Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MANAJEMEN MUTU PELAYANAN KESEHATAN

Dosen Pengampu : Sri Hajijah Purba, SKM., MKM

Disusun Oleh: Kelompok 1

Khairani Putri Pratiwi (0801212113)


Maharani Br Barus (0801212100)
Maulidia Khairiah (0801212410)
Muhammad Ridwan (0801211018)
Putri Dina (0801213282)
Qisti Mawaddah (0801212099)
Sekar Harum Priyatna (0801212126)
Sufiah Adena Putri (0801211081)
Sukma Khairani Sihombing (0801213381)
Syafirda Alifah Lubis (0801213441)

Kelas/Semester: AKK-B/Semester V

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2023
Definisi Barang Atau Jasa Yang Bermutu Dan Berkualitas
Menurut Kotler dan Amstrong (2008) kualitas adalah karakteristik dari produk
dalam kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan dan
bersifat laten. Sedangkan menurut Garvin dan A. Dale Timpe (1990, dalam Alma, 2011)
kualitas adalah keunggulan yang dimiliki oleh produk tersebut. Kualitas dalam
pandangan konsumen adalah hal yang mempunyai ruang lingkup tersendiri yang berbeda
dengan kualitas dalam pandangan produsen saat mengeluarkan suatu produk yang biasa
dikenal kualitas sebenarnya.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas produk


adalah keseluruhan barang dan jasa yang berkaitan dengan keinginan konsumer yang
secara keunggulan produk sudah layak diperjualkan sesuai harapan dari pelanggan.
Sedangkan Mutu dapat berarti suatu cara sederhana untuk Meraih tujuan yang diinginkan,
dengan cara yang Paling efektif dan efisien, dengan penekanan untuk Memuaskan
pembeli atau konsumen. Mutu tidak Selalu berarti cara yang paling mahal untuk
Melaksanakan segala sesuatu, sebaliknya mutu Merupakan sebuah kebutuhan untuk
melakukan Efisiensi dan penghematan biaya. Mutu tidak harus Berupa layanan atau
barang-barang yang mahal. Namun mutu merupakan sebuah produk atau layanan Yang
memadai, mudah dijangkau, efisien, efektif, dana Man sehingga harus terus menerus
dievaluasi dan Ditingkatkan (Herlambang, 2016)

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Mutu merupakan


suatu proses permenuhan Kebutuhan dan harapan konsumen, baik Internal maupun
eksternal.mutu juga dapat Dikaitkan sebagