Anda di halaman 1dari 22

Makalah

“Berbicara Untuk Keperluan Akademik”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu:

Faisol Hidayatulloh,S.Pd.,M.Pd

Disusun oleh :

KELOMPOK 3 INFORMATIKA B

1. Mohammad Ikhfian Mahmud 2102041018


2. Tegar Puji Bachtiar 2102041024
3. Pradita Vistianingsih 2102041030
4. Ahmad Umar Ulinnuha 2102041035

Program Studi Informatika

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas KH.A Wahab Hasbullah

Tahun 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya,shalawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tepat waktu.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia, adapun tema
makalah ini adalah “Berbicara Untuk Keperluan Akademik” Dalam membuat makalah
ini,dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki, kami berusaha mencari sumber
data dari berbagai sumber informasi,terutama dari buku dan internet.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Faisol Hidayatulloh,S.Pd.,M.Pd

selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia serta pihak yang turut membantu
dalam pembuatan makalah ini yang tak bisa kami sebutkan satu persatu.

Sebagai manusia biasa, kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis berharap akan adanya masukan yang membangun sehingga
makalah ini dapat bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun pengguna makalah ini.
Akhirulkalam kami mengharapkan semoga Allah SWT membimbing kami semua dalam
naungan kasih dan sayang-Nya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Jombang,11 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR……………………………………………………………...ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….….1

1.2 Latar Belakang……………………………………………………………….1

1.3 Rumusan Masalah……………………………………………………………1

1.4Tujuan………………………………………………………………………....1

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………2

2.1 Konsep Tentang Berbicara ...............................................................................2

A. Pengertian Berbicara ............................................................................2

2.2 Menganalisis Situasi dan Pendengar ............................................................2

2.3 Penyusunan Bahan Berbicara ........................................................................3

2.4 Macam - Macam Berbicara Untuk Keperluan Akademik ..........................5

A. Presentasi ..............................................................................................5

B. Seminar ...................................................................................................10

C. Berbicara dalam Situasi Formal ..........................................................17

BAB III PENUTUP………………………………………………………………..18

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………....18

3.2 Saran……………………………………………………………………..18

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makalah ini dilatarbelakangi oleh suatu kenyataan bahwa berbicara sebagai


suat u ket er amp ila n ber ba hasa ya ng sangat diper lukan unt uk ber baga i
keperluan terutama dalam bidang akademik. Kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan dalam perkuliahan, ya k n i be r be n t u k s i mu la s i, pr a kt ik be r bic a r a
ya ng s e s u ng g u hnya , d a n pemberian atau penerimaan umpan balik. Kegiatan
tersebut dilakukan, baik secara perorangan, berpasangan, maupun berkelompok.
Keg iat an be la jar me nga jar diar ahkan untuk meningkat kan
keterampilan berbicara secara terpadu, fungsional, dan kontekstual. Artinya, set iap
mat eri yang diberikan selalu dikait kan dengan usaha peningkatan
k et er a mp i la n b er ba h asa ( me n y i mak , me mb a ca, d a n me nu l is ) d a n
pengetahuan bahasa (kosakata dan struktur). Selain itu, agar pengajaran ini bersifat
fungsional dan kontekstual maka materi yang diberikan berupa bahan pengajaran yang
betul-betul bermakna bagi mahasiswa/i ataupun calon guru seperti bercerita, berdialog,
berpidato/berceramah, dan berdiskusi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa konsep tentang berbicara ?


2. Bagaimana mengetahui situasi pendengar?
3. Bagaimana cara menyusun bahan untuk presentasi?
4. Bagaimana cara untuk dapat berbicara dalam seminar dan situasi formal?
1.3 Tujuan
1. Mampu menjelaskan pengertian berbicara
2. Mampu menganalisis situasi pendengar
3. Mampu menyusun bahan berbicara untuk presentasi
4. Mampu berbicara untuk seminar
5. Mampu berbicara dalam situasi formal

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP TENTANG BERBICARA


A. Pengertian Berbicara
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-
kata untuk mengekspresikan,menyatakan serta menyampaikan pikiran,gagasan,dan
perasaan.(Tarigan,2003:15). Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan
bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar dan yang
kelihatan, yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi
maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan.
Konteks kegiatan berbicara dalam era modern seperti sekarang bisa berwujud
bermacam-macam kegiatan, baik dalam kontek komunikasi lisan yang bersifat informal
sampai kegiatan komunikasi lisan yang bersifat formal yang melibatkan pembicara dan
pendengar. Kegiatan komunikasi lisan dalam konteks masyarakat sekarang seperti
berceramah, berdebat, bercakap-cakap, berkhotba, bercerita,dan lain-lain.

2.2 MENGANALISIS SITUASI PENDENGAR


A. Menganalisa Situasi
Analisis terhadap situasi dan pendengar (audiens) dapat menjadi alat bantu bagaimana
presentasi yang baik dapat dilakukan, agar materi presentasi dapat sampai pada audiens
dengan maksimal, analisis sebelum presentasi perlu dilakukan.

Sebelum memulai berbicarapembicara harus menganalisa situasi yang mungkin pada


waktu dilangsungkan presentasi.Dalam menganalisa situasi ini,akan muncul persoalan-
persoalan berikut:

a) Apa maksud hadirin semua berkumpul untik mendengarkan uraian itu?Apakah


pembicara menghadapi anggota-anggota perkumpulannya atau siatu massa yang
berkumpul itu secara kebetulan saja?
b) Adat kebiasaan apa yang mengikat ?Apakah mereka senang dan berani mengajukan
pertanyaan?Apakah mereka senang pembicaraan formal atau informal?
c) Apakah ada acara -acara yang mendahului atau mengikuti pembicaraan itu?Kalau
ada acara lain yang mendahului,acara mana yang lebih menarik perhatian ?

2
d) Dimana pembicaraan itu akan dilangsungkan?Di alam terbuka atau didalam
Gedung?Apakah pada saat itu hujan,mendung atau panas terik?Apakah suara
pembicara dapat didengar dengan baik atau tidak?
Pertanyaan-pertanyaan seperti diatas harus dijawab pembicara untuk menganalisa
situasi pada waktu pembicaraab berlangsung.
B. Menganalisa Pendengar
Ada beberapa topik yang dapat dipakai untuk menganalisa pendengar yang akan
dihadapi. Pembicara umumnya telah diberitahu, siapa pendengar yang akan hadir dalam
pertemuan tersebut. Untuk itu sebelum ia menganalisa pendengar berdasarkan beberapa
topik khusus,ia harus mulai dengan data data umum.
a) Data-data umum
Data umum yang dapat dipakai untuk menganalisa para hadirin adalah : jumlah, usia,
pekerjaan, pendidikan, dan keanggotaan politik atau sosial.
b) Data-data khusus
Disamping faktor umum sebagai dikemukakan di atas, pembicara harus memperhatikan
pula data khusus untuk lebih mendekatkan dirinya dengan situasi pendengar yang
sebenarnya.
Data-data khusus tersebut meliputi :
- Pengetahuan pendengar mengenai topik yang dibawakan
- Minat dan keinginan pendengar
- Sikap pendengar
2.3 PENYUSUNAN BAHAN BERBICARA
Penyusunan bahan-bahan dilakukan melalui tiga tahap,yaitu :
(a) megumpulkan bahan-bahan,
(b) membuat kerangka karangan,
(c) menguraikan secara mendetail.
Dalam hal ini akan dikemukakan beberapa aspek tambahan yang perlu di perhatikan
dalam penyusunan bahan untuk disampaikan secara lisan.
Bila diadakan perbandingan mengenai sikap pembaca pada komposisi tertulis dan sikap
pendengar pada komposisi lisan,maka setiap pembaca akan membaca terus selama
mereka masih tertarik akan isi bacaannya,atau memilih bagian tertentu saja yang
dianggap baik.Bila sama sekali tidak tertarik maka akan segera
meninggalkanya.Sebaliknya para hadirin bagaimanapun tetap mendengar uraian lisan
sampai selesai,tetapi sikap yang ada pada tiap pendengar akan

3
berlainan.Kecenderungan psikologis yang umum yang dapat dicatat ialah para
pendengar biasanya tertarik pada apa yang dibicarakan di awal pembicaraan.Setelah itu
konsentrasi mereka akan menurun berangsur-angsur walaupun mungkin subjek
sebenarnya semakin menarik.Baru ketika pembicaraan mencapai titik akhir, minat
mereka akan sedikit kembali.
Pembicara yang baik dan berpengalaman akan memanfaatkan aspek psikologis ini
sebaik-baiknya.Bila ia mulai dengan ucapan-ucapan yang tidak menarik atau mulai
dengan menyampaikan topik yang tidak berkaitan denan kepentingan pendengar maka
sebenarnya ia sudah memadamkan perhatian mereka untuk berkembang.Sebab itu ia
harus memulai urainnya dengan sesuatu yang betul-betul menarik dan merangsang.
Cara ini harus diperbarui setiap waktu ke waktu selama menyampaikan urainnya itu.
Pembicaraan yang baik dan berpengalaman akan memanfaatkan aspek psikologi ini

sebaik baiknya, untuk memanfaatkan aspek psikologi tersebut pembicara dapat sebaik-
baiknya, untuk memanfaatkan aspek psikologi tersebut pembicara dapat
mempergunakan teknik berikut untuk menyusun materinya :

 Pertama-tama, dalam bagian pengantar urainnya, ia menyampaikan suatu


orieientasi mengenai apa yang diuraikannya, serta bagaimana usaha untuk
menjelaskan tiap bagian itu. Bila pendengar telah mendapatkan gambaran dan
kesan yang baik mengenai urutan penyajiannya beserta kepentingan materi
pembicaraanya maka mereka akan lebih siap untuk mengikuti uraian itu dengan
cermat dan penuh perhatian.
 Sesudah memasuki materi uraian, tiap kali pembicara harus menonjolkan bagian-
bagian yang penting sebagai sudah yang dikemukakan pada awal orientasinya.Tiap
bagian yang ditonjolkan itu kemudian diikuti dengan penjelasan, ilustrasi,atau
keterangan-keterangan yang sifatnya kurang penting karena sudah ada motivasi
maka setiap pendengar ingin mengetahui perincianya itu. Demikian dilakukan
berulang kali dengan topik-topik yang penting berikutnya.
 Pada akhir uraian, sekali lagi pembicara menyampaikan ikthisar seluruh urainnya
tadi, agar hadirin dapat memperoleh gambaran yang utuh sekali lagi mengenai
seluruh masalah yang baru selesai dibicarakan itu.

4
2.4 MACAM - MACAM BERBICARA UNTUK KEPERLUAN AKADEMIK
A. BERBICARA UNTUK PRESENTASI
a. Pengertian presentasi
Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan orang banyak. presentasi
merupakan kegiatan pengajuan suatu topik, pendapat atau informasi kepada orang
lain. Berbeda dengan pidato yang lebih sering dibawakan dalam acara resmi dan
acara politik, presentasi lebih sering dibawakan dalam acara bisnis.

Sedangkan menurut Titik Triwidodo dan Djoko Kristanto (2004:157) “Pengertian


presentasi yaitu suatu bentuk laporan lisan mengenai suatu fakta tertentu kepada
komunikan”. Hal ini berarti bahwa presentasi merupakan salah satu bentuk
komunikasi verbal yaitu salah satu bentuk komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan pesan kepada pihak lain melalui tulisan atau lisan. Dengan
penyampaian pesan secara tulisan atau lisan ini diharapkan orang dapat memahami
apa yang disampaikan oleh pengirim pesan dengan baik.

Sedangkan menurut Djoko Purwanto (2003:247), secara umum presentasi memiliki


empat tujuan pokok, yaitu :

1. Menginformasikan pesan-pesan bisnis kepada audiens

2. Menghibur audiens

3. Menyentuh emosi audiens

4. Memotivasi audiens untuk bertindak sesuatu.

Hal ini berarti bahwa presentasi memiliki bermacam-macam tujuan sesuai dengan
isi materi yang ingin disampaikan. Untuk mencapai tujuantujuan tersebut, seorang
presenter harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, baik yang berkaitan
dengan persiapan mental, pemahaman materi yang akan disampaikan, alat bantu
yang digunakan, dan pemahaman yang baik terhadap audeins.

5
b. Ketrampilan Teknik Presentasi
1. Bagaimana berhasil berbicara di depan umum
Larry King menyebutkan 8 ciri pembicara terbaik:
a) Memandang suatu hal dari sudut pandang yang baru, mengambil titik
pandang yang tidak terduga pada hal-hal umum.

b) Mempunyai pengetahuan luas. Memikirkan dan membicarakan isu-isu


dan beragam pengalaman di luar kehidupan sehari-hari
c) Antusias dan menaruh minat besar terhadap apa yang Anda katakan
d) Tidak pernah membicarakan diri sendiri
e) Ingin lebih tahu terhadap apa yang lawan bicara katakan
f) Menunjukkan empati, berusaha merasakan apa yang lawan bicara
rasakan
g) Mempunyai selera humor
h) Memiliki gaya bicara sendiri.

2. Kominikasi efektif
Menurut Hudoro Sameto (2000:1), “Berbicara efektif merupakan sarana
penyampaian ide kepada orang atau khalayak secara lisan dengan cara yang
mudah dicerna dan dimengerti oleh pendengarnya”. Hal ini memberikan
keterangan bahwa yang disebut dengan berbicara efektif adalah suatu langkah
yang dilakukan pembicara untuk menyampaikan pendapat atau informasi
dengan caracara tertentu sehingga pendengar dapat dengan mudah mengerti
maksud dari informasi yang disampaikan. Secara garis besar dasar dasar
berbicara efektif terdiri dari: pembukaan, isi/inti pembicaraan, dan penutup.
Berbicara efektif merupakan penyampaian pesan yang seharusnya dilakukan
dengan sistematis, benar, tepat, dan tidak berbelit-belit. Informasi disampaikan
dengan sesederhana mungkin dan menggunakan tingkat bahasa yang
disesuaikan dengan latar belakang audiens. Jangan menggunakan bahasa
dengan istilah yang kurang awam atau terlalu tinggi untuk audiens yang berlatar
belakang 15 pendidikan menengah ke bawah. Hal ini akan membuat pendengar
tidak dapat memahami informasi yang disampaikan.

6
3. Mempersiapkan materi pembicaraan di depan umun

Paling tidak ada lima hal yang perlu dipersiapkan sebagai materi pembicaraan
di depan publik, yaitu:

a. Topik (topic): pokok atau subjek pembicaraan, seharusnya dipilih


berdasarkan pertimbangan karena menarik minat dan perhatian (baik pendengar
maupun pembicara), dibutuhkan, atau sesuai dengan permintaan

b. Tujuan umum (general purpose), tujuan khusus (specific purpose), dan ide
sentral (central idea): tujuan umum suatu pembicaraan antara lain
menyampaikan informasi, membujuk, meyakinkan, atau memberi instruk
kepada pendengar: tujuan khusus tergantung dari tujuan umum: dan ide sentral
adalah inti dari pembicaraan, biasanya dikemas hanya dalam satu kalimat yang
mudah diserap dan diingat oleh pendengar.

