Anda di halaman 1dari 23

MATERI DEBAT

Disusun untuk memenuhi tugas “B.Indonesia“


Guru mata pelajaran :
Rini Nur Anggraeni K. S. PD

Disusun Oleh:
Rizki Subagja

YAYASAN AL-MUSYAWARAH
SMK TARUNA TERPADU
LEMBANG
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Allah Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang debat.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Lembang, April 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................................. i
Kata Pengantar................................................................................................................ ii
Daftar Isi ......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Maksud dan Tujuan ..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Debat .......................................................................................... 2
B. Unsur-unsur Debat ....................................................................................... 3
C. Tujuan Debat ............................................................................................... 3
D. Ciri-ciri Debat .............................................................................................. 4
E. Jenis Debat ................................................................................................... 4
F. Tata Cara Debat ........................................................................................... 5
G. Struktur Debat .............................................................................................. 6
H. Contoh Debat ............................................................................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 19
B. Saran ................................................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Proses pembelajaran saat ini kurang memiliki daya tarik. Kurang menariknya
pembelajaran karena 2 hal. Pertama, pembelajaran yang dirancang oleh guru tidak dapat
memacu keingintahuan siswa untuk membedah masalah seputar lingkungan sosialnya
sekaligus dapat membentuk opini pribadi terhadap masalah tersebut. Kedua, guru
memposisikan diri sebagai pribadi yang menggurui, belum memerankan diri sebagai fasilitator
yang membelajarkan siswa.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di lingkup sekolah dibutuhkan
berbagai variasi teknik yang harus dikuasai oleh seorang guru agar proses belajar yang tercipta
di kelas menjadi lebih dinamis dan bernuansa interaktif.Selain itu, variasi teknik yang
digunakan juga harus dapat membantu siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangannya dalam fase remaja sesuai dengan pedoman psikologi individu. Beberapa
diantara tugas perkembangan tersebut menjadi landasan terciptanya metode pembelajaran
kooperatif yang mengedepankan kerja sama dari para peserta didik sehingga tercipta nuansa
kelas yang dinamis, interaktif, dan dapat menjadi faktor stimulan agar peserta didik dapat
mengembangkan pola pikir yang kritis.
Hingga saat ini, terdapat berbagai macam model yang digunakan dari turunan metode
pembelajaran tipe kooperatif. Salah satu dari model yang berkembang dan sering digunakan
pada kegiatan belajar mengajar adalah debat. Debat digunakan pendidik dalam upaya
menumbuhkembangkan pola pikir kritis dan kemampuan kerja sama antar peserta didik dalam
bentuk kelompok. Perkembangan model pembelajaran debat saat ini masih barlangsung,
bahkan model ini diterapkan hingga menjadi jenis kompetisi antar pelajar hingga tingkat
dunia. Oleh karena itu, penulis mencoba membahas metode pembelajaran debat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana mekanisme metode pembelajaran debat?
2. Bagaimana efektivitas metode pembelajaran debat dalam meningkatkan partisipasi
siswa?
3. Apa perbedaan debat dan diskusi?

C. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Untuk mengetahui mekanisme metode pembelajaran debat
2. Untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran debat dalam meningkatkan
partisipasi siswa
3. Mengetahui perbedaan debat dan diskusi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DEBAT
Istilah debat berasal dari bahasa Inggris, yaitu debate. Istilah tersebut identik
dengan istilah sawala yang ebrasal dari bahasa Kawi yang berarti berpegang teguh pada
argumen tertentu dalam strategi bertengkar atau beradu pendapat untuk saling
mengalahkan atau memenangkan lidah. Jadi, definisi dari debat sendiri adalah suatu cara
untuk menyampaikan ide secara logika dalam bentuk argumen disertai bukti.
Berdasarkan beberapa kajian dan kasus yang dihadapi pada berbagai kondisi, dapat
disimpulkan bahwa debat memiliki pengertian sebagai berikut:
1. Debat adalah kegiatan argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara individual
maupun kelompok dalam mendiskusikan dan memecahkan suatu masalah. Debat
dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan
melalui voting atau keputusan juri
2. Debat adalah suatu diskusi antara dua orang atau lebih yang berbeda pandangan,
dimana antara satu pihak dengan pihak yang lain saling menyerang (opositif).
3. Debat terjadi dimana unsur emosi banyak berperan. Pesertanya kebanyakan hanya
hendak mempertahankan pendapat masing-masing dibandingkan mendengar
pendapat dari orang lain dan berkehendak agar peserta lain menyetujui pendapatnya.
Oleh karena itu, dalam debat terdapat unsur pemaksaan kehendak.
4. Debat adalah aktivitas utama dari masyarakat yang mengedepankan demokratik.
5. Sebuah kontes antara dua orang atau grup yang mempresentasikan tentang argumen
mereka dan berusaha untuk mengembangkan argumen dari lawan mereka.
Adapula debat yang diselenggarakan secara formal adalah debat antar kandidat
legislatif dan debat antar calon presiden/wakil presiden yang umum dilakukan
menjelang pemilihan umum.
Debat kompetitif adalah debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan di
tingkat sekolah dan universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai pertandingan
dengan aturan ("format") yang jelas dan ketat antara dua pihak yang masing-masing
mendukung dan menentang sebuah pernyataan. Debat disaksikan oleh satu atau beberapa
orang juri yang ditunjuk untuk menentukan pemenang dari sebuah debat. Pemenang dari
debat kompetitif adalah tim yang berhasil menunjukkan pengetahuan dan kemampuan
debat yang lebih baik.
Debat kompetitif dalam pendidikan tidak seperti debat sebenarnya di parlemen,
debat kompetitif tidak bertujuan untuk menghasilkan keputusan namun lebih diarahkan
untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tertentu di kalangan pesertanya, seperti
kemampuan untuk mengutarakan pendapat secara logis, jelas dan terstruktur,

2
mendengarkan pendapat yang berbeda, dan kemampuan berbahasa asing (bila debat
dilakukan dalam bahasa asing).
Namun demikian, beberapa format yang digunakan dalam debat kompetitif
didasarkan atas debat formal yang dilakukan di parlemen. Dari sinilah muncul istilah
"debat parlementer" sebagai salah satu gaya debat kompetitif yang populer. Ada berbagai
format debat parlementer yang masing-masing memiliki aturan dan organisasinya sendiri.

B. UNSUR-UNSUR DEBAT
Suatu kegiatan dapat disebut debat jika memiliki beberapa unsur-unsur di bawah ini:
1. Memiliki mosi. Emosi adalah topik atau bahasan yang akan diperdebatkan dan
mempunyai sifat konvensional. Adanya mosi sangat penting karena di dalam sebuah
debat terdapat pihak pro dan kontra.
2. Debat harus memiliki pihak pro atau pihak afirmatif yang setuju terhadap mosi yang
telah diberikan. Pihak pro akan memberikan pidatonya terlebih dahulu mengenai
alasan mengapa mendukung pernyatan di dalam mosi.
3. Selain pihak pro, juga terdapat pihak oposisi atau pihak kontra yang tidak setuju
dengan mosi yang sudah diberikan. Pihak kontra akan menyanggah pernyataan dari
pihak afirmatif.
4. Sebagai penengah antara pihak pro dan kontra, debat harus mempunyai pihak netral
atau pihak yang tidak menaruh dukungan dan tidak condong terhadap salah satu
pihak.
5. Dalam debat harus ada moderator yang bertugas mempin dan mengatur jalannya
debat. Tata tertib debat, memperkenalkan masing-masing pihak, dan penyampaian
mosi akan dilakukan oleh moderator.
6. Debat juga harus memiliki peserta debat yang nantinya berhak menentukan
keputusan akhir bersama juri debat. Dalam beberapa debat, peserta tidak ikut andil
dalam penentuan keputusan akhir namun jika dibutuhkan voting, maka biasanya
peserta akan diperhitungkan suaranya.
7. Unsur yang terakhir yaitu adanya penulis atau notulen acara yang bertugas mencatat
hal-hal terkait debat yang sedang berlangsung misalnya mosi debat, pernyataan
moderator, penyampaian masing-masing tim atau pihak, dan hasil keputusan akhir.

C. TUJUAN DEBAT
Debat memiliki beberapa tujuan yaitu meraih kemenangan atas argumentasi demi
mendukung sesuatu yang ingin ditegakkan atau dijalankan. Tujuan dilakukannya debat
juga untuk menunjukkan kebenaran atas sesuatu yang sedang dipermasalahkan,
menimbulkan pro dan kontra, dan sebagainya. Tujuan yang ingin dicapai dengan debat

3
bergantung pada peserta dan anggota yang diundang, mosi atau permasalahan, waktu, dan
tempat debat.

D. CIRI-CIRI DEBAT
Terdapat beberapa ciri-ciri debat yaitu sebagai berikut.
1. Debat memiliki pihak yang mengarahkan jalannya debat. Biasanya yang melakukan
tugas ini adalah seorang moderator.
2. Hasil akhir atau kesimpulan debat didapat dengan cara voting maupun keputusan juri
debat.
3. Terdapat hanya dua sudut pandang yaitu pro dan kontra.
4. Terjadi kegiatan saling beradu argumentasi untuk memperoleh kemenangan salah
satu pihak.
5. Terdapat suatu proses untuk saling mempertahankan argumentasi di antara kedua
belah pihak yang sedang berdebat (pihak pro dan kontra).
6. Di sesi tertentu terdapat kegiatan tanya jawab antar pihak yang berdebat dengan
dipimpin oleh moderator.

E. JENIS DEBAT
Debat memiliki beberapa macam atau jenis yang dikelompokkan berdasarkan tujuan,
bentuk maupun metode yang dilakukan. Berikut ini adalah macam atau jenis debat yang
sering kita kenal.
1. Debat pemeriksaan ulangan atau cross-examination debating
Debat pemeriksaan ulangan dilakukan untuk mengetahui kebenaran pemeriksaan
yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam debat ini, diajukan beberapa pertanyaan
dari saling memiliki hubungan sehingga menyebabkan individu yang diberi
pertanyaan dapat mendukung posisi yang ingin ditegakkan maupun diperkokoh oleh
pihak yang memberi pertanyaan.
2. Debat Parlementer atau Assembly or Parlementary Debating
Debat parlementer juga dikenal dengan sebutan debat Majelis. Fungsi debat
perlementer ini yaitu untuk memberikan maupun menambah dukungan pada suatu
undang-undang tertentu. Di dalam debat parlementer seluruh anggota debat berhak
mengajukan pendapat dan gagasannya apakah ia mendukung ata menentang usul
yang telah disampaikan setelah diizinkan oleh majelis debat engan disertai alasan
yang kuat.
3. Debat Formal
Debat formal juga dikenal dengan sebutan debat konfensional atau debat pendidikan.
Debat formal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada masing-masing
tim pembicara untuk menyampaikan kepada audiens atau peserta debat tentang

4
beberapa argumen maupun gagasan yang dapat menunjang atau menolak usulan.
Argumen yang disampaikan harus masuk akal, jelas, dan menyangkut kebutuhan
bersama.

F. TATA CARA DEBAT


Bagaimana tata cara melakukan debat yang baik dan benar? Berikut ini adalah tata cara
yang dapat anda lakukan.
1. Memahami dan menjalankan peraturan debat yang telah disepakati oleh peserta dan
anggota debat. Jika seorang anggota debat melanggar peraturan maka akan
berpengaruh kepada timnya.
2. Pertanyaan yang diajukan sebaiknya disampaikan dengan profesional, tidak
menghina, menguji, maupun merendahkan lawan, pertanyaan juga tidak boleh
menyerang lawan secara pribadi namun fokus ke permasalahan yang sedang dibahas.
3. Ajukan argumen dengan analisis yang kritis, masuk akal, dan runtut. Ketiga hal ini
akan lebih baik jika dilakukan dengan kemampuan retorika yang baik.
4. Dalam menyampaikan gagasan kenali dan pahami kelemahan maupun kelebihan
yang dimiliki lawan. Hal ini sangat penting untuk menyusun strategi debat sehingga
efektif dalam menyangkal dan mempengaruhi lawan bahkan seluruh peserta debat.
5. Argumen yang disampaikan tidak perlu terlalu banyak karena waktu yang terbatas.
Susun argumen ke dalam poin-poin yang singkat dan lugas yang merujuk langsung
ke permasalahan yang sedang didebatkan.
6. Memahami dengan baik tentang kesalahan-kesalahan dalam berpikir terutama pada
penyelesaian masalah. Hal ini juga berfungsi untuk mengetahui kelemahan
argumentasi yang diberikan oleh lawan.
7. Menyajikan gagasan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Sertakan juga
data-data yang valid yang dapat mendukung argumen atau gagasan.
8. Buatlah kesimpulan yang menunjukkan pernyataan final dengan kalimat yang lugas
dan langsung menuju ke titik celah lawan. Penyampaian kesimpulan tidak perlu
terlalu panjang cukup poin-poin yang menegaskan argumentasi dan disampaian
dengan tegas untuk menunjukkan rasa percaya diri bahwa argumentasi tersebut
benar.
Pada tingkat sekolah menengah atas, pola pikir siswa harus mulai dibangun membentuk
karakter yang kritis dan cepat tanggap terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya.
Biasanya, ketika siswa diajak memecahkan suatu kasus permasalahan yang menuntut
sebuah keputusan untuk diambil, akan terbagi menjadi 3 buah kubu. Siswa kubu
pendukung suatu keputusan (biasanya disebut kelompok Pro), siswa kubu penolak
(kelompok Kontra), dan kubu netral yang mengambil sikap “cari aman” dengan tidak
memilih pihak manapun.

5
Dengan pembelajaran smetode debat, siswa dibentuk menjadi hanya dua jenis kelompok
yaitu Pro dan Kontra.
Berikut ini adalah langkah-langkah debat yang biasanya diterapkan di kelas dalam
lingkup sekolah menengah atas:
1. Guru membagi siswa menjadi dua kelompok peserta debat, yang satu pro dan yang
lainnya kontra.
2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan diperdebatkan oleh kedua
kelompok di atas.
3. Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro
untuk berbicara saat itu, kemudian setelah selesai ditanggapi oleh kelompok kontra.
Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
4. Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap
pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide yang diharapkan.
5. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkapkan.
6. Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat
Kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
Dengan adanya acuan teknis diatas, dapat dilihat bahwa model debat mengadopsi
gabungan dari beberapa metode pembelajaran seperti Diskusi, Ceramah, dan
Pembelajaran Kooperatif.

G. STRUKTUR DEBAT
Debat yang baik harus memenuhi struktur debat yang telah disepakati bersama. Berikut
ini adalah struktur debat yang baik dan benar.
1. Perkenalan harus dilakukan oleh masing-masing tim atau pihak (afirmasi, oposisi,
dan netral)
2. Penyampaian argumentasi. Dalam debat, masing-masing tim pro maupun kontra
menyampaikan argumentasi atau gagasan tentang mosi yang telah diberikan.
Penyampaian argumentasi ini dimulai dari tim pro, lalu tim kontra, kemudian diakhiri
oleh tim netral.
3. Melakukan debat merupakan hal utama. Masing-masing tim diharuskan
menyampaikan argumentasi maupun sanggahan kepada lawan.
4. Kesimpulan merupakan hasil akhir debat yang sebelumnya diawali dengan penutup
yang disampaikan oleh masing-masing tim.
5. Keputusan diambil dari hasil voting, mosi, resolusi, dan sebagainya. Jenis keputusan
ada tiga yaitu keputusan oleh para pendengar atau decision by the audience,
keputusan oleh hakim atau decision by judges, dan keputusan dengan kritik atau
decision by critique.

6
H. CONTOH DEBAT
Contoh Debat (Kebijakan Pemerintah dalam Menerapkan Full Day School).
Pembaca kritis yang terhormat dan guru gangsa yang saya kagumi. Setelah sekian lama
tidak ngeblog karena berbagi kesibukan yang “mendera”. Kali ini saya ingin membagikan
contoh teks debat yang saya ulas seadanya saja. Selanjutnya biarlah pembaca dan bapak
ibu guru yang mengemasnya menjadi lebih baik lagi.
Teks debat ini tidaklah sempurna, berharap rekan guru bisa “mendaur ulang” dan menjadi
lebih baik dalam penyajiannya di depan kelas.
Mosi Debat Kebijakan Pemerintah dalam Menerapkan Full Day School
Pembicara Pertama Tim Pro
Selamat pagi dan salam sejatera.
Dewan juri, rekan-rekan dari tim kontra, dan pengatur waktu yang saya hormati.
Perkenalkan Kami dari SMA 1 Kanaan Jakarta. Saya Veronica sebagai pembicara
pertama; dimana tugas saya mendefinisikan mosi yang diperdebatkan pada pagi hari ini,
kemudian memberi batasan sebagai dasar argumen tim kami, dan akan memperkuat
argumentasi dengan beberapa penjelasan umum yang berkaitan dengan topik debat kali
ini.
Selanjutnya rekan saya Hellen Yoanita sebagai pembicara kedua menanggapi pernyataan
dari tim kontra, kemudian menguatkan kembali argumentasi tim kami dengan contoh –
contoh kongkrit.
Terakhir sebagai pembicara ketiga, saudari Grace akan menanggpi kembali pernyataan
dari tim kontra. Kemudian menguatkan argumentasi tim kami, dan merangkum
pernayataan dari pembicara pertama dan kedua.
Bagian akhir dari sistematika debat ini akan ditegaskan kembali oleh saudari Hellen
pembicara kedua tim pro dalam pidato penutup.
Dewan juri, dan hadirin sekalian.
Mosi debat pada kesempatan ini adalah Kebijakan Pemerintah dalam Menerapkan
Full Day School.
Mengawali argumentasi tim kami, saya ingin mengutip Undang-Undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tentang tujuan pendidikan
nasional.
Di situ dijelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Jadi tujuan pendidikan bukan hanya untuk mendapatkan pekerjaan tetapi agar moral yang
baik.

7
Siapa yang mengurus hal ini secara organisatoris, tentu pemerintah pusat, dalam hal ini
kebijakan melalui menteri pendidikan.
Muhadjir Effendi selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan
kebijakan tentang Full Day School. Kebijakan ini berlaku pada seluruh jenjang
pendidikan mulai dari SD, SMP hingga SMA di seluruh Indonesia.
Maksud dan tujuan dengan dikeluarkannya kebijakan ini adalah mengembalikan esensi
pendidikan pada kondisi yang ideal, yakni pendidikan karakter dari siswa terpenuhi dan
memperoleh pengetahuan umum yang mumpuni. Dengan demikian, kata Muhadjir
Efendi, dilansir darihttp://nasional.kompas.com,
“Para siswa dapat terhindar dari pengaruh-pengaruh negatif dan kegiatan
kontraproduktif, seperti penyalahgunaan narkoba, tawuran, dan sebagainya”.
Selanjutnya soal perubahan nama full day school menjadi pendidikan penguatan karakter
(PPK) akan dijelaskan oleh rekan saya Hellen sebagai pembicara kedua.
Bagian ini, saya ingin mengajukan pertanyaan retoris kepada tim kontra, ‘apakah tim
kontra tidak mau memiliki moral yang baik?’. Karena full day school fokusnya adalah
pendidikan karakter. Terkait hal ini akan dijelaskan oleh rekan saya pembicara kedua.
Kami tim pemerintah, meyakini sepenuhnya bahwa hanya orang tidak waras saja yang
tidak menginginkan moral dan ahlak yang baik. Pada konteks ini, artinya anda setuju
dengan argumen kami.
Oleh karena itu, dapat saya simbulkan bahwa, kebijakan pemerintah tentangfull day
school harus dan sangat layak untuk didukung dengan beberapa argumen penutup,
sebagai berikut:
1. Secara harafiah tugas seorang pelajar ya belajar. Maka apapun kebijakan pemerintah
selama itu masih dalam koridor belajar maka harus didukung.
2. Di tengah fenomena teknologi yang terus berkembang dan kecenderungan remaja
pada gadjet harus dikurangi, maka salah satu caranya adalah dengan full day school.
3. Minimnya waktu orang tua dengan anak karena rutinitas kerja maka kebijakan full
day school adalah pilihan yang tepat untuk menghindari anak melakukan tindakan-
tindakan negatif yang merugikan dirinya dan masa depannya.
4. Hidup itu selalu berkembang, oleh karena itu lembaga pendidikan pun harus
menyesuaikan dengan perkembangan dan tantangan yang ada untuk menghasilkan
generasi yang moralnya baik dan mampu bersaing dalam perkembangan zaman yang
semakin moderen dan penuh tantangan.
5. Hanya dengan pendidikanlah maka keberadaan sebuah bangsa akan berlanjut. Oleh
karena itu, pendidikan yang baik harus disesuaikan dengan tantangan yang dihadapi
oleh Indonesia saat ini; yakni keatusian sosial, radikalisme, tawuran antar pelajar, dan
narkoba yang merusak seluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.

8
Jadi sekali lagi saya tegaskan bahwa kami tim pro sangat mendukung mosi ini, dengan
dasar argumentasi yang telah kami kemukakan sebelumnya.
Sekian dan terima kasih, selanjutnya saya kembalikan kepada moderator.
Pembicara Pertama Tim Kontra
Selamat pagi dan salam sejatera.
Hadirin, dewan juri, dan tim pro yang kami terhormati.
Perkenalkan Kami dari SMA Kehidupan Jakarta. Saya Antonius sebagai pembicara
pertama tim kontra; pada kesempatan ini akan menanggapi pernyataan dari pembicara
pertama tim pro. Kemudian menjelaskan dasar argumen tim kami, yang berkaitan dengan
topik debat kali ini.
Selanjutnya rekan saya Mario sebagai pembicara kedua akan kembali menanggpi
pernyataan dari lawan; kemudian menguatkan kembali kontruksi berpikir tim kami
dengan contoh – contoh kongkrit.
Terakhir sebagai pembicara ketiga, saudara Jose akan menanggpi pernyataan dari tim
pro. Kemudian menguatkan argumentasi tim kami, dan merangkum pernayataan dari
pembicara pertama dan kedua.
Bagian akhir dari sistematika debat ini akan ditegaskan kembali oleh saya sendiri,
Antonius sebagai pembicara pertama tim kontra dalam pidato penutup sesi ini.
Hadirin dan dewan juru yang terhormat. Mosi debat pada sesi ini adalahKebijakan
Pemerintah dalam Menerapkan Full Day School. Sebelum saya menanggapi dan
memberi batasan pada mosi ini saya ingin memaparkan dua hal tentang kondisi dunia
pendidikan kita. Pertama soal guru dan kedua soal sarana dan pra sarana.
Pertama soal guru,
Mengapa guru. Ya jelas guru yang mengajar; kalau guru itu tidak memiliki kemampuan
maka secara otomatis mutu pendidikan menurun. Apapun kurikulumnya, bahkan mau
ganti sampai berapa ratus kali tidak akan membuat kualitas pendidikan Indonesia menjadi
lebih baik.
Ada bukti yang menunjukan mutu pendidikan itu rendah akibat kurangnya kompotensi
guru, hal ini bisa kita lihat pada http://bengkuluekspress.com/kompetensi-guru-bahasa-
masih-rendah.
Di sini dikatakan saat uji kompotensi guru tahun 2006 standarnya adalah 5,5 itu banyak
yang tidak lulus, apalagi saat ini tahun 2017 standar UKG telah dinaikan menjadi 8
logikanya tentu banyak yang tidak lulus.
Lantas pertanyaan saya, menurut tim pro mungkinkah pendidikan Indonesia akan lebih
baik jika diajarkan oleh guru yang hasil UKG 5,5 saja tidak lulus?. Tidak perlu dijawab
tetapi direnungkan saja. Belum lagi kasus pelecehan seksual oleh guru.

9
Jadi kesimpulannya adalah meski kurikulum diganti 100 kali pun tetapi jika kualitas guru
kurang, sarana dan pra sarana tidak memadai. Maka kurikulum sebagus apapun tidak
akan berhasil meningkatkan pendidikan di Indonesia. Apalagi dengan embel-embel
mengubah moral remaja. Selain itu kerja sama dengan orang tua sangatlah penting karena
orang tua murid yang punya anak. Sedangkan fakta menunjukan orang tua menggagas
petisi menolak full day school, berita
kompas, http://nasional.kompas.com/read/2016/08/09/13395511/tak.setuju.usulan.mendik
bud.orangtua.siswa.gagas.petisi.tolak.full.day.school.
Kemudian penolakan yang sama dilakukan oleh siswa-siswi SMA N 6
Jakarta.http://megapolitan.kompas.com/read/2016/08/08/16195301/wacana.sekolah.full.d
ay.ini.tanggapan.murid.dan.orangtua. Soal ini akan dijelaskan oleh rekan saya pembicara
kedua.
Solusi yang kami berikan adalah perbaiki kualitas guru dan bangun sarana dan pra sarana
di daerah terluar terlebih dahulu baru kebijakan ini di terapkan. Tetapi selama sarana dan
pra sarana di daerah belum ada pemerataan seperti Jakarta dan kualitas guru belum
diperbaiki maka kami dengan tegas menolak mosi ini. Dengan berbagai dasar pemikiran
yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu.
Soal moral, seperti disinggung oleh pembicara pertama tim pro, dengan tegas saya
nyatakan bahwa itu adalah tanggung jawab seluruh stekholder, bukan saja sekolah
semata. Orang tua, tokoh masyarakat, dan tokoh agama berperan di situ juga. Rincinya
akan dikemukakan oleh rekan saya pembicara kedua.
Jadi sekali lagi saya nyatakan dengan tegas, kami sangat menolak mosi ini karena tidak
efektif dan efisien. Sekian dan terima kasih, waktu selanjutnya saya kembalikan pada
Moderator.
Pembicara Kedua Tim Pro
(salam pembuka dan pembuka pembicaraan disesuaikan redaksinya)
Menanggapi kesangsian dari pembicara pertama tim kontra soal full day school tidak
akan bisa berjalan jika kualitas guru, sarana, dan pra sarana sekolah belum disiapkan.
Saya ingin mengutip pernyataan Nurson Wahid, seorang politisi muda dan cendekiawan
Muslim yang mengatakan;
“masalah terjadi karena orang gagal paham dan salah paham”.
Gagal paham karena orang memiliki kecenderungan melihat suatu kebijakan secara
sepintas kemudian bereaksi, dan reaksinya berlebihan sehingga menimbulkan salah
paham.
Baiklah rekan-rekan tim kontra yang saya hormati, dilansir
darihttp://news.liputan6.com, kalau anda berkenan saudara bisa membacanya sendiri,
saya bawah print outnya. Di situ, Narsulla, staf khusus Kendikbud bidang komunikasi
publik, mengatakan:

10
“Konsekuensi diterapkan full day school tersebut harus ada penambahan fasilitas di
lingkup sekolah. Penambahan fasilitas umum di sekolah tersebut menggunakan dana
hibah”. Kata Nasrullah di sela Focus Groups Discussion (FGD) Penguatan Media dalam
Mensosialisasikan Kebijakan Mendikbud di Malang, Jawa Timur, Sabtu 18 Maret 2017.
Artinya soal sarana dan pra sarana yang dikawatirkan oleh tim kontra tadi, jauh-jauh hari
sudah dipikirkan, bahkan sudah ada yang melaksanakan. Saya akan membacakan
pernayataan Narsulla staf khusus kemendikbudpada pargraf selanjutnya;
Artinya apa, yang dikawatirkan tim kontra sudah dilaksanakan. Fakta lain pun
menunjukan ada 540 sekolah yang menerima dana hibah untuk melengkapi fasilitas
sekolah yang belum ada atau kurang. Artinya, kebijakan ini sudah berjalan, dan jika
mayoritas orang tidak setuju, bahkan anda katakan tadi menggagas petisi, tetapi mengapa
ada 540 sekolah yang setuju menerima dana hibah?. Paksaan, tekanankah itu?.
Menurut hemat kami, ini hanya sekelintir orang yang tidak menginginkan revolusi mental
terjadi di negeri ini; sehingga dengan segala daya upaya hendak menghentikan program
yang baik ini.
Kemudian kekawatiran kedua adalah soal guru dengan dihadirkan hasil UKG guru tahun
2006 dan 2017 sebagai data perbandingan.
Rekan-rekan tim kontra yang kami hormati. Di bagian akhir
pernayataan Nasrullah bahwa, "rasio guru dan siswa pun juga tidak merata dan rata-
rata guru menumpuk di Jawa atau di lokasi tertentu. Oleh karena itu dalam waktu dekat
akan dilakukan, Gerakan literasi di Sekolah.
Artinya apa, lagi-lagi saya harus katakan bahwa anda berpikir saat ini. Namun jauh
sebelum itu, pengampuh kebijakan kita telah memikirkannya terlebih dahulu. Sebelum
anda berpikir dan sebelum mereka melakukan kebijakan penerapan full day school segala
situasi, termasuk apa yang tim kontra pikirkan sudah lebih dulu dipikirkan dan
dilaksanakan.
Selain itu, soal kualitas guru, telah dilakukan pelatihan guru dengan sistem klaster pada
masa peralihan dari Anis Baswedan ke Muhadjir Effendi, menteri pendidikan saat ini.
Artinya apa, beliau sudah teruji dalam situasi sulit untuk berpikir cepat dan tepat.
Sehingga kebijakan yang digagas olehnya sendiri tentu telah dibekali dengan kontruksi
berpikir sebab akibat. Termasuk item penting dalam bidang pendidikan, yakni guru
sebagai garda terdepan.
Jadi saran kami anda jangan terlalu kwatir berlebihan.
Kemudian meyoal tentang full day school, perlu kita ketahui bersama bahwa penaman
tersebut telah diganti menjadi Pendidikan Penguatan Karakter (PPK) dengan jadwal
pelajaran tetap namun aktifitas sekolah yang lain ditambah dengan fokus utama adalah
pendidikan karakter.

11
Jadi bisa saya simpulkan bahwa kelompok pro memiliki tingkat kekawatiran berlebihan
yang tidak berdasar dan beralas; karena segala kekawatiran yang dikemukakan, soal guru
maupun sarana pendidikan; jauh sebelumnya sudah dipikirkan dan dilaksanakan oleh
pengampuh kebijakan yakni pemerintah, melalui menteri pendidikan nasional.
Jadi kami mendukung mosi ini untuk mengaktualisasikan revolusi mental demi generasi
sesudah kita dan Indonesia yang lebih baik.
Sekian dan terima kasih, selanjutnya saya kembalikan kepada moderator.
Pembicara Kedua Tim Kontra
(salam pembuka dan pembuka pembicaraan disesuaikan redaksinya)
Tadi pembicara kedua dari tim pro mengatakan, “jauh sebelum kami berpikir pemerintah
telah memikirkanya dan melaksanakannya”. Jadi kekawatiran kami tentang kualitas guru
dan masalah sarana dan pra sarana telah dengan tegas dinyatakan tidak berdasar.
Walaupun sejatinya yang kami sampaikan itu, khususnya kualitas guru merekapun
merasakannya karena mereka juga adalah pelajar.
Dewan juri yang terhormat, saya ingin mengemukakan dua hal.
Hal pertama adalah kondisi fisik dan pskologis siswa, hal yang kedua masih soal kualitas
guru dan masalah sarana prasarana. Hal kedua ini lebih pada penegasan ulang.
Rekan-rekan tim pro yang kami hormati.
Saya ingin mengajak rekan-rekan sekalian untuk berpikir sebelum kita bertemu di tempat
ini. Jika sekolah anda menerapkan kurikulum K 13, berarti anda mungkin juga sering
dengar pernayataan, guru hanya sebagai fasilitator, siswa belajar untuk menemukan
sendiri.
Prakteknya deretan tugas kimia, fisika, sejarah, dan berbagai pelajaran lain menumpuk.
Itu fakta jangan membantah, jika anda seorang pelajar pasti mengalaminya.
Full day school. Kita akan menghapi suatu kenyataan belajar seperti biasa dari jam 06.30
hingga pukul 13.00 WIB. Setelah itu, kegiatan sekolah dilanjutkan dengan eskul dan
bimbingan keagamaan, yang anda katakan (pembicara 1 dan 2) soal moral itu, ada pada
kira-kira pukul 13.00 sampai pukul 16.30 WIB.
Pertanyaan saya kapan kita bisa mengerjakan tugas-tugas sekolah yang kita peroleh dari
belajar reguler sejak pukul 6.30 hingga pukul 13.00?.
Saat pulang sekolah?. Lantas waktu dengan keluarga kapan?.
Hari Sabtu dan Minggu?, jika iya maka tidak efektef. Dimana karakter kita sebagai
remaja dengan gaya berkumpul dan bersosialisasi sebagai kebutuhan yang harus
terpenuhi; di lain pihak harus mengerjakan tumpukan tugas sekolah, semantara waktu
bersama keluarga tidak terpenuhi dengan baik. Selain itu, dengan kebijakan ini memberi
beban mental dan fisik tersendiri, apalagi siswa SD yang muda bosan.

12
Sampai pada bagian ini, saya cukup yakin anda akan katakan tugas seorang pelajar ya
belajar. Anda lupa pada satu hal bahwa masa anak-anak itu masa bermain. Jika kebutuhan
ini tidak terpenuhi, maka ibaratnya orang yang haus tidak diberi minum. Maka yang
muncul adalah pemberontakan karena kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi.
Apakah anda setuju dengan kebijakan yang akan menjadi beban bagi anda juga?.
Selain itu saya ingin mengajak anda, jangan hanya berpikir soal Jakarta, tempat anda
berada saat ini. Coba anda lihat gambar ini dan baca refrensi tentang Indonesia timur yang
rumahnya jauh-jauh, akses sulit dan orangtuanya petani dan nelayan.
Kemudian coba lihat gambar ini, sebuah sekolah yang bangunannya dipinjam dari SMP
terbuka.
Lantas yang ini, sekolah tidak layak. Jangankan beli komputer, beli kapur tulis saja susah.
Sampai pada bagian ini anda mungkin akan katakan, jauh sebelum anda berpikir
pengampuh kebijakan sudah berpikir, dan jauh sebelum anda kawatir Muhadjir Effendy
menteri pendidikan sudah laksanakan A, B, C dan seterusnya.
Bahkan mungkin saat ini rekan-rekan tim propun sedang melawan nuraninya sendiri, soal
tugas-tugas sekolah yang menumpuk dan kapan akan diselesaikan.
Jadi, dewan juri yang terhormat, kami tim kontra dengan tegas menolak mosi ini dengan
alasan masih tentang sarana dan pra sarana, kualitas guru, dan ditambah dengan beban
fisik dan psikologis siswa.
Sekian dan terima kasih. Waktu selanjutnya saya kembalikan ke moderator.
Pembicara Ketiga Tim Pro
*** Salam dan pembuka pembicaraan disesuaikan redaksinya***
Mengawali tanggapan saya tentang kekawatiran tim kontra soal sarana dan pra sarana.
Ditambah dengan beban fisik dan psikis yang telah dipaparkan oleh pembicara kedua tim
kontra tadi. Saya ingin mengutip kata-kata Sidarta Gautama, tokoh yang dikenal sebagai
pendiri agama Budha.
"Segala sesuatu (pasti) berubah, tidak ada satu hal yang tetap dan tidak berubah."
Dalam konteks pendidikan dan remaja, kita bisa simak dari orang tua kita, guru-guru kita,
atau membaca dari literatur yang ada bahwa, sopan santun anak sekolah masih dijaga,
menghormati orang tua syarat mutlak dan kental, seks bebas tidak diperkenankan sebelum
pernikanan resmi. ITU DULU.
Sekarang kita bisa lihat tawuran antar pelajar, fenomena keautisan sosial yang
ditimbulkan karena adanya teknologi informasi, secara khusus bahaya gadjet bagi remaja.
Jika kurang jelas saya ingin beri contoh fenomenapokemon go yang cukup menyita
perhatian kita bersama pekan sebelumnya. Seks bebas, belum lagi kasus narkoba, juga
korupsi yang menganak pinang di negeri ini, radikalisme dan beribu kasus lain yang miris
jika dikaji lebih jauh.

13
Soal radikalisme ingin saya katakan pada forum ini bahwa orang-orang yang terlibat di
dalamnya, bukan orang yang tidak memiliki kecerdasan intlektual melainkan cukup
cerdas. Buktinya mereka bisa rakit bom, dan mohon maaf saya harus sampaikan di forum
ini bahwa bom tersebut dipakai untuk membom gereja, melawan aparat penegak hukum,
dan bahkan tidak segan-segan menghabisi nyawa siapa saja yang berseberangan dengan
kelompok ekstrimisme ini.
Apakah mereka orang-orang bodoh?, saya katakan tidak. Tetapi mereka kurang dalam hal
kecerdesan emosional, karakter moral dan nilai-nilai kebangsaan.
Fenomena rekutan anak muda yang kita kenal dengan sebutan ISIS rekuitmen adalah
salah satu gambaran bahwa moralitas dan pendidikan karakter kebangsaan harus kita
galakkan lagi untuk melihat Indonesia terus berjaya. Pancasila tetap menjadi dasar negara
kita, dan Bineka Tunggal Ika pun tetap menjadi semangat berbanggsa kita.
Caranya sederhana, PENDIDIKAN KARAKTER yang sedang digalangkan oleh
Kemendikbud melalui kebijakan full day school.
Dewan juri yang terhormat, Itulah fenomena dan tantangan berbangsa saat ini. Kepada
siapa negeri ini berharap untuk terbebas dari semua kenyataan yang saya sebutkan tadi.
Bukan presiden, gubernur atau bupati, tetapi melalui generasi mudanya. Yaitu saya, rekan
saya, dan teman-teman dari tim kontra. Cara yang dilakukan adalah melalui jalur
pendidikan; dan sekali lagi saya tegaskan lewat pendidikan karakter yang digagas lewat
full day school.
Soal beban fisik dan mental saya ingin kemukakan bahwa full day schooladalah belajar
seperti biasa, hanya ditambahkan gaya pendidikan karakter alah pondok pesantern,
seminari maupun pembinaan remaja gereja. Jika anda katakan cape fisik dan mental, bagi
saya ini hanya bentuk ketakutan karena tidak mau keluar dari zona nyaman.
Ribuan santri yang ada di tanah air Indonesia. Ratusan seminaris yang tersebar di daratan
Jawa, sulawesi, dan Indonesia Timur lain, biasa saja. Ratusan aktifis muda gereja yang
juga anak sekolah mungkin sudah gila semua jika mereka selalu berpikir sulit seperti tim
kontra. Tetapi kenyataannya, santri, seminaris, maupun pemuda gereja masih ada sampai
saat ini.
Jadi intinya, ini hanya soal mau atau tidak keluar dari zona nyaman dan mau dibina
menjadi lebih baik atau tidak.
Dewan juri yang terhormat, mengenai minimnya sarana dan pra sarana, terutama akses
yang sulit di timur sana. Itulah kenyataan saat ini tetapi jangan pernah lupa juga tantangan
lainnya sedang menanti generasi muda Indonesia.
Apa itu tantangannya?, ya narkoba, seks bebas, keatusian sosial, tawuran antara pelajar,
radikalisme, ekstrimisme.

14
Apakah kita hanya duduk diam dan menerima nasib?.
Bagi kami tim pemerintah, sarana dan prasarana memang penting. Tetapi membangun
intlektualitas dan moralitas generasi penerus bangsa jauh lebih penting. Sampai pada
bagian ini saya meyakini rekan-rekan tim oposisi akan menanggapinya dengan
pertanyaan kritis; bagaimana mungkin kita membangun manusia muda agar siap
menggantikan generasi tua kalau guru sebagai pioner terdepan pendidikan tidak memiliki
kualitas yang mumpuni.
Tim oposisi dan dewan juri yang terhormat,
Jika setiap saat sejak republik ini ada, kita selalu bersikap skeptis terhadap guru maka
tidak ada Baharudin Habibi yang bisa buat pesawat. Tidak ada presiden yang bernama
Jokowidodo; tidak ada Ahok yang mengubah tempat pelacuran Kali jodoh menjadi taman
bermain keluarga, dan tidak ada anak Papua yang bernama George Saa yang menemukan
rumus fisika, dan saat ini bersekolah di Amerika.
Dewan juri yang terhormat,
Semua itu karena andil guru bangsa. Kalau pun toh tim lawan memberikan kritikan untuk
perubahan agar menjadi lebih baik, itu sah dan baik tetapi jika terus menerus bersikap
skeptis maka perubahan ke arah yang lebih baik tidak akan terjadi di negeri ini. Hanya
kehancuran sebuah bangsalah yang dinanti. Ingat musuh kita saat ini bukan para penjajah
tetapi anak bangsa sendiri.
Soal pekerjaan rumah menumpuk dan kapan harus dikerjakan adalah evaluasi dan
perbaikan untuk menjadi lebih baik. Berilah kami kesempatan untuk membuktikan kalau
program ini benar dan membawa manfaat. Tunggu evaluasi anda diaktualisasikan atau
belum itu soal nanti, tetapi saat ini marilah kita dukung program yang baik ini untuk
Indonesia yang lebih baik.
Dewan juri yang terhormat, sebelum saya mengahiri paparan argumentasi saya, izinkan
saya untuk kemukakan satu hal.
Fenomena remaja dan perubahan selalu terjadi di mana saja. Dunia pendidikan yang baik
harus selalu tanggap menanggapi perubahan zaman dan membuat kemasan yang baik
untuk menghadapinya. Soal siap atau tidak siap sarana dan pra sarana, itu yang kedua.
Tetapi keutamaan untuk membangun manusia muda yang intletual dan bermoral
lewat full day schoolharus didukung.
Sekian dan terima kasih, selanjutnya saya kembalikan kepada moderator.
Pembicara Ketiga Tim Kontra
*** Salam dan pembuka pembicaraan disesuaikan redaksinya***
Membangun manusia itu penting, niat baik itu bagus tetapi semuanya akan sia-sia jika
pengampuh kebijakan tidak memiliki skala prioritas dan melibatkan segenap komponen
bangsa dalam membangun manusia itu sendiri.
Dewan juri yang terhormat,

15
Gelombang penolakan terhadap program yang oleh rekan-rekan tim pemerintah dikatakan
untuk membuat Indonesia menjadi lebih baik ini, menuai banyak penolakan dari segala
lapisan anak bangsa, bukan hanya kami bertiga di sini.
Penolakan pertama dari masyarakat melalui petisi situs change.org. Petisi bertuliskan
'Tolak Pendidikan "Full Day"/Sekolah Seharian Penuh di Indonesia dibuat oleh Deddy
Mahyarto Kresnoputro. Saat saya cek pada tanggal 30/4/2017, pukul 13.00 WIB sudah
ada 46. 520 orang yang menandatangani petisi online tersebut dan menyatakan menolak.
Hanya 3. 480 orang yang menyatakan setuju dengan kebijakan tersebut. Ini belum
termasuk saudara-saudari kita di Indonesia bagian Timur yang mungkin akses ke situs ini
agak sulit atau tidak mengetahuinya.
Jadi dengan tegas saya nyatakan dengan rasio yang ada program ini tidak bisa diterima
oleh masyarakat umum, dengan berbagai alasan seperti yang dikemukakan oleh
pembicara 1 dan 2 tim oposisi yang telah disampaikan sebelumnya.
Bukan hanya masyarakat yang menolak kebijakan full day school. Penolakan yang
samapun dilakukan oleh bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi (http://news.okezone.com).
Pertanyaan saya bagaimana mungkin kebijakan pemerintah pusat bisa terealisasi jika
kepala daerahnya saja menolak?.
Apakah ini akan maksimal?, saya pikir tidak. Bahkan hanya akan membuang biaya,
waktu dan tenaga saja, padahal dibagian lain sektor pendidikan masih banyak yang harus
dibereskan segera. Seperti sarana dan pra sarana sekolah.
Sampai pada bagian ini saya cukup yakin tim pemerintah akan katakan, bangun manusia
dulu baru bangunan. Karena manusia yang membangun bangunan bukan bangunan yang
membangun manusia.
Lantas bagimana dengan guru honorer yang gajinya tidak mencapai UMR. Tiga bulan
sekali baru diterima. Apakah mereka bukan manusia tim pro?
Penolakan yang sama juga dilakukan oleh wakil DPR RI Fadli zon
(http://m.metrotvnews.com). Lantas bagaimana mungkin eksekutif dan legislatif bisa
bersinergi kalau sejak awal saja sudah menolak.
Jadi kesimpulannya full day school belum bisa diterapkan di Indonesia karena sarana dan
pra sarana belum memadai. Masih terjadi kesenjangan antara pusat dan daerah, kualitas
guru yang belum memadai, dan masih ada masalah lain di bidang pendidikan yang lebih
serius lagi daripada full day school.
Program ini hanya bisa diterapkan di negara maju dan wilayah perkotaan, yang memiliki
akses yang muda dan mata pencarian orang tua adalah perkantoran. Tidak untuk daerah
yang aksesnya sulit dan mata pencarian orang tua adalah bertani dan nelayan.
Jika dewan menyetujui permintaan ini maka dewan ikut andil dalam menciptakan
kesenjangan antara pusat dan daerah, ikut andil dalam sentimen sosial tertentu antara
pedesaan dan perkotaan. Sekali lagi saya tegaskan jika dewan menyetujui permintaan tim

