Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BAHASA INDONESIA

“BERBICARA UNTUK KEPERLUAN AKADEMIK”

Oleh

ERIKA NUR FITRIAH

UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA 2021
ABSTRAK

Berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa yang diperlukan untuk


berbagi keperluan, seperti kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dalam
perkuliahan, yakni berbentuk simulasi, praktik berbicara yang sesungguhnya, dan
pemeberian atau penerimaan umpan balik.

Pengetahuan tentang ilmu atau teori berbicara sangat menunjang kemahiran


serta keberhasilan dalam seni dan praktik berbicara. konsep – konsep dasar berbicara
meliputi (1) hal – hal yang berkenan dengan hakikat atau sifat – sifat dasar ujaran,
(2) hal – hal yang berhubungan dengan proses intelektual yang diperlukan untuk
mengembangkan kemampuan berbicara, dan (3) hal – hal yang memudahkan
seseorang untuk mencapai keterampilan berbicara. Di samping itu, berbicara dapat
dikelompokkan berdasarkan beberapa aspek, seperti (1) arah pembicaraan, (2) tujuan
pembicaraan, dan (3) suasana.

Kata kunci : berbicara, keperluan, akademik

i
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang
diberikan-Nya sehingga makalah tentang “Berbicara untuk Keperluan Akademik” .
Makalah ini saya buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia.
Dalam makalah ini membahas tentang pengertian dari berbicara, jenis-jenis
berbicara, konsep dari berbicara itu sendiri serta yang paling penting adalah cara
berbicara dengan baik dan benar di depan umum
Penulis Menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan-
kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
yang penulis miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan penulis
terima dengan senang hati demi perbaikan naskah penelitian lebih lanjut.
Tulisan ini dapat sepenuh diselesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak, terutama Ibu Dosen Eva
Eri Dia jurusan Bahasa Indonesia yang telah memberikan masukan demi kelancaran
dan kelengkapan naskah tulisan ini. Akhirnya, semoga tulisan yang jauh dari
sempuma ini ada manfaatnya.

Mojokerto, 21 Mei 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ………..………..………..…………………………………………………… i
KATAPENGANTAR ……………….…………………………………………ii
DAFTAR ISI ……………..…………………………………………..……………....…. iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................................................... 1
1.4 Manfaat........................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2
2.1. Konsep Tentang Berbicara ........................................................................................... 2
2.1.1 Pengertian Berbicara .................................................................................................. 2
2.1.2 Tujuan Berbicara........................................................................................................ 4
2.2. Menganalisis Situasi dan Pendengar ............................................................................ 4
2.3. Penyusunan Bahan Berbicara....................................................................................... 5
2.4. Macam – Macam Berbicara untuk Keperluan Akademik ............................................ 6
2.4.1 Presentasi ................................................................................................................... 6
2.4.2 Seminar ...................................................................................................................... 8
2.4.3 Berpidato dalam Situasi Formal ............................................................................... 10
2.4.4 Belajar Mengajar...................................................................................................... 11
BAB III PENUTUP......................................................................................................... 12
3.1. Simpulan .................................................................................................................... 12
3.2. Saran .......................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 13

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan ini dilatarbelakangi oleh suatu kenyataan bahwa berbicara sebagai
suatu keterampilan berbahasa yang diperlukan untuk berbagai keperluan. Kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan dalam perkuliahan, yakni berbentuk simulasi,
praktik berbicara yang sesungguhnya, dan pemberian atau penerimaan umpan balik.
Kegiatan tersebut dilakukan, baik secara perorangan, berpasangan, maupun
berkelompok.

Kegiatan belajar mengajar diarahkan untuk meningkatkan keterampilan


berbicara secara terpadu, fungsional, dan kontekstual. Artinya, setiap materi yang
diberikan selalu dikaitkan dengan usaha peningkatan keterampilan berbahasa
(menyimak, membaca, dan menulis) dan pengetahuan bahasa (kosakata dan
struktur). Selain itu, agar pengajaran ini bersifat fungsional dan kontekstual maka
materi yang diberikan berupa bahan pengajaran yang betul - betul bermakna bagi
mahasiswa ataupun calon guru, seperti bercerita, berdialog, berpidato/berceramah,
dan berdiskusi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan pada tulisan ini adalah seperti di
bawah ini.
1) Apakah konsep tentang berbicara?
2) Bagaimanakah cara menganalisis situasi dan pendengar?
3) Bagaimanakah cara menyusun bahan dalam berbicara?
4) Apa sajakah macam - macam berbicara dalam keperluan akademik?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan tulisan ini adalah sebagai berikut,
1) Untuk mengetahui konsep tentang berbicara
2) Untuk mengetahui bagaimana menganalisis situasi dan pendengar
3) Untuk mengetahui bagaimana menyusun bahan dalam berbicara
4) Untuk macam - macam berbicara dalam keperluan akademik

1.4 Manfaat
Tulisan ini mempunyai dua manfaat, yaitu manfaat praktis dan teoritis.
Kedua manfaat ini dijelaskan berikut ini.
1.4.1 Manfaat Praktis
Secara praktis tulisan ini bermanfaat bagi mahasiswa, yakni dapat mengetahui cara
bebicara untuk keperluan akademik. Selanjutnya, bagi pengajar tulisan ini dapat
digunakan untuk menilai kinerja mahasiswa dalam penulisan khususnya tentang
berbicara untuk keperluan akademik.

1.4.2 Manfaat Teoritis


Secara teoritis tulisan ini bermanfaat bagi kalangan akademis. Adapun manfaatnya
adalah untuk menambah wawasan keilmuan tentang berbicara untuk keperluan
akademik.

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Tentang Berbicara


2.1.1 Pengertian Berbicara
Berbicara merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan media bahasa,
berbicara merupakan proses penuangan gagasan dalam bentuk ujaran- ujaran.
Ujaran- ujaran yang muncul merupakan perwujudan gagasan, pikiran, dan perasaan
yang menjadi wujud ujaran.
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan batasan berbicara. Hal itu adalah
seperti di bawah ini.
1) Berbicara merupakan ekspresi diri.
2) Berbicara merupakan kemampuan mental motoric.
3) Berbicara merupakan proses simbolik.
4) Berbicara terjadi dalam konteks ruang dan waktu.
5) Berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang produktif.

Secara umurn berbicara dapat diartikan sebagai suatu penyampaian maksud


(ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan
sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain. (Depdikbud,
1983/1985:7). Pengertiannya secara khusus banyak dikemukakan oleh para pakar,
di antaranya. Tarigan (1983:15), mengemukakan bahwa berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi karena di


dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Proses
komunikasi itu dapat digambarkan sebagai pemindahan pesan dari suatu sumber ke
tempat lain. Dalam proses komunikasi terjadi pemindahan pesan dari komunikator
(pembicara) kepada komunikan (pendengar). Komunikator adalah seseorang yang
memiliki pesan. Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan lebih dahulu
diubah ke dalam simbol yang dipahami oleh kedua belah pihak.
Simbol tersebut memerlukan saluran agar dapat dipindahkan kepada komunikan.

Bahasa lisan adalah alat komunikasi berupa simbol yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia. Saluran untuk memindahkannya adalah udara. Selanjutnya, simbol
yang disalurkan lewat udara diterima oleh komunikan. Simbol yang disampaikan itu
dipahami oleh komunikan, sehingga komunikan dapat memahami pesan yang
disampaikan oleh komunikator.

Tahapan selanjutnya, komunikan memberikan umpan balik kepada


komunikator. Umpan balik adalah reaksi yang timbul setelah komunikan memahami
pesan. Reaksi dapat berupa jawaban atau tindakan. Dengan demikian, komunikasi
yang berhasil ditandai oleh adanya interaksi antara komunikator dengan komunikan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peristiwa komunikasi dapat
berlangsung apabila memenuhi persyaratan berikut ini.

2
1) Komunikator : orang yang menyampaikan pesan
2) Pesan : isi pembicaraan
3) Komunikan : orang yang menerima pesan
4) Media : bahasa lisan
5) Sarana : waktu, tempat, suasana, peralatan yang
digunakan dalam penyampaian pesan

6) Interaksi : dearah, dua arah, atau multiarah

Berbicara sebagai salah satu bentuk komunikasi akan mudah dipahami, yakni
dengan cara membandingkan diagram komunikasi dengan diagram peristiwa
berbahasa. Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan
faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik. Pada saat
berbicara seseorang memanfaatkan faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan
bunyi bahasa. Bahkan organ tubuh yang lain, seperti kepala, tangan, dan roman muka
juga dimanfaatkan dalam berbicara. Faktor psikologis memberikan andil yang cukup
besar terhadap kelancaran berbicara. Stabilitas emosi, misalnya, tidak saja
berpengaruh terhadap kualitas suara yang dihasilkan oleh alat ucap, tetapi juga
berpengaruh terhadap kerantutan bahan pembicaran. Berbicara tidak terlepas dari
faktor neurologis, yaitu jaringan syaraf yang menghubungkan otak kecil dengan
mulut, telinga, dan organ tubuh lain yang ikut dalam aktivitas berbicara. Demikian
pula faktor semantik yang berhubungan dengan makna, dan faktor liguistik yang
berkaitan dengan struktur bahasa selalu berperan dalam kegiatan berbicara. Bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap dan katakata harus disusun menurut aturan tertentu
agar bermakna.

Berbicara merupakan tuntutan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial


(homo homine socius) agar mereka dapat berkomunikasi dengan sesamanya. Dalam
kaitan ini, Stewart dan Zimmer (Depdikbud, 1984/85:8) memandang kebutuhan
akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai
keberhasilan dalam setiap individu, baik aktivitas individu maupun kelompok.
Kemampuan berbicara yang baik sangat dibutuhkan dalam berbagai jabatan
pemerintahan, swasta, ataupun pendidikan. Seorang pemimpin, misalnya, perlu
menguasai keterampilan berbicara agar dapat menggerakkan masyarakat untuk
berpartisipasi dalam program pembangunan. Seorang pedagang perlu menguasai
keterampilan berbicara agar dapat meyakinkan dan membujuk calon pembeli.
Demikian pula halnya pendidik, mereka dituntut menguasai keterampilan berbicara
agar dapat menyampaikan informasi dengan baik kepada anak didiknya.
Selanjutnya, di bawah ini diuraikan beberapa prinsip umum berbicara menurut
Tarigan (1983), yakni seperti di bawah ini.
a Membutuhkan paling sedikit dua orang.
b Mempergunakan studi linguistik yang dipahami bersama.
c Merupakan suatu pertukaran peran antara pembicara dan pendengar yang
berhubungan dengan masa kini.

3
2.1.2 Tujuan Berbicara
Tujuan utama berbicara adalah untuk menginformasikan gagasan kepada
pendengar yang harus ditempatkan sebagai sarana penyampaian sesuatu kepada
orang lain. Lebih lanjut, pengelompokan tujuan berbicara ada empat tujuan yaitu (1)
tujuan sosial, (2) tujuan ekspresif, (3) tujuan ritual, dan (4) tujuan instrumental.
Ada juga tujuan berbicara yang menitik beratkan pada efek pembicaraan, yaitu
seperti di bawah ini.
1. Berbicara untuk meyakinkan pendengar.
2. Berbicara dengan tujuan mempengaruhi pendengar.
3. Berbicara dengan tujuan merriperluas wawasan pendengar.
4. Berbicara dengan tujuan memberi gambaran tentang suatu objek.

2.2 Menganalisis Situasi dan Pendengar


Jenis berbicara dapat dilakukan dengan cara yang berbeda, yakni dilakukan
berdasarkan tiga hal, yaitu situasi, keterlibatan pelaku, dan alur pembicaraan.
Berdasarkan situasi berbicara, yakni dapat dikelompokan ke dalam dua jenis, yaitu
sebagai berikut.
1) Berbicara formal, yaitu berbicara yang terikat pada aturan, baik aturan
tata krama maupun kebahasaan.
2) Berbicara nonformal, yaitu berbicara yang tidak terlalu terikat pada
aturan Berdasarkan keterlibatan pelaku, berbicara dapat dikelompokan
ke dalam dua jenis, yaitu seperti di bawah ini.
3) Berbicara individual, yaitu berbicara yang dilakukan oleh seorang
pelaku/pembicara, misalnya pidato.
4) Berbicara kelompok, yaitu berbicara yang melibatkan banyak
pelaku/pembicara, misalnya diskusi dan debat.
Berdasarkan alur pembicaraannya, berbicara dapat dikelompokan ke dalam dua
jenis yaitu seperti di bawah ini.
1) Berbicara monologis, yaitu kegiatan berbicara yang dilakukan searah.
2) Berbicara dialogis, yaitu kegiatan berbicara yang dilakukan secara dua
arah.

Berbicara sebagai proses adalah kegiatan berbicara yang dimulai dengan proses
simbolisasi pesan dalam diri pembicara untuk disampaikan kepada pendengar
melalui sebuah media. Secara umum berbicara merupakan proses penuangan
gagasan dalam bentuk ujaran-ujaran. Ujaran-ujaran yang muncul merupakan
perwujudan gagasan yang sebelumnya berada pada tataran ide.

Berbicara sebagai keterampilan berbahasa berhubungan dengan keterampilan


berbahasa yang lain. Kemampuan berbicara berkembang pada kehidupan anak
apabila didahului oleh keterampilan menyimak. Keterampilan berbicara
memanfaatkan kosakata yang pada umumnya diperoleh anak melalui kegiatan
menyimak dan membaca. Materi pembicaraan banyak yang diangkat dari hasil
menyimak dan berbicara. Demikian pula sering terjadi keterampilan berbicara
dibantu dengan keterampilan menulis, baik dalam bentuk pembuatan out line
maupun naskah.

4
Sebagai salah satu unsur kemampuan berbahasa, berbicara sering dianggap
sebagai suatu kegiatan yang berdiri sendiri. Hal ini dibuktikan dari kegiatan
pengajaran berbicara yang selama ini dilakukan. Dalam praktiknya, pengajaran
berbicara dilakukan dengan menyuruh murid berdiri di depan kelas untuk berbicara,
misalnya bercerita atau berpidato. Siswa yang lain diminta mendengarkan dan tidak
mengganggu. Akibatnya, pengajaran berbicara di sekolah – sekolah seperti itu
kurang menarik. Siswa yang mendapat giliran merasa tertekan sebab di samping
siswa itu haras mempersiapkan bahan sering kali guru melontarkan kritik yang
berlebihan. Sementara itu, siswa yang lain merasa kurang terikat pada kegiatan itu
kecuali ketika mereka mendapatkan giliran. Agar selurah anggota kelas dapat terlibat
dalam kegiatan pengajaran berbicara, hendaklah selalu diingat bahwa pada
hakikatnya berbicara itu berhubungan dengan kegiatan berbahasa yang lain, seperti
menyimak, membaca, dan menulis serta berkaitan dengan pokok-pokok
pembicaraaan. Dengan demikian, sebaiknya pengajaran berbicara mempunyai aspek
komuniksi dua arah dan fungsional.

Pendengar, selain berkewajiban menyimak ia berhak untuk memberikan umpan


balik. Sementara itu, pokok persoalan yang menjadi bahan pembicaraan haras dipilih
hal – hal yang benar – benar diperlukan oleh partisipan. Tugas pengajar adalah
mengembangkan pengajaran berbicara agar aktivitas kelas dinamis, hidup, dan
diminati oleh anak sehingga benar – benar dapst dirasakan sebagai sesuatu
kebutuhan untuk mempersiapkan diri teijun ke masyarakat. Untuk mencapai hal itu,
dalam pengajaran berbicara harus diperhatikan beberapa faktor, misalnya
pembicara, pendengar, dan pokok pembicaraan.

Pembicara yang baik memberikan kesan kepada pendengar bahwa orang itu
menguasai masalah, memiliki keberanian dan kegairahan. Penguasaan masalah akan
terlibat pada kedalaman isi dan keruntutan penyajian. Sementara itu, keberanian dan
kegairahan akan terlihat pada penampilan, kualitas suara, dan humor yang
ditampilkan. Pembicara yang baik perlu didukung oleh pendengar yang baik, yaitu
pendengar yang memiliki sifat kritis dan responsif. Pendengar yang demikian itu
pada umumnya bersedia memahami dan menanggapi pokok pembicaran secara
kritis. Dengan demikian, akan terjadi interaksi timbal balik antara pembicara dengan
pendengar sehingga tercipta pembicaraan yang hidup.

2.3 Penyusunan Bahan Berbicara


Topik pembicaraan dinilai baik apabila menarik bagi pembicara dan pendengar,
misalnya aktual dan relevan dengan kepentingan partisipan. Agar topik pembicaraan
itu mudah dipahami perlu disusun naskah secara sistematis, misalnya sesuai dengan
urutan waktu, tempat dan sebab akibat.

Kegiatan berbicara sering kali ditopang dengan persiapan tertulis, baik berupa
referensi yang harus dibaca maupun konsep yang akan disampaikan. Pokok
pembicaraan itu ada baiknya dipersiapkan dalam bentuk tertulis, misalnya berupa
naskah lengkap atau out line. Para penyimak ada kalanya memerlukan kegiatan tulis-
menulis, terutama untuk membuat catatan atau ringkasan dari apa yang didengamya.
Dengan demikian, keterpaduan keempat keterampilan berbahasa dalam pengajaran

5
berbicara harus diwujudkan secara alami, seperti halnya yang teijdi di tengah
masyarakat.

Mempersiapkan materi untuk bahan bicara di depan orang banyak, idealnya


memang dilakukan selama beberapa hari. Paling tidak ada kesempatan untuk
mempersiapkan bahan, kemudian melatih cara bicara, dan mempersiapkan mental.

Kadang – kadang kesempatan untuk tampil tidak diiringi waktu persiapan yang
memadai. Ketika tiba saatnya kita berbicara di depan orang banyak, apalagi dengan
bahasa asing. Kalau waktu persiapan hanya sesaat jangan langsung mengatakan
‘tidak. Janie Lipsmeyer, salah satu penulis di situs bisnis, Helium.com
mengungkapkan, pada saat mendesak mempersiapkan satu naskah berbicara di
depan orang banyak sebenanya bisa dilakukan dalam waktu lima menit saja. Dalam
hal ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti di bawah ini.
1) Siapkan materi yang paling dikuasai atau paling digemari. Bicarakan tentang
hal-hal yang selama ini paling menarik minat kita. Bisa tentang olahraga,
film, atau musik.
2) Memasukkan pengalaman berkesan yang pemah kita alami dalam materi
presentasi juga bisa membantu kita memiliki bahan yang familier. Kesan dan
pengalaman yang kita dapat pada liburan kita yang terakhir, misalnya,
mungkin bisa menjadi masukan yang berarti bagi orang lain.
3) Selipkan sedikit simpulan atau saran yang akan semakin membuat presentasi
kita memiliki manfaat bagi orang lain. Kalau akhimya kita memilih berbicara
tentang liburan, kita bisa memberikan rekomendasi tempat liburan atau
menyarankan audiens untuk pergi ke tempat yang barn kita datangi. Atau,
kalau tempat yang kita datangi ternyata kurang asyik, ingatkan mereka agar
jangan sampai salah langkah seperti yang kita alami.
4) Persiapkan diri juga untuk tampil dengan bahasa tubuh yang baik dan kalimat
pembuka yang baik. Menyapa rekan atau kolega yang hadir dengan ramah
bisa sekaligus menjadi pemecah ketegangan yang baik.

2.4 Macam - Macam Berbicara Untuk Keperluan Akademik


2.4.1 Presentasi
Membuat presentasi bukanlah hal yang gampang, bayangkan saja, kita harus
mencari sumber-sumber atau bahan yang akan dipresentasikan. Kemudian, bahan –
bahan tersebut harus diedit lagi menjadi lebih khusus. Oleh karena dalam hal
presentasi, materi yang dimuat tidak harus banyak, tetapi diambil kata kunci atau
hal-hal pokok yang akan dibicarakan.

Jikalau semua sudah siap, hal yang harus dilakukan adalah mendesain presentasi
semenarik mungkin agar orang tidak merasa bosan, program yang biasanya
digunakan orang untuk presentasi adalah program Ms. PowerPoint. Dalam program
itu anda dapat menggunakannya sebebas mungkin untuk membuat desain presentasi,
seperti animasi, background, tulisan, dan hal lainnya dengan atraktif, heboh, dan
spektakuler.

6
Presentasi berhubungan erat dengan komunikasi. Presentasi adalah suatu proses
pertukaran informasi, gagasan, dan pikiran di antara dua orang atau lebih dalam
berkomunikasi. Hal ini bertujuan menginformasikan, menghibur, dan menggerakan
untuk bertindak.

Teknik yang digunakan, seperti bersikap hormat, menghargai khalayak,


menunjukkan empati, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, dan
menggunakan media sebagai pelengkap. Untuk keperluan akademik harus
menggunakan bahasa yang baku. Orang yang mempresantasikan biasanya
mempunyai sebutan yang berbeda, seperti MC, presenter, entertainer, protocol,
public speaker, moderator, dan lain-lain

Namun, jika Anda belum terlalu menguasai program itu, gunakanlah animasi
yang biasa saja, tetapi jika ingin yang bagus, tetapi tidak terlalu repot untuk membuat
animasinya, Anda bisa mencari animasi yang sudah jadi dengan gambar yang
berformatkan GIF. Gambar itu bisa dicari di internet misalnya di situs Google, pilih
gambar lalu masukkan kata kunci misalnya gambar kucing, maka tulis pada kotak
dialog search kucing.gif setiap kata kunci diakhiri tanda titik dan ditulis gif seperti
contoh tadi. Selanjutnya, pada hasil pencarian muncullah gambar-gambar yang
berformat gif

Setelah Anda mengambil gambar tersebut, masukkanlah gambar itu pada


presentasi Anda sesuai dengan keinginan Anda. Setelah semua selesai atur desain
presentasi Anda, maka cobalah untuk menslide shownya dan lihat tampilanya.
Jikalau sudah cukup bagus, Anda sudah siap untuk presentasi.
Persiapan yang harus anda lakukan sebelum pelaksanaan presentasi adalah sebagai
berikut.
1) Kenali audience
2) Kuasai materi
3) Buat outline
4) Siapkan alat peraga/bantu
5) Siapkan introduction
6) Siapkan penutup

Agar lebih baik dalam melaksanakan presentasi lakukan latihan. Latihan adalah cara
yang paling efektif karena beberapa alas an.
1) Dapat mengeliminir kejelekan dalam presentasi
2) Melatih transisi antar bagian supaya lebih halus
3) Memberi gambaran waktu yang diperlukan 4) Meningkatkan percaya diri.

Adapun teknik latihannya, yakni dengan Mengumpulkan audience dan saat


melakukan presentasi, rekamlah latihan itu dengan tujuan agar Anda dapat
mengetahui kekurangan Anda saat berpresentasi. Kemudian, ada juga hal – hal
khusus yang harus diperhatikan dalam melaksanakan presentasi, diantaranya seperti
di bawah ini.
1) Tentukan cara mengulang poin utama tanpa terlihat adanya pengulangan.
2) Ciptakan transisi antar bagian dengan mulus.

7
3) Kenali betul alat bantu/alat peraga yang digunakan.
4) Menyiapkan jawaban atas pertanyaan yang kemungkinan muncul.
5) Mengembangkan gaya sendiri.

Hal-hal yang diperhatikan saat pelaksanaan presentasi, yaitu sebagai berikut.


1) Kuasai alat peraga yang digunakan.
2) Kuasai dili sendiri (be confident).
3) Jangan membelakangi audience.
4) Jangan membaca materi presentasi.
5) Gunakan terminologi yang umum.
6) Singkat, padat (tepat waktu).
7) Bicara lugas, tegas.
8) Selingi dengan sedikit humor.

2.4.2 Seminar
Sebelum kita melihat bagaimana membuat sebuah seminar yang baik, sebaiknya
diperjelas terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan seminar dalam tulisan ini.

Dalam hal ini yang pertama adalah apa tujuan seminar. Seminar di sini adalah
untuk mengeksplorasi sebuah ide. Dengan demikian, seminar berbeda dengan
pelatihan karena di dalam pelatihan, ada sebuah keahlian yang dibawakan oleh
seseorang yang menguasainya dan di dalam pelatihan terjadi transfer ilmu.

Selanjutnya, yang kedua adalah bagaimana peran orang yang ikut di dalam
seminar. Seminar adalah satu pertemuan, di sini semua pesertanya terlibat aktif.
Di dalam seminar yang dimaksud ini, tidak ada pembicara dan peserta, seperti yang
dikenal dalam seminar pada umumnya. Tidak ada perbedaan antara pembicara dan
peserta. Dengan demikian, seminar dibedakan dengan kuliah, dalam hal ini ada
seorang rektor membawakan suatu tema atau ide, dan peserta kuliah mendengarkan
dan bertanya. Rektor adalah seseorang yang menguasai tema tersebut, sedangkan
peserta adalah orang yang mempelajari tema tersebut. Agar sebuah seminar berjalan
dengan baik perlulah dipikirkan beberapa syarat berikut ini.
a) Ruang Seminar
Ruang seminar yang memadai adalah sebuah ruang yang
memungkinkan interaksi aktif selurah peserta seminar. Sebuah meja bundar
besar adalah sebuah contoh yang baik atau kursi yang disusun dengan
melingkar. Ruangan tentu saja haras cukup tenang dan cukup terang untuk
memberikan iklim yang nyaman untuk berseminar. Keberadaan sebuah
papan tulis dapat membantu.

b) Peserta
Agar sebuah seminar berjalan dengan baik, peserta adalah bukan
kertas kosong yang menunggu diisi, seperti halnya kuliah. Mereka haras
sudah membaca tentang tema yang akan diseminarkan. Mereka bisa
membuat sebuah esai pendek tentang tema yang diseminarkan. Apabila yang
diseminarkan adalah sebuah teks, teks tersebut telah dibaca secara analitis,
ditandai, disertai tanggapan dan kritik.

8
Dengan membaca terlebih dahulu tentang yang akan diseminarkan, mereka telah
mengolahnya di dalam kepala mereka. Mereka telah memiliki bayangan tentang apa
yang diseminarkan. Kertas di tangan yang berisi ringkasan tema yang diseminarkan
menurut masing-masing peserta, nantinya akan memandu mereka di dalam seminar.

c) Moderator
Seorang moderator di dalam seminar berbeda dengan seorang lektor
di dalam kuliah. Ia bukanlah seorang yang memberikan pelajaran, melainkan
orang yang mengarahkan jalannya seminar. Dalam hal ini seorang moderator
adalah orang yang paling senior dalam menguasai tema yang akan
diseminarkan. Hal ini bukan berarti pendapatnyalah yang paling benar.
Senioritas dalam penguasaan materi semata-mata untuk mengarahkan
seminar karena ia semestinya yang paling tahu tentang seluk beluk tema yang
diseminarkan.

Peran seorang moderator ada dua, yaitu mengarahkan (directing) dan


memoderasi (moderating). Dalam mengarahkan, ia menjaga agar seminar
tidak menyimpang dari tema. Dengan memoderasi, ia menjaga agar tidak ada
satu orang atau satu ide tertentu yang terlalu mendominasi seminar sehingga
seluruh tema seminar tidak tereksplorasi dengan baik.

Sebelum seminar, seorang moderator haras telah membaca tema yang


akan diseminarkan, menyiapkan catatan tentang tema tersebut, menentukan
kata – kata kunci, dan menyusun pertanyaan-pertanyaan kunci yang nantinya
akan ditanyakan di dalam seminar. Pada awal seminar ia dapat menuliskan
terlebih dahulu butir – butir yang akan didiskusikan atau menggambarkan
sebuah diagram yang mencerminkan ide yang akan didiskusikan. Seorang
moderator yang baik haruslah seorang pendengar dan pembicara yang baik.
Ia mampu menangkap maksud sebuah pembicaraan dan membuatnya lebih
jelas. Ia mampu memparafrasekan sebuah pertanyaan menjadi pertanyaan
lain yang lebih jelas. Mengingat beratnya tugas seorang moderator,
sebaiknya seorang moderator tidak memimpin sebuah seminar lebih dari satu
kali dalam sehari.

d) Jalannya Seminar
Seminar dimulai dengan pengantar singkat dari moderator, kemudian
langsung dilanjutkan dengan pertanyaan kunci yang dibahas oleh semua
peserta secara bergiliran. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan supaya
seminar berjalan baik.
1) Seminar adalah sebuah diskusi dua arah. Tidak ada seorang yang
lebih mendominasi pembicaraan.
2) Seminar bisa dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah jelas
ada jawabannya, lalu mengarah ke pertanyaan-pertanyaan lain yang
lebih dalam dan tidak jelas jawabannya. Pertanyaan jenis kedualah
yang memberikan manfaat terbesar. Tidaklah banyak pertanyaan
seperti itu.
3) Semua pertanyaan dan pemyataan dinyatakan dengan jelas

9
4) Masih berhubungan dengan butir pertama, setiap pertanyaan haruslah
jelas sebelum ditanggapi dengan jawaban. Penanggap berhak
meminta penjelasan lebih lanjut atas pertanyaan sebelum ia
menjawab. Tanggapan tentunya juga harus relevan dengan
pernyataan. Moderator juga harus memperhatikan hal ini.
5) Sebuah pertanyaan bisa dilihat sebagai jembatan menuju pertanyaan
lain yang lebih mendasar. Hanya dengan cara demikian sebuah
seminar dapat memberikan manfaat lebih.
6) Apabila ada istilah yang sama, tetapi dipakai dengan arti yang
berbeda oleh beberapa orang, moderator harus menunjukkan hal itu
dan membuat kesepakatan dalam arti apakah istilah itu dipakai
sebelum melanjutkan seminar.
7) Etiket harus diperhatikan dalam sebuah seminar, seperti halnya di
sebuah meja makan. Bahasa harus santun dan tidak merendahkan.
Dalam hal ini moderator terlebih harus memberikan contoh yang
dapat diikuti oleh peserta yang lain. Bukan berarti seminar tidak bisa
dilakukan dengan ringan dan diiringi tawa, tetapi canda dan tawa
dilakukan dengan wajar dan memberi makna di dalam seminar. Tidak
ada yang lebih membantu untuk mengingat daripada ide-ide kreatif
yang kadang – kadang membangkitkan tawa.
8) Seminar adalah sebuah tempat untuk menggodok ide. Ia bukanlah
tempat untuk membenarkan diri. Setiap orang haras kritis, teteapi
menerima apabila ada pendapat yang lebih baik. Di dalam seminar
semua orang memiliki posisi yang sama.
9) Sebuah seminar yang baik tidaklah haras menghasilkan sebuah
simpulan tunggal. Setiap orang bisa pulang dengan pendapatnya
masing-masing. Dalam hal ini yang terpenting adalah mata mereka
lebih terbuka, mereka telah melihat ide-ide baru yang sebelumnya
tidak terpikirkan olehnya. Demikianlah sebuah seminar Sokratik
sebaiknya dilaksanakan. Dengan seminar seperti ini, semua peserta
dapat mengambil manfaat. Sebuah seminar yang baik seperti ini
dapat memberikan manfaat seumur hidup yang mengendap sebagai
manfaat terbaik yang dapat diberikan oleh sebuah pendidikan.

