BAHASA INDONESIA
Tentang
DEBAT
Disusun oleh:
Kelompok/Kelas : 2/X MIPA Siti. Khadijah
Ketua : M. Fadel Januar
Anggota 1. M. Azhar Alief. F
2. Dandy Muria
3. Selpi Rahma
4. Marsya Meytasari. A
5. Fitri Nurafifah
6. Agni. P
7. Nurmala
MADRASAH ALIYAH YPPA CIPULUS
TAHUN PELAJARAN 2021 – 2022
Cipulus – Wanayasa - Purwakarta
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam
karena atas izin dan kehendakNya jualah, makalah sederhana ini dapat kami
selesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas
mata pelajaran Bahasa Indonesia. Adapun yang kami bahas dalam makalah
sederhana ini mengenai Debat. Dalam penulisan makalah ini kami menemui
berbagai hambatan yang dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami
mengenai hal yang berkenan dengan penulisan makalah ini.
Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih amatir. Dalam
makalah ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi kami yakin makalah
ini masih banyak kekurangan baik di dalam hal penulisan maupun isi. Oleh karena
itu kami mengharapkan saran dan juga kritik yang membangun agar kami lebih
maju di masa yang akan datang.
Harap kami, makalah ini dapat menjadi track record dan menjadi
referensi bagi kami dalam mengarungi masa depan. Kami juga berharap agar
makalah ini dapat berguna bagi orang lain yang membacanya.
Penyusun
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Debat.....................................................................................................4
2.2 Penggunaan Debat...................................................................................................5
2.3 Metode Pembelajaran Debat....................................................................................7
2.4 Jenis-Jenis Debat.....................................................................................................8
2.5 Kelebihan Dan Kelemahan Metode Debat..............................................................9
2.6 Syarat-Syarat Susunan Kata Proposis......................................................................9
2.7 Pokok-Pokok Persoalan.........................................................................................11
2.8 Efektivitas Metode Debat Dalam Meningkatkan Partisipasi Siswa.......................11
2.9 Perbedaan Diskusi Dan Debat...............................................................................12
2.10 Persiapan Laporan Singkat.................................................................................14
2.11 Persiapan Pidato Debat.......................................................................................15
2.12 Sikap Dan Teknik Berdebat................................................................................17
2.13 Keputusan...........................................................................................................17
2.14 Turnamen Debat..................................................................................................18
2.15 Norma-Norma Dalam Berdebat Dan Bertanya....................................................19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................21
3.2 Saran.....................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
didahului dengan keterampilan menyimak. Berbicara sudah barang tentu
berhubungan erat dengan kosa kata yang diperoleh oleh seseorang; melalui
kegiatan menyimak dan membaca. Kekurang matangan dalam perkembangan
bahasa juga merupakan suatu keterlambatan dalam kegiatan-kegiatan berbahasa.
Perlu kita sadari pula bahwa keterampilan yang diperlukan bagi kegiatan
berbicara aktif yang efektif banyak persamaan dengan yang dibutuhkan bagi
komunikasi efektif.
Debat adalah sebuah tahapan yang harus dilalui oleh penyedia jasa
konstruksi untuk dapat mengerjakan sebuah proyek. Di dalam proses debat ini
penyedia jasa konstruksi atau calon kontraktor mengajukan penawaran agar dapat
pemahaman tentang debat dan penggunaan keterampilan bahasa memperoleh
proyek tersebut. Namun dalam proses debat sering terjadi kesalahan-kesalahan
yang dilakukan peserta debat. Hal ini diakibatkan karena pemahaman terhadap
bahasa yang kurang baik, sehingga kurang di perhatikan oleh para owner.
Hingga saat ini, terdapat berbagai macam model yang digunakan dari
turunan metode pembelajaran tipe kooperatif. Salah satu dari model yang
berkembang dan sering digunakan pada kegiatan belajar mengajar adalah debat.
Debat digunakan pendidik dalam upaya menumbuhkembangkan pola pikir kritis
dan kemampuan kerja sama antar peserta didik dalam bentuk kelompok.
Perkembangan model pembelajaran debat saat ini masih barlangsung, bahkan
model ini diterapkan hingga menjadi jenis kompetisi antar pelajar hingga tingkat
dunia. Oleh karena itu, penulis mencoba membahas metode pembelajaran debat.
2
1.3 Tujuan
Makalah ini disusun dan dipresentasikan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Berbicara
1. Untuk mengetahui mekanisme metode pembelajaran debat
2. Untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran debat dalam
meningkatkan partisipasi siswa
3. Mengetahui perbedaan debat dan diskusi
3
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan beberapa kajian dan kasus yang dihadapi pada berbagai kondisi,
dapat disimpulkan bahwa debat memiliki pengertian sebagai berikut:
1. Debat adalah kegiatan argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara
individual maupun kelompok dalam mendiskusikan dan memecahkan
suatu masalah. Debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan
hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri
2. Debat adalah suatu diskusi antara dua orang atau lebih yang berbeda
pandangan, dimana antara satu pihak dengan pihak yang lain saling
menyerang (opositif).
3. Debat terjadi dimana unsur emosi banyak berperan. Pesertanya
kebanyakan hanya hendak mempertahankan pendapat masing-masing
dibandingkan mendengar pendapat dari orang lain dan berkehendak agar
4
peserta lain menyetujui pendapatnya. Oleh karena itu, dalam debat
terdapat unsur pemaksaan kehendak.
4. Debat adalah aktivitas utama dari masyarakat yang mengedepankan
demokratik.
5. Sebuah kontes antara dua orang atau grup yang mempresentasikan tentang
argumen mereka dan berusaha untuk mengembangkan argumen dari lawan
mereka.
5
Amandemen-amandemen dapat diketengahkan dan debat perlu tidaknya mengenai
amandemen-amandemen akan mendahului tindakan yang akan diambil
terhadapnya. Kalau dalam perdebatan kedua belah pihak mengemukakan suatu
analisis yang lengkap mengenai kegunaan dan kelemahan rencana undang-undang
itu, maka para pembuat undang-undang (legislator) haruslah siap melaksanakan
pemungutan suara (voting) terhadap masalah itu.
Politik
Selama kampanye-kampanye politik berlangsung, debat-debat bersama
memudahkan para pemilih atau pemberi suara mendengar para calon yang
bertentangan saling mempertahankan pendapat dan menyerang kelemahan lawan.
Bisnis
Dewan pimpinan dan komite-komite eksekutif dalam suatu perusahaan,
disamping diskusi, mempergunakan juga debat untuk memperoleh keputusan
dalam berbagai kebijakan.
Hukum
Dalam kantor-kantor pengadilan, kehidupan seseorang sering kali tergantung pada
debat yang terjadi antara pihak penuntut dan pembela, dimuka dewan juri atau
hakim, hak-hak milik, hak-hak penduduk, tuntutan-tuntutan kerugian, dan banyak
lagi masala h kewarganegaraan yang membutuhkan keputusan hakim.
Pendidikan
Pada beberapa kampus perguruan tinggi di universitas, debat telah menjadi suatu
sarana penting untuk memperkenalkan komunitas atau masyarakat tersebut
dengan masalah-masalah yang hangat diperbincangkan dalamkehidupan sehari-
hari. Debat yang demikian bermanfaat sekali apabila dibarengi oleh komentor-
komentor yang terperinci, analitis oleh suatu panel yang terdiri dari tiga atau
empat orang ahli dan dilanjutkan dengan forum tanya jawab. (Mulgrave,
1954 :64-65)
6
2.3 Metode Pembelajaran Debat
Pada tingkat sekolah menengah atas, pola pikir siswa harus mulai
dibangun membentuk karakter yang kritis dan cepat tanggap terhadap
permasalahan yang terjadi di sekitarnya. Biasanya, ketika siswa diajak
memecahkan suatu kasus permasalahan yang menuntut sebuah keputusan untuk
diambil, akan terbagi menjadi 3 buah kubu. Siswa kubu pendukung suatu
keputusan (biasanya disebut kelompok Pro), siswa kubu penolak (kelompok
Kontra), dan kubu netral yang mengambil sikap “cari aman” dengan tidak
memilih pihak manapun.
Dengan pembelajaran smetode debat, siswa dibentuk menjadi hanya dua
jenis kelompok yaitu Pro dan Kontra.
Berikut ini adalah langkah-langkah debat yang biasanya diterapkan di
kelas dalam lingkup sekolah menengah atas:
1. Guru membagi siswa menjadi dua kelompok peserta debat, yang satu pro
dan yang lainnya kontra.
2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan diperdebatkan
oleh kedua kelompok di atas.
3. Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota
kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian setelah selesai ditanggapi
oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa
bisa mengemukakan pendapatnya.
4. Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide
dari setiap pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide yang
diharapkan.
5. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkapkan.
6. Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat
7
2.4 Jenis-Jenis Debat
Berdasarkan bentuk maksud dan metodenya debat diklasifikasikan menjadi:
(a). Debat parlementer/majelis; (b). Debat pemeriksaan ulangan untuk mengetahui
kebenaran pemeriksaan terdahulu; dan (c). Debat formal, konvensional, atau debat
pendidikan.
Ketiga tipe ini dipergunakan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, namun
debat parlementer merupakan ciri-ciri badan legislatif. Debat pemeriksaan
ulangan adalah suatu teknik yang dikembangkan di kantor-kantor pengadilan dan
debat formal berdasarkan pada konversi-konversi debat bersama secarapolitis
(Mulgrave, 1954 :650).
a. Debat Majelis atau Debat Parlementer.
Maksud dan tujuan debat majelis adalah untuk memberi dan menambah dukungan
bagi undang-undang tertentu dan semua anggota yang ingin menyatakan
pandangan dan pendapatnya, berbicara mendukung atau menentang usul tersebut
setelah mendapat izin dari majelis. Pembatasan-pembatasan waktu berdebat dapat
diatur oleh tindakan parlementer majelis itu.
b. Debat Pemeriksaan Ulangan
Debat ini merupakan suatu bentuk perdebatan yang lebih sulit dan menuntut
persiapan yang lebih matang dari pada gaya perdebatan
formal.Prosedurnya adalah sebagai berikut:
Ø Pembicara afirmatif yang pertama menyampaikan pidato resminya. Segera setelah
itu, dia diperiksa dengan teliti oleh pembicara negatifyang pertama.
Ø Setelah tujuh menit pemeriksaan, sang penanya diberi kesempatan selama empat
menit untuk menyajikan kepada para pendengar pengakuan-pengakuan apa yang
telah diperolehnya dengan pemeriksaan ulang itu. Dia dibatasi pada apa-apa yang
telah diperolehnya secara aktual dengan pengakuan-pengakuan itu, dan tidak
diperkenankan memperkenalkan fakta-fakta atau argumen-argumen baru.
Ø Selanjutnya, anggota pembicara negatif yang kedua mengemukakan kasus
negatif, dan seterusnya diteliti ulang oleh pembicara afirmatif yang kedua. Teknik
ini memang agak sulit dan menuntut keterampilan berbahasa yang tinggi yang ada
hubungannya dengan pokok permasalahannya.
Maksud dan tujuan debat ini adalah mengajukan serangkaian pertanyaan yang
satu dan lainnya berhubungan erat, yang menyebabkan para individu yang ditanya
8
menunjang posisi yang hendak ditegakkan dan diperkokoh oleh sang penanya.
Setiap pertanyaan haruslah disampaikan dengan tepat dan jawabanya haruslah
singkat, lebih disukai ya atau tidak. Batas waktu dari setiap pembicara telah
ditetapkan sebelumnya, biasanya 8-15 menit perorang.
c. Debat Formal
Tujuan debat formal adalah memberi kesempatan bagi dua tim pembicara untuk
mengemukakan kepada para pendengar sejumlah argumen yang menunjang atau
membantah suatu usul. Setiap pihak diberi jangka waktu yang sama bagi
pembicara-pembicara konstruktif dan bantahan.