c. Pendahuluan (introduction): tambahan bekerja sebagai pengantar ke arah


pokok pembicaraan atau permasalahan yang akan dibahas dan sebagai upaya
mempersiapkan mental pendengar.Pada bagian tambahan ini, rebutlah perhatian
pendengar Anda dan buat mereka untuk selalau ingin mendengar sampai
kalimat terakhir dari pembicaraan Anda. Jadi, pembicara harus dapat
memberikan kesan pertama (first impression) yang baik kepada pendengar.

d. Batang tubuh (body) : Batang tubuh pembicaraan hendaknya dibagi menjadi


dua atau tiga bagian utama yang akan menjelaskan atau membuktikan ide
sentral.

e. Kesimpulan/penutup (conclusion) : kesimpulan merupakan ringkasan dari


butir-butir utama dan bisa jadi merupakan seruan terakhir kepada pendengar,
meminta pendengar memperhatikan secara khusus dan melakukan tindakan
sepatutnya. Kesimpulan bukanlah rangkuman dari semua bagian pembicaraan.
Kesimpulan harus singkat, sederhana, tidak berbelit-belit, tidak mengemukaan
fakta baru, dan dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pesan yang
mengesankan pendengar.

7
4. Teknik berbicara di depan umum
Dalam melakukan presentasi terdapat beberapa teknik yang dapat dipelajari
sehingga tujuan presentasi dapat tercapai. Berikut 6 teknik presentasi yang
penting untuk diingat :
- Gunakan Alat Bantu Visual.
Menggunakan gambar, bukan kata-kata, dapat melipatgandakan
kemungkinan pencapaian tujuan presentasi.
- Ringkas dan “manis”.
Pepatah lama mengatakan, “No one ever complained of a presentation being
too short”. Tidak ada yang pernah mengeluhkan presentasi yang terlalu
pendek. Tidak ada yang lebih “membunuh” sebuah presentasi selain terlalu
lama. Usahakan presentasi Anda di bawah 22 menit!
- Berlatih.
Latihan menjadikan penampilan sempurna. Banyak ahli mengatakan,
latihan adalah hal terbesar yang dapat Anda lakukan untuk meningkatkan
penampilan Anda. Lakukan presentasi Anda dengan keras setidaknya empat
kali. Salah satunya harus di depan audiens yang benar-benar “menakutkan”
Anda, keluarga, teman, atau kolega.
- Sampaikan cerita.
Semua presentasi adalah jenis teater. Ceritakan kisah untuk membantu
mengilustrasikan poin. Ini akan menjadikan presentasi Anda lebih efektif
dan mengesankan.
- Ketahui slide berikutnya.
Anda harus selalu tahu kapan presentasi slide yang muncul berikutnya.
Terdengar “powerfull” ketika Anda mengatakan “pada slide berikutnya kita
akan lihat….”. Di sinilah kian terasa pentingnya persiapan dan Latihan.
- Miliki rencana cadangan.
Siapkan “materi cadangan” kalau-kalau slide tidak muncul, listrik mati,
tidak ada pengeras suara, “presentasi menampilkan hal aneh pada laptop”,
dan sebagainya.

8
5. Tanggung Jawab Pembicara Publik
Pembicara yang sedang berbicara di depan umum memiliki sejumlah tanggung
jawab bahwa ia harus menerima sebagai seorang yang berhati-hati, bersungguh
sungguh, adil, dan teliti. Terkait dengan ini, beberapa hal harus diperhatikan
pembicara publik, yaitu:
 Pembicara memiliki etika yang baik dengan tidak menyampaikan
kebohongan dan memutarbalikkan informasi, serta hormati pendengar
 Pembicara hendaknya menghidari mengejek atau menyudutkan
kelompok tertentu.
 Pendengar sudah memberi waktu (dan mungkin uang) untuk
mendengarkan Anda maka pembicara harus memberi apa yang
dibutuhkan pendengar. Anda harus berupaya memberikan informasi
yang menakjubkan yang akan memuaskan keingintahuan intelektual
pendengar, atau Anda mungkin akan menghibur dengan beberapa
anekdot yang menyegarkan dan mengalihkan mereka dari kerja keras
sehari-hari maka semua pesan Anda merupakan hadiah yang berguna
bagi pendengar.
 Pembicara yang baik akan melakukan yang terbaik.
6. Lima Kesalahan Besar Selaku Pembicara
Menurut Hamilton Gregory, dalam suatu survei yang dilakukan terhadap 64
pebisnis dan profesional yang diminta menyebutkan kesalahan yang paling
besar yang dilakukan oleh pembicara di depan umum (public speaker) di AS,
tercatat sebagai berikut:
 Kesalahan dalam menyiapkan bahan pembicaraan yang sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan pendengar.
 Kekurangan dalam persiapan.
 Penyampaian materi pembicaraan yang terlalu banyak.
 Kesalahan dalam memelihara kontak mata (contact eye).
 Pembicaraan yang tumpul

9
B. BERBICARA UNTUK SEMINAR

1. Pengertian Seminar
Seminar, Lokakarya atau Temu Tugas Seminar atau pertemuan formal lainnya
merupakan wahana pertukaran ide dan informasi dalam bidang tertentu, yang
dilakukan oleh akademisi atau profesional, saat berbagai ide ditanam dan dipupuk,
sedangkan yang lainnya dan dianggap tidak bermanfaat dipangkas atau dibuang.
Berdasarkan efektifitasnya, seminar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori,
yaitu Seminar yang tak efektif dan Seminar yang efektif. Dalam Seminar yang tak
efektif, meskipun pada akhirnya pendengar memberikan penghargaan dengan tepuk
tangan gemuruh, pendengar yang sama mungkin keluar ruangan sambil bertanya
pada diri sendiri, apa yang seyogyanya dilakukan agar waktu yang baru saja berlalu
dapat dimanfaatkan lebih baik lagi.
Sebaliknya, Seminar yang efektif merupakan wahana komunikasi dua arah (timbal
balik) dan bermanfaat bagi penyaji maupun pendengarnya.
a. Seminar yang Tidak Efektif
Bercakap-cakap dengan peserta lain, membaca surat kabar atau artikel lain.
melamun, mengantuk dan bahkan tertidur, telah merupakan peristiwa umum yang
sering terjadi dalam suatu Seminar. Tak jarang bahkan, yang "mempengaruhi"
suasana demikian adalah para peserta atau pendengar itu sendiri. Secara
keseluruhan, sering terjadi bahwa informasi dan peraga yang disampaikan kurang
menarik, dilanjutkan dengan perioda tanya jawab yang membosankan, dan para
peserta yang telah datang membayar dan mungkin juga untuk memperoleh nilai
kredit yang dibutuhkan, gagal membangun komunikasi yang diharapkan. Seminar
demikian tidak bermanfaat baik bagi peserta seminar maupun penyaji itu sendiri:
dan oleh karenanya lebih merupakan suatu "batu loncatan daripada sebagai suatu
wahana pertukaran informasi atau latihan ilmiah.
Menurut seorang praktisi, alasan utama terjadinya Seminar yang tak efektif adalah
karena penyaji menganggap ringan upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk
menghasilkan Seminar yang efektif, atau dengan kata lain, penyaji kurang
mempersiapkan diri dengan baik. Untuk menjadi penyaji yang efektif, seorang
penyaji harus banyak belajar: Bahkan, upaya-upaya yang lebih luas perlu dilakukan
untuk menentukan pemilihan topik yang diminati, dan dengan alat peraga ditambah
dengan cara berbicara yang dapat menyebabkan adanya "hubungan komunikasi

10
dengan pendengarnya. Penyaji membutuhkan kemampuan meramu teknik
berbicara dengan penyajian yang baik, termasuk penggunan alat peraga.
b. Seminar yang Efektif
Kata seminar berasal dari bahasa Latin seminarium, yang berarti persemaian. Jadi,
dalam definisi operasional mungkin berarti suatu pertemuan akademis atau
profesional saat berbagai ide ditanam dan dipupuk, sedangkan yang lainnya
dipotong.
Definisi yang lebih bebas adalah seminar merupakan pertemuan untuk pertukaran
ide dalam bidang tertentu. Layak dicatat bahwa kata pertukaran berarti memberi
dan menerima secara berbalasan. Dengan kata lain,Seminarharusmemberi manfaat
baik bagi penyaji maupun pendengarnya. Namun, hal ini hanya akan terjadi bila
peserta mendengarkan dan mengerti. Oleh karena itu, komunikasi akan sangat
bergantung pada topik ilmiah penyaji dan teknik penyajian.
2. Tujuan
Tujuan utama seminar adalah menyampaikan ilmu pengetahuan, pendapat,
motivasi, atau inovasi kepada peserta seminar. Selain itu, beberapa tujuan dari
seminar adalah sebagai berikut:

 Sesuai dengan fungsi seminar sebagai media untuk menyampaikan, maka


tujuan dari seminar adalah menyampaikan aspirasi dan ide kepada peserta
seminar sehingga informasi tersebut bisa tersebar kepada khalayak yang
lebih luas.
 Kesimpulan atau solusi yang disampaikan dalam seminar bertujuan agar
peserta bisa mengaplikasikan ilmu atau wawasan tersebut dalam
kehidupannya.
 Selain sebagai media untuk menyampaikan dan memberikan wawasan baru,
tujuan.

3. Pihak yang terlibat


Acara seminar terlaksana atas kerjasama beberapa pihak yang terlibat di dalamnya.
Adapun pihak-pihak yang terlibat di dalam seminar adalah sebagai berikut:

1. Pembawa acara 3. Pemateri


2. Moderator 4. Audiens
5. Notulis
11
4. Contoh seminar
1. Seminar nasional
2. Seminar internasional
3. Seminar proposal
4. Seminar skripsi
5. Seminar teknologi
6. Seminar budaya
7. Seminar kewirausahaan
5. Penyaji yang efektif
Menjadi penyaji yang efektif, bukan hanya masalah berlatih. Penyaji sekali lagi,
harus memiliki tujuan dan mendefinisikan apa yang disebut penyaji yang efektif.
Definisi-definisi berikut diringkas dari A Syllabus of Speech Fundamentals dari
Mardell lemens dan Anna Llyod Neal.
Kriteria berikut ini berlaku bagi semua pembicara umum, tanpa dihiraukan
pengalaman maupun profesi mereka. Penyaji yang efektif adalah seseorang yang :
1. Memiliki karakter, pengetahuan dan pertimbangan yang menimbulkan rasa
hormat.
2. Mengetahui bahwa dia memiliki pesan yang akan di sampaikan, mempunyai
tujuan yang jelas dalam menyampaikan pesan,, merasa bertanggung jawab
bahwa pesan dapat tersampaikan dan telah menyelesaikan tujuan tersebut.
3. Menyadari bahwa tujuan utama penyajian tersebut adalah komunikasi ide dan
perasaan untuk memperoleh respon yang diinginkan.
4. Mampu menganalisa dan menyesuaikan dengan setiap situasi penyajian.
5. Mampu memilih topik yang jelas dan layak saji
6. Mampu membaa dan mendengarkan berbagai perbedaan tidak membuta
menerima saran ataupun keras kepala selallu menolak pertimbangan yang
berlawanan dengan idenya.
7. Mempu menjaga fakta dan pendapat melalui penyelidikan yang rinci dan
pemikiran yang hati-hati sehingga penyajiannya, baik dalam forum terbatas
ataupun umum, bernilai bagi pendengarnya.
8. Mampu memilih dan mengatur bahan-bahan sehingga membentuk suatu
penggabungan yang terkait.
9. Mampu menggunakan bahasa yang jelas, langsung, layak dan nyata.

12
6. Menyiapkan Seminar
Tahap pertama yang dilakukan adalah menata informasi dalam bentuk Outline,
kemudian mengembangkan liputannya dalam bentuk kerangka konsep naratif
dengan menata seluruh ide secara kronologis dan sistematis. Apabila kerangka ini
telah terbentuk, akan sangat mudah melakukan penyuntingan (editing), penataan
(reorganizing) maupun pengembangannya (development).

Setelah alur ide tersusun, tahap berikutnya adalah menyisipkan data/fakta/


ringkasan informasi yang akan disampaikan. Apabila konsep naratif telah
dikembangkan, maka saatnya untuk berpikir alat peraga (visual aids) yang akan
digunakan untuk menggambarkan informasi tersebut. Alat peraga yang paling
sederhana dan umum digunakan adalah slide dan OHP transparansi atau pada era
saat ini adalah dengan langsung menggunakan komputer yang dilengkapi dengan
transformator-proyektor, dengan programnya antara lain Microsoft Power Point.

Namun demikian, dalam memilih alat bantu peraga yang akan digunakan,
selain diperlukan pemahaman mengenai kelebihan dan kelemahan masing-masing
alat peraga tersebut, serta rasional dibalik pembuatan peraga tersebut. Prinsip ini
harus digunakan dalam mengembangkan alat bantu peraga sesuai dengan
kebutuhan narasi yang akan disajikan, yang pada intinya adalah suatu orkestra yang
sinkron antara berbicara dan berperaga.

Dalam bahasa yang lebih sederhana dan relevan dengan kemampuan


menyajikan informasi dalam seminar, dapat dikatakan bahwa penyaji yang tak
dapat mengekspresikan buah pikirannya ada dalam kesulitan besar.

Untuk memperoleh hasil terbaik, cara berbicara dalam penyampaian materi


seminar sebaiknya bebas dari keterikatan teks, dalam arti yang dikemukakan bukan
merupakan hasil hafalan yang telah disiapkan atau dilatih sebelumnya. Kelemahan
dalam penyajian ilmiah yang dihafalkan sebelumnya adalah bahwa menghafal dan
berbicara tekstual menyebabkan sulitnya mengembangkan rapport dengan
pendengar.

Tambahan pula, apabila penyaji menghafal materi yang akan disajikan, pada suatu
saat dapat terjadi penyaji lupa dengan materi yang akan dikatakan. Hal ini dapat
menyebabkan kegugupan dan kacaunya sistimatika penyajian.

13
Aktor-aktor perfilman biasanya belajar sedikit verbal yang membuat mereka dapat
mengatasi situasi lupa teks.

Latihan diperlukan, juga untuk menghilangkan demam panggung. Semakin sering


berlatih biasanya semakin meningkat rasa percaya diri. Namun, latihan yang terlalu
sering juga dapat menurunkan gairah penyaji dan akan menyebabkan kebosanan
pada penyaji yang mengakibatkan sulitnya membangun rapport dengan peserta
seminar. Sebagai kesimpulan, setiap orang dapat menjadi penyaji yang efektif
selama mereka menyadari dan memahami arti seminar, memiliki dan mencoba
memiliki karakter-

karakter penyaji yang efektif, mampu memilih atau membuat alat bantu peraga yang
sesuai dan rajin berlatih.

