MANAJERIAL
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Leadership
Dosen pengampu Chairul Saleh, S.E., M.Si.
LEADERSHIP
KELAS A
Kelompok 4:
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mengizinkan kami untuk
mengerjakan tujuan dan jenis-jenis perilaku manajerial. Dengan ridhaNya pula,
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui tujuan dan jenis-jenis perilaku manajerial yang meliputi:
1. Supporting
2. Mentoring
3. Recognizing
4. Rewarding
5. Conflict Management
6. Team Building
7. Networking
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Supporting
Dorongan (supporting) ialah desakan yang dialami untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhan hidup, dan merupakan kecenderungan untuk
mempertahankan hidup. Dorongan sudah ada sejak lahirnya manusia namun sering
tidak disadari dan terlepas dari kontrolnya rasio manusia. Dorongan erat kaitannya
dengan perasaan-perasaan yang paling dalam. Kuantitas dan kualitas dorongan
berbeda-beda pada setiap individu. Pendidikan dan kebiasaan-kebiasaan yang baik
ikut mempengaruhi dorongan-dorongan tersebut.
Kebutuhan dan dorongan-dorongan yang tidak atau belum terpenuhi
menyebabkan timbulnya ketegangan-ketegangan. Ketegangan-ketegangan
cenderung menaik, bila kebutuhan dan dorongan tadi semakin lama terhambat, dan
tidak terpenuhi sehingga menjadi semakin kumulatif terkumpul. Sebaliknya
ketegangan cenderung dan berkurang, bila kebutuhan-kebutuhan terpenuhi atau
terpuaskan.
Kebutuhan dan dorongan-dorongan tadi merangsang orang untuk berbuat
atau bertingkah laku. Lalu timbullah dinamika, gerak-gerik, usaha, perbuatan,
tingkah laku atau praksis ( praktik, penerapan keterampilan ). Pemuasan kebutuhan
3
dan praksis itu memberikan rasa lega dan puas. Maka rangkaian proses dapat
digambarkan dengan bagan berikut ini:
2.3 Developing
Menunjukkan harapan positif terhadap orang lain, bahkan dalam kasus yang
“sulit”. Mempercayai bahwa orang lain ingin dan dapat belajar. Memberikan arahan
atau demonstrasi dengan alasan atau dasar pemikiran dimasukkan sebagai strategi
pelatihan. Memberikan umpan balik negatif dalam berperilaku dari pada hal yang
bersifat pribadi, dan mengungkapkan harapan positif untuk kinerja masa depan atau
memberikan saran individu untuk perbaikan. Mengidentifikasi pelatihan atau
pengembangan yang dibutuhkan dan merancang atau membangun program serta
atau bahan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Mendelegasikan tugas atau
tanggung jawab untuk tujuan pengembangan terhadap orang lain.
2.4 Mentoring
Mentoring adalah proses berbagi pengalaman dan pengetahuan dari seorang
yang sudah berpengalaman (been there done that) kepada seseorang yang yang
ingin belajar di bidang tersebut. Di sini kata kuncinya adalah berbagi pengalaman
4
dan pengetahuan. Fokusnya lebih ke pengembangan diri dan karir, tidak harus ada
tujuan spesifik yang ingin dicapai. Penekanan juga lebih ke relasi antara mentor dan
mentee bukannya ke pencapaian tujuan. Terdapat sejumlah component mentoring,
antara lain sebagai berikut:
1. Mentor
2. Mentee
3. Relationship between mentor and mentee
4. Organisasi
Untuk melakukan mentoring oleh seorang pemimpin atau manajer kepada bawahan
atau karyawan dapat di combine dengan coaching untuk mendapatkan hasil yang
lebih optimal seperti mengikat perusahaan atau organisasi menjadi satu tim yang
kuat. Mentoring tidak hanya dilakukan secara formal, tetapi juga dapat
diberlakukan secara informal.
2.4.1 Informal Mentoring
Informal Mentoring dimulai dari hubungan antara dua orang dimana
seseorang mendapatkan wawasan, pengetahuan, kebijaksanaan,
persahabatan, dan dukungan dari yang lain dan proses pendampingan yang
sebenarnya tidak terstruktur. Salah satu orang dapat memulai hubungan
mentoring, mentor untuk membantu yang lain, anak didik untuk dapatkan
kebijaksanaan dari orang yang bisa dipercaya. Cotton and Ragins (2000)
menemukan bahwa informal mentoring organisasi lebih bermanfaat
daripada formal mentoring. Informal mentor memberikan jumlah yang lebih
tinggi dari beberapa jenis fungsi pengembangan karir, termasuk pembinaan,
memberikan tugas yang menantang, atau meningkatkan anak didik paparan
dan visibilitas. Mentor informal lebih cenderung terlibat dalam hal positif
kegiatan psikososial seperti konseling, memfasilitasi interaksi sosial, peran
modeling, dan memberikan pertemanan. Salah satu hasil dari pendampingan
informal adalah itu mentee jauh lebih puas dengan mentor mereka daripada
mentee dengan mentor formal. Perbedaan ini dapat dikaitkan dengan
perbedaan mendasar di struktur hubungan. Hubungan mentoring informal
5
berkembang karena mentee dan mentor siap mengidentifikasi satu sama
lain. Mentor dapat melihat seseorang diri dalam diri mentee dan mentee
mungkin ingin meniru kualitas mentor. Akhirnya, dalam pendampingan
informal, mentee dan mentor selektif tentang siapa mereka ingin melakukan
pendekatan untuk hubungan pendampingan; itu bisa bertahan selama
bertahun-tahun (Nemanick, 2000). Pendampingan informal adalah alat yang
kuat dan berharga untuk mengembangkan karyawan. Itu terjadi dalam suatu
hubungan yang secara sukarela dibentuk oleh kedua orang. Itu adalah
persahabatan pertama, pembelajaran dan karier kedua dan ketiga.
