Anda di halaman 1dari 71

PENGARUH PUTARAN, WAKTU DAN DIAMETER

SILINDER DALAM TERHADAP KUALITAS ES

SKRIPSI

Digunakan sebagai syarat maju ujian Diploma IV program studi teknik mesin
produksi dan perawatan jurusan teknik mesin politeknik negeri kupang

Oleh:
ANDRE MALIKI DJO
NIM: 1423723637

PROGRAM STUDI D-VI TEKNIK MESIN PRODUKSI DAN


PERAWATAN
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
FEBRUARI 2020

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page i


HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

PENGARUH PUTARAN, WAKTU DAN DIAMETER


SILINDER DALAM TERHADAP KUALITAS ES

TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI

DOSEN PEMBIMBING 1 DOSEN PEMBIMBING 2

Ir. Aloysius Leki, M.,Si Agustinus D. Betan. ST.,MT


NIP: 1968061719955121001 NIP: 197508172002121005

KETUA PRODI D4 TEKNIK PRODUKSI DAN PERAWATAN MESIN

Drs. Nasaruddin, ST.,MT


NIP.19620812199603 100 1

HALAMAN PERNYATAAN

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page ii


Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Kupang, …. Febuari 2020

Andre Maliki Djo

Abstrak

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page iii


Andre M. Djo: “Pengaruh Putaran, Waktu Dan Diameter Silinder Dalam
Terhadap Kualitas Es”
Es putar adalah salah satu hidangan pencuci mulut yang serupa es krim
berbahan dasar santan kelapa dan bertekstur kasar. Teknologi sebelumnya yang
digunakan untuk membuat es putar adalah dengan cara manual tradisional yaitu
adonan es putar dimasukkan ke dalam tabung yang berukuran 250x340mm lalu
dimasukan ke dalam termos besar dan diisi es batu dan garam dan di putar-putar
menggunakan tangan sampai menjadi es krim dalam waktu yg cukup lama yaitu
2,5 jam. Berdasarkan kondisi tersebut dilakukan penyelesaian masalah dengan
metode observasi dan pengumpula informasi yg dibutuhkan setelah itu
direncanakan dan membuat sebuah alat pembuat es putar dengan sistim engkol
agar lebih efektif dan efisien.Sehingga tujuan yang dicapai adalah untuk
membantu pengusaha industri kecil dan mempermudah dalam proses pembuatan
es putar. Dari hasil observasi diperoleh spesifikasi alat pembuat es putar sebagai
berikut : Panjang = 50cm, Lebar 50 cm, Tinggi 70 cm.

Kata kunci: Poses Pembuatan, Es Putar

Abstract

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page iv


Andre M. Djo: "Pengaruh Putaran, Waktu Dan Diameter Silinder Dalam
Terhadap Kualitas Es"

Ice Swivel is one dessert that is similar to ice cream made from coconut milk
and coarse textured. The previous technology used to make rotary ice was by
traditional manual method, which was put in a 250x340mm tube and then put into
a large thermos and filled with ice cubes and salt and swirled using hands until it
became ice cream in the same time. long enough that is 2.5 hours. Based on these
conditions, the problem is solved by the method of observation and pengumpula
information needed after that is planned and make a rotary ice maker with a
crank system to be more effective and efficient. So that the goal is to help small
industrial entrepreneurs and facilitate the process of making ice ice . From the
observations obtained the specifications of the rotary ice maker are as follows:
Length = 55cm, Width 45 cm, Height 70 cm.

Keywords: Making Process, Ice Play

KATA PENGANTAR

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page v


Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan yang maha Esa atas segala
rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul
“Modifikasi Alat Es Putar Tanpa Pengaduk Dengan Menggunakan Roda Gigi”.
Laporan akhir ini penulis susun sebagai persyaratan untuk menyelesaikan studi
pada program Diploma IV Program Studi Teknik Mesin Produksi dan Perawatan,
Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Kupang.
Kami menyadari tanpa adanya dukungan dan kerja sama dari berbagai
pihak, kegiatan proposal ini tidak akan dapat berjalan baik. Untuk itu kami
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Jhon Arnoldus Wabang,ST.,M.Eng selaku ketua jurusan Teknik
Mesin Politeknik Negeri Kupang.
2. Bapak Drs. Nassarudin, ST., MT, selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin
Produksi
3. Bapak Ir. Aloysius Leki,M.,Si selaku dosen pembimbing I yang
mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Agustinus D. Betan,ST.,MT Selaku dosen pembimbing II yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Dominggus Djo dan Ibu Idayati Djo selaku kedua Orang tua
tercinta yang selalu berdo’a dan mendukung dalam pembuatan skripsi
ini.
6. Bapak Yohanes B. Yokasing, ST.,MT Sebagai Ketua Tim Penguji yang
mengarahkan saya dalam perbaikan laporan skripsi ini.
7. Bapak Purnawarman Ginting, ST.,MT Sebagai Tim Penguji pendamping
I yang mengrahkan saya dalam perbaikan laporan skripsi ini.
8. Terima kasih kepada teman satu kelas Produksi Dan Perawatan
angkatan 2014 “Adrianus Adi Noven, Erwin Rajab S.Tr.,T Benjamin
M Siddin, Bernadus B Keraf, Denis Wila Here, Frengki Wadu Rohi,
Gregorius Banase S.Tr.T, Ivander Eluama S.Tr.,T, Januarius Maubere
S.Tr.,T, Melki Darali, Oktovianus Naitili, Pius Boli Muda, Putra
Djami Bale S.Tr.,T, Renol Laibuis, Taufik Ibrahim, Ricky Bangngu,

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page vi


Wigilis W. Mulia Muda S.Tr.,T, Yarit Punuf, Yohanes Paseli, Yosua
T. G. Lado S.Tr.,T,
9. Terimakasih kepada teman-teman pemuda lingkungan 4 jeban, teman-teman
gang ghendock nunhila dan yang dicintai Murdi L. Nggi yang selalu
mendukung dalam pembuatan skripsi ini.
10. Dan seluruh pihak yang membantu dan mendukung lancarnya pembuatan
skripsi dari awal hingga akhir yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan yang dimiliki penulis baik itu sistematika penulisan
maupun penggunaan bahasa. Unutk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca secara umum dan penulis secara
khusus. Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih.

Kupang, …. April 2019

Andre Maliki Djo

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page vii


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................iii
ABSTRAK.....................................................................................................iv
ABSTRACT.....................................................................................................v
KATA PENGANTAR...................................................................................vi
DAFTAR ISI..................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................viii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... ix
DAFTAR GRAFIK........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xi
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah............................................................................. 2
1.4 Tujuan dan Manfaat........................................................................ 3
1.5 Sistematika Penulisan..................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 6
2.1 Pengertian Es.................................................................................. 6
2.2 Es Putar........................................................................................... 7
2.3 Perubahan Fasa............................................................................... 7
2.4 Perpindahan Kalor Konduksi.......................................................... 10
2.5 Perpindahan Kalor Konveksi.......................................................... 13
2.6 Perpindahan Kalor Radiasi............................................................. 14
2.7 Konduktivitas Termal Bahan.......................................................... 14
2.8 Tahanan Termal Bahan................................................................... 15
2.9 Fungsi Garam.................................................................................. 16
2.10 Konstruksi Alat Es Putar............................................................... 16
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN..................................................... 18
3.1 Analisa dan Perancangan................................................................ 18

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page viii


3.2 Implementasi................................................................................... 46
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 47
4.1 Hasil................................................................................................ 47
4.2 Pembahasan..................................................................................... 48
BAB V. PENUTUP.......................................................................................
5.1 Kesimpulan.....................................................................................
5.2 Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
LAMPIRAN - LAMPIRAN..........................................................................

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page ix


DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Aliran kalor melalui dinding plat.............................................. 10
Gambar 2.2. Aliran kalor satu dimensi melalui silinder................................ 11
Gambar 2.3. Aliran kalor satu dimensi melalui penampang silinder ............ 12
Gambar 3.1. Sketsa Alat Yang Dirancang ................................................... 20
Gambar 3.2. Poros ......................................................................................... 23
Gambar 3.3. Skema benda bebas poros......................................................... 26
Gambar 3.4. Roda gigi................................................................................... 27
Gambar 3.5. Engkol....................................................................................... 28
Gambar 3.6. Bantalan Dan Pillow Blok ........................................................ 29
Gambar 3.7. Baut Dan Mur ........................................................................... 30
Gambar 3.8. Rangka ..................................................................................... 32
Gambar 3.9. Penampang rangka.................................................................... 33
Gambar 3.10. Anthropometri untuk perancanagan produk dan fasilitas....... 34
Gambar 3.11. Pengelasan sudut pada rangka................................................. 37
Gambar 3.12. Susunan dari api lapisan las dalam baja.................................. 38
Gambar 3.13. Poros yang akan di bubut........................................................ 40
Gambar 3.14. Geometri pahat bubut.............................................................. 41
Gambar 4.1. Teknologi Es Putar.................................................................... 47

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page x


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Konduktivitas termal beberapa bahan ........................................... 15


Tabel 3.1 Keterangan Ergonomi tubuh manusia pria dan wanita.................. 34
Tabel 3.2. Bahan yang Digunakan dalam Pembuatan Teknologi ................. 36
Tabel 3.3. Alat dan Mesin yang Digunakan ................................................. 36
Tabel 3.4 Besar arus dan diameter elektroda yang digunakan....................... 39
Table 3.5 Kecepatan potong m/menit ........................................................... 42
Tabel.3.6 Tingkat gerak makan dan putaran spidel mesin perkakas............. 42
Tabel 3.7 Harga kecepatan mata bor dari bahan HSS................................... 44
Table 3.8 Format pengambilan data............................................................... 45
Tabel 4.1 Data pengamatan menggunakan teknologi yang dibuat................ 48

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page xi


DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 2.1.Suhu terhadap kalor untuk spesimen air dengan wujud awal padat (es)..….. 9

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page xii


DAFTAR SIMBOL

No Symbol Keterangan
1 Sy Kekuatan Material
2 Mp Momen puntir
3 dt/dr Gradien suhu
4 kg Kilogram
5 k Konduktivitas termal bahan
6 l Panjang
7 J Momen Inersia polar
8 ø Diameter
9 V Volume
10 r Jari-jari
11  Densitas (Massa Jenis)
12 m Massa
13 k Konduktivitas termal bahan
14 F Gaya
15 A Luas Penampang
16 g Gravitasi
17 t Tinggi
0
18 C Derajat Celcius
19 σ Tegangan
20  Tegangan ijin
21 vc Kecepatan Potong
22 n Putaran
23 Vf Gerak pemakanaan
24 z jumlah sisi mata potong
25 tc waktu pemotongan
26 lt panjang pemotongan
27 π Pi
28 Q Kalor
29 fs faktor keamanan
30 t tebal pengelasan

DAFTAR LAMPIRAN

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page xiii


Lampitan 1. Permohonan Judul Tugas Akhir
Lampiran 2. Lembaran Monitoring Skripsi
Lampiran 3. Tabel Massa Jenis
Lampiran 4. Gambar Kerja Alat
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 6.Surat Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 7. Gambar Proses Pengerjaan

