MANAJEMEN KINERJA
N A M A T U T O R : D R A . Z U L FAT U S S H O L I C H A H , M . P D
N A M A A N G G O TA K E L O M P O K :
Manajemen kinerja mengelola kinerja dalam konteks bisnis baik internal maupun
eksternal.Dengan deemikian ruang lingkup manajemen kinerja adalah :
1. Tantangan manajemen kinerja
2. konsep sistem manajemen kinerja
3. perencangan manajemen kinerja
4. keluaran organisasi
5. kerangka kerja sistem manajemen kinerja
6. kemampuan sumber daya organisasi
7. sistem manajemen kinerja,dan
8. Evaluasi dan umpan balik manajemen kinerja
C. TUJUAN MANAJEMEN KINERJA
1.Tujuan strategik
manajemen kinerja harus mengaitkan kegiatan pegawai dengan tujuan organisasi.pelaksanaan
strategi tersebut perlu mendifinisikan hasil yang akan dicapai,perilaku karakteristik pegawai
yang dibutuhkan untuk melaksanakan strategi mengembangkan pengukuran dan sistem umpan
balik terhadap kinerja pegawai.
2. Tujuan administratif
kebanyakan organisasi menggunakan informasi manajemen kinerja khususnya evaluasi kinerja
untuk kepentingan keputusan administrasi .misalnya:penggajian,promosi,perhatian pegawai dll.
3. Tujuan pengembangan
manajemen kinerja bertujuan mengembangkan kapasitas pegawai yang berhasil dibidang
kerjanya.
Tujuan khusus manajemen kinerja menurut Surya Dharma
(2005)adalah sebagai berikut :
• Tu j u a n m a n a j e m e n k i n e r j a m e n u r u t r u k y ( 2 0 0 6 ) a d a l a h s e b a g a i
berikut.
1. Meningkatkan prestasi kerja karyawan baik secara individu
maupun kelompok.
2. M e n i n g k a t k a n p r o d u k t i v i t a s k e r j a s e b a g a i k o n s e k u e n s i
meningkatnya prestasi kinerja individu dan kelompok.
3. M e r a n g s a n g m i n a t d a l a m p e m g e m b a n g a n p r i b a d i d e n g a n t u j u a n
meningkatkan hasil karya dan prestasi pribadi serta potensi laten
karyawan dengan cara memberikan umpan balik pada mereka
tentang prestasi mereka.
4. Membantu perusahaan dalam menyusun program pengembangan dan
pelatihan karyawan yang lebih tepat guna.
5. Menyediakan alat/sarana untuk membandingkan prestasi kerja karyawan
dengan tingkat gajinya atau imbalannya sebagai bagian dari kebijakan dan
sistem imbalan yang baik.
6. Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengungkapkan
perasaannya tentang pekerjaannya dan hal-hal yang ada kaitannya dengan
pekerjaannya.
Tu j u a n m a n a j e m e n k i n e r j a m e n u r u t w i b o w o ( 2 0 1 0 ) a d a l a h u n t u k m e n j a m i n
agar aktivitas yang dijalankan organisasi dapat mencapai hasil yang
diharapkan.Dengan demikian hakikat manajemen kinerja adalah bagaimana
mengelola seluruh kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan sebelumnya.
D. MANFAAT MANAJEMEN KINERJA
Manfaat manjemen kinerja menurut costelo (1994) adalah untuk mendukung tujuan
menyeluruh organisasi dengan mengaitkan pekerjaan dari setiap karyawan dan manajer
pada misi keseluruhan dari unit kerjanya.
B a n y a k m a n f a a t y a n g n y a t a b a g i p a r a m a n a j e r, k a r y a w a n , d a n o r g a n i s a s i b i l a m a n j e m e n
kinerja dipergunakan dengan tepat.
Rucky (2006) menyatakan bahwa manfaat manajemen kinerja adalah untuk
1. Penyusunan program pelatihan dan pengembangan karyawan.
2. Penyusunan program suksesi dan kaderisasi
3. Pembinaan karyawan.
1. M E N I N G K AT K A N K E E F E K T I FA N O R G A N I S A S I ( 8 5 P E R S E N D A R I O R G A N I S A S I YA N G
DIHUBUNGI)
2. M E M B E R I K A N M O T I VA S I K E PA D A K A R YAWA N ( 5 7 P E R S E N )
3. M E M P E R B A I K I P E L AT I H A N D A N P E N G E M B A N G A N ( 5 4 P E R S E N )
4. M E N G U B A H B U D AYA ( 5 4 P E R S E N )
5. M E N Y O K O N G H U B U N G A N A N TA R A G A J I / U PA H D E N G A N P R O D U K T I V I TA S ( 5 0 P E R S E N )
6. M E N A R I K D A N M E M P E R TA H A N K A N S TA F YA N G M E M I L I K I K E A H L I A N ( 4 5 P E R S E N )
7. M E N D U K U N G M A N A J E M E N YA N G B E R K U A L I TA S S E C A R A K E S E L U R U H A N ( 3 6 P E R S E N )
F.KEKURANGAN SISTEM MANAJEMEN KINERJA
K E K U R A N G A N S I S T E M M A N A J E M E N K I N E R J A PA D A S K A L A 1 S A M PA I 4 D A L A M
E VA L U A S I K I N E R J A D I D E F I N I S I K A N D E N G A N S U AT U D E S K R I P S I S I N G K AT YA N G
D I B E R I K A N T E R H A D A P L E V E L YA N G B E R B E D A . M I S A L N YA , D A L A M M E M B E R I K A N
R AT I N G T E R H A D A P O U T P U T YA N G E F E K T I F D A L A M S U AT U TATA C A R A P E N E N T U A N
P E N I L A I A N YA N G B I A S A D I A PA K A I S E O R A N G M A N A J E R D I M I N TA U N T U K M E M I L I H
D I A N TA R A S A N G AT T I D A K M E M U A S K A N S A M PA I S A N G AT M E M U A S K A N .
Kegiatan Belajar 2
Tahap Perancangan Sistem Manajemen Kinerja
Perancangan sistem manajemen kinerja adalah perencanaan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam
melaksanakan sistem manajemen kinerja.
Menurut Bacal (2005), perancangan sistem manajemen kinerja adalah proses dimana karyawan dan
manajer bekerja sama untuk menemukan apa yang seharusnya dilakukan karyawan pada tahun berikutnya
dan apa yang disebut dengan sistem manajemen kinerja yang sukses.
Manfaat perancangan sistem manajemen kinerja adalah sebagai
alat :
1. Standar pelaksanaan dan pengevaluasian yang telah disepakati
bersama,
2. Pemilihan satu alternatif terbaik,
3. Penyusunan prioritas,
4. Menghemat sumber daya organisasi,
5. Membantu manajer dan karyawan untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan lingkungan,
6. Memudahkan dalam berkoordinasi, dan
7. Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
Dasar-dasar perancangan sistem manajemen kinerja menurut para
pakar:
Menurut Maskell (1981), ada 7 dasar yang harus dipenuhi perusahaan
dalam merancang sistem manajemen kinerja. Yaitu :
1. Berkaitan langsung dengan strategi perusahaan
2. Variabel-variabel diukur secara non finansial
3. Fleksibel dan bervariasi tergantung lokasi perusahaan
4. Dinamis dan selalu diperbarui seiring perubahan zaman
5. Sederhana dan praktis
6. Memungkinkan adanya umpan balik yang cepat bagi operator dan
manajer yang bertanggung jawab melaksanakan proses perbaikan
7. Ditujukan untuk proses perbaikan.
Globerson ( Stoop, 1996) ada 7 dasar perancangan sistem
manajemen kinerja :
1. Kriteria kinerja yang akan diukur dalam setiap level organisasi berasal dari tujuan
perusahaan
2. Sistem manajemen kinerja yang dirancang memungkinkan untuk dipakai sebagai alat
membedakan antar perusahaan sejenis atau (benchmarking)
3. Tujuan perancangan sistem manajemen kinerja didefinisikan dengan jelas sejak awal
4. Metode pengumpulan dan pengolahan data yang akan dipakai didefinisikan dengan jelas
5. Dalam penentuan besaran variabel, penggunaan rasio variabel lebih disukai
dibandingkan dengan penggunaan angka absolut.