Selain itu juga terdapat kekurangan dalam model pembelajaran debat, diantaranya
adalah:
1. Ketika menyampaikan pendapat saling berebut.
2. Terjadi debat kusir yang tak kunjung selesai bila guru tidak menengahi.
3. Siswa yang pandai berargumen akan slalu aktif tapi yang kurang pandai
berargumen hanya diam dan pasif.
4. Menghabiskan banyak waktu untuk melakukan sesi debat antar kelompok.
5. Perlunya tema yang mudah dipahami oleh siswa.
6. Tema haruslah dapat diperdebatkan.
7. Perataan siswa dalam kelompok terkadang tidak heterogen.
9
undang yang akan diputuskan oleh suatu majelis parlementer. Sang pembicara
hendaklah meneliti agar usulnya sudah jelas memenuhi tuntutan-tuntutan atau
syarat-syarat tersebut, yaitu:
1) Kesederhanaan
Usul-usul yang rumit dan berbelit menyebabkan analisis yang sukar. Semakin
sederhana suatu pernyataan maka semakin bergunalah bagi perdebatan yang
sedang berlangsung.
2) Kejelasan
Pernyataan-pernyataan yang samar-samar dan tidak jelas menimbulkan beragam
penafsiran yang timbul dalam perdebatan yang membingungkan.
3) Kepadatan
Kata-kata hendaklah dipergunakan sedikit dan sepadat mungkin. Terlalu bertele-
tele atau panjang lebar akan mengakibatkan suatu usul menjadi tidak praktis dan
menyebabkan salah pengertian.
4) Susunan kata afirmatif
Usul yang negatif seakan-akan dapat memutar balikkan posisi-posisi afirmatif dan
negatif. Susunan kata suatu usul hendaklah bersifat afirmatifatau mengiyakan
jangan bersifat negatif atau meniadakan.
5) Pernyataan Deklaratif
Suatu pernyataan yang tegas lebih disukai, lebih baik daripada suatu pertanyaan.
Pertanyaan pada umumnya dipergunakan bagi diskusi karena maksud dan
tujuannya adalah menyelidiki. Pernyataan diperlukan bagi debat karena maksud
dan tujuan adalah untuk menyokong dan membela.
6) Kesatuan
Sebuah gagasan tunggal sudah cukup bagi satu perdebatan. Misalnya usul “Badan
pembuat undang-undang haruslah mengadakan pemilihan wajib dan haruslah
membuat regristrasi tetap” mengandung dua pokok perdebatan yang berbeda:
“pemilihan wajib” dan “registrasi tetap”.
7) Usul Khusus
Usul-usul yang bersifat umum akan mengakibatkan perdebatan-perdebatan yang
terpencar dan tidak memuaskan.
8) Bebas dari Prasangka
10
Bahasa yang berprasangka akan memperkenalkan asumsi-asumsi atau
pelanggaran yang tidak tepat ke dalam usul.
9) Tanggung jawab untuk memberikan bukti yang memuaskan terhadap afirmatif
Susunan kata usul hendaknya dibuat sebaik dan secepat mungkin sehingga
pembicara afirmatif akan menganjurkan serta menyokong suatu perubahan.
11
Beberapa hasil penelitian menunjukkan efektivitas metode pembelajaran debat
dalam meningkatkan partisipasi siswa.
12
Diskusi umumnya dilakukan di sekolahan, yaitu di kegiatan pembelajaran.
Berikut ini adalah gambaran dari sebuah diskusi yang dilakukan siswa A kelas 2
SMP setelah menyaksikan rekaman drama, kemudian guru meminta siswa-siswa
di kelas tersebut untuk mendiskusikan tema drama tersebut.
Alifia: " Setelah mendengar pendapat teman-teman, saya cenderung menyatakan
tema drama ini adalah masalah keadilan dan kebenaran”. Secara lengkap dapat
diuraikan bahwa dalam sebuah negara harus ada pemimpin yang jujur, adil, serta
berani menentang kejahatan. "
Joko: "Saya sependapat dengan Saudari Alifia. Namun, saya ingin menambahkan
bahwa tema yang ditampilkan ternyata mencakup juga masalah sosial."