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page xiv


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini banyak masyarakat berupaya membuka kegiatan usaha kecil-
kecilan demi menambah pendapatan sehari-hari, salah satunya dengan
membuka usaha kecil menengah (UKM) es putar. Es putar sendiri awalya
diciptakan atas dorongan masyarakat yang ingin mencicipi es krim, namun
tidak bisa menjangkau harganya. Keinginan masyarakat Indonesia untuk bisa
menikmati es krim melahirkan modifikasi pembuatan es krim dengan
mengganti bahan utama yaitu susu dengan santan kelapa. Dengan memadukan
santan kelapa dengan buah-buahan lokal, terciptalah es krim yang lebih
Indonesia yang kita kenal dengan sebutan es putar.
Membuka kegiatan usaha es putar di kota kupang sendiri terbilang cukup
masuk akal karena melihat keadaan dan latar belakang cuaca di kota kupang
yang panas dan kegemaran anak-anak maupun orang dewasa yang suka
menikmati es krim mendorong keinginan masyarakat untuk membuka
kegiatan usaha es putar.
Penggunaan cara yang manual oleh pengusaha kecil di daerah kota
Kupang masih banyak dipakai salah satunya dalam pembuatan es putar.
Teknologi yang ada yang digunakan dalam proses pembuatan es putar sendiri
masih menggunakan peralatan seadanya yaitu sebuah tabung yang berukuran
ø200x330mm dan sebuah termos sebagai pengganti tabung besar yang
berukuran ø300x340mm. Pada saat proses pembuatan es tabung adonan es
diputar-putar sarah jarum jam dengan dilapisi bongkahan es batu dan garam
pada sela-sela antara tabung. Saat proses pemutaran tabung, es batu dan garam
selalu ditambahkan secara bertahap dengan jeda waktu setiap 30 menit. Dan
untuk sekali pembuatan es putar membutuhkan waktu 2,5 jam karena putaran
yang dilakukan masih menggunakan tangan yaitu dengan cara memegang
tabung dan diputar-putar cara ini juga membutuhkan tenaga yang besar dari

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 1


operator untuk mengubah adonan menjadi es (observasi lapangan tahun 2018).
Hal ini merupakan permasalahan yang dihadapi para usaha kecil menengah
(UKM) untuk meningkatkan hasil produksi es putar.
Melihat kondisi itu maka perlu dikaji teknologi alternatif yang dapat
mempermudah proses produksi es. Kajian teknologi ini, dilakukan terhadap
variable-variabel yang ada pada komponen-komponen teknologi tersebut.
Adapun variabel tersebut yakni variable putaran yang dihasilkan dari tenaga
manusia (menggunakan engkol), waktu dan dimeter silinder. Maka penulis
ingin merencanakan dan membuat alat es putar dengan sistim pengoperasian
menggunakan engkol, sedangkan untuk ukuran tabung yang akan digunakan
akan lebih besar sedikit dari tabung yang sudah ada sebelumnya. Hal ini
dilakukan karena kebutuhan akan es putar masih relatif banyak, oleh karena
itu produksi dalam jumlah yang besar sangat diharapkan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Kajian ini diakukan dengan kegiatan yang berjudul
“Pengaruh Putaran, Waktu Dan Diameter Silinder Dalam Terhadap
Kualitas Es”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis
merumuskan masalah bagaimana pengaruh putaran, waktu dan diameter
silinder dalam terhadap kualitas es?
1.3 Ruang Lingkup Dan Batasan Masalah
Dalam hal ini penulis sadar akan ada banyak permasalahan yang akan
muncul, maka batasan masalah dalam pembahasan ini hanya pada:
1.3.1 Perencanaan
a) Perencanaan Rangka
b) Perencanaan Tabung Besar
c) Perencanaan Tabung Kecil
d) Perencanaan Engkol.
e) Perencanaan Poros
f) Roda Gigi Payung

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 2


1.3.2 Pembuatan
a) Pembuatan Rangka
b) Pembuatan Tabung Besar
c) Pembuatan Tabung Kecil
d) Pembuatan Engkol
e) Pembuatan Poros
f) Roda Gigi Payung
1.4 Tujuan Dan Manfaat
1.4.1 Tujuan
Tujuan dari penelitian yang berkaitan dengan alat produksi es putar adalah
untuk mengetahui pengaruh putaran, waktu dan diameter silinder dalam
terhadap kualitas es yang dihasilkan.
1.4.2 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan perubahan dan
pengembangan konstruksi alat es putar manjadi lebih sempurna dengan
menekankan pada aspek ekonomi dan sosial. Dengan adanya alat yang
penghasil es putar secara manual ini diharapkan dapat meningkatkan hasil
produksi untuk para usaha kecil menengah (UKM) dan proses produksi es
putar sehari-hari menjadi lebih mudah dan kebutuhan bagi konsumen dapat
terpenuhi.
1.5 Sistematika Penulisan Skripsi.
Penyajian skrispi disusun berurutan dengan urutan seperti dibawah ini:
1. Sampul depan
Memuat judul skripsi, logo lembaga, nama lengkap, NIM penulis, lembaga
serta tempat dan tahun.
2. Halaman judul
Halaman ini memuat judul skripsi dan seterusnya sebagaiman halnya
halaman sampul. Pada halaman ini ditulis pula maksud dari penulis skripsi
yakni digunakan sebagai syarat maju ujian diploma iv program studi
teknik mesin produksi dan perawatan jurusan teknik mesin politeknik
negeri kupang.
3. Halaman pengesahan

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 3


Pada halaman ini berisi judul skripsi, nama penulis, Nim serta pihak lain
yang mengesahkan (para pembimbing skripsi) dan diketahui oleh ketua
jurusan. Nama pembimbing dan ketua jurusan ditulis lengkap dengan
gelarnya.
4. Halaman pernyataan
Halaman ini berisi tentang pernyataan yang menyatakan bahwa skripsi ini
tidak dapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesejarnaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain. Halaman ini dilengkapi dengan tanggal, bulan
dan tahun serta materai 6000 yang ditanda tangani.
5. Abstrak (Bahasa Indonesia)
Halaman ini berisi uraian singkat tapi lengkap dan ditulis dalam Bahasa
Indonesi. Abstrak terdiri dari dua bagian yaitu bagian identitas yang berisi
nama penulis, judul skripsi dan tahun penulis serta bagian isi abstrak yang
berisi uraian singkat tentang permasalahan yang dikaji, teori yang
mendasarinya, pendekatan atau metode dan hasil yang diperoleh, data kata
kunci.
6. Abstrac (Bahasa Inggris)
Halaman ini menguraikan tentang seperti pada abstrak bahasa indonesia
namun kata-kata diuraikan menggunakan bahasa inggris.
7. Kata pengantar
Kata pengantar berisi uraian yang mengantarkan penulis kepada
permasalahan yang dikajinya. Dalam kata pengantar ini penulis dapat
mencantumkan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah berjasa
atau membantu penyeleseian skripsi.
8. Daftar isi
Daftar isi ditulis secara rinci memuat sistematika skripsi dengan
menyertakan halaman pada sudut kanan.
9. Daftar gambar
Daftar gambar berisi seluruh gambar yang ad dilaporan skripsi diurutkan
berdasarkan urutan gambar serta dilengkapi dengan penomoran halaman

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 4


dibagian kanan.
10. Daftar tabel
Memuat nomor tabel, nama tabel dan halaman pada sudut kanan.
11. Daftar lampiran
Halaman ini berisi no lampiran dan nama lampiran.
12. Bab I. Pendahuluan
Halaman ini menggambarkan tentang:
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Batasan Masalah
1.4 Tujuan dan Manfaat
13. Bab II. Tinjauan Pustaka
Halaman ini menggambarkan tentang teori:
2.1 Pengertian kerupuk
2.2 Teknologi pemotong bakal kerupuk
2.3 Alat potong bakal kerupuk yang sudah ada
14. Bab III. Metode dan proses penyeleseian rancangan
Bab ini menjelaskan tentang analisis dan perancangan yang terdiri dari:
Observasi lapangan, konsep teknologi, perencanaan, pembuatan teknologi
pemotong adonan bakal kerupuk, perakitan, uji fungsi, kajian kinerja alat
dan analisa data. Sedangkan inplementasi terdiri dari: apa manfaat yang
hendak dicapai setelah alat ini dibuat.
15. Hasil dan Pembahasa
Bab ini menjelaskan tentang hasil teknologi yang dibuat, tabel data
pengamatan, pembahasan terhadap tabel yang berhubungan dengan fariabel
yang dikaji dan grafik.
16. Bab V. Kesimpulan dan Saran
Bab ini menguraikan tentang kesimpulan yang didapat dari pembahasan
dan dan saran dari penulis.
17. Daftar Pustaka
Daftar pustaka berisi tentan sumber-sumber tertulis yang dikutip dan
digunakan dalam skripsi, penulisan pustaka disusun menurut abjad.

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 5


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Es
Es merupakan perubahan wujud zat cair (Air dan bahan-bahan lainnya)
yang berubah wujud menjadi padat (Es). Perubahan wujud air menjadi es
dikarenakan perubahan fasa. Salah satu penyebab perubahan fasa adalah kalor
baik kalor itu dilepas maupun diterima pada saat proses pembekuan. Proses
pembekuan terjadi secara bertahap dari permukaan sampai pusat bahan. Pada
permukaan bahan, pembekuan berlangsung cepat sedangkan pada bagian yang
lebih dalam, proses pembekuan berlangsung lebih lambat. Pada awal proses
pembekuan, terjadi fase precooling dimana suhu bahan diturunkan dari suhu
awal ke suhu titik beku. Pada tahap ini semua kandungan air bahan lainnya
berada pada keadaan cair. Setelah tahap precooling, terjadi tahap perubahan
fase. Pada tahap ini terjadi pembentukan kristal es seperti halnya pada proses
produksi es putar dimana perubahan fase terjadi pada bahan-bahan es putar
yang terdiri dari air, santan kelapa, dan tepung maizena, yang telah
dicampurkan menjadi satu dalam bentuk cair. Setiap bahan pembuat es putar
memiliki kapasitas yang berbeda dan memiliki fungsi masing-masing. Secara
umum komposisi bahan-bahan pembuat es putar adalah sebagai berikut: 10-
16% santan kelapa, 12-16% pemanis, 0,2-0,5% penstabil dan pengemulsi dan
55-64% air. (Pearson, 1980)
Adapun bahan-bahan es putar yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1) Air
Air merupakan komponen terbesar dalam campuran es, berfungsi sebagai
pelarut bahan-bahan lain dalam campuran.
2) Santan kelapa
Santan murni secara alami mengandung sekitar 54% air, 35% lemak dan
11% padatan tanpa lemak (karbohidrat ± 6% protein 4 % dan padatan lain)
yang dikategorikan sebagai emulsi. Selain itu santan juga mengandung
jumlah vitamin (vitamin C, B-6, Thiamin, niasin folat) dan sejumlah

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 6


mineral ( kalsium, seng, magnesium, besi, fosfor). Komposisi ini sangat
bervariasi tergantung sifat alami bahan baku (buah kelapa), metode
ekstraksi serta jumlah air yang ditambahkan. Santan yang baru diekstrak
pada dasarnya merupakan suatu emulsi yang relatif stabil. (Pearson, 1980)
3) Tepung maizena
Salah satu bahan penstabil yang sering dan biasa digunakan adalah tepung
maizena yang mengandung pati jagung berpotensi sebagai pengental
apabila dicampur dengan air/susu.
4) Pemanis
Pemanis biasanya ditambahkan pada campuran es putar sebanyak 12-16%.
Pemanis akan melembutkan tekstur, meningkatkan kecocokan pada es
putar, memperkaya rasa, dan biasanya merupakan sumber termurah dari
padatan es.
5) Pewarna
Merupakan bahan yang ditambahkan pada campuran es putar untuk
memberikan warna tertentu dan membuat tempilan lebih menarik.
2.2 Es Putar
Es putar adalah hidangan yang dibekukan dengan cara tradisional oleh
para pedagang kaki lima, dengan bahan-bahan yang digunakan untuk
pembuatan es terdiri dari santan kelapa, gula pasir, tepung maizena, dan
tambahan bahan perasa misalnya (pandan, nangka, kacang hijau, dll). Semua
bahan tersebut diatas dimasak sampai mendidih, dan dimasukkan ke dalam
tabung es putar kemudian tabung tersebut dimasukkan kedalam tabung lain
yang lebih besar dan dimasukkan bongkahan es batu dan garam pada sela-sela
antara tabung. Saat proses produksi tabung adonan es diputar-putar sarah jam
ini dilakukan untuk mempercepat proses terjadinya perpindahan suhu antara es
batu dan adonan es putar. Selama proses produksi es putar, es batu dan garam
ditambah secara bertahap sampai adonan membeku menjadi es.
2.3 Perubahan Fasa
Perubahan fasa adalah proses perubahan bentuk suatu zat menjadi bentuk
lain, salah satu penyebab perubahan fasa tersebut adalah kalor. Perubahan fasa
merupakan efek dari adanya salah satu sifat fisika zat. Sifat fisika zat sendiri

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 7


ialah sifat yang dapat diamati secara langsung tanpa mengubah susunan zat
misalnya warna, kelarutan, daya hantar listrik, kemagnetan, titik lebur dan titik
didih. Secara umum perubahan fasa terjadi saat sebuah zat berubah dari satu
wujud ke wujud yang lain misalnya dari gas ke air, cair ke padat, padat ke gas,
dan sebaliknya. Setiap proses melibatkan panas (kalor), baik panas itu dilepas
maupun diterima oleh zat. (Sears & Semansky)
Wujud zat merupakan bentuk-bentuk berbeda yang diambil oleh berbagai
fase materi berlainan. Secara historis, pembedaan ini dibuat berdasarkan
perbedaan kualitatif dalam sifat bulk dalam keadaan padatan zat
mempertahankan bentuk dan volume, dalam keadaan cairan zat
mempertahankan volume tetapi menyesuaikan dengan bentuk wadah tersebut
dan sedangkan gas mengembang untuk menempati volume apa pun yang
tersedia. (Heldman & Sigh 1981)
Perbedaan antara wujud zat saat ini didasarkan pada perbedaan dalam
hubungan antarmolekul. Dalam keadaan padatan gaya-gaya antar molekul
menjaga molekul-molekul berada dalam hubungan spasial tetap. Dalam cairan
gaya-gaya antar molekul menjaga molekul tetap berada berdekatan, namum
tidak ada hubungan spasial yang tetap. Dalam keadaan gas molekul lebih
terpisah dan gaya tarik antar molekul relatif tidak mempengaruhi gerakannya.
Wujud zat juga dapat didefinisikan menggunakan konsep transisi fase.
Sebuah transisi fase menandakan perubahan struktur dan dapat dikenali dari
perubahan drastis dari sifat-sifatnya. Menggunakan definisi ini wujud zat yang
berbeda adalah tiap keadaan termodinamika yang dibedakan dari keadaan lain
dengan sebuah transisi fase. Air dapat dikatakan memiliki beberapa wujud
padat yang berbeda. (Sears & Semansky)
Setiap zat akan berubah apabila menerima panas (kalor). Es dipanaskan
akan mencair. Air dipanaskan akan menguap menjadi uap air. Air didinginkan
akan menjadi es. Perubahan wujud benda terjadi karena proses pelepasan dan
penerimaan kalor (J. P Holman)

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 8


75

50

25

-25

Grafik 2.1.Suhu terhadap kalor untuk spesimen air dengan wujud awal padat (es).
Sumber : W. Sears & Semanski, Fisika Universitas.

Suatu perubahan zat, ditetapkan pada grafik suhu (0C) terhadap kalor
(panas). Semakin tinggi perubahan suhu, maka wujud zat akan mengalami
perubahan dari es ke cair, cair ke gas dan sebaliknya.
Rumus kalor : Q 1 = m es . C es . ∆ T
Q2 = m . L
Q 3 = m air . C air . ∆ T
Q4 = m . U
Q 5 = m uap . C uap . ∆ T
Keterangan : Q = Kalor (joule)
m = Massa (Kg)
C = Klor jenis (j/Kg 0C)
∆ T = Perubahan suhu (0C)
L = Kalor lebur
U = Klor uap

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 9


2.4 Perpindahan kalor konduksi
Jika pada suatu benda terdapat gradien suhu (Temperatur Gradient), maka
menurut pengalaman akan terjadi perpindahan energi dari bagian bersuhu
tinggi kebagian bersuhu rendah. Dapat dikatakan bahwa energi berpindah
secara konduksi berbanding dengan gradien suhu normal :
q ∂T
A ∂x
Jika dimasukkan konstanta proposionalitas atau tetapan kesebandingan, maka :
dT
q = -KA
dx
Dimana q adalah laju perpindahan kalor dan merupakan gradien suhu ke arah
perpindahan kalor. Konstanta positif k disebut konduktifitas thermal benda,
sedangkan tanda minus diselipkan agar memenuhi hukum thermodinamika,
yaitu bahwa kalor mengalir ketempat yang lebih rendah. Pada persamaan
diatas disebut juga hukum Fourier tentang konduksi kalor, yaitu menurut
nama ahli matematika fisika bangsa Perancis, Joseph Fourier yang telah
memberi sumbangan yang sangat penting dalam pengolahan analitis masalah
perpindahan kalor konduksi. (J. P Holman)

Gambar 2.1. Aliran kalor melalui dinding plat


(Sumber: J.P. Holman, Perpindahan Kalor )

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 10


Perhatikan gambar silinder di bawah dengan jari-jari dalam ri, jari-jari
luar r o dan panjang L, seperti pada gambar Silinder mengalami beda suhu Ti-
To Untuk silinder yang panjangnya sangat besar dibandingkan dengan
diameternya, dapat diandaikan bahwa aliran kalor berlangsung menurut arah
radial, sehingga koordinat ruang yang diperlukan untuk menentukan sistem ini
adalah r . Hukum Fourier digunakan lagi dengan menyisipkan rumus luas
yang sesuai. Luas bidang aliran kalor dalam sistem silinder adalah
Ar = 2πrL
Sehingga hukum Fourier menjadi
dT
q r =−kA r
dr

Gambar 2.2. Aliran kalor satu dimensi melalui silinder.


(Sumber : J. P. Holman. Perpindahan kalor)

dT
q r =−2 π krL
dr
Dengan kondisi batas
T = T i pada r = r i
T = T o pada r = r o
Penyelesaian
2 πkL(T i−T )
q= o
..............(J.P. Holman: perpindahan kalor hal 30)
1n (r o /r i )
Dimana:
q = Laju perpindahan kalor (w)
k = Konduktifitas thermal benda (W/m.0C)
L = Panjang benda (m)

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 11


(T i−T o) = Beda temperature didalam silinder dengan luar silinder
r o = Jari-jari luar silinder (m)
r i = Jari-jari dalam silinder (m)
Konsep tahanan thermal dapat juga digunakan untuk dinding lapis
rangkap berbentuk silinder, seperti halnya dengan dinding datar. Untuk sistem
tiga lapis seperti pada gambar penyelesaiannya adalah :

2 πL(T 1−T )
q¿ 2

1n(r 2 /r 1)/k A
Sistem berbentuk bola dapat ditangani sebagai suatu dimensi apabila suhu
berfungsi sebagai jari-jari saja aliran kalornya menjadi :
2 πk (T 1−T 2)
q=
1/r 1−1/r o

Gambar 2.3. Aliran kalor satu dimensi melalui penampang silinder


(Sumber: J.P. Holman. Perpindahan kalor)

Berdasarkan rumus itu maka dapatlah dilaksanakan pengukuran dalam


percobaan untuk menentukan nilai kondiktivitas termal berbagai bahan. Untuk
meramalkan konduktivitas termal zat cair dan zat padat ada teori-teori yang
digunakan dalam berbagai situasi tertentu. Mekanisme konduktivitas termal
pada gas cukup sederhana. Energi kinetik molekul ditunjukan oleh suhunya,
jadi pada bagian bersuhu tinggi molekul-molekul mempunyai kecepatan yang
lebih tinggi dari pada yang berada dibagian yang bersuhu rendah, molekul-
molekul ini selalu berada dalam gerak acak saling bertumbukan satu sama lain
dimana terjadi pertukaran energi dan momentum. Jika suatu molekul bergerak
dari daerah yang bershu tinggi ke daerah yang bersuhu rendah, maka molekul

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 12


itu akan mengangkut energi ke bagian system suhu yang lebih rendah. (J. P
Holman)

2.5 Perpindahan Kalor Konveksi


Perpindahan kalor konveksi adalah proses transport energi dengan kerja
gabungan dari konduksi panas, penyimpanan energi dan gerakan mencampur.
Konveksi sangat penting sebagai mekanisme perpindahan energi antara
permukaan benda padat dan cairan atau gas. Perpindahan energi dengan cara
konveksi dari suatu permukaan yang suhunya diatas suhu fluida sekitarnya
berlangsung dalam beberapa tahap. Pertama, panas akan mengalir dengan dari
permukaan ke partikel-partikel fluida yang berbatasan. Energi yang berpindah
dengan cara demikian akan menaikkan suhu dan energi dalam partikel-partikel
fluida ini. Kemudian partikel-partikel fluida tersebut akan bergerak ke daerah
yang bersuhu lebih rendah didalam fluida dimana mereka akan bercampur dan
memindahkan sebagian energinya kepada, partikel-partikel fluida lainnya.
Dalam hal ini alirannya adalah aliran fluida maupun energi. Energi sebenarnya
disimpan dalam partikel-partikel fuida dan diangkut sebagai akibat gerakan
massa partikel-partikel tersebut. Mekanisme ini untuk operasinya tidak
tergantung hanya pada beda suhu oleh karena itu tidak secara cepat memenuhi
definisi perpindahan panas. Tetapi hasil bersihnya adalah angkutan energi,
dank arena terjadinya dalam arah gradien suhu, maka juga digolongkan
sebagai suatu cara perpindahan panas dan ditunjuk dengan sebutan aliran
panas dengan carakonveksi.
Perpindahan panas konveksi diklasifiksikan dalam konveksi bebas (free
convection) dan konveksi paksa (forced convection) menurut cara gerakan
alirannya, bila gerakan mencampur berlangsung semata-mata sebagai akibat
dari perbedaan kerapatan yang disebabkan oleh gradient suhu, maka kita
bicara tentang koveksi bebas atau alamiah (natural). Bila gerakan mencampur
disebabkan oleh suatu alat bantu dari luar, maka prosesnya disebut konveksi
paksa.