6. Kriteria kinerja yang dirancang di bawah kendali unit organisasi yang berhak
mengevaluasi nya.
7. Kriteria kinerja kuantitatif lebih disukai daripada kualitatif.
Dasar-dasar perancangan sistem manajemen kinerja menurut
Wibisono (2006) adalah
Wibisono (2006) menyatakan bahwa ada 5 tahap perancangan sistem manajemen kinerja yaitu :
1. tahap 0: Fondasi
2. Dalam sistem manajemen kerja terdapat empat fondasi sebagai pedoman prinsip yang perlu dipahami dan dilaksanakan
yaitu :
a.) kemitraan (partnership) : kerjasama yang saling membutuhkan dan menguntungkan antara manajemen, perwakilan
karyawan, konsumen dan pemasok.Prinsip kemitraan perlu diterapkan agar masing-masing pihak dapat berperan serta secara
aktif dalam penentuan variabel dan penerapan variabel yang berkaitan dengan otoritas masing-masing.
b.) Pemberdayaan ( empowerment) : pemanfaatan semua orang di dalam organisasi sesuai dengan bidang keahlian, tanggung
jawab, kewajiban, dan kewenangan masing-masing sebagai suatu tim kerja efektif.
c.) Perbaikan kinerja yang terintegrasi : proses pengembangan sampai implementasi sistem manajemen kinerja dijalankan oleh
semua karyawan dengan penuh rasa memiliki.
d.) Tim yang mandiri : tim pengembang harus diberi otoritas untuk mengambil keputusan dengan diberikan kesempatan dan
kepercayaan.
2) Tahap 1 : informasi dasar
Informasi dasar yang diperlukan sebagai masukan dalam perancangan sistem manajemen kinerja menyangkut lingkungan usaha yang terdiri dari informasi tentang
industri, pemerintah dan masyarakat, pasar dan pesaing, serta produk dan jasa yang dihasilkan. Informasi dasar diperlukan pengambilan kebijakan yang harus
ditempuh perusahaan agar dapat terus survive dan memberi nilai tambah dalam industri di mana perusahaan itu berada.
3) Tahap 2 : perancangan
Perancangan terdiri dari penentuan visi, misi, strategi, dan kerangka kerja atau framework yang digunakan sebagai dasar penentuan variabel kinerja, keterkaitan
antara variabel, dan kaji banding atau Benchmark
4) Tahap 3: penerapan
Tahap ini merupakan pelaksanaan rancangan sistem manajemen kinerja. Dengan menguji apakah sistem manajemen kinerja telah mengakomodasi empat hal
utama yaitu pengukuran evaluasi, diagnosis, dan tindak lanjut yang diperlukan jika kinerja organisasi menyimpang dari standar yang telah ditetapkan.
5) Tahap 4 : Penyegaran
Tahap evaluasi terhadap kemutakhiran sistem manajemen kinerja yang dirancang dengan mempertimbangkan informasi dan perkembangan pengetahuan
terkini.Ada 6 model kerangka sistem manajemen kinerja:
1. Strategic Measurement Analysis and Reporting Technique (SMART)(Cross&Lynch, 1989)
2. Performance Measurement Questionnaire (PSQ)(Dixon, et al.,1990)
3. Performance for world class manufacturing ( Maskell, 1991)
4. The balance scorecard ( Kaplan&Norton, 1992)
5. Quantum performance measurement model (Hronec, 1993)
6. Prism ( Needy&Adam, 1999 ).