Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat-Nya, sehingga kami masih diberikan kesehatan dan dapat menyelesaikan makalah ini
dengan lancar dan selesai tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang
“Just In Time (JIT)”.

Makalah ini ditujukan dalam rangka untuk mempermudah kami maupun pembaca agar
dapat menambah dan memperdalam pemahaman kami mengenai materi “Just In Time”
khususnya pada mata kuliah “Sistem Produksi”. Dan juga demi mengembangkan pemikiran dan
analisa kami guna memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen Pengampu dari mata
kuliah.

Dalam makalah ini, kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, serta masih banyak terdapat kekurangan dalam proses pembuatan makalah ini. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.

Demikian penyusunan makalah ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
ataupun bagi para pembaca dan dapat dijadikan acuan pembelajaran.

Terima kasih.

PENULIS
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1.Latar Belakang 1
1.2.Rumusan Masalah 2
1.3.Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3
2.1.Pengertian Just In Time (JIT) dan Filosofimya 3
2.2.Persyaratan-persyaratan JIT 6
2.3.Konsep Dasar JIT 8
2.4.Strategi PenerapanJIT 9
2.5.Manfaat JIT 10
2.6.Kontribusi JIT untuk Keunggulan Bersaing 11
2.7.Prinsip Kerja JIT 12
2.8.Aspek JIT 14
2.9.Keuntungan dan Kelemahan JIT 19

BAB III PENUTUP 20


3.1.Kesimpulan 20

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Suatu perusahaan akan menjadi unggul dari para pesaingnya apabila memperhatikan
faktor-faktor penentu diantaranya waktu, mutu, biaya, dan sumber daya manusia. Salah satu
faktor penentu, yaitu waktu, yang dimana waktu ini menjadi faktor penting yang mempengaruhi
keunggulan daya saing. Perusahaan yang ingin unggul dari faktor waktu maka harus dapat
melayani permintaan konsumennya dengan tepat waktu, mengurangi waktu untuk aktivitas yang
tidak bernilai tambah dan mengefisienkan waktu untuk aktivitas bernilai tambah. Salah satu alat
agar perusahaan mempunyai keunggulan dari segi faktor waktu adalah dengan mengembangkan
dan menerapkan konsep - konsep Just In Time (JIT).

Just In Time (JIT) dapat dikembangkan dan diterapkan pada semua aktivitas perusahaan
dalam rangkaian penciptaan nilai yaitu dengan cara desain dan pengembangan, pengadaan,
pemanufakturan, pemasaran, distribusi, dan pelayanan konsumen. Namun, dalam praktiknya, JIT
banyak diterapkan untuk pengadaan (pembelian) dan pemanufakturan.Strategi ini harus fleksibel,
waktu pakai produknya singkat, serta mampu memperkecil waktu produksi (manufacturing lead
time) dan distribusi (ordering lead time).

JIT dalam hal ini, memerlukan tambahan pelatihan yang lebih banyak bila dibandingkan
dengan sistem tradisional. Karyawan diberi pelatihan mengenai bagaimana menghadapi
perubahan yang dilakukan dari sistem tradisional. Bagaimana cara kerja JIT. Apa yang
diharapkan oleh JIT dan alat-alat statistik apa yang seharusnya diberikan. Tujuan JIT adalah
untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha
pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta memperbaiki kerja pengiriman. Tetapi ada satu
hal yang perlu selalu di ingat yaitu peningkatan daya saing tidak menjamin perusahaan akan
survive, tetapi tidak memiliki daya saing menjamin dengan pasti terjadinya bencana.
1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Konsep Dasar dan Filosofi mengenai Just In Time (JIT) ?

2. Apa saja yang termasuk Persyaratan-persyaratan dalam Just In Time (JIT) ?

3. Apa saja manfaat-manfaat yang ada pada Just In Time (JIT) ?

4. Bagaimana Prinsip Kerja yang terjadi pada Just In Time (JIT) ?

5. Apa saja Aspek JIT dan Bagaimana keunggulan yang diterapkan JIT untuk Bersaing ?

6. Apa saja kelemahan dan keunggulan dari penggunaan Just In Time (JIT) ?

7. Bagaimana Strategi yang ada pada Just In Time (JIT) ?

1.3. TUJUAN

1. Mengidentifikasi Konsep Dasar dan Filosofi mengenai Just In Time (JIT).

2. Menjelaskan Persyaratan-persyaratan dalam Just In Time (JIT).

3. Menjelaskan manfaat-manfaat yang ada pada Just In Time (JIT).

4. Memahami Prinsip Kerja yang terjadi pada Just In Time (JIT).

5. Menjelaskan Aspek JIT dan memahami keunggulan yang diterapkan JIT untuk
Bersaing.

6. Mengidentifikasi kelemahan dan keunggulan dari penggunaan Just In Time (JIT).

7. Menjelaskan Strategi yang ada pada Just In Time (JIT).


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian “Just In Time” (JIT) dan Filosofinya

Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen
fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang yang pada prinsipnya
hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saat
dibutuhkan oleh konsumen (Simamora, 2000). Just In Time dapat berarti sebagai suatu
keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan
suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan.

JIT juga merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki implikasi penting dalam
manajemen biaya. Ide dasar JIT sangat sederhana, yaitu produksi hanya apabila ada permintaan
(pull sistem) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta dan hanya sebesar
kuantitas yang diminta. Filosofi JIT digunakan pertama kali oleh Toyota dan kemudian diadopsi
oleh banyak perusahaan manufaktur di Jepang .

Konsep Just In Time (JIT) adalah suatu konsep di mana bahan baku yang digunakan untuk
aktifitas produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat pada waktu bahan itu dibutuhkan
oleh proses produksi, sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan biaya persediaan
barang / penyimpanan barang / stocking cost.

JIT juga berarti filosofi manajemen dari pemecahan masalah yang berkelanjutan dan
dipaksakan, sehingga pemasok-pemasok dan komponen-komponen ditarik melalui sistem untuk
menunjukkan dimana dan kapan mereka dibutuhkan.

Bila JIT merupakan suatu filosofi manajemen operasi yang berusaha untuk
menghilangkan pemborosan pada semua aspek dari kegiatan-kegiatan produksi perusahaan.
Sasaran utama JIT adalah meningkatkan produktivitas sistem produksi atau operasi dengan cara
menghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menambah nilai bagi suatu produk.
Just in Time (JIT) mendasarkan pada delapan kunci utama, yaitu :

1. menghasilkan produk yang sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada permintaan.
2. memproduksi dengan jumlah kecil
3. menghilangkan pemborosan
4. memperbaiki aliran produksi
5. menyempurnakan kualitas produk
6. orang-orang yang tanggap
7. menghilangkan ketidakpastian
8. penekanan pada pemeliharaan jangka panjang.

 Berbagai perusahaan banyak yang menggunakan istilahnya sendiri sebagai pengganti dari
Jus In Time, seperti :
 IBM dikenal “Continuous Flow Manufacturing (CFM)”.
 Harley Davidson dikenal “Material as Needed (MAN)”.
 Hewlett Packard dikenal “Stockless Production”.
 Omark Industries dikenal “Zero Inventory Production System (ZIPS)”.

 Dalam menerapkan JIT ini, ada tiga hal yang tidak boleh dilakukan. Ketiga hal tersebut
adalah MUDA, MURA dan MURI.
 MUDA dalam bahasa Jepang berarti pemborosan, yang bila diterapkan dalam manajemen
tidak akan memberikan nilai tambah.
 MURA dalam bahasa Jepang berarti ketimpangan, keragaman, atau ketidakteraturan
(variability and irregularity).
 MURI dalam bahasa Jepang berarti keterpaksaan, kesulitan, lewat ambang batas.
Keadaan timpang, beragam maupun terpaksa merupakan indikasi dalam suatu masalah.

Just In Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap
sumber daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas
dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan.
Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan dan mensyaratkan setiap
bagian proses produksi bekerja sama dengan komponen-komponen lainnya.

Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just In Time dipertangguh dengan perluasan
tanggung jawab yang berkontribusi pada pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang
dan waktu produksi. Ide dasar sistem produksi tepat waktu (Just In Time) yaitu menghasilkan
sejumlah barang yang diperlukan pada saat diminta dengan menghilangkan segala macam bentuk
pemborosan waktu yang tidak diperlukan sehingga diperoleh biaya produksi yang rendah dan
melakukan proses yang berkesinambungan. JIT mulai digunakan pada sistem produksi Toyota
sebagai dampak dari krisis minyak di tahun 1973, kemudian banyak dipakai oleh perusahaan
Jepang untuk mengantisipasi semakin variatifnya permintaan konsumen dan semakin kritisnya
konsumen dalam menentukan produkyang diinginkannya.

Just In Time menekankan bahwa semua material harus menjadi bagian aktif dalam sistem
produksi dan melarang timbulnya masalah yang mengakibatkan hadir pada biaya persediaan.
Dalam Just In Time persediaan diminimalisasi dengan tetap menjaga keberlangsungan produksi.
Ini berarti bahan maupun barang tersedia dalam waktu, jumlah dan kualitasyang tepat saat
diperlukan. Metode Just In Time dalam keberadaannya tidak sekedar diterapkan untuk bidang
persediaan, melainkan juga dapat diimplementasikan dalam bidang produksi.

Dalam bidang produksi, Just In Time menekankan upaya kontinuitas pengurangan


pemborosan dan ketidakefisienan lewat lot size yang kecil, kualitas tinggi, koordinasi tim kerja.
Produksi Just In Time menunjukan sistem produksi dimana aktifitas operasi terjadi hanya jika
diperlukan. Selain demikian berposisi sebagai alat pendekatan untuk penyeimbang produksi, alat
pengendali kualitas produk, dan mekanisme untuk motivasi serta keterlibatan para tenaga kerja.

Sistem produksi tepat waktu (Just In Time-JIT) bukanlah ilmu yang memerlukan analisis
kuantitatif maupun kualitatif yang tidak begitu rumit, secara lebih tepatnya Just In Time (JIT)
bisa dikatakan sebagai metode pendekatan, filosofi kerja, konsep ataupun strategi manajemen
yang dimaksud dan tujuannya adalah mencapai performansi yang tinggi dalam proses
manufacturing. JIT adalah filosofi manufacturing untuk menghilangkan pemborosan waktu
dalam total prosesnya mulai dari proses pembelian sampai proses distribusi. Adapun 7 (tujuh)
jenis pemborosan disebabkan karena:

1) Over produksi.

2) Waktu menunggu.

3) Transportasi.

4) Pemrosesan.

5) Tingkat persediaan barang.

6) Gerak.

7) Cacat produksi.

2.2. Persyaratan-persyaratan “Just In Time” (JIT)

Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam penerapan Just In Time (JIT),
yaitu :

1. Organisasi Pabrik
Pabrik dengan sistem JIT berusaha untuk mengatur layout berdasarkan produk. Semua
proses yang diperlukan untuk membuat produk tertentu diletakkan dalam satu lokasi.
2. Pelatihan/Tim/keterampilan
JIT memerlukan tambahan pelatihan yang lebih banyak bila dibandingkan dengan sistem
tradisional. Karyawan diberi pelatihan mengenai bagaimana menghadapi perubahan yang
dilakukan dari sistem tradisional. Bagaimana cara kerja JIT. Apa yang diharapkan oleh
JIT dan alat-alat statistik yang seharusnya diberikan.
 Membentuk Aliran/Penyederhanaan.
Idealnya suatu lini produksi yang baru dapat di setup sebagai batu ujian untuk
membentuk aliran produksi, menyeimbangkan aliran tersebut, dan memecahkan masalah
awal.
 Kanbal Pull Sistem.
Kanbal merupakan sistem manajemen suatu pengendalian perusahaan, karena itu kanbal
memiliki beberapa aturan yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut :
1) Jangan mengirim produk rusak ke proses berikutnya.
2) Proses berikutnya hanya mengambil apa yang dibutuhkan pada saat dibutuhkan,
3) Memproduksi hanya sejumlah proses berikutnya
4) Meratakan beban produksi
5) Menaati instruktur kanban pada saat fine tuning
6) Melakukan stabilisasi dan rasionalisasi proses.

3. Visibiltas / pengendalian visual


Salah satu kekuatan JIT adalah sistemnya yang merupakan sistem visual. Melacaknya apa
yang terjadi dalam sistem tradisional sulit dilakukan karena para karyawan mondar-
mandir mengurus kelebihan barang dalam proses dan banyak rute produksi yang saling
bersilangan.
4. Eliminasi Kemacetan
Untuk menghapus kemacetan, baik dalam fase setup maupun dalam masa produksi, perlu
dilakukan beberapa pendekatan yang melibatkan tim fungsi silang. Tim ini terdiri dari
berbagai departemen, seperti perekayasaan, manufaktur, keuangan dan departemen
lainnya yang relevan.
5. Ukuran Lot Kecil Dan Pengurangan Waktu Setup.
Ukuran lot yang ideal bukan ukuran yang terbesar, tetapi ukuran lot yang terkecil.
Pendekatan ini sesuai bila mesin-mesin digunakan untuk menghasilkan berbagai bagian
atau komponen yang berbeda yang digunakan proses berikutnya dalam tahap produksi.
6. Total Productive Maintance
TPM merupakan suatu keharusan dalam sistem JIT. Mesin-mesin membersihkan dan
diberi pelumas secara rutin, biasanya dilakukan oleh operator yang menjalankan mesin
tersebut.
7. Kemampuan Proses, Statistical Proses Control (SPC) dan Perbaikan Berkesinambungan.
Kemampuan proses, SPC, dan perbaikan berkesinambungan harus ada dalam
pemanufakturan JIT, karena beberapa hal yaitu : Pertama, segala sesuatu harus bekerja
sesuai dengan harapan dan mendekati sempurna. Kedua, dalam JIT tidak ada bahan
cadangan untuk kemacetan perusahaan dan Ketiga, semua kondisi mesin harus bekerja
dengan prima.