2.4.3 Berpidato dalam Situasi Formal


Kegiatan berbicara formal adalah kegiatan berbicara yang dilakukan dalam
situasi atau acara-acara formal. Berbicara formal dikelompokkan menjadi dua, yaitu
monolog dan dialog. Berbicara monolog adalah berbicara satu arah, artinya dalam
kegiatan berbicara tersebut tidak terjadi interaksi antara pembicara dengan
pendengar. Kegiatan berbicara yang bersifat monolog seperti pidato/sambutan dan
memandu. Memandu dapat berapa memandu acara atau mewara dan memandu
wisatawan. Kegiatan berbicara yang bersifat dialog, wawancara, dan diskusi.
Diskusi memiliki ragam antara lain seminar dan simposium (pertemuan dengan
beberapa pembicara yang mengemukakan pidato singkat tentang topik tertentu atau
tentang beberapa aspek dari topik yang sama).

10
Untuk memperoleh keterampilan berbicara formal diperlukan penguasaan
terhadap faktor – faktor yang menentukan keberhasilan berbicara. Faktor – faktor
tersebut adalah faktor kebahasaan dan non kebahasaan. Faktor kebahasaan meliputi
keberaniaan, kelancaran, kenyaringan suara, pandangan, gerak-gerik, penalaran, dan
sikap yang wajar.

2.4.4 Belajar Mengajar


Proses belajar mengajar tidak terlepas dari tiga komponen utama, yaitu guru,
siswa, dan bahan ajar. Proses belajar merupakan interaksi antarberbagai unsur, yakni
dengan unsur utama adalah siswa, kebutuhan berbagai sumber, serta situasi belajar
yang memberikan kemungkinan kegiatan belajar. Meskipun demikian, guru
merupakan faktor yang cukup menentukan, seperti melakukan pengembangan bahan
ajar serta perangkat lainnya.

11
BAB III PENUTUP

3.1. Simpulan
Pengetahuan tentang ilmu atau teori berbicara sangat menunjang kemahiran serta
keberhasilan seni dan praktik berbicara. Untuk itulah diperlukan pendidikan
berbicara (speech education). Konsep-konsep dasar pendidikan berbicara mencakup
tiga kategori, yaitu (1) hal-hal yang berkenaan dengan hakikat atau sifat-sifat dasar
ujaran, (2) hal-hal yang berhubungan dengan proses intelektual yang diperlukan
untuk mengembangkan kemampuan berbicara, dan (3) hal-hal yang memudahkan
seseorang untuk mencapai keterampilan berbicara. Selain itu, berbicara dapat
dikelompokkan berdasarkan beberapa aspek, yaitu (1) arah pembicaraan, (2) tujuan
pembicaraan, dan (3) suasana. Pengelompokan berdasarkan arah pembicaran
menghasilkan berbicara satu arah (pidato dan ceramah), dan berbicara dua/multi-
arah (konversasi, diskusi). Berdasarkan aspek tujuan, berbicara dapat
dikelompokkan ke dalam berbicara persuasi, argumentasi, agitasi, instruksional, dan
rekretif. Sementara itu, berdasarkan suasana dan sifatnya, berbicara dapat
dikelompokkan ke dalam berbicara formal dan nonformal.

3.2. Saran
Penulis menyadari akan kekurangan bahan/materi tulisan ini. Dalam hal ini penulis
menyarankan apabila terdapat kekurangan atau isi tulisan ini, maka saran kritik dari
pembaca adalah penutup dari semua kekurangan penulis dan menjadikan semua itu
sebagai bahan acuan untuk memotivasi dan menyempurnakan tulisan ini.

12
DAFTAR PUSTAKA
Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Bandung : Erlangga
Arifin, E. Zaenal dan SAmran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesiauntuk
Perguruan Tinggi. Jakarta : Akapress
Kerf, Gorys. 1993. Komposisi. Flores : Nusa Indah
Trigan, Henry Guntur. 1993. Berbicara. Bandung : Angkasa

13

Anda mungkin juga menyukai