Moderator: "Terima kasih Saudari Alifia dan Saudara Joko. Saya kira kita sudah
sependapat menentukan tema drama tersebut. Jadi, kesimpulan tema drama
tersebut adalah keadilan, kebenaran, dan masalah sosial dalam negara.
2. Debat
Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara pihak yang berpandangan
affirmatif (mendukung topik) dan negatif (tidak mendukung topik), baik secara
perorangan maupun kelompok, terhadap permasalahan yang dibahas, sehingga
salah satu pihak dapat memperoleh kemenangan. Debat dilakukan menuruti
aturan-aturan yang jelas dan hasilnya diperoleh melalui voting atau keputusan juri.
Tujuan berdebat adalah salah satu pihak berhasil memperoleh kemenangan
melalui adu argumentasi. Tiap-tiap pihak saling menyampaikan argumennya
disertai dengan bukti yang mendukung, sehingga pihak tersebut mampu
menguatkan pendapatnya dan mematahkan pendapat lawan.
13
f) Adanya pihak yang berperan sebagai penengah yang biasanya dilakukan oleh
moderator
Etika Berdebat
a) Dalam berdebat, harus diperhatikan beberapa etika, yaitu:
b) Berfikir logis dan memiliki pengetahuan yang mendukung permasalahan yang
dibahas dalam debat
c) Mampu berbahasa dengan baik, benar dan komunikatif serta tanggap terhadap
respon yang diterima
d) Dilarang menyangkut pautkan pembahasan dengan SARA
Contoh Debat
Dalam ruang sidang, kita bisa melihat bagaimana jaksa dan pembela saling
berdebat mengeluarkan berbagai macam argumentasi. Pembela berusaha untuk
membuktikan bahwa yang dibelanya itu benar/tidak bersalah dengan
menghadirkan bukti-bukti dan melontarkan argumen yang mampu mematahkan
argumen jaksa, sehingga pembela dapat memperoleh kemenangan. Kemudian,
jaksa berusaha untuk menguatkan pendapatnya melalui penyampaian pasal-pasal
yang memberatkan pembela. Sedangkan hakim bertindak sebagai penengah
sekaligus juri yang akan memutuskan siapa yang menang.
14
umum ke khusus menuju penalaran-penalaran terhadap fakta-fakta. Segala
pernyataan haruslah diserasikan dengan baik.
2. Bagian-bagian laporan
Suatu laporan terdiri atas tiga bagian, yaitu:
a) Pendahuluan
Yang biasanya terdiri dari:
Þ alasan pengadaan diskusi.
Þ asal usul masalah.
Þ batasan istilah-istilah.
Þ masalah yang diakui.
Þ hal-hal yang tidak relevan.
Þ pendirian-pendirian utama pihak afirmatif.
Þ pokok-pokok permasalahan.
b) Isi
Isi laporan membuat argumen-argumen dan fakta-fakta penunjang bagi pihak
afirmatif dan negatif. Argumen utama merupakan jawaban-jawaban terhadap
pokok-pokok persoalan. Untuk menguji hubugan setiap argumen kata sebab atau
karena dapat disisipkan di belakang setiap pernyataan dalam isi laporan.
c) Kesimpulan
Kesimpulan laporan mengikhtiarkan secara berurutan argument-argumen utama
dalam bentuk “anak kalimat sebab“ atau “klausa selagi” yang diikuti atau “maka
dengan demikian”. Bagian afirmatif dan negatif masing-masing mempunyai
kesimpulan sendiri, yang jelas bertentangan satu dan lainnya.
2.11 Persiapan Pidato Debat
Para anggota debat haruslah mempersiapkan dua jenis pidato yang berbeda yaitu:
1. PidatoKonstruktif
Setiap anggota debat haruslah merencanakan suatu pidato konstruktif yang
diturunkan dari argument-argumen dan fakta-fakta dalam laporannya serta
15
disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan para pendengarnya maupunargumen-
argumen yang timbul dari para penyanggahnya.