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 13


Keefektifan perpindahan panas dengan cara konveksi tergantung sebagian
besarnya pada gerakan mencampur fluida. Akibatnya studi perpindahan panas
konveksi didasarkan pada pengetahuan tentang ciri-ciri aliran fluida

2.6 Perpindahan Kalor Radiasi


Perpindahan kalor radiasi adalah proses dengan mana panas mengalir dari
benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila benda-benda itu
terpisah didalam ruang, bahkan bila terdapat ruang hampa diantara benda-
benda tersebu. Istilah “radiasi” pda umumnya dipergunakan untuk segala jenis
hal ikhwal gelombang elektromagnetik, tetapi didalam ilmu perpindahan
panas kita hanya perlu memperhatikan hal-ikhwal yang diakibatkan oleh suhu
dan yang dapat mengangkut energi melalui medium yang tembus cahaya atau
melalui ruang. Energi yang berpindah dengan cara ini diistilahkan panas
radiasi.
Semua benda memancarka panas radiasi secara terus menerus. Intensitas
pancaran tergantung pada suhu dan sifat permukaan. Energy radiasi bergerak
dengan kecepatan cahaya (3x108 m/s) dan gejala-gejalanya menyerupai radiasi
cahaya. Memang menurut teori elektro magnetik, radiasi cahaya dan radiasi
termal hanya berbeda dalam panjang gelombang masing-masing.
Panas radiasi dipancrkan oleh suatu benda dalam bentuk bac (batch)
(kumpulan) energi yang terbatas quanta. Gerakan panas radiasi didalam ruang
mirip perambatan cahaya dan dapat diuraikan dengan teori gelombang.
Bilamana gelombang radiasi menjumpai benda yang lain, maka energinya
diserap didekat permukaan benda tersebut. Perpindahan panas dengan cara
radiasi menjadi semakin penting dengan meningkatnya suhu suatu benda.
2.7 Konduktivitas Termal Bahan
Konduktivitas termal adalah suatu besaran intensif bahan yang
menunjukkan kemampuannya untuk menghantarkan panas dimana adanya
fenomena perbedaan temperatur menyebabkan transfer energi termal dari satu
daerah benda panas ke daerah yang sama pada temperature yang lebih rendah.
Panas yang ditransfer dari satu titik ke titik yang lain melalui tiga metode

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 14


yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. Dalam hal ini bahan yang digunakan
adalah steinless steel, pemilihan steinless steel karena bahan yang tahan karat
dan dalam hal ini untuk pembuatan produk yang dapat dikonsumsi. Untuk
mengetahui nilai konduktivitas termal beberapa bahan dapat dilihat pada table
dibawah ini:
Tabel 2.1 Konduktivitas termal beberapa bahan
Konduktivitas Termal
BAHAN K (W/m.°C) K (Btu/h.ft.°F)
Logam
Perak (murni) 410 237
Tembaga (murni) 385 223
Alumunium (murni) 202 117
Nikel (murni) 93 54
Besi (murni) 73 42
Baja karbon 43 25
Timbal (murni) 35 20,3
Baja krom nikel 16,3 9,4
Zinc (murni) 112,2
Stainless steel 15 8,7
Bukan Logam
Kuarsa 41,6 24
Magnesit 4,15 2,4
Marmar 2,08 - 2,94 1,2 - 1,7
Batu pasir 1,83 1,06
Kaca jendela 0,78 0,45
Kayu mapel 0,17 0,079
Serbuk gergaji 0,59 0,034
Wol kaca 0,038 0,022
Gabus 0,42 ­
Zat cair
Air raksa 8,21 4,47
Air 0,556 0,327
Amonia 0,540 0,312
Minyak lumas SAE 50 0,147 0,085
Freon 0,073 0,042
Gas
Hidrogen 0.175 0,101
Helium 0,141 0,081
Udara 0,024 0,0139
Uap air 0,0206 0,0119
Karbon dioksida 0,0146 0,00844

Sumber : J.P. Holman, 1994, Perpindahan kalor

2.8 Tahanan Termal bahan


Tahanan termal suatu bahan adalah ukuran ketahanan suatu benda dalam
menghambat laju aliran kalor. Tahanan termal dapat menjaga bagian dalam
suatu wadah agar suhu didalam ruang terjaga lebih lama seperti pada proses
produksi es putar wadah dirancang sedemikian rupa agar masuknya dingin dan
keluarnya panas tanpa terpengaruh suhu lingkungan luar. Dalam hal ini

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 15


penggunaan bahan tahanan termal adalah gabus. Nilai konduktivitas gabus
sekitar 0,42 W/m K. Gabus memiliki nilai konduktivitas rendah sehingga telah
banyak digunakan sebagai bahan untuk melindungi es dari suhu lingkungan,
agar es tidak cepat mencair. ( Harsono, 2002)

2.9 Fungsi Garam Dalam Pembuatan Es Putar


Campuran antara garam dengan es batu pada pembuatan es putar
merupakan cara tradisional yang berfungsi menurunkan titik beku es batu
sehingga memungkinkan terbentuknya es putar. Penurunan titik beku yang
terjadi didalam proses pembekuan campuran bahan-bahan es putar
menggunakan campuran garam dan es batu adalah reaksi-reaksi kimia yang
berhubungan dengan penurunan titik beku. Sudah menjadi hal yang umum
diketahui bahwa air membeku pada suhu 0°C. Bila ke dalam air ditambah
dengan garam, maka akan terjadi penurunan titik beku larutan garam tersebut,
sehingga larutan garam akan membeku pada suhu di bawah 0°C. Penjelasan
untuk hal ini didapat bahwa titik beku suatu larutan adalah suhu saat tekanan
uapnya sama dengan tekanan uap pelarutnya. Karena tekanan uap larutan lebih
rendah daripada pelarutnya, larutan belum membeku pada suhu 0°C. Oleh
karena itu, suhu harus diturunkan agar larutan dapat membeku. Saat pelarut
akan membeku, penurunan tekanan uap pada pelarut lebih cepat daripada zat
cair. Akibatnya, pada suhu di bawah titik beku pelarut terjadi keseimbangan
tekanan uap larutan dengan tekanaan uap pelarut. Saat itu, pelarut akan
membeku sedangkan zat terlarutnya masih dalam fase cair, sehingga larutan
menjadi makin pekat sehingga titik bekunya makin rendah. (Endang,
Susilowati. 2009)
2.10 Konstruksi Alat Es Putar
Proses pembuatan es putar dengan cara pemutaran merupakan salah satu
cara yang dilakukan untuk mengubah adonan es menjadi es krim. Media yang
digunakan dalam proses pembuatan es putar akan mempengaruhi keberhasilan
pembuatan es. Karaktristik media yang digunakan misalnya sifat fisik seperti
kekerasan dan sifat termal seperti konduktivitas bahan akan berpengaruh

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 16


terhadap kinerja penurunan suhu bahan adonan es. Jika proses pencairan es
terjadi terlalu cepat, maka akan berpengaruh terhadap bahan adonan es.
Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses pembuatan
es putar. Apabila suhu didalam media pendingin tidak sesuai dengan dengan
yang dikehendaki atau suhu rendah didalam media pendinginan tidak mampu
dipertahankan maka adonan es yang ada didalam media pendingin (tabung)
akan lama untuk berubah menjadi es. (Joelianingsih, 2004)
Maka dari itu penulis merancang sebuah alat produksi es putar yang
memiliki kemampuan untuk menjaga suhu tetap konstan tanpa terpengaruh
suhu lingkungn. Adapun dimensi tabung penampung adonan es yang
disediakan memiliki ukuran ø200x480mm dengan tebal 3mm sedangkan
untuk ukuran tabung penampung es batu ø300x470mm dengan tebal 5mm dan
dilengkapi dengan isolator gabus, untuk menjaga suhu didalam tabung tidak
keluar dan suhu didalam tabung tetap konstan. Nilai konduktivitas gabus
sekitar 0,42 W/m K. Gabus memiliki nilai konduktivitas rendah sehingga telah
banyak digunakan sebagai bahan untuk melindungi es dari suhu lingkungan,
agar es tidak cepat mencair. ( Harsono, 2002)

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 17


BAB III
METODE DAN PROSES PENYELESAIAN RANCANGAN

3.1 Analisa Dan Perancangan


Kajian judul, “Pengaruh Putaran, Waktu Dan Diameter Silinder Dalam
Terhadap Kualitas Es” akan dilakukan tahapan kegiatan sebagai berikut :
a) Waktu Dan Tempat
Kegiatan observasi dilakukan di jalan jati RT 06 RW 10, kelurahan
kota raja sedangkan untuk mendapatkan teori atau pendapat-pendapat
terkait kajian ini, akan dilakukan dengan kajian pustaka pada beberapa
referensi di perpustakaan Politeknik Negeri Kupang dan fasilitas jaringan
di wifi teknik mesin di gedung jurusan Teknik Mesin. Kaji tindak akan
dilakukan pada Lab. Perawatan Mesin Politeknik Negeri Kupang
b) Konsep Teknologi
Teknologi ini dikembangkan dengan mempertimbangkan beberapa konsep
sebagai berikut :
1. Wadah yang dibentuk sesuai dengan konstruksi yang direncanakan
menggunakan 2 slinder luar dan dalam. slinder luar diam sedangkan
Slinder dalam bergerak diputar
2. Diameter dan volume silinder dibuat berdasarkan pertimbangan jumlah
adonan yang direncanakan.
3. Sistem putaran yang digunakan yaitu mengunakan engkol dan
transmisi roda gigi.
4. Tinggi rangka dirancang dengan mempertimbangkan posisi operator
saat memproduksi, yaitu dapat menggunakan posisi berdiri dan posisi
duduk.