2.3. Konsep Dasar “Just In Time” (JIT)

Konsep dasar JIT adalah sistem produksi Toyota, yaitu suatu metode untuk menyesuaikan
diri terhadap perubahan akibat adanya gangguan dan perubahan permintaan, dengan cara
membuat semuaproses dapat menghasilkan produk yang diperlukan, pada waktu yang diperlukan
dan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.

Dalam sistem pengendalian produksi yang biasa, syarat di atas dipenuhi dengan
mengeluarkan berbagai jadwal produksi pada semua proses, baik itu pada proses manufaktur
suku cadang maupun pada lini rakit akhir. Proses manufaktur suku cadang menghasilkan suku
cadang yang sesuai dengan jadwal, dengan menggunakan sistem dorong, artinya proses
sebelumnya memasok suku cadang pada proses berikutnya. Metode ini menyulitkan penyesuaian
secara cepat terhadap perubahan yang disebabkan oleh gangguan yang timbul pada beberapa
proses atau akibat adanya fluktuasi permintaan. Untuk mengatasi berbagai gangguan dan
perubahan permintaan ini, perusahaan harus mengubah jadwal produksi tiapproses secara
serempak yang cukup menyulitkan. Akibatnya perusahaan harus melakukan persediaan di antara
semua proses untuk mengatasi gangguan dan perubahan permintaan ini. Sistem ini sering
menimbulkan ketidakseimbangan persediaan yang mengakibatkan pemborosan.

Sebaliknya, sistem produksi Toyota bersifat revolusioner, dalam arti proses berikutnya
akan mengambil suku cadang dari proses sebelumnya, metode ini dikenal sebagai sistem tarik.
Hanya lini rakit akhir yang dapat mengetahui dengan tepat penetapan waktu yang diperlukan dan
jumlah suku cadang yang diperlukan. Lini rakit akhir pergi ke proses sebelumnya untuk
mendapatkan suku cadang yang diperlukan dalam jumlah yang diperlukan pada waktu yang
diperlukan. Kemudian proses sebelumnya memproduksi suku cadang yang diambil oleh proses
berikutnya. Tiap proses yang memproduksi suku cadang mengambil bahan atau suku cadang
yang diperlukan pada proses sebelumnya, begitu seterusnya.

Dengan demikian apabila ada perubahan permintaan tidak perlu dilakukan perubahan
jadwal produksi secara serempak untuk semua proses. Hanya lini rakit akhir yang perlu
diinformasikan mengenai perubahan jadwal produksi ketika merakit produk satu per satu. Untuk
menginformasikan mengenai penetapan waktuyang diminta dan jumlah suku cadang yang
diperlukan, digunakan KANBAN. Sistem kanban hanya bisa berfungsi secara efektif melalui
kombinasi dengan elemen-elemen JIT lain secara utuh.

Dalam hal ini, Tidak ada satu organisasipun di dunia ini yang menyukai pemborosan. Hal
ini karena, Disebabkan pemborosan tidak sesuai dengan semangat efisiensi sebagai jantungnya
manajemen, Efisiensi dan efektivitas sebagai terminal akhir dari pada manajemen tidak akan
dapat tercapai jika pemborosan masih terjadi, Semangat untuk terus memperbaiki organisasi dan
menghilangkan pemborosan inilah yang kemudian dikenal dengan konsep JUST IN TIME (JIT),
Konsep JIT muncul di Jepang melalui apa yang disebut Kyzen (perbaikan terus menerus), dan
Just In Time (JIT) sendiri bukan istilah Jepang. namun istilah dari Barat yang mampu melihat
fenomena manajemen di Jepang.

2.4. Strategi Penerapan “Just In Time” (JIT)


Ada beberapa strategi dalam mengimplementasikan JIT dalam perusahaan, antara lain,
yaitu :

Strategi Penerapan pembelian Just in Time. Dukungannya, yaitu dari semua pihak terutama
yang berkaitan dengan kegiatan pembelian, dan khususnya dukungan dari pimpinan. Tanpa ada
komitmen dari pimpinan tersebut JIT tidak akan dapat terlaksana. Mengubah sistem, yaitu
mengubah dengan cara mengadakan pembelian, yaitu dengan membuat kontrak jangka panjang
dengan pemasok sehingga perusahaan cukup hanya memesan sekali untuk jangka panjang,
selanjutnya barang akan datang sesuai kebutuhan atau proses produksi perubahan kita.