Pidato-pidato hendaklah tetap bersifat fleksibel pada pendahuluan sanggahan
kalau perlu dan juga bagi kesinambungan penyesuaian terhadap argumen-
argumen yang dikemukakan oleh oposisi. Karena waktu yang tersedia bagi
pembicara atau pidato debat memang terbatas, masalah yang dipilih serta usul
yang diajukan dalam pengembangan kasus merupakan pertimbangan-
pertimbangan penting, merupakan konsiderasi-konsiderasi utama. Hal-hal yang
harus ditekankan, fakta-fakta yang paling persuasif, minat serta kepercayaan
umum atau khusus para pendengar yang dapat dimanfaatkan, serta susunan ide-ide
yang akan dapat menimbulkan daya pikat yang paling kuat.
2. Pidato Sanggahan
Dalam pidato sanggahan tidak diperkenankan adanya argument-argumen
konstruktif yang baru. Akan tetapi fakta-fakta tambahan demi memperkuat yang
telah dikemukakan dapat diperkenalkan dalam mengikhtisarkan kasus tersebut.
Pidato sanggahan tidak dapat dikatakan baik dan sempurna kalau ternyata gagal
memperlihatkan kekuatan kasus tersebut secara keseluruhan. Sang pembicara
hendaknya mengakhiri serta menyimpulkan pembicaraannya dengan cara
mengarahkan kembali perhatian para pendengar kepada pokok-pokok persoalan
utama dalam perdebatan itu dan dengan jalan memperlihatkan secara khusus
bagaimana pembuktiannya menjawab masalah-masalah tersebut secara lebih
memuaskan ketimbang yang dilakukan oleh kasus penentang atau oposisinya itu.
16
2.12 Sikap Dan Teknik Berdebat
Para anggota debat yang tidak berpengalaman sering kali menimbulkan kebencian
para pendengar karena sikap mereka yang suka bertengkar, suka bercekcok, dan
menganggap dirinya selalu benar. Seorang pedebat haruslah bersifat rendah hati,
wajar, ramah, dan sopan tanpa kehilangan kekuatan dalam argumen-argumennya.
Dia harus menghindarkan pernyataan yang berlebih-lebihan terhadap kasusnya
dan mempergunakan kata-kata dan ekspresi-ekspresi yang samar-samar yang
tidak di kehendaki oleh fakta-fakta nya.
Dalam hal ini mereka menghadapi kemungkian dan bukan kepastian mereka harus
yakin bahwa tidak mengemukakan sesuatu yang tidak ingin dan tidak dapat
diterima oleh para pendengar. Para anggota debat tidak mengizinkan diri mereka
berbuat marah karena adanya sindiran tajam ataupun tuduhan tidak langsung dari
para lawan mereka. Sikap tenang dan santai serta sopan santun terhadap para
lawan dan para pendengar akan menimbulkan kesan yang paling baik.
Pada setiap peristiwa pembicara harus mengingat bahwa tujuan utamanya adalah
komunikasi langsung dan persuasif dengan para pendengarnya. Harus dijaga
benar-benar agar tujuan utama ini jangan tersingkir oleh hal-hal kecil yang tidak
penting sama sekali.
2.13 Keputusan
Dalam suatu badan legislatif, keputusan terhadap suatu perdebatan diadakan
dengan cara pemungutan suara atau voting, resolusi, atau rancangan undang-
undang. Dalam kantor pengadilan keputusan yang diambil oleh hakim atau juri.
Dalam perdebatan-perdebatan yang berhubungan dengan pendidikan, keputusan
mempunyai jenis yang beraneka ragam. Beberapa perdebatan diadakan tanpa
suatu keputusan resmi di antaranya:
1. Jenis-jenis keputusan pada perdebatan antar perguruan tinggi.
Pada perdebatan antar perguruan tinggi, keputusan dapat diambil dengan cara
pemungutan suara dari pendengar, suatu komite hakim atau juri maka seorang
hakim juga dapat menyajikan suatu kritik yaitu:
a. Keputusan oleh para pendengar. Apabila suatu pemungutan suara
dilemparkan kepada para pendengar, maka kepeda mereka dapat diminta untuk
17
mengemukakan pendapat terhadap usul itu sendiri setelah mempertimbangkan
argumen pada kedua belah pihak, atau kegunaan perdebatan, ataupun keduanya.
b. Keputusan oleh para hakim. Karena para pendegar belum tentu merupakan
orang yang ahli dalam teknik pengambilan keputusan mengenai manfaat
perdebatan lebih baik keputusan seorang hakim yang ahli dalam teori perdebatan.