Tips Dalam Penyajian Seminar Untuk membantu kelancaran seminar dan penyaji
mampu menguasi "suasana seminar" perlu diperhatikan beberapa hal pada saat
penyaji berbicara dihadapan peserta seminar, yaitu:

a. Kontak mata e. Penggunaan catatan


b. Intonasi suara f. Lama penyajian
c. Sikap penyaji g. Entusiasme penyaji
d. Penggunaan tata bahasa h.Penampilan umum

7. Materi Seminar
Materi seminar umumnya berupa Ulasan, yang biasanya diminta untuk sesi
gabungan dan hasil-hasil penelitian primer. Penyusunan materi Ulasan setelah
Judul, Penulis, Institusi Pelaksana dan Pendahuluan pada umumnya, biasanya
bersifat bebas bergantung pada topik bahasan.
Untuk materi hasil penelitian primer, biasanya lebih baku dan tersusun sebagai
berikut:
1. Judul
2. Penulis
3. Institusi pelaksana
4. Pendahuluan
5. Tujuan dan Hipotesis
6. Metodologi

14
7. Hasil dan Pembahasan
8. Kesimpulan dan Saran

8. Alat Bantu Peraga [Visual Aids)


Alat bantu peraga [ABP] memiliki peranan penting dalam menentukan
keberhasilan suatu penyajian dan oleh karena itu diperlukan persiapan yang matang
serta hati-hati dalam pembuatan ABP. Alat bantu peraga dapat membantu mencapai
hasil yang diharapkan apabila:

1) Mampu menjelaskan ide yang terkandung dalam materi bahasan.


2) Mampu menekankan topik-topik yang ingin disampaikan.
3) Meningkatkan minat dan perhatian peserta seminar.
Alat bantu peraga yang tidak memenuhi kriteria tersebut, mungkin hanya
akan membuat peserta seminar mengalihkan perhatiannya atau bahkan tertidur.
Berbagai jenis ABP yang paling umum digunakan adalah slide dan transparansi,
karena dianggap paling murah, ketersediaan bahan mudah didapat, pembuatannya
sederhana dan praktis. Peralatan yang lebih canggih digunakan adalah komputer
dan perlengkapannya, dengan program yang khusus untuk tujuan penyajian,
misalnya MS Power Point.
Namun, selain mahal, dan membutuhkan keterampilan dalam
operasionalnya, tak semua institusi memiliki peralatan ini, sehingga menjadi tidak
praktis. Dalam pembuatan ABP sendiri perlu diperhatikan berbagai hal seperti :

(a) besar-kecilnya huruf/angka yang digunakan,

(b) tata letak kalimat/kata,

(c) tabel dan

(d) grafik,

(e) kombinasi warna (jika digunakan), dan juga

(f) intensitas cahaya dalam ruang seminar.

Pemilihan warna kontras antara latar belakang dengan informasi yang akan
disampaikan sangat membantu para peserta mampu membaca dengan jelas. Yang
sangat perlu diperhatikan dalam pembuatan ABP adalah agar isi ABP tersebut

15
dapat terbaca oleh para peserta seminar/pertemuan. Harus selalu diasumsikan
bahwa ABP tersebut disediakan bagi peserta yang duduk paling jauh dari layar
proyeksi.

Penyebab kegagalan yang paling sering terjadi dalam penyajian ABP adalah

(a) terlalu banyaknya materi dalam satu ABP dan

(b) adanya anggapan bahwa apa yang bisa dibaca dalam bentuk cetakan (misal
buku atau makalah), juga bisa dibaca dalam bentuk slide/tranparansi.

Artinya bahwa satu halaman makalah mudah dibaca, kemudian ditransfer ke dalam
bentuk transparansi (satu halaman penuh), yang akibatnya peserta tak dapat
membaca dengan jelas dan bahkan menjadi segan untuk membacanya. Sebab jika
yang disajikan adalah bentuk sedemikian, lebih mudah diberikan fotokopi makalah
tersebut kepada peserta dan peserta cukup menyimak dari makalah tersebut. Dalam
seminar atau pertemuan, dapat diperkirakan bahwa penyaji telah memiliki
informasi yang akan disampaikan. Suasana yang ideal adalah apabila terjadi umpan
balik yang melibatkan penyaji, informasi yang disampaikan, dan
peserta/pendengarnya.

Oleh karena itu, selain beberapa hal yang telah disebut di atas, dalam
mempersiapkan ABP harus senantiasa diingat peserta yang hadir disana, misalnya:

1. Siapa peserta, pendengarnya


2. Seberapa jauh mereka mengerti topik yang akan disajikan
3. Mengapa mereka hadir/mau mendengarkan topik yang disajikan
4. Bagaimana supaya mereka terlibat
5. Apakah mereka setuju dengan materi dan kesimpulan yang disajikan,
ataukah penyaji harus lebih meyakinkan pendengarnya
6. Sejauh mana peserta atau pendengar dapat mengerti isi materi yang
disajikan Bila penyaji dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan
tepat dan dapat menyusun penyajian sebagaimana jawaban tersebut, maka
penyaji telah berbuat cukup banyak bagi peserta untuk menaruh perhatian
pada penyajian tersebut.
Sistematika materi yang akan disajikan dapat disusun sebagai berikut. Mulai
dengan menjelaskan tujuan dan luas cakupan materi seminar. Hal ini dapat

16
membantu mengarahkan perhatian pendengar. Sajikan maksud atau pokok utama
dalam urutan yang bertahap dan masuk akal, kemudian ringkaskan seluruh
penyajian tersebut dalam satu kesimpulan. Kesimpulan harus memperkuat pesan
yang merupakan sesuatu yang akan diingat sampai pendengarnya pulang. Alat
bantu peraga dapat dipergunakan pada setiap tahapan ini untuk membantu penyaji
melengkapi tugasnya. Namun demikian, jika tidak cukup upaya untuk
mempersiapkan setiap ABP maka alat peraga yang diharapkan membantu bahkan
akan menjadi ABP yang menghambat.