Strategi penerapan Just in Time dalam sistem produksi. Penemuan sistem produksi yang
tepat, yaitu dengan sistem tarik yang bertujuan memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan
dengan menghilangkan sebanyak mungkin pemborosan. Penemuan lini produksi yaitu dalam
satu lini produksi harus dibuat bermacam-macam barang, sehingga semua kebutuhan pelanggan
yang berbeda-beda itu dapat terpenuhi. Selain itu lini produksi tersebut dapat menghemat biaya,
seperti biaya bahan baku, persediaan, dan sebagainya.

2.5. Manfaat “Just In Time” (JIT)

JIT bukan hanya sekedar metode pengendalian persediaan, tetapi juga merupakan sistem
produksi yang saling berkaitan dengan semua fungsi dan aktivitas. Adapun Manfaat JIT
tersebut, antar lain :

1) Mengurangi ruangan gudang untuk penyimpanan barang.


2) Mengurangi waktu setup dan penundaan jadwal produksi.
3) Mengurangi pemborosan barang rusak dan barang cacat dengan mendeteksi kesalahan
pada sumbernya.
4) Penggunaan mesin dan fasilitas secara baik.
5) Menciptakan hubungan yang lebih baik dengan pemasok.
6) Layout pabrik yang lebih baik.
7) Pengendalian kualitas dalam proses.
2.6. Kontribusi “Just In Time” (JIT) Untuk Keunggulan Bersaing
Terdapat 7 kontribusi JIT untuk memperoleh keunggulan dalam bersaing, yaitu :

 Pemasok, Tata Letak, Persediaan, Penjadwalan, Pemeliharaan Pencegahan, Mutu


Produksi dan Pemberdayaan Karyawan.

Pemasok
Pemberdayaan
Karyawan Tata Letak

Kualitas JIT Persediaan

Pemeliharaan Penjadwalan
Pencegahan
Gambar 12.1. Faktor Kesuksesan JIT
Sumber : Haeyzer & Render, 1999

2.6.1. JIT pada Pemasok

JIT pada pemasok diartikan dengan semangat JIT, jumlah pemasok sebaiknya sedikit,
antara sistem JIT pada pemasok ada hubungan kedekatan agar pemasok senantiasa
berbisnis ulang dengan bisnis yang kita jalani..

2.6.2. JIT pada Tata Letak

JIT pada tata letak menunjukkan tujuan JIT adalah mengurangi perpindahan baik
perpindahan orang maupun perpindahan barang.

2.6.3. JIT pada Persediaan

JIT pada persediaan menggunakan sistem tarik (pull system) untuk memindahkan suatu
persediaan tersebut. Dalam hal ini, JIT akan mengurangi ukuran lot dan mengurangi
waktu penyetelan.

2.6.4. JIT pada Penjadwalan

JIT pada penjadwalan dapat ditempuh dengan cara mengkomunikasikan jadwal tersebut
kepada pemasok. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan pemborosan.

2.6.5. JIT pada Pemeliharaan Pencegahan

JIT pada pemeliharaan pencegahan dapat ditempuh dengan cara pemeliharaan


pencegahan yang terjadwal dan rutin secara harian.

2.6.6. JIT pada Mutu Produksi (Kualitas)

JIT pada mutu produksi (kualitas) adalah diterapkannya dalam hal kendali proses secara
statistik.

2.6.7. JIT pada Pemberdayaan Karyawan


JIT pada pemberdayaan karyawan adalah dikembangkannya pelatihan-pelatihan dalam
bisnis agar terciptanya konsep Just In Time.

2.7. Prinsip Kerja “Just In Time” (JIT)


Prinsip kerja JIT dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu :

 Cost reduction karena menggunakan prinsip 5S.


 Inventory reduction, karena just in time (yang menggunakan konsep pull system)
melawan just in case (yang menggunakan konsep push system). Dan
 Quality improvement dimulai dari : Pemberdayaan karyawan kemudian kualitas sebagai
paradigma baru setiap orang dan akhirnya pada gugus kendali mutu.

2.7.1. Cost Reduction (Pengurangan Biaya)


Suatu konsep manajemen baru yang diambil dari kebiasaan di Jepang dan mampu
menyingkirkan paradigma barat dalam dunia industri manufaktur adalah prinsip 5-S
Manufacturing yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shetsuke (Kazuo Shibagaki et all.
1991).