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 18


Diagram alir (flowchart) prosedur perencanaan dan pembuatan alat

MULAI

Observasi

Konsep teknologi

Perencanaan teknologi

Pembuatan

Perakitan

YA/TIDAK
Uji fungsi

Analisa

Selesai

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 19


c) Rancangan Teknologi
1) Sketsa Alat Yang Dirancang

Gambar 3.1 Alat es putar

2) Prinsip Kerja Alat


Engkol diputar dengan tenaga manusia, dan putaran dari engkol
akan memutar poros dengan ditumpuh dua bantalan, poros akan
mentransmisikan daya putaran ke roda gigi, dan roda gigi berputar
untuk meneruskan putaran ke poros tegak lurus yang ditumpuh pillow
blok untuk memutar tabung adonan es
3) Perencanaan Komponen-komponen
Komponen-komponen yang direncanakan adalah sebagai berikut :
a) Bahan Adonan Yang Direncanakan
Diperoleh dengan persamaan sebagai berikut:

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 20


m
v=
ρ
0,5 kg
V1 3
(Tepung) = 595 kg/m = 0,00084034 m3
0,5 kg
V2 3
(Gula Pasir) = 849 kg /m = 0,00058893 m3
0 ,37 kg
V3 3
(Susu) = 1508 kg/m = 0,00024552 m3
5 kg
V4 3
(Santan Kelapa) = 1000 kg/m = 0,005 m3
V total = 0,00084034 + 0,00058893 + 0,00024552 + 0,005
¿0,00667479 m3
Dikonversikan ke liter menjadi = 6,67 Liter
b) Tabung Es Batu
Tabung pada alat pembuat es putar ada 2 yaitu tabung besar
dan tabung kecil, fungsi dari pada tabung besar adalah sebagai
tempat penampung es batu, sedangkan tabung kecil berfungsi
sebagai penampung bahan adonan es putar. Material pembuatan
tabung menggunakan pelat stainless steel. Pemilihan bahan
stainless steel karena nilai konduktivitas yang cukup besar dan
cukup baik untuk penghantar kalor. Tabung penampung es batu
direncanakan berdiameter ø300x470 mm.
1) Laju aliran kalornya adalah berikut:
dT
q = -kA ….................Sumber: Jp Holman, 1995
dr
A=2xπxrxt
= 2 x 3,14 x 0,1 x 0,48
= 0,301 m²
30−(−10 )
−3
q = -15 x 0,301 2 x 10
= - 90.300 W
2) Tahanan Termal

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 21


x
Rwall =
kA
0,02
=
0,4 x 0,301
= 0,16 WC
3) Ruang penampung es batu
Ruang penampung es batu merupakan ruang yang
dihasilkan dari pengurangan tabung es batu dengan tabung es
putar. Untuk mengetahui jumlah es batu yang akan diletakkan
ke dalam ruang tersebut maka perlu diketahui volume/kapasitas
tampung tabung tersebut dapat menggunakan rumus sebagai
berikut:
π
V= D2 d 2
4 ( - ) . t ……………….Sumber: K.Gieck hal. 9
3,14
= 4 (0,32 – 0,22) x 0,47
= 0,785 (0,09 – 0,04) x 0,47
= 0,785 x 0,05 x 0,47
= 0,018 m3
Dari perhitungan diketahui volume yang ditempati oleh es batu
0,018 m3. Dengan volume yang ada maka banyaknya es batu yang
akan menempati volume tersebut harus diketahui massa es batu
dalam satuan kg. Untuk itu dapat dicari sebagai berikut :

m
ρ=
v atau m=ρxv

Diketahui berat jenis es batu adalah 850 kg/m3

m = 850 x 0,018
= 15,3 kg
 Ruang penampung es batu untuk tabung kedua
π
V= D2 d 2
4 ( - ).t

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 22


3,14
= 4 (0,32 – 0,182) x 0,47
= 0,785 (0,09 – 0,0324) x 0,47
= 0,785 x 0,06 x 0,47
= 0,022 m3
Dari perhitungan diketahui volume yang ditempati oleh es batu 0,022
m3. Dengan volume yang ada maka banyaknya es batu yang akan
menempati volume tersebut harus diketahui massa es batu dalam
satuan kg. Untuk itu dapat dicari sebagai berikut :

m
ρ=
v atau m=ρxv

Diketahui berat jenis es batu adalah 850 kg/m3

m = 850 x 0,022
= 18,7 kg
c) Tabung Es Putar
Tabung penampung es putar direncanakan berdiameter ø200x480
mm dengan menggunakan bahan stainless steel.
1. Laju aliran kalor adalah sebagai berikut:
dT
q = -kA . . . . . . . . . . . . . . . . . . Sumber: Jp Holman, 1995
dr
A=2xπxrxt
= 2 x 3,14 x 0,2 x 0,48
= 0,602 m2
30−(−10 )
−3
q = -15 x 0,602 2 x 10
= 18060 W
2) Volume Tabung Es Putar
V = πr 2 . t ………….....................Sumber: K.Gieck hal. 9
= 3,14 x 100 x 48
V = 15072 cm3
Dikonversikan ke liter menjadi 15,07 L

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 23


 Tabung es putar ø180x480
2. Laju aliran kalor adalah sebagai berikut:
dT
q = -kA . . . . . . . . . . . . . . . . . . Sumber: Jp Holman, 1995
dr
A=2xπxrxt
= 2 x 3,14 x 0,18 x 0,48
= 0,542 m2
30−(−3 )
−3
q = -15 x 0,542 2 x 10
= 13414 W
3) Volume Tabung Es Putar
V = πr 2 . t ………….....................Sumber: K.Gieck hal. 9
= 3,14 x 90 x 48
V = 13564 cm3
Dikonversikan ke liter menjadi 13,56 L
d) Kecepatan Putaran
Putaran pada alat produksi es yang direncanakan menggunakan engkol
dan kecepatan putar yang diberikan dari engkol oleh tenaga manusia
melihat banyak sedikitnya adonan es yang direncanakan dan
diproduksi. Jika semakin banyak adonan yang akan diproduksi maka
akan menjadi berat dan tenaga yng diberikan semakin besar dan jika
adonan yang akan diproduksi sedikit maka putaran akan menjadi
ringan. Untuk mengetahui besar tenaga yang diberikan untuk
kecepatan memutar engkol dapat menggunakan persamaan sebagai
berikut :
F = 15% .Bb.g ……………………….Sumber: Sularso, 2008
= 15% x 57,5 x 9,81
= 84,61 N
e) Poros
Poros adalah suatu bagian stationer yang berputar, berfungsi untuk
meneruskan daya, meneruskan bagian-bagian yang berputar seperti
roda gigi, engkol, puli dan elemen-elemen berputar lainnya dan bahan

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 24


yang digunakan untuk membuat poros adalah baja St-37. Perencanaan
diameter poros yang digunakan untuk memutar tabung es putar
berdsarkan beban yang diterima oleh poros dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:

Gambar 3.2 Poros d


(Sumber: File pribadi 2018)

1) Momen puntir
d
MP = F . 2 ……………….......Sumber: Hery Sonawa, hal 35
16,9
= 84,61 x 2
= 714,95 N/mm
Keterangan:
MP = Momen Puntir
F = Gaya (N)
d = Diameter poros (mm)
2) Tegangan puntir
Mp
τ p=
Wp …………………….. Sumber: Boy Isma Putra hal
23
714 , 95
3
= 0,1×d
714 ,95
= 482 ,6809
τ p = 1,48 N/mm
Keterangan:

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 25


τ p = Tegangan puntir
MP = Momen puntir
wp = Tahanan puntir
3) Tegangan geser pada poros
Mp×r
τ g=
j …………………………..Ir, Hery Sonawan hal 21
714,95×8,45
π×d 4
= 64
6041,3275
= 4002,17885
τ g = 1,509509626 N/mm
Keterangan:
MP = Momen puntir
r = Jari-Jari poros
J = Momen inersia polar
4) Tegangan izin poros
Sy
τ=
Fs …………………………….Ir, Hery Sonawan hal 21
370
= 4
 = 92,5 N/mm
Keterangan:
S y = Kekuatan material
FS = Faktor keamanan
5) Diameter poros minimum

32. F s MP 2
d
=
3
π .Sy √
( ML )2 +
2 ( ) ………Sumber: Hery Sonawa, hal
35

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 26


2
32×4 714 , 95
= 3 , 14×370 √
( 25751 , 25 )2 +
2 ( )
128 511153 ,5025
= 1161, 8 √
663126876 ,6+
4 ( )
= 0,11 x √ 663126876,6+127788,3756
= 0,11 x 663254 ,665
= 0,11 x 25753,73109 = 2832,91042
3
d= √ 2832,91042 = 14,14960384 mm
Keterangan:
FS = Faktor keamanan
M L = Momen lentur
MP = Momen puntir
S y = Kekuatan mulur
Fm
6) Menghitung reaksi tumpuan pada bantalan m
Fr

A B

Gambar 3.3 Skema benda bebas poros


Fm
Fr
(Sumber: File pribadi 2018)

Fh

50 150 150
Ra Rb

 ΣM A = 0; . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Sumber: Hery Sonawan. Hal


34

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 27


( - Fr . L1) - (RB . L2) + Fm (L2 + L3) = 0
(-61,09 x 50) + (Rb x 150) + 84,61 (150 + 150) = 0
(-3054,5) - (150 Rb) + (25383) = 0
-3054,5 + 25383 = 150 Rb
22328,5 = 150 Rb
22328 ,5
Rb = −150
RB = 148,85 N
 ΣM B = 0;
¿) . (L1 + L2) + (Ra . L2) + Fm ( L3) = 0
(-61,09) . (50 + 150) + ( Ra x 150) + 84,61 (150) = 0
(-12218) + (150 Ra) + 12691,5 = 0
- 12218 + 12691,5 = - 150 Ra
473,5
RA = −150
RA = - 3,156 N

f) Roda Gigi Kerucut


Roda gigi yang termasuk dasar adalah roda gigi dengan poros sejajar,
dan dari jenis ini yang paling dasar adalah roda gigi lurus. Namun bila
diinginkan transmisi untuk putaran tinggi, daya besar dan bunya kecil
antara dua poros sejajar, pada umumnya roda gigi lurus kurang dapat
memenuhi syarat tersebut. Dalam hal demikian perlu dipergunakan roda
gigi kerucut. Teori tentang roda gigi kerucut pada dasarnya sama dengan
teori roda gigi lurus, yang diterapkan pada bidang tegak lurus alur gigi.
Dalam menghitung roda gigi dapat menggunakan persamaan sebagai
berikut :

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 28


Gambar 3.4 Roda gigi
(Sumber: http://duniateknikmesin.blogspot.com/2015macam-macam-roda-gigi.html)

1) Perbandingan putaran roda gigi


n2 z1
=
n1 z2 …………..………………….Sumber: Sularso, 2008
z1 ×n1
n2 =
z2
10×102 1020
n2 = 16 = 16 = 63,75 rpm
Perbandingan 102 : 63,75 artinya putaran roda gigi poros penggerak 1x
dan putaran roda gigi yang digerakkan 1,6x
Dimana :
n1 = Putaran roda gigi poros penggerak (rpm)
n2 = Putaran roda gigi poros yang digerakkan (rpm)
z1 dan z2 = Jumlah gigi
g) Lengan Engkol
Berfungsi sebagai sarana pemutar utama poros, sesuai perencanaan
alat pembuat es putar ini digerakkan oleh tenaga manusia. Besarnya usaha
yang dilakukan oleh tenaga manusia sama dengan besarnya gaya yang
diberikan pada benda itu berbanding lurus dengan jaraknya. Bahan yang
digunakan untuk membuat engkol adalah baja St-37. Persamaan yang
dapat digunakan sebagai berikut:

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 29


Gambar 3.5 Engkol
(Sumber: File pribadi, 2018)

1) Gaya putar oleh tangan manusia


F = 15% .Bb.g .………………………Sumber: Sularso, 2008
= 15% x 57,5 x 9,81
= 84,61 N
Keterangan:
F = Gaya normal manusia (N)
Bb = Berat badan manusia rata-rata (Kg)
G = Gaya gravitasi :9,81(m/s2)
2) Momen bending pada lengan engkol
Mb = F .l …………..……….. Sumber: Sularso, 2008
= 84,61 x 150
= 12691,5 Nmm
Keterangan:
Mb = Momen bending (N.mm)
F = Gaya normal manusia (N)
l = Panjang lengan momen (mm)
3) Tegangan tarik pada lasan
F
σt=
A …………………………………Sumber: Zainun Ahmad
A = π . r2
= 3,14 x 52
= 3,14 x 25
= 78,5
F
σt=
A
84 ,61 N
=
78 , 5 mm 2
=1,077 N/mm2
Keterangan:

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 30


F = Gaya (N)
A = Luas penampang (m m2 )
h) Pemilihan bantalan (Bearing)
Bantalan (bearing) adalah elemen mesin yang berfugsi untuk menahan
(mensupport) beban pada saat dua elemen mesin saling bergerak relatif
tanpa mengalami gesekan yang berlebihan.Bantalan dibuat untuk menahan
beban radial, beban aksial, atau gabungan beban radial dan aksial.
Berdasarkan gaya yang bekerja tipe bantalan yang digunakan adalah:
1) Bantalan gelinding pillow block UCFL 2 lubang
Bantalan ini dipasang pada rangka yang akan berfungsi sebagai
penempuh poros engkol.

Gambar 3.6 Bantalan Dan Pillow Blok

2) Bantalan gelinding pillow block UCF 4 lubang


Bantalan ini juga dipasang pada rangka yang akan berfungsi
sebagai penempuh poros tegak lurus, penopang pasangan roda gigi
kerucut dan juga sebagai sarana pemutar tabung kecil. Untuk
menghitung bantalan dapat menggunakan rumus berikut:
1) Beban yang diterima bantalan
P = X F r + Y F a……………………..Sumber: Joseph E. Shigley
= (0,56 x 61,09) + (1,45 x 61,09)
= (34,2104) + ( 88,5805 )
= 122,7909 N
Keterangan:
X = Faktor radial

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 31


F r = Beban radial
Y = Faktor aksial
F a = Beban aksial
2) Umur bantalan
Lh = 500 f 3h………………………..Sumber: Sularso, 1974
c
fh = fn
p
33,3
fn =
n
33 ,3
f n=
102
= 0,326
2160
f h=0 ,326 x
122,7909
= 5,734
Lh =500 f
h3

Lh =500 x 188 ,58


= 94290 jam

Keterangan:
Lh = Umur bantalan (jam)
f h = Faktor umur (jam)
f n = Faktor kecepatan (%)
C = Kapasitas nominal (kg)
P = Beban dinamis (kg)
n = Putaran (rpm)
j) Rangka
Rangka berfungsi sebagai tempat pemasangan komponen-komponen
dan sebagai penopang.Material rangka dibuat dari bahan profil L dan
profil U St37. Dalam perencanaan rangka hal-hal yang perlu
diperhitungkan yakni sebagai berikut:

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 32


Gambar 3.8 Rangka
(Sumber: File pribadi 2018)

1) Gaya yang terjadi pada rangka


F = m .g ……….……………………...Sumber: Josep E. Shigley
= 33 x 9,81
= 323,73 N
Keterangan :
F = Gaya yang terjadi pada rangka (N)
m = Massa/ total berat yang di terima rangka (Kg)
g = Gaya gravitasi: 9,81(m/s2)

2) Luas penampang rangka yang akan menerima beban

a-b

b
Gambar 3.9 Penampang rangka
A = (a.b) + (a-b) . b
= (40 x 4 ) + (40 – 4 ) x 4
= 160 + 36 x 4

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 33


= 160 x 144
= 304 mm2
Tegangan yang bekerja
F F
σt= =
A ( a . b ) + ( a−b ) ×b . . . . . . . . . . Sumber: G. Niemann,
1999
323,73
= 304 = 1,064 N/mm2
Keterangan:
σt = Tegangan (N/mm2)
F = Gaya (N)
A = Luas penampang (mm2)
3) Tegangan yang diizinkan
Sy
τ allowable =
F s ………………………..Sumber Hery Sonawa, hal 21

370
= 4 = 92,5 N/mm2
Keterangan:
τ allowable = Tegangan izin
S y = Kekuatan bahan
F s = Faktor keamanan bahan

4) Egonomi tubuh manusia

Gambar 3.10 Anthropometri untuk perancanagan produk dan fasilitas


Tabel 3.1 Keterangan Ergonomi tubuh manusia pria dan wanita

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 34


PRIA WANITA
NO DIMENSI TUBUH
5% X 95% S.D 5% X 95% S.D
Dimensi tubuh
dalam posisi
1,53 1,66
1 betdiri (dari lantai 1,632 1,732 61 1,464 1,563 60
2 2
sampai dengan
ujung kepala)
1,42 1,54
2 Tinggi mata 1,520 1,615 58 1,350 1,446 58
5 2
1,42 1,36
3 Tinggi bahu 1,338 1,429 55 1,184 1,272 54
7 1
1,02
4 Tinggi siku 932 1,003 1,074 43 886 957 43
8
Tinggi genggaman
5 655 718 782 39 646 708 771 38
tangan
Tinggi badan pada
6 809 864 919 33 775 834 893 36
posisi duduk
Tinggi mata pada
7 694 749 804 33 666 721 776 33
posisi duduk
Tinggi bahu pada
8 523 572 621 30 501 550 599 30
posisi duduk
Tinggi siku pada
9 181 231 282 31 175 229 283 33
posisi duduk
10 Tebal paha 117 140 163 14 115 140 165 15
Jarak dari pantat ke
11 500 545 590 27 488 537 586 30
lutut
Jarak dari lipatan
12 405 450 495 27 488 537 586 30
lutut ke pantat
13 Tinggi lutut 448 496 544 29 428 472 516 27
14 Tinggi lipatan lutut 361 403 445 26 337 382 428 28
15 Lebar bahu 382 424 466 26 342 385 428 26
16 Lebar panggul 291 330 371 24 298 345 392 29
17 Tebal dada 174 212 250 23 178 228 278 30
Tebal perut
18 174 228 282 33 175 231 287 34
(Abdominal)
Jarak dari siku ke
19 405 439 473 21 374 409 287 34
ujung jari
20 Lebar kepala 140 150 160 6 135 146 157 7
21 Panjang tangan 161 176 191 9 153 168 183 9
22 Lebar tangan 71 79 87 5 64 71 78 4
Jarak bentang dari
1,52 1,64
23 ujung jari 1,663 1,806 87 1,400 1,523 75
0 6
tangan kanan ke kiri
24 Tinggi pegangan 1,79 1,923 2,051 78 1,713 1,841 1,96 79
tangan (grip) pada 5 9
posisi tangan
vertikal ke atas dan

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 35


berdiri tegak
Tinggi pegangan
tangan (grip)pada
1,06 1,11
25 posisi tangan 1,169 1,273 63 945 1,030 52
5 5
vertikal ke atas dan
duduk
Jarak genggaman
tangan (grip) ke
26 punggung pada 649 708 767 37 610 661 712 31
posisi tangan ke
depan (Horisontal)

Sumber: Wingjosoebroto, 1995, Ergonomi tubuh manusia untuk perancangan


produk dan fasilitas
d) Pembuatan Teknologi
1) Tempat pembuatan
Lokasi kegiatan pembuatan alat dilakukan di Lab. Perawatan Politeknik
Negeri Kupang, karena pada Lab. Perawatan Politeknik Negeri Kupang
didukung ketersediaan peralatan dan mesin-mesin yang diperlukan, dan
para teknisi yang handal yang siap membantu menyelesaikan proses
pembuatan alat.

2) Bahan yang digunakan


Tabel 3.2 Bahan yang digunakan dalam pembuatan teknologi

No Bahan No Bahan
1 Besi siku40x40x4 mm 2 Pelat baja 2 mm
3 Besi profil U 4 Roda gigi kerucut

5 Bearing 2 lubang 6 Tabung es putar

7 Besi pejal ø 20 mm 8 Elektroda Rb 26

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 36


9 Bearing 4 lubang 10 Mata gerinda potong besar

11 Mata gerinda potong 12 Mata gerinda perata


Kecil
13 Tabung es batu 14

Sumber: File pribadi 2018

3) Alat yang digunakan


Tabel 3.3 Alat dan mesin yang digunakan dalam pembuatan teknologi
No Alat No Mesin

1 Spidol 1 Mesin Bubut


2 Siku/ Mistar Sudut 2 Mesin Las
3 Mistar baja 3 Mesin Bor
4 Penitik 4 Mesin Gerinda
5 Palu
6 Kunci-kunci

7 Tang

8 Penggores

9 Jangka sorong

10 Kirir Kasar

11 Meter

4) Proses Pemesinan
a) Pengelasan
Bagian komponen yang digunakan untuk las adalah besi siku. Berikut
Proses pengelasan yang baik.
Dalam pembuatan alat es putar ini proses pengelasan yang
digunakan adalah pengelasan las listrik. Pengelasan ini menggunakan
elektroda terbungkus (SMAW) dimana sambungan dipanaskan sampai
mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau semburan api gas

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 37


yang terbakar sehingga berfungsi untuk mengikat komponen yang satu
dengan yang lainnya yang saling berkaitan.