C. BERBICARA DALAM SITUASI FORMAL


Berbicara dalam situasi formal, tidaklah semudah yang dibayangkan orang
walaupun secara alamiah setiap orang mampu berbicara. Namun, berbicara secara
formal atau dalam situasi resmi sering meninggalkan kegugupan sehingga gagasan
yang dikemukakan tidak teratur dan akhirnya bahasanya pun menjadi tidak teratur.
Bahkan ada yang tidak berani berbicara sama sekali.
Berbicara dalam situasi yang formal memerlukan persiapan dan menuntut
keterampilan. Kemampuan ini tidak dapat hanya dicapai begitu saja, tetapi menuntut
bimbingan dan latihan yang intensif. Dalam kegiatan berbicara formal persiapan ini
sangat penting.

Hubunngan kemampuan berbicara dengan kemampuan berbahasa yang lain.

a. Berbicara: komunikasi dua arah.

b. Hubungan kemampuan berbicara dengan kemampuan menulis.

Persiapan Pembicaraan formal


a. Memilih topik pembicaraan
b. Menentukan tujuan, bahan dan kerangka
o Menentukan tujuan
o Mengumpulkan bahan
o Kartu informasi
o Menyusun kerangka

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampikan pikiran, gagasan dan perasaan. Tujuan
utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Untuk dapat menyampaikan pikiran
secara efektif, selayaknyalah pembicara memahami makna atau segala sesuatu yang ingin
dikomunikasikan.

Pengetahuan tentang ilmu atau teori berbicara sangat menunjang kemahiran serta
keberhasilan seni dan praktik berbicara. Untuk itulah diperlukan pendidikan berbicara
(speech education).Karena kemahiran berbicara sangat diperlukan dalam kegiatan
akademik maupun dalam kehidupan kerja nantinya.Contohnya saja,dalam
seminar,presentasi,dan berbagai kegiatan publik lainnya. Tiga faktor penting yang
menentukan keberhasilan seseorang ketika tampil berbicara di depan umum untuk
kepentingan apa pun, yaitu

1. Kesiapan diri
2. Kesiapan materi
3. Kesiapan hadirin
Berbagai jenis berbicara untuk kepeluan akademik seperti, berbicara untuk presentasi,
berbicara untuk seminar, dan berbicara dalam situasi formal.

3.2 Saran

Kami menyadari akan kekurangan bahan/materi tulisan ini. Dalam hal ini kami
menyarankan apabila terdapat kekurangan atau isi tulisan ini, maka saran kritik dari
pembaca adalah penutup dari semua kekurangan kami dan menjadikan semua itu sebagai
bahan acuan untuk memotivasi dan menyempurnakan tulisan ini.

18
3.3 DAFTAR PUSTAKA

Drs. Kardi Haryanta (2019).Keterampilan Berbicara. Diakses pada 13 Oktober


2022,dari
https://keterampilanbicara.wordpress.com/2009/08/21/konsep-dasar-bicara/

Afrianties (2011).Memahami Situasi Pendengar.Diakses pada 13 Oktober 2022,dari


http://afrianties.blogspot.com/2011/09/ps-memahami-situasi-pendengar.html

Sylvia Rheny (2022). Apa itu Seminar? Berikut Definisi, Tujuan, Fungsi, Jenis, beserta
10 Contohnya.Diakses pada 13 Oktober 2022,dari
https://www.ekrut.com/media/seminar-adalah

Shimaayu (2015). Cara Sukses Berbicara Di Depan Umum. Diakses pada 13 Oktober
2022,dari
https://blog.unnes.ac.id/shimaayufebriani/2015/11/18/cara-sukses-berbicara-di-depan-umum/

ROMELTEA MEDIA(2013). Tips Public Speaking dari Larry King. Diakses pada 13
Oktober 2022,dari
https://www.romelteamedia.com/2013/11/tips-public-speaking-dari-larry-king.html

Romeltea (2019). Teknik Presentasi Terbaik: Top 10 Tips. Diakses pada 14 Oktober
2022,dari
https://romeltea.com/teknik-presentasi-top-10-tips/

Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Bandung: Erlangga

Arifin, E. Zaenal dan S Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: Akapress Keraf, Gorys. 1993. Komposisi. Flores : Nusa Indah

Tarigan, Henry Guntur. 1993. Berbicara. Bandung: Angkasa

19

Anda mungkin juga menyukai