Program informal mentoring dapat meliputi:
1. Unspecified goals
2. Unknown outcomes
3. Limited access to the program
4. Self-selection of mentors and mentorees
5. Long-term mentoring
6. No expert training or support
7. Indirect organizational benefits
6
lain dan mentor itu diperkuat dan memperbarui komitmennya pada
pekerjaan dan profesi.
2.5 Recognizing
Recognizing berkaitan dengan mengenali karakter masing-masing bawahan
sangat perlu dilakukan oleh seorang pemimpin karena setiap karyawan atau
bawahan sangat unik dan berbeda-beda. Dengan mengenali sifat/karakter bawahan,
hubungan atasan dengan bawahan akan terasa dekat dan jika terjadi
kesalahpahaman, maka atasan dapat menyatukan dan menyelesaikan permasalahan
dengan mudah dan mencegah timbulnya konflik di dalam organisasi / kelompok.
Recognizing tidak hanya melingkupi mengenali karakter bawahan tetapi juga dapat
mengenali potensi-potensi yang bisa dikembangkan oleh organisasi yang dipimpin
maupun mengenali risiko-risiko yang mungkin akan timbul dalam sebuah
organisasi.
2.6 Rewarding
Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Dalam konsep
manajemen, reward merupakan salah satu alat untuk peningkatan motivasi para
pegawai. Metode ini bisa meng-asosiasi-kan perbuatan dan kelakuan seseorang
dengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan membuat mereka melakukan
suatu perbuatan yang baik secara berulang-ulang. Selain motivasi, reward juga
7
bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau
meningkatkan prestasi yang telah dapat dicapainya.
Karyawan yang mengaku merasa dihargai pada minggu sebelumnya,
cenderung berkinerja lebih baik di minggu sesudahnya. Bandingkan dengan
kebanyakan manajer yang tidak menyadari bahwa perilaku yang dipuji adalah
perilaku yang akan diulang. Mereka malah mengira, membanggakan seorang
karyawan di hadapan karyawan lainnya adalah tindakan yang salah. ara manajer
perlu mendorong anak buahnya menyelesaikan tugas dengan benar, lalu
mengomentarinya -memberi mereka penghargaan.
Menurut Mahsun (2006, p.112) terdapat empat alternatif norma pemberian
reward agar dapat digunakan untuk memicu motivasi dan produktivitas pegawai,
yaitu:
8
Alokasi reward kepada pegawai seharusnya mempertimbangkan
tingkat kebutuhan utama dari pegawai. Reward yang berwujud finansial
tidak selalu sesuai dengan kebutuhan utama pegawai.
9
Penghargaan formal harus berfokus pada tujuan-tujuan utama
departemen dan tim. Tanpa tujuan yang jelas, sangat sulit menerapkan
penghargaan formal. Bos yang buruk sama sekali tidak menetapkan tujuan,
tetapi para pemimpin ingin berkinerja optimal dan memanfaatkan
kemampuan terbaik karyawan. Contoh-contoh penghargaan formal:
kenaikan gaji sesuai prestasi, promosi jabatan, cuti, sertifikat pencapaian,
plakat pencapaian, trofi pencapaian, lencana atau pita pencapaian,
pemberian tugas baru, liburan ke tempat wisata, liburan akhir pekan, kartu
belanja, dll.
10
Metode yang dipilih sesuatu organisasi untuk memanaje konflik tergantung
pada sumber timbulnya problem yang ada. Pada sebuah perusahaan di Amerika
Serikat CS First Boston, problem yang dihadapi adalah sistem imbalan yang tidak
adil, yang menghukum subunit tertentu, karena subunit lain tidak melaksanakan
tugas-tugas mereka dengan baik. Guna mengatasi problem tersebut, maka
perusahaan yang bersangkutan harus meniadakan sumber terjadinya konflik
tersebut dengan jalan mengubah cara siistem imbalannya.
11
Adapun inti pandangan dibelakang pernyataan mencari konflik tersebut
adalah bahwa setiap waktu dapat saja terjadi gejaa, di mana jumlah konflik di dalam
sesuatu organisasi mungkin lebih rendah dibandingkan dengan jumlah konflik yang
diperlukan untuk mencapai pencapaian-pencapaian tujuan-tujuan organisasi secara
efektif.
Ada tiga hal pokok yang perlu ditekankan sehubungan dengan perosalan
konflik. Adapun hal-hal pokok yang dimaksud seagai berikut :
12
2. Konflik muncul karena dua macam persepsi
1. Mencairkan (unfreezing)
13
Tugas pertama pada fase ini adalah mengupayakan agar tim yang
ada, merasakan dan memahami kebutuhan akan perubahan. Iklim
keterbukaan dan kepercayaan dikembangkan, hingga kelompok yang ada
siap untuk menghadapi dan melaksanakan perubahan.
2. Bergerak (moving)
14
3. Memahami dan memanajemen 3. Proses-proses (misalnya:
proses-proses kelompok dan komunikasi, pengambilan
kultur keputusan dan alokasi tugas)
4. Teknik analisis peran untuk 4. Teknik analisis peran untuk
klarifikasi peran dan klarifikasi peran dan
perumusannya perumusannya
5. Teknik-teknik negosiasi 5. Negosiasi peran
Ada sebuah perusahaan besar di Amerika Serikat yang melaksanakan
program pembentukan tim dengan cara-cara berikut :
15
BAB III
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
17