16
pemerintah maka program pemerintah tentang pemerataan pendidikan di Indonesia tidak
terjadi, dan itu semua karena keputusan dewan pada sidang ini. Sekian dan terima kasih,
selanjutnya saya kembalikan pada moderator.
Pidato Penutup Tim Pro
*** Salam dan pembuka pembicaraan disesuaikan redaksinya***
Dewan yang terhormat, di era moderen seperti saat ini, setiap saat selalu mengahdirkan
fenomena baru yang menuntut suatu tanggapan serius dari perubahan tersebut.
Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan perannya sangatlah sentral dan strategis,
untuk menentukan nasib sebuah bangsa dalam menanggapi perubahan yang ada.
Kenyataan yang telah kami jelaskan sebelumnya, seperti radikalisme, autisme,
ekstrimisme, narkoba, dan seks bebas adalah bagian kecil dari tantangan dunia pendidikan
saat ini. Di sisi yang lain sebagai sebuah bangsa, kita dihadapi oleh kenyataan bahwa
sarana dan prasarana sekolah yang minim fasilitasnya. Namun, bagi kami tim
pemerintahan, orentasi pembangunan suatu bangsa adalah bukan pada gedung dan benda
mati, melainkan manusia.
Sebab manusia yang akan mengendalikan kekurangan sarana dan pra sarana, bukan
sarana dan pra sarana yang mengendalikan manusia. Oleh karena itu, dengan tegas kami
menyatakan mendukung penuh mosi tentang diberlakukan full day school; untuk
mencetak generasi muda penerus bangsa yang cerdas otaknya. Moralnya baik, karena
nilai kebangsaan dan moralitas adalah dasar pendidikannya; dan tentunya memiliki raga
yang sehat karena jauh dari narkoba, seks bebas, maupun tidakan eksrimisme lainnya.
Jika dewan menolak paparan kami, maka dengan tegas saya nyatakan dewan terlibat
dalam persekongkolan untuk menghancurkan negeri ini dari dalam, dan melalui generasi
mudanya.
Hadirin sekalian,
Kapan lagi kalau bukan sekarang, siapa lagi kalau bukan kita yang memulai.
Dewan yang terhormat, terus berpikir untuk membuat sebuah keputusan yang tepat itu
baik. Tetapi manusia dan sisi kemanusian haruslah mendapatkan tempat yang paling
terhormat.
Sekian dan terima kasih, selanjutnya saya kembalikan kepada moderator.
Pidato Penutup Tim Kontra
*** Salam dan pembuka pembicaraan disesuaikan redaksinya***
Dewan juri dan rekan-rekan tim pemerintahan yang saya hormati.
dari Aceh hingga tanah Papua sekitar 300 ribu unit. 76 % kelas tingkat sekolah dasar
rusak. 19 % guru di Indonesia pendidikannya di bawah S 1 dari total kurang lebih 3,4 juta
orang guru di Indonesia. Sumberhttp://databoks.katadata.co.id tahun 2016.

17
Dewan yang terhormat, dengan rasio yang ada; maka niat yang baik saja tidak cukup
menyelesaikan persoalan bangsa seperti radikalisme, narkoba, seks bebas maupun
kenakalan remaja yang disampaikan oleh tim pemerintahan. Kita butuh analisis dan
kajian yang mendalam sehingga niat yang baik, dana yang dipakai dari pajak rakayat
benar-benar tepat sasaran dan dibutuhkan oleh dunia pendidikan kita.
Jadi dewan yang terhormat berulang kali kami menyatakan, MENOLAK dengan tegas
diberlakukan sistem full day school di Indonesia.
Saran yang kami berikan benahi dulu masalah sarana dan prasarana, kualitas dan
kesejateran guru. Cipatakan pemeratan dalam segala aspek di bidang pendidikan antara
pusat dan daerah, kota dan desa baru program ini dilaksanakan.
Sidang dewan yang terhormat, jika dewan menyetujui forum kali ini; maka dengan sangat
menyesal kami harus katakan bahwa dewan ikut andil dalam menciptakan sistem olah
APBN yang tidak tepat sasaran; dan tentunya sangat merugikan rakyat kecil.
Dewan yang terhormat, mohon dipertimbangkan argumentasi, riset dan bukti-bukti
lapangan yang telah kami kemukan.
Sekian dan terima kasih, selanjutnya saya kembalikan pada moderator.

18
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Metode pembelajaran debat termasuk metode pembelaran yang interaktif dan memaksa
siswanya untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.Metode pembelajaran debat
efektif dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa.
Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara pihak yang berpandangan affirmatif
(mendukung topik) dan negatif (tidak mendukung topik), baik secara perorangan maupun
kelompok, terhadap permasalahan yang dibahas, sehingga salah satu pihak dapat
memperoleh kemenangan. Sementara diskusi adalah metode untuk memecahkan
permasalahan dengan proses berpikir secara berkelompok atau bersama-sama sehingga
menghasilkan penyelesaian atau penjelasan secara mufakat.

B. SARAN
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk itu penulis
mengharapkan agar pembaca bersedia memberikan kritik dan sarannya yang bisa menjadi
acuan atau pedoman untuk penulis agar lebih baik lagi dalam pembuatan makalah.

19
DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, Henry Guntur.1981. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:


Angkasa.

20

Anda mungkin juga menyukai