Mereka mungkin mengadakan perundingan untuk mecapai suatu keputusan.
c. Keputusan dengan kritik. Pada masa akhir ini telah sering diadakan keputusan
dengan kritik. Seorang ahli mengenai argumentasi dan perdebatan diundang untuk
memberikan suatu keputusan mengenai perdebatan itu dan suatu keputusan
mengenai karya para pendebat. Diapun dapat mengomentari aspek dasar dan
penampilan.
3. Pentingnya keputusan
Orang-orang yang bertanggung jawab terhadap penataan perdebatan hendaknya
memilih hakim-hakim yang berwenang dan tidak berprangsangka sehingga
keputusan yang diambil benar-benar jujur, adil dan tepat sasaran. Penekanan yang
berlebihan akan mengubah program perdebatan dan membuatnya menjadi
pertandingan belaka.
18
mengarah pada tujuan yang salah. Bahayanya ialah para pastisipan beranggapan
bahwa keputusan yang memenangkannya merupakan kriteria utama keberhasilan.
1. Prosedur turnamen debat
Prosedur yang lazim di suatu turnamen debat ialah turut mengundang beberapa
lembaga untuk mengirimkan suatu tim afirmatif dan suatu tim negatif. Bagi
perdebatan mengenai sebuah suatu tema, pasangan-pasangan yang berdebat
sebaiknya adalah kelipatan empat, contohnya kita analogikan 16, masing-masing
tim berarti mempunyai 16 perdebatan pada putaran pertama. Selanjutnya pada
putaran kedua 16 tim pendebat dieliminasi oleh seorang hakim yang akhirnya
didapatkan tim yang tersisih dan yang melanjutkan ke putaran kedua.
2. Norma-norma bertanya
19
a. Mengetahui yang akan didiskusikan sebelum bertanya.
b. Bersungguh-sungguh dalam mencari informasi.
c. Janganlah kita ingin menguji pembicara.
d. Singkat dan tepat.
e. Tidak terlalu berbelit-belit.
f. Hindarkan pertanyaan dari prasangka emosional.
g. Pertanyaan mempunyai tujuan tertentu yaitu mencari penjelasan dan fakta-fakta
yang telah dikemukakan pembicara.
h. Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan khusus.
i. Hindarkan cara berfikir yang tidak masuk akal dengan tidak untuk
mendemonstrasikan keterampilan kita sendiri (powers,1951:311).
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa debat merupakan suatu
argumen untuk menentukan baik tidaknya suatu usul tertentu yang didukung oleh
satu pihak yang disebut pendukung/afirmatif, dan ditolak, disangkal, oleh pihak
lain yang disebut penyangkal atau negatif.
Metode pembelajaran debat termasuk metode pembelaran yang interaktif
dan memaksa siswanya untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.Metode
pembelajaran debat efektif dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa.
Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara pihak yang berpandangan
affirmatif (mendukung topik) dan negatif (tidak mendukung topik), baik secara
perorangan maupun kelompok, terhadap permasalahan yang dibahas, sehingga
salah satu pihak dapat memperoleh kemenangan. Sementara diskusi adalah
metode untuk memecahkan permasalahan dengan proses berpikir secara
berkelompok atau bersama-sama sehingga menghasilkan penyelesaian atau
penjelasan secara mufakat.
3.2 Saran
Penulis mempunyai saran-saran yaitu:
Ø Sebaiknya dalam debat kita menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Ø Jangan menggunakan emosi ketika berpendapat maupun menyanggah.
Ø Menerima kritikan dan saran.
21
DAFTAR PUSTAKA