 SEIRI-Pemilihan. Diartikan sebagai usaha untuk memilih mana yang perlu dan mana
yang tidak, serta menghindari berbagai kelebihan. Semakin jarang suatu barang atau
peralatan digunakan maka semakin jauh letak barang atau peralatan itu dari tempat
kerja.
 SEITON-Pengaturan. Barang atau peralatan diatur sedemikian rupa sehingga
memudahkan dalam pemakaian dan pencarian.
 SEISO-Pembersihan. Peralatan dijaga agar selalu dalam keadaan bersih agar mudah
dirawat dan selalu dalam kondisi bagus pada saat digunakan.
 SEIKETSU-Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan. Untuk menjaga kebersihan
lingkungan diperlukan prosedur standar sehingga setiap orang akan berperilaku sama
dalam perawatan kebersihan.
 SHITSUKE-pelatihan dan Disiplin. Untuk menjaga prosedur standar dan
kelangsungannya maka pelatihan untuk mengubah dan mejaga perilaku individu perlu
dilakukan.

2.7.2. Inventory Reduction (pengurangan persediaan)


Persediaan menurut paradigma lama, dalam hal ini selalu dikaitkan dengan
produksi dalam jumlah besar. Untuk menjaga kelangsungan proses produksi maka
persediaan yang besar dan aman perlu diadakan. Oleh karena itu, sistem Just In Time
menghendaki barang dibuat sesuai dengan kebutuhan hanya pada saat dibutuhkan.

2.7.3. Quality Improvement


Perbaikan kualitas menurut konsep Just In Time adalah usaha yang secara terus
menerus dilakukan. Tujuannya adalah peningkatan produktivitas melalui pemenuhan
harapan konsumen dalam hal kualitas dan waktu. Kualitas dalam paradigma baru ini
menjadi urusan setiap orang.

2.8. Aspek“Just In Time” (JIT)

JIT mempunyai empat  aspek pokok sebagai berikut:

1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus di
eliminasi.Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak perlu,
misalnya persediaan dapat mungkin nol.
2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi.Sehingga produk
rusak dan cacat sedapat mungkin nol,tidak memerlukan waktu dan biaya untuk
pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan pembeli dapat meningkat.
3. Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous
Improvement)dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.
4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman terhadap
aktivitas yang bernilai tambah.

JIT dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan seperti misalnya
pembelian, produksi, distribusi, administrasi dan sebagainya.

Pembelian JIT

Pembelian JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan cara sedemikian
rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi permintaan atau
penggunaan.Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan
aktivitas pembelian dengan cara:

a) Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi sumber-sumber


yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.
b) Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.
c) Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.
d) Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai tambah.
e) Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan mutu.

Penerapan pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan
manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:

a) Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.


b) Perubahan “cost pools” yang digunakan untuk mengumpulkan biaya.
c) Mengubah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya sehingga banyak biaya
tidak langsung dapat diubah menjadi biaya langsung.
d) Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga beli secara
individual.
e) Mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi.

Produksi JIT
Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang tepat
waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi berikutnya atau
sesuai dengan memenuhi permintaan pelanggan.

 Manufacturing Cycle Efficience ( MCE )

Untuk mengukur apakah biaya yang tidak bernilai tambah telah dapat dihilangkan atau
diminimumkan pada setiap tahap produksi, maka perlu dihitung efisiensi siklus manufacturing
(MCE). Persamaan MCE adalah :

MCE =     waktu proses     X  100%

Waktu tenggang

Waktu tenggang  =  Waktu proses + Waktu inspeksi + Waktu gerak + Waktu Tunggu +
Waktu Antri

Besaran MCE adalah : 0 < MCE ≤ 1, artinya MCE lebih besar dari nol dan lebih kecil atau sama
dengan satu. Jika waktu tidak bernilai tambah semakin mendekati nol maka besaran MCE akan
semakin mendekati satu yang berarti semakin efisien, begitupun sebaliknya. Pada beberapa
perusahaan manufacturing, MCE umumnya ± 10 %. Perusahaan manufacturing yang efisien
MCE idealnya adalah 100%, artinya tingkat pemborosan pada setiap tahap produksi adalah 0%.
Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara:

a) Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap workstation (stasiun
kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep persediaan nol).
b) Mengurangi atau meniadakan “Lead Time” (waktu tunggu) produksi (konsep waktu
tunggu nol).
c) Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk mengurangi biaya setup
mesin-mesin pada setiap tahapan pengolahan produk (workstation).
d) Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas produksi yang
tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.
Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan efisiensi dalam bidang:
(1) Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan, (2) Persediaan bahan, barang dalam proses, dan
produk selesai, (3) Waktu perpindahan, (4) Tenaga kerja langsung dan tidak langsung, (5)
Ruangan pabrik, (6) Biaya mutu, (7) Pembelian bahan.

Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan manajemen
dalam beberapa cara sebagai berikut:

a) Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.


b) Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk aktivitas tidak
langsung.
c) Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya tenaga kerja dan
overhead pabrik secara individual.
d) Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam “work tickets”

 Pemanufakturan JIT dan Penentuan Biaya Produk

Pemanufakturan JIT menggunakan pendekatan yang lebih memusat daripada yang


ditemui dalam pemanufakturan tradisional.Penggunaan sistem pemanufakturan JIT mempunyai
dampak pada: (1) Meningkatkan Keterlacakan (Ketertelusuran) biaya, (2) Meningkatkan akurasi
penghitungan biaya produk, (3) Mengurangi perlunya alokasi pusat biaya jasa (departemen jasa),
(4) Mengubah perilaku dan relatif pentingnya biaya tenaga kerja langsung, (5) Mempengaruhi
sistem penentuan harga pokok pesanan dan proses. 

 JIT dan Ketertelusuran Biaya Overhead

Dalam lingkungan JIT, beberapa aktivitas overhead yang tadinya digunakan bersama
untuk lebih dari satu lini produk sekarang dapat ditelusuri secara langsung ke satu produk
tunggal. Manufaktur yang berbentuk sel-sel, tanaga kerja yang terinterdisipliner, dan aktivitas
jasa yang terdesentralisasi adalah karakteristik utama JIT.

 Keakuratan Penentuan Biaya Produk dan JIT


            Salah satu konsekuensi dari penurunan biaya tidak langsung dan kenaikan biaya langsung
adalah meningkatkan keakuratan penentuan biaya (Harga Pokok Produk).Pemanufakturan JIT,
dengan mengurangi kelompok biaya tidak langsung dan mengubah sebagian besar dari biaya
tersebut menjadi biaya langsung maupun sebaliknya, dapat menurunkan kebutuhan penaksiran
yang sulit.

 JIT dan Alokasi Biaya Pusat Jasa

            Dalam manufaktur tradisional, sentralisasi pusat-pusat jasa memberikan dukungan pada
berbagai departemen produksi. Dalam lingkungan JIT, banyak jasa didesentralisasikan.Hal ini
dicapai dengan membebankan pekerja dengan keahlian khusus secara langsung ke lini produk
dan melatih tenaga kerja langsung yang ada dalam sel-sel untuk melaksanakan aktivitas jasa
yang semula dilakukan oleh tenaga kerja tidak langsung.

 Pengaruh JIT pada Biaya Tenaga Kerja Langsung

            Sebagai perusahaan yang menerapkan JIT dan otomatisasi, biaya tenaga kerja langsung
tradisional dikurangi secara signifikan.Oleh sebab itu ada dua akibat:

a) Persentasi biaya tenaga kerja langsung dibandingkan total biaya produksi menjadi
berkurang.
b) Biaya tenaga kerja langsung berubah dari biaya variabel menjadi biaya tetap.
 Pengaruh JIT pada Penilaian  Persediaan

            Salah satu masalah pertama akuntansi yang dapat dihilangkan dengan penggunaan
pemanufakturan JIT adalah kebutuhan untuk menentukan biaya produk dalam rangka penilaian
persediaan. Jika terdapat persediaan, maka persediaan tersebut harus dinilai, dan penilaiannya
mengikuti aturan-aturan tertentu untuk tujuan pelaporan keuangan. Dalam JIT diusahakan 
persediaan nol (atau paling tidak pada tingkat yang tidak signifikan), sehingga penilaian
persediaan menjadi tidak relevan untuk tujuan pelaporan keuangan.Dalam JIT, keberadaan
penentuan harga pokok produk hanya untuk memuaskan tujuan manajerial. Manajer memerlukan
informasi biaya produk yang akurat untuk membuat berbagai keputusan misalnya: (a) penetapan
harga jual berdasar cost-plus, (b) analisis trend biaya, (c) analisis profitabilitas lini produk, (d)
perbandingan dengan biaya para pesaing, (e) keputusan membeli atau membuat sendiri, dsb.

 Pengaruh JIT pada Harga Pokok Pesanan

Dalam penerapan JIT untuk penentuan order pesanan, pertama, perusahaan harus
memisahkan bisnis yang sifatnya berulang-ulang dari pesanan khusus.Selanjutnya, sel-sel
pemanufakturan dapat dibentuk untuk bisnis berulang-ulang.Dengan mereorganisasi tata letak
pemanufakturan, pesanan tidak membutuhkan perhatian yang besar dalam mengelompokkan
harga pokok produksi. Hal ini karena biaya dapat dikelompokkan pada level selular. lagi pula,
karena  ukuran lot sekarang lebih sangat kecil,maka tidak praktis untuk menyusun kartu harga
pokok pesanan untuk setiap pesanan. Maka lingkungan pesanan akan menggunakan sifat sistem
harga pokok proses.

 Penentuan Harga Pokok Proses dan JIT

Dalam metode  proses, perhitungan biaya per unit akan menjadi lebih rumit karena
adanya persediaan barang dalam proses. Dengan menggunakan JIT, diusahakan persediaan nol,
sehingga penghitungan unit ekuivalen tidak terlalu dibutuhkan, dan tidak perlu menghitung biaya
dari periode sebelumnya. JIT secara signifikan mengarah pada penyederhanaan.

 JIT dan Otomasi                        

            Sejak sistem JIT digunakan, biasanya hanya menunjukkan kemungkinan otomasi dalam
beberapa hal. Karena tidaklah umum bagi perusahaan yang menggunakan JIT untuk
mengikutinya  dengan  pemilikan  teknologi pemenufakturan maju. Otomasi perusahaan untuk :
(a) menaikkan kapasitas produksi, (b) menaikkan efisiensi, (c) meningkatkan mutu dan
pelayanan, (d) menurukan waktu pengolahan, (e) meningkatkan keluaran.

Otomasi meningkatkan kemampuan untuk menelusuri biaya pada berbagai produk secara
individual. sebagai contoh sel-sel FMS, merupakan rekan terotomasi dari sel-sel pemanufakturan
JIT. Jadi. beberapa biaya yang merupakan biaya yang tidak langsung dalam lingkungan
tradisional sekarang menjadi biaya langsung.

2.9. Keuntungan dan Kelemahan“Just In Time” (JIT)

Keuntungan mengoperasikan sistem JIT dalam managemen yaitu :

 seluruh sistem yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien.

 Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memperkerjakan para staffnya.

 Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan atau duretur kembali.

 kertas kerja dapat lebih simple.

 Penghematan yang telah di lakukan dapat digunakan untuk mendapat profit yang
lebih tinggi misalnya, dengan mengadakan promosi tambahan.

Kelemahan JIT dalam managemen yaitu :


Satu kelemahan sistem JIT adalah tingkatan order ditentukan oleh data
permintaan historis. Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata perencanaan historis
maka inventori akan habis dan akan mempengaruhi tingkat pelayanan konsumen. Untuk
mencapai tingkat pelayanan 95% perusahaan harus memasukkan 2 standart deviasi dalam
safety stock.

BAB III

PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen
fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang yang pada prinsipnya
hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saat
dibutuhkan oleh konsumen. Konsep just in time adalah suatu konsep di mana bahan baku yang
digunakan untuk aktifitas produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat pada waktu
bahan itu dibutuhkan oleh proses produksi, sehingga akan sangat menghemat bahkan
meniadakan biaya persediaan barang / penyimpanan barang / stocking cost.

Tujuan Just In Time menghasilkan sebuah produk hanya jika dibutuhkan dan hanya
dalam kuantitas yang diminta oleh para pelanggan. Sehingga system JIT ini dapat memberikan
manfaat lebih bukan hanya untuk konsumen namun perusahaan yang melakukan proses
produksi dapat menghemat waktu dan pengeluaran untuk proses produksi tersebut.

Sasaran utama JIT adalah meningkatkan produktivitas sistem produksi atau operasi dengan
cara menghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menambah nilai bagi suatu produk. Just
in Time (JIT) mendasarkan pada delapan kunci utama, yaitu : menghasilkan produk yang sesuai
dengan jadwal yang didasarkan pada permintaan, memproduksi dengan jumlah kecil,
menghilangkan pemborosan, memperbaiki aliran produksi, menyempurnakan kualitas produk,
orang-orang yang tanggap, menghilangkan ketidakpastian, penekanannya pada pemeliharaan
jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA

 Hariyadi. 2009. Pelatihan Penerapan standar internasional berbasis Quality


Management System. Penerbit Nusantara Professional Education. Jakarta.
 Hardjosoedarmo, Soewarso. 2004. Total Quality Management. Penerbit Andi
Yogyakarta.
 http://materi-sisfo.blogspot.com/2012/06/ -just-in-time-jit.html
 https://yenypurwantotechnical.wordpress.com/2014/07/11/just-in-time-pada-perusahaan-/
 http://elisamanajemenumg.blogspot.com/2014/01/just-in-time-jit.html

Anda mungkin juga menyukai