T
tt

Gambar 3.11 Pengelasan sudut pada rangka


Sumber: File Pribadi,2018

Umumnya tegangan yang terjadi pada kampuh las tergantung pada


posisi pembebanan yang terjadi pada rangka tersebut. Untuk mengetahui
kekuatan las maka yang dihitung adalah tebal dan panjang pengelasan.
Rumus untuk menghitung kekuatan pengelasan tergantung pada kampuh
las yang digunakan sesuai dengan gambar pengelasan sudut pada rangka
diatas maka tegangan yang terjadi pada kampuh las adalah tegangan
tekan. Untuk mengetahui kekuatan pengelasan maka harus menghitung
panjang pengelasan dan tebal pengelasan terlebih dahulu, Karena bentuk
pengelasan yang dilakukan miring maka dapat menggunakan persamaan
berikut:
F
σ=
t . l ……………..........Sumber: Zainun Ahmad

Untuk mencari panjang pengelasan

l= √ a2 +b2
l
= √ 4 2 +4 a

= √ 16+16 b

= √ 32
l = 5,65 mm

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 38


323 ,73
σ=
2 x5,65
= 28,64 N/mm
Keterangan:
F = Gaya (N)
t = Tebal pngelasan (mm)
l = Panjang pengelasan (mm)

Besarnya arus pengelasan tergantung pada:


- Jenis elektroda yang digunakan
- Tebal bahan yang dilas
- Posisi pengelasan
- Polaritas katub

Gambar 3.12 Susunan dari api lapisan las dalam baja


Untuk menghasilkan suatu pengelasan yang baik kita harus
mengetahui nilai arus yang tepat untuk ukuran elektroda dalam
menyesuaikan bahan dan pekerjaan yang sedang dilas, juga jalannya
elektroda harus pas tidak cepat dan tidak terlalu lambat.
Untuk cara pengelasan ini digunakan elektroda yang dibungkus oleh
fluks dan dapat dilihat bahwa busur api terbentuk diantara logam induk
dan ujung elektroda karena panas dari busur api maka logam induk dan
ujung elektroda tersebut mencair dan kemudian membeku bersama.
Elektroda yang dipilih dalam proses pengelasan ini yaitu jenis E6010.
Pada table dibawah ini akan ditunjukkan besar arus listrik dan elaktroda
yang digunakan
Tabel 3.4 Besar arus dan diameter elektroda yang digunakan

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 39


Diameter Tipe elektroda dan besarnya arus dalam ampere
elektroda
dalam (mm) E 6010 E 6014 E 7018 E 7024 E 7027 E 7028
2,5 80-125 70-100 100-145
3,2 80-120 110-160 115-165 140-190 125-185 140-190
4 120-160 150-210 160-220 180-260 180-240 180-250
5 160-200 200-275 200-275 230-305 210-300 230-305
5,5 260-340 260-340 275-285 250-350 275-365
6,3 330-415 315-400 335-430 300-420 335-430
8 390-500 374-470
Keterangan:
1. E menyatakan elektroda
2. Dua angka setelah E (misalnya 60 atau 70) menyatakan kekuatan tarik
defosit las dalam ribuan dengan 1b/inci2
3. Angka ke tiga setelah E menyatakan posisi pengelasan, yaitu:
- Angka (1) untuk pengelasan segala posisi
- Angka (2) untuk pengelasan posisi datar dan bawah tangan
4. Angka ke empat setelah E menyatakan jenis selaput dan jenis arus
yang cocok dipakai untuk pengelasan
5. Jadi E6010 artinya sebuah elektroda dengan kekuatan tarik minimum
dari defosit las adalah 60.000 1b/¿2

b) Pembubutan Poros
 Poros Penggerak
Proses pembubutan poros penggerak diawali dengan
pembubutan ø 19 mm menjadi ø 16,9 mm sebagai berikut:
16,9
15

17

350mm

Gambar 3.13 Poros yang akan di bubut


Sumber: Dokumentasi Pribadi

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 40


1) Putaran mesin
π .d.n
Vc = 1000 …………………. Sumber: Taufiq Rochim
d 1+d 2
d rata−rata=
2
19+16 , 9
d rata−rata=
2
d rata−rata=17 ,95
30×1000
n = 3,14×17,95
30000
= 56,363
= 532,26 rpm
Dari hasil perhitungan ini akan disesuaikan dengan putaran yang ada
pada mesin bubut yaitu 625 rpm. .
Keterangan:
Vc = Kecepatan potong (m/menit)
d = Diameter benda kerja (mm)
n = Putaran mesin (rpm)
2) Kecepatan Pemakanan
V f = f .n
= 0,315 x 625
= 196, 875mm/menit
Keterangan:
V f = Kecepatan pemakanan (mm/menit)
f = Gerakan pemakanan (mm/menit)
n = Putaran mesin (rpm)
3) Kedalaman Potong
d 0−d 1
α
= 2 …………………. Sumber: Taufiq Rochim

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 41


19−16, 9
= 2
= 1,05 mm
Keterangan:
α = Kedalaman potong (mm)
d 0 = Diameter awal benda kerja (mm)
d 1 = Diameter akhir benda kerja (mm)
4) Waktu pemotongan
Lt
Tc = V f …………………. Sumber: Taufiq Rochim
350
= 196,875
= 1,77 menit
Keterangan:
Tc = Waktu yang dibutuhkan (menit)
Lt = Panjang benda kerja yang dibubut (mm)
Vf= Kecepatan pemakanan (mm/menit)
Tiga kali pemakanan dengan ketebalan pemotongan 1 mm dan
dilakukan 1 kali proses finising dengan ketebalan pemotongn sebesar
0,1 mm. Waktu yang dibutuhkan utuk proses pembubutan poros
penggerak ini adalah 4 x 1,77 menit dan diperoleh 7,08 menit.
5) Putaran mesin pada pembubutan bagian ke dua untuk poros
penggerak:
π .d.n
Vc = 1000
d 1+d 2
d rata−rata=
2
16 , 9+14 , 9
d rata−rata=
2
d rata−rata=15,9
30×1000
n = 3,14×15,9

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 42


30000
= 56,363
= 600 rpm
Disesuaikan pada mesin bubut yaitu 625 rpm
6) Kecepatan Pemakanan pada pembubutan bagian ke dua
V f = f .n
= 0,315 x 625
= 196,875 mm/menit
7) Kedalaman Potong pada pembubutan bagian ke dua
d 0−d 1
α
= 2
16,9−14 , 9
= 2
= 1 mm
8) Waktu pemotongan pada pembubutan bagian ke dua
Lt
Tc = V f
17
= 196,875
= 0,08 menit
Dua kali pemakanan dengan ketebalan pemotongan 1 mm. dan
dilakukan 1 kali proses finising dengan ketebalan pemotongn sebesar
0,1 mm. waktu yang dibutuhkan utuk proses pembubutan poros
penggerak bagian kedua ini adalah 3 x0,08 menit dan diperoleh 0,24
menit.

 Pembubutan poros yang digerakkan


Proses pembubutan poros yang digerakkan diawali dengan
pembubutan ø 20 mm menjadi ø 18,9 mm sebagai berikut:
1) Putaran mesin
π .d.n
Vc = 1000

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 43


d 1+d 2
d rata−rata=
2
20+18 , 9
d rata−rata=
2
d rata−rata=19 ,45
30×1000
n = 3,14×19,45
30000
= 61,073
= 491,21 rpm
Dari hasil perhitungan ini akan disesuaikan dengan putaran yang
ada pada mesin bubut 425 rpm
2) Kecepatan Pemakanan
V f = f .n
= 0,315 x 425
= 133,875 mm/menit
3) Kedalaman Potong
d 0−d 1
α
= 2
20−18 , 9
= 2
= 1,1 mm
4) Waktu pemotongan
Lt
Tc = V f
120
= 133,875
= 0,89 menit
Dua kali pemakanan dengan ketebalan pemotongan 1 mm dan
dilakukan 1 kali proses finising dengan ketebalan pemotongn sebesar
0,1 mm. Waktu yang dibutuhkan utuk proses pembubutan poros
penggerak ini adalah 3 x 0,89 menit dan diperoleh 2,67 menit.

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 44


5) Putaran mesin pada proses pembubutan bagian ke dua untuk poros
yang digerkkan diawali dengan pembubutan ø18,9 mm menjadi ø17
mm sebagai berikut:
π .d.n
Vc = 1000 …………………. Sumber: Taufiq Rochim
d 1+d 2
d rata−rata=
2
18 , 9+17
d rata−rata=
2
d rata−rata=17 , 5
30×1000
n = 3,14×17,5
30000
= 54 ,95
= 545,95 rpm
Dari hasil perhitungan ini akan disesuaikan dengan putaran yang
ada pada mesin bubut 625 rpm
6) Kecepatan Pemakanan
V f = f .n
= 0,315 x 625
= 196,875 mm/menit
7) Kedalaman Potong
d 0−d 1
α= 2

18, 9−17
= 2
= 1,9 mm
8) Waktu pemotongan
Lt
Tc = V f
15
= 196,875

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 45


= 0,07 menit
Satu kali pemakanan dengan ketebalan pemotongan 1 mm. Dan
dilakukan 1 kali proses finising dengan ketebalan pemotongn sebesar
0,1 mm. waktu yang dibutuhkan untuk proses pembubutan poros
yang digerakkan pada bagian kedua ini adalah 2x0,07 menit dan
diperoleh 0,14 menit.
Jadi waktu keseluruhan yang dibutuhkan untuk proses
pembubutan poros yang digerakkan dan poros penggerak ini adalah
10,13 menit

Gambar 3.14 Geometri pahat bubut


(Sumber: Teknik bengkel V, Institut Teknologi BANDUNG)

Table 3.5 Kecepatan potong m/menit (Vc)


Sudut ∂ Kecepatan Potong
Bahan Sudut γ Kasar Halus

Kuningan, perunggu keras 60 0 - 30 30 45

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 46


Besi tuang 80 80 14 21
2 0 0
Baja lebih dari 70 kg/mm 8 8 10 14
2 0 0
Baja 50 - 70 kg/mm 8 15 14 21
2 0 0
Baja 34 - 50 kg/mm 8 20 20 30
Tembaga, perunggu lunak 80 270 40 70
Aluminium murni 100 400 300 500
Thermoplasts 120 450 40 60

Tabel.3.6 Tingkat gerak pemakanan dan putaran spidel mesin perkakas

Gerak makan (mm/min) Putaran spindel (rpm)


0,021 0,0112 100 112
0,0126 0,014 125 140
0,016 0,18 165 180
0,02 0,0224 200 221
0,025 0,028 250 280
0,315 s/d 0,0355 315 s/d 355
0,04 (Sumber: Teknik bengkel
0,045 400
V, Institut 450
Teknologi BANDUNG)
0,05 0,056 500 560
0,068 0,071 630 710
0,08 0,09 800 900
0,1 0,112 1000 1120
(Sumber: Teknik bengkel V, Institut Teknologi BANDUNG)

c) Pengeboran
Proses pengeboran adalah suatu proses pengerjaan untuk membuat
lubang ataupun untuk memperbesar lubang pada suatu material. Untuk
menentukan kecepatan potong dapat menggunakan rumus sebagai
berikut:
1) Kecepatan putaran mesin bor

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 47


π .d.n
Vc = 1000 …………… Sumber: Taufiq Rochim
Vc×1000
n= π .d
30×1000
= 3 ,14×12
30000
= 37 ,68
= 796 rpm
Keterangan:
Vc = Kecepatan potong (m/menit)
d = Diameter mata bor (mm)
n = Putaran mesin (rpm)
2) Gerak pemakanan (vf)
V f =f . n

= 0,15x 796
= 119,4 mm/menit
Keterangan:
f z = Gerak makan per mata potong (mm/menit)
v f = Kecepatan pemakanan (mm/menit)
n = Putaran mesin (rpm)
z = Jumlah sisi mata potong ; z = 2
3) Kedalaman pemotongan
d
α
= 2 …………… Sumber: Taufiq Rochim
12
= 2
= 6 mm
Keterangan:
α = Kedalaman pemotongan (mm)
d = Diameter mata bor (mm)
4) Waktu pemotongan

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 48


Lt
Tc = Vf ……………. Sumber: Taufiq Rochim
2
= 119,4
= 0,01 menit
Jadi waktu keseluruhan untuk mengebor 8 lubang adalah 0,08 menit
Keterangan:
Tc = Waktu yang dibutuhkan (menit)
Lt =Panjang pemotongan (mm)
Vf = Kecepatan pemakanan (mm/menit)

Tabel 3.7 Putaran spindle 12 step pada mesin bor


Chang 1 2 3 FEED
mm/REV
lever 3 steps
Low L L L 1 0,05
speed 2 0,09
RPM 44 88 77 154 141 282 3 0,15
Drill ø steel 40-25 25-19 19.12
mm cost iron 55-38 38-28 28.22
Tap ø mm 20-16 16-6 6.3
Chang 4 5 6
lever
High H H H
speed
RPM 228 455 398 796 750 1500
drill ø steel 19.12 12­10 10­6 6­3
mm cost iron 28.22 22-19 19-10 10.3
Tap ø mm 6.33

Sumber: Dokumentasi penulis, Lab. Teknologi Mekanik, Politeknik Negeri


Kupang

e) Perakitan
Tahap perakitan adalah tahap dimana komponen-komponen akan
dirangkai menjadi satu dengan melakukan:
1) Persiapan rangka yang sudah dibuat
2) Pemasangan pelat alas dudukan tabung

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 49


3) Pemasangan tabung besar, tabung kecil, pillow blok, dan poros yang
digerakkan untuk pemutar tabung pada bagian tengah rangka.
4) Pemasangan roda gigi yang digerakkan pada poros yang digerakkan
5) Pemasangan dua bantalan diatas rangka untuk penumpu poros
penggerak engkol
6) Pemasangan poros penggerak
7) Pemasangan roda gigi penggerak pada poros penggerak
f) Uji Coba Teknologi
Tahap ini dilakukan jika semua komponen telah dirangkai menjadi
satu, kemudian menguji coba apakah alat tersebut berfungsi dengan baik
atau tidak bekerja sesuai yang direncanakan. Jika alat tidak berfungsi
dengan baik maka dilakukan rancanagn teknologi kembali sampai alat
tersebut berfungsi dengan baik. Untuk rancangan teknologi lebih jelasnya
dapat dilihat pada diagram alir dibawah ini:
g) Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan pada alat yang telah selesai diuji coba
dengan menganalisia variable-variabel yang dikaji yaitu: pengaruh
putaran, waktu dan diameter silinder terhadap kualitas es. Adapun format
pengambilan data yang digunakan adalah seperti pada table dibawah ini :
Tabel . Format Pengambilan Data
Waktu
yang Diameter Jumlah Jumlah Jumlah
Putaran Kualitas
No dibutuh silinder adonan es batu garam
(rpm) es (T)
kan (mm) (kg) (kg) (kg)
(jam)
1 X1 X2 X3 y ….. Z1 Z2 Z3

2        
 
3        
 

Keterangan :
X1 = Variabel bebas pertama
X2 = Variabel bebas kedua
X3 = Variabel bebas ketiga
y = Variabel terikat

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 50


Z1, Z2, dan Z3 = Variabel kendali
3.2 Implementasi
Konstruksi alat es putar adalah rancangan alat yang dibuat untuk
menentukan pengaruh putaran, waktu dan diameter silinder dalam untuk
mengetahui kualitas es yang dihasilkan.
Dengan adanya penelitian ini bisa menjadi jawaban bagi dunia industri
atau usaha kecil menengah (UKM) dalam membuat alat yang bermanfaat dan
efektif bagi masyarakat terutama dari segi konstruksi yang memungkinkan
kualitas produksi lebih cepat dan efisien.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 51


4.1.1 Teknologi Yang Dibuat

Roda Gigi
Poros Penggerak
Bantalan
Poros Yang Digerakkan

Engkol
Tabung Dalam

Tabung Luar

Rangka

Plat Dudukan Tabung

Gambar 4.1 Teknologi Es Putar

(Sumber: Dokumentasi Penulis, 2020)

4.1.2 Data Hasil Pengujian


Tabel 4.1 Data hasil pengujian menggunakan teknologi yang dibuat

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 52


Pengujian I
Jumlah Jumlah Jumlah
Putaran Waktu Diameter Kualitas
NO adonan es batu garam
(rpm) (jam) (mm) (°C)
(kg) (kg) (kg)
1 50
60
2 200 ­5 6 15 5
70
Rata-rata 60
Pengujian II
2 20
30
3,30 180 ­3 6 18 5
40
Rata-rata 30

Sumber: Dokumentasi Pribadi,2020

4.2 Pembahasan
4.2.1 Putaran Pengujian I
Tabel Data Pengujian I Putaran normal 50-70 rpm
Pengujian I
Jumlah Jumlah Jumlah
Putaran Waktu Diameter Kualitas
NO adonan es batu garam
(rpm) (jam) (mm) (°C)
(kg) (kg) (kg)
1 50
60
2 200 ­5 6 15 5
70
Rata-rata 60
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020
Dalam proses pengambilan data dari alat produksi es putar, dilakukan
pengujian dua kali dalam putaran yang bervariasi yaitu putaran normal, dan
putaran pelan. Untuk mengetahui kecepatan putar yang diberikan oleh
tenaga manusia penulis menggunakan alat ukur putaran tachometer. Dari
pengujian pertama yang dilakukan penulis menggunakan tabung berdiameter
200 mm dengan adonan 6 kg, es batu 15 kg dan garam 5 kg dengan putaran
normal 50-70 rpm. Dari putaran 50-70 rpm menunjukkan kualitas es atau
suhu akhir adonan adalah -50C dengan waktu yang dibutuhkan untuk
menjadikan adonan menjadi es adalah 2 jam
4.2.2 Putaran Pengujian II
Tabel Data Pengujian II Putaran Pelan 20-40 rpm

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 53


Pengujian II
2 20
30
3,30 180 ­3 6 18 5
40
Rata-rata 30
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020
Pada pengujian kedua yang dilakukan penulis menggunakan tabung
berdiameter 180 mm dengan adonan yang sama 6 kg, es batu 15 kg dan
garam 5 kg dengan putaran yang divariasikan menjadi 20-40 rpm. Dari
putaran 20-40 rpm menunjukkan kualitas es atau suhu akhir adonan yang
dihasilkan adalah -30C dengan waktu yang dibutuhkan untuk menjadikan
adonan menjadi es adalah 3 jam 30 menit
Dari tabel yang telah diuraikan diatas perbandingan putaran dalam
proses produksi es putar, putaran normal 50-70 rpm akan semakin baik
menghasilkan kualitas es, namun dengan putaran pelan 20-40 rpm kualitas
es atau suhu akhir adonan kurang baik dan waktu produksi semakin lama
dan akan berpengaruh pada proses terbentuknya pembekuan es dan
perpindahan suhu antara es batu dan adonan es menjadi semakin lama.
Dapat dipilih putaran ideal yang dapat digunakan untuk produksi es putar
adalah putaran normal 50-70 rpm.
4.2.3 Waktu Yang Dibutuhkan
Dari hasil pengambilan data yang dilakukan 2 kali waktu yang
dibutuhakan untuk memperoduksi es putar adalah 2 jam dan 3 jam 30 menit
dari dua waktu yang didapatkan diketahui 2 yang tercepat dan 3 jam 30
menit yang terlama.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi lamanya waktu dalam
produksi es putar adalah:
1) Adonan cair
Adonan yang cair atau encer akan berpengaruh dalam produksi es
putar yaitu proses pembentukan kristal es akan semakin lama
2) Kurangnya es batu dan garam

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 54


Kuranganya es batu sebagai media pendingin akan berpengaruh
pada adonan yang akan dibekukan. Kurangnya garam akan berpengaruh
pada proses penurunan titik beku es batu yang dibutuhkan untuk
membekukan adonan
3) Putaran yang lambat dan suhu lingkungan
Putaran yang pelan akan memperlama waktu produksi dan suhu
lingkungan akan berpengaruh pada es batu yang akan membuat es batu
cepat mencair
Beberapa faktor tersebut diataslah yang dapat mempengaruhi waktu
produksi es putar menjadi semakin lama dapat mencapai 3 jam
4.2.3 Diameter Silinder
Hasil pengujian sebanyak dua kali pada data yang diuraikan pada table
diatas, maka dapat diketahui untuk ukuran diameter tabung 200 mm
memiliki kemampuan menghasilkan kualitas es yang lebih baik yaitu -50C
dan waktu produksi yaitu 2 jam. Sedangkan untuk ukuran diamter tabung
180 mm mampu menghasilkan kualitas es -3 0C dengan waktu produksi 3
jam 30 menit.

BAB V

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 55


KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Penelitian ini meneliti tentang “Pengaruh Putaran, Waktu Dan
Diamter Silinder Dalam Terhadap Kualitas Es” untuk membantu proses
Produksi. Dengan kajian terhadap beberapa variabel yang berpengaruh
yaitu putaran, waktu, dan diameter, terhadap kualitas es. Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
a) Pengaruh putaran terhadap kualitas es berdasarkan data penelitian
putaran pelan 20-40 rpm kualitas yang diperoleh -3 0C, putaran
normal 50-70 rpm kualitas yang diperoleh -50C, data ini
menunjukan semakin besar putaran maka semakin baik kualitas es
yang dihasilkan.
b) Waktu yang paling ideal untuk satu kali produksi es, berdasarkan
data yang diperoleh adalah 2 jam.
c) Pengaruh diameter terhadap kualitas es yang dihasilkan
berdasarkan data penelitian diameter 180 mm kualitas es yang
diperoleh yaitu -30C diameter 200 mm kualitas es yang diperoleh
-70C, data ini menunjukan semakin besar diameter maka semakin
baik kualiats es yag dihasilkan.
5.2 Saran
Penulis menyarankan agar meneliti lebih lanjut tentang teknologi
pengauh putaran, waktu dan diameter silinder dalam terhadap kualitas es
dan mengembangkan teknologi ini agar dapat membantu masyarakat
khususnya para usaha kecil menengah (UKM) dalam memproduksi es
putar sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 56


Achmad, Zainun. (2008). Elemen Mesin I. Bandung: Refika Aditama

Boy Isma Putra., Alfan Hidayat., & Jaka Purnama. (2008). Elemen Mesin
Untuk Teknik Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu

Francis W. Sears & Mark W. Zemansky, “Fisika Universitas jilid 1 ”, edisi


kesepuluh Jakarta, Erlangga

Gieck, K. (2008). Kumpulan Rumus Teknik. Jakarta: Pradnya Paramita

Holman, J. P. (1994). Perpindahan kalor, Jakarta: Erlangga

Niemann, G. (1999). Perencanaan Elemen Mesin, jilid I, Jakarta: Erlangga

Rochim, Taufiq. (1997). Teori Dan Proses permesinan. Jakarta Erlangga

Sonawan, Hery. (2010). Perancangan Elemen Mesin. Bandung: Alfabeta

Sularso.(2008). Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta:


Pradnya Paramita

Shigley, E. (1986). Perencanaan Teknik Mesin. Jakarta: Erlangga

Wirdato.(2008). Teknik Pemesinan Jilid 2. Jakarta: Direktorat Pembinaan


Sekolah Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan Nasional.

SKRIPSI TEKNIK MESIN Page 57

Anda mungkin juga menyukai