

5) Menentukan Frekuensi dari Setiap Kelas Interval

Untuk mempermudah perhitungan, pakailah tanda “Tally” pengelompokkan 5 (lima) untuk menghitung
satu per satu jumlah frekuensi yang jatuh dalam kelas Interval.

Masih kasus yang sama, berikut ini tabel hasil perhitungannya :

tabel frekuensi histogram

6) Membuat Grafik Histogram

Membuat Garis Horizontal dengan menggunakan skala berdasarkan pada unit pengukuran data

Membuat Garis Vertikal dengan menggunakan skala frekuensi

Menggambarkan Grafik Batang, tingginya sesuai dengan Frekuensi setiap Kelas Interval

Jika terdapat batasan Spesifikasi yang ditentukan oleh Customer (Pelanggan) maka tariklah garis vertikal
sesuai dengan spesifikasi tersebut.

cara membuat histogram

Cara diatas merupakan Cara Manual dalam perhitungan dan pembuatan Grafik Histogram. Di Pasaran,
terdapat banyak Software khusus Statistik yang dapat melakukannya dengan sangat mudah sekali.
Diantaranya Software Minitab yang sangat terkenal di kalangan praktisi Statistik, terutama yang
berkaitan dengan Process Improvement seperti Metodologi Six Sigma dan lain sebagainya.

3. Check Sheet

Check Sheet

Lembar isian (check sheet) merupakan alat bantu untuk memudahkan dan menyederhanakan
pencatatan data. Bentuk dan isinya disesuaikan dengan kebutuhan maupun kondisi kerja yang ada.
Untuk mempermudah proses pengumpulan data maka perlu dibuat suatu lembar isian (check sheet),
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a) Maksud pembuatan harus jelas


Dalam hal ini harus diketahui informasi yang jelas dan apakah data yang nantinya diperoleh cukup
lengkap sebagai dasar untuk mengambil tindakan atau tidak.

b) Stratifikasi harus sebaik mungkin

Dapat dipahami dan diisi serta memberikan data yang lengkap tentang apa yang ingin diketahui.

c) Dapat diisi dengan cepat, mudah dan secara otomatis bisa segera diananlisa. Jika perlu dicantumkan
gambar dan produk yang akan di check.

Tujuan pembuatan lembar pengecekan adalah menjamin bahwa data dikumpulkan secara teliti dan
akurat oleh karyawan operasional untuk diadakan pengendalian proses dan penyelesaian masalah. Data
dalam lembar pengecekan tersebut nantinya akan digunakan dan dianalisis secara cepat dan mudah.
Lembar pengecekan ini memiliki beberapa bentuk kesalahanjumlah.

Ada beberapa jenis lembar isian yang dikenal dan dipergunakan untuk keperluan pengumpulan
data, ayitu antara lain: Production Process Distribution Check Sheet. Lembar isian jenis ini dipergunakan
untuk mengumpulkan data yang berasal dari proses produksi atau proses kerja lainnya. Out-put kerja
sesuai dengan klasifikasi yang telah ditetapkan untuk dimasukkan dalam lembar kerja, sehingga akhirnya
akan dapat diperoleh pola distribusi yang terjadi. Seperti halnya dengan histogram, maka bentuk
distribusi data berdasarkan frekuensi kejadian yang diamati akan menunjukkan karakteristik proses yang
terjadi.

4. Fish Bone Diagram

Istilah lain dari Fishbone Diagram adalah Diagram Ishikawa, dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa
seorang pakar kendali mutu. Sering kali disebut sebagai fishbone diagram dikarenakan bentuknya yang
menyerupai tulang ikan. Fishbone Diagram lahir karena adanya kebutuhan akan peningkatan mutu atau
kualitas dari barang yang dihasilkan. Seringkali dalam suatu proses produksi dirasakan hasil akhir yang
diperoleh tidak sesuai dengan ekspektasi, misalnya: barang cacat terjadi lebih dari yang ditetapkan, hasil
penjualan sedikit, mutu barang kompetitor lebih baik dari barang kita, nasabah lebih memilih produk
kompetitor kompetitor , dan lain-lain. Dari sinilah timbul pemikiran untuk melakukan analisa dan
evaluasi terhadap proses yang sudah terjadi dalam rangka untuk memperbaiki mutu. Fishbone Diagram
merupakan salah satu alat pengendali mutu yang fungsinya untuk mendeteksi permasalahan yang
terjadi dalam suatu proses industri.

Fishbone Diagram dalam penerapannya digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi
penyebab permasalahan. Diagram ini sangat praktis dilakukan dan dapat mengarahkan satu tim untuk
terus menggali sehingga menemukan penyebab utama atau Akar suatu permasalahan. Akar ”penyebab ”
terjadinya masalah ini memiliki beragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya
permasalahan.
Fishbone Diagram sering juga disebut sebagai diagram Sebab Akibat. Dimana dalam menerapkan
diagram ini mengandung langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menyiapkan sesi sebab-akibat

2. Mengidentifikasi akibat

3. Mengidentifikasi berbagai kategori.

4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.

5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama

6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin

Penggunaan diagram tulang ikan ini ternyata memiliki manfaat yang lain yaitu bermanfaat
sebagai perangkat proses belajar diri, pedoman untuk diskusi, pencarian penyebab permasalahan,
pengumpulan data, penentuan taraf teknologi, penggunaan dalam berbagai hal dan penanganan yang
kompleks.

Apabila “masalah” dan “penyebab” sudah diketahui secara pasti, maka tindakan (action) dan langkah
perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan
memungkinkan kita untuk dapat melihat semua kemungkinan “penyebab” dan mencari “akar”
permasalahan sebenarnya. Jadi sangat jelas bahwa Fishbone Diagram ini akan menunjukkan dan
mengajarkan kita untuk melihat “ke dalam” dengan bertanya tentang permasalahan yang sedang terjadi
dan menemukan solusinya dari dalam juga.

Penyelesaian masalah melalui fishbone dapat dilakukan secara individu top manajemen maupun
dengan kerja tim. Seperti dengan cara mengumpulkan beberapa orang yang mempunyai pengalaman
dan keahlian memadai menyangkut problem yang terjadi. Semua anggota tim memberikan pandangan
dan pendapat dalam mengidentifikasi semua pertimbangan mengapa masalah tersebut terjadi.
Kebersamaan sangat diperlukan di sini, juga kebebasan memberikan pendapat dan pandangan setiap
individu. Ini tentu bisa dimaklumi, manusia mempunyai keterbatasan dan untuk mencapai hasil
maksimal diperlukan kerjasama kelompok yang tangguh.

Analisa tulang ikan dipakai jika ada perlu untuk mengkategorikan berbagai sebab potensial dari satu
masalah atau pokok persoalan dengan cara yang mudah dimengerti dan rapi. Juga alat ini membantu
kita dalam menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses. Yaitu dengan cara memecah
proses menjadi sejumlah kategori yang berkaitan dengan proses, mencakup manusia, material, mesin,
prosedur, kebijakan dan sebagainya.

5. Scattered Diagram/Diagram Tebar.

cara membuat scatter chart


Scatter diagrammerupakan cara yang paling sederhana untuk menentukan hubungan antara
sebab dan akibat dari dua variabel atau untuk menentukan korelasi antara penyebab yang diduga
dengan akibat yang timbul dari suatu masalah.

Berikut ini merupakan Langkah-langkah yang diperlukan dalam membuat Scatter Diagram :

Pengumpulan data

Lakukan pengumpulan sepasang data X dan Y yang akan dipelajari hubungannya kemudian masukkanlah
data tersebut ke dalam sebuah Tabel. Usahakan pengumpulan pasangan data melebihi 30 pasangan
data (n > 30) agar tingkat ke-akurasi-annya lebih tinggi.

Pembuatan Sumbu Vertikal dan Sumber Horizontal

Tentukanlah nilai Maksimum dan nilai Minimum dari kedua data variabel X dan Y tersebut kemudian
buatlah sumbu Vertikal dan sumbu Horizontal beserta skalanya sesuai dengan nilai Maksimum dan Nilai
Minimum yang didapat.

Penebaran (Plotting) data

Lakukanlah Penebaran data (data plotting) kedalam kertas yang telah dibuat pada langkah ke-2 (langkah
pembuatan sumbu vertikal dan sumbu horizontal)

Pemberian Informasi

Berikanlah informasi yang secukupnya untuk Scatter Diagram tersebut seperti :

Judul Grafik

Banyaknya pasangan data

Judul dan unit pengukuran untuk sumbu Vertikal dan Horizontal

Interval Waktu

Orang yang membuat dan penanggung Jawab Scatter Diagram tersebut.

Agar lebih jelas tentang cara pembuatan dan penerapan Scatter Diagram, berikut ini merupakan contoh
Kasusnya :

Contoh Kasus :

Perusahaan A yang mempunyai Tenaga Kerja sebanyak 300 orang dan bergerak di bidang industri
perakitan elektronik sedang menghadapi permasalahan atas tingginya tingkat kerusakan dalam
produksi. Dicurigai bahwa penyebabnya adalah dikarenakan jumlah absensi operator (tenaga kerja) yang
tinggi di dalam produksinya. Berikut ini adalah Tabel tentang jumlah absensi tenaga kerja dengan tingkat
kerusakan.

scatter diagram table

Berdasarkan Contoh kasus dan Tabel diatas, maka kita dapat membuat Scatter Diagramnya mengikuti
langkah-langkah yang telah disebutkan diatas tadi.

Langkah 1 – Pengumpulan data

Seperti yang telah ditampilkan dalam tabel diatas dengan pasangan data sebanyak 30 data (n = 30)

Langkah 2 – Pembuatan Sumbu Vertikal dan Sumber Horizontal

Sumbu Horizontal : Nilai Maksimum untuk Absensi adalah 6 dan Minimumnya adalah 1

Sumbu Vertikal : Nilai Maksimum untuk tingkat kerusakan adalah 5,6 dan Minimumnya adalah 0,7

Catatan :

Agar bentuk grafik lebih bagus, kita dapat lebihkan batas skala maksimum dan minimum

Jika yang diuji adalah hubungannya dengan kualitas, maka tingkat kerusakan lebih baik diletakkan pada
sumbu Vertikal.

Langkah 3 – Penebaran Data (Data Plotting)

Lakukan Penebaran data sesuai dengan tabel diatas dengan cara menggambarkan titik-titk X dan Y.

Langkah 4 – Pemberian Informasi

Berikanlah informasi dan Judul Scatter Diagram seperti contoh dibawah ini:

Judul Scatter Diagram : Hubungan antara Absensi dengan Tingkat Kerusakan

Banyak pasangan data : n = 30

Judul dan unit pengukuran : Sumbu Vertikal = Tingkat Kerusakan (%),

Sumbu Horizontal = Jumlah Absensi (Orang)

Interval waktu : 01 ~ 30 November 2012

Nama Pembuat / Penanggung : Dickson Kho

scatter diagram positive corelation

Cara Membaca Scatter Diagram :


Dari bentuk grafik yang dihasilkan, maka grafik dari Scatter Diagram diatas dinyatakan memiliki
hubungan Positif (korelasi Positif) yang artinya Makin Tinggi Jumlah Absensi Tenaga Kerja akan
mengakibatkan tingkat kerusakan yang makin tinggi pula. Jadi jika ingin mengurangi tingkat kerusakan
produk, salah satu tindakan yang harus dilakukan adalah mengurangi tingkat absensi tenaga kerja.

POLA SCATTER DIAGRAM

Terdapat 3 pola dalam Scatter Diagram yaitu :

1) POLA POSITIF SCATTER DIAGRAM

Yaitu Pola yang menunjukkan hubungan atau korelasi positif di antara Variabel X dan Variabel Y dimana
nilai-nilai besar dari Variabel X berhubungan dengan nilai-nilai besarnya Variabel Y, sedangkan nilai-nilai
kecil variabel X berhubungan dengan nilai-nilai kecil Variabel Y.

2) POLA NEGATIF SCATTER DIAGRAM

Yaitu pola yang menunjukkan hubungan atau korelasi negative di antara Variabel X dan Variabel Y
dimana nilai-nilai besar Variabel X berhubungan dengan nilai-nilai kecil Variabel Y sedangkan nilai-nilai
kecil Variabel X berhubungan dengan nilai-nilai besar Variabel X.

3) POLA TIDAK MEMILIKI HUBUNGAN (TIDAK BERKORELASI)

Yaitu Pola yang berkemungkinan tidak memiliki hubungan karena tidak ada kecenderungan nilai-nilai
tertentu pada variabel X terhadap nilai-nilai tertentu pada Variabel Y.

Berikut ini gambar 3 Jenis pola dalam menilai hubungan atau korelasi antara pasangan data X dan Y :

hubungan positif, negatif scatter diagram

6. Flowchart

Pada dasarnya, Flowchart (Diagram Alir) adalah alat yang digunakan untuk melakukan
Perencanaan Proses, Analisis Proses dan Mendokumentasikan Proses sebagai standar Pedoman
Produksi.

Flowchart (Diagram Alir) merupakan salah satu dari QC 7 Tools (7 alat Pengendalian Kualitas)
yang diperkenalkan oleh Mr. Kaoru Ishikawa pada tahun 1968 bersamaan dengan alat-alat lainnya
seperti Histogram, Pareto Chart, Scatter Diagram, Control Chart, Cause and Effect Diagram (Fishbone
Chart) dan Check Sheet.
Sebutan-sebutan lain untuk Flowchart (Diagram Alir) antara lain : Flow Diagram, Process
Flowchart, Process Map, Work Flow Diagram dan Business Model.

Flowchart (Diagram Alir) merupakan alat (tool) dasar dan mudah dipergunakan serta sangat
bermanfaat bagi suatu perusahaan Manufakturing dalam mengidentifikasikan proses operasionalnya
terutama untuk menjelaskan setiap langkah dalam menjalankan Proses Operasionalnya.

Beberapa Keuntungan dalam penggunaan Flowchart (Diagram Alir) antara lain :

-Sebagai Dokumentasi Prosedur Kerja dalam ISO

-Sebagai pedoman untuk menjalankan Operasional

-Sebagai pedoman untuk melakukan pelatihan terhadap Karyawan baru

-Sebagai benchmark (patokan)

-Sebagai Peta kerja untuk mencegah terjadi kehilangan arah

-Untuk mempermudah pengambilan keputusan

simbol diagram alircontoh diagram alir

Simbol Mulai/Awal atau Selesai/Akhir (Start / End)

Simbol Start dan End biasanya dilambangkan dengan Oval, Lingkaran ataupun Kotak Persegi Panjang
yang sudutnya dibulatkan.

Simbol Proses atau Kegiatan (Process)

Simbol untuk Proses / Langkah atau kegiatan yang akan dilakukan pada umumnya berbentuk Kotak
Persegi Panjang (rectangle).

Simbol Kondisional atau Keputusan (Conditional or Decision)

Simbol Kondisional atau Keputusan biasanya dilambangkan dengan Kotak yang berbentuk Diamond
(Rhombus) yang pada umumnya akan mempunyai Output (keluaran) seperti Ya atau Tidak, Benar atau
Salah.

Simbol Arah Aliran (Flow)

Simbol Arah Aliran Proses dilambangkan dengan Panah (Arrow) dengan anak panahnya menuju ke
proses selanjutnya.

Simbol Masukan / Keluaran (Input / Output )

Simbol untuk menunjukan Masukan dan Keluaran Data (Input dan Output) dilambangkan dengan Kotak
yang berbentuk Jajaran genjang (Parallelogram).
7. Grafik dan Peta Kendali (Control Chart)

Control Chart adalah grafik yang digunakan untuk mengkaji perubahan proses dari waktu ke
waktu. Merupakan salah satu alat atau tools dalam pengendalian proses secara statististik yang sering
kita kenal dengan SPC (Statistical Process Control), ada juga yang menyebutnya dengan Seven Tools.
Pembuatan control chart dalam SPC bertujuan untuk mengidentifikasi setiap kondisi didalam proses
yang tidak terkendali secara statistik (out of control) karena pengendaliannya terhadap proses
makacontrol chart termasuk ke dalam aktivitas on line quality control.

Dalam proses pembuatan control chart sangat penting memperhatikan jenis data yang kita miliki
untuk menentukan jenis control chart yang tetap, sehingga dapat memberikan informasi yang tetap
terhadap kinerja proses. Kesalahan pemilihan jenis control chart dapat berakibat fatal, karena tidak ada
informasi yang bisa tarik dari data yang sudah dikumpulkan bahkan dapat memberikan gambaran yang
salah terhadap kinerja proses.

Ciri khas dari control chart baik untuk dapat variabel maupun atribute selalu di batas oleh batas
kendali atas ( Upper Control Limit) dan batas kendali bawah (Lower Control Limit). Peta kendali X-bar R
sebenarnya lebih baik digunakan dari pada X-bar S karena dalam menggambarkan variasi yang terjadi
didalam sample dari setiap sub group, sedangkan dalam X-bar R hanya menunjukan rentang nilai
sample dalam masing-masing sub grup.

P Chart digunakan untuk pengendalian proporsi produksi cacat, ukuran sample yang dalam pembuatan P
chart dapat berbeda antara suatu sub group dengan sub group yang lainnya. Sedikit berbeda dengan NP
chart, digunakan untuk memonitor jumlah produk cacat dan ukuran sample sub group datanya harus
sama. P Charta dan NP chart dapat di dekati dengan distribusi binomial dalam perhitungannya.

Jika yang ingin kita kembalikan kecacatan dari suatu produk, maka control chart yang dapat digunakan C
chart dan U chart. Untuk pengendalian terhadap jenis cacat maka harus menggunakan C chart,
sedangkan U Chart digunakan untuk pengendalian terhadap jumlah cacat per unit. Kedua peta kendali
ini, dalam perhitungan capability proses di dekati dengan distribusi Poisson

Anda mungkin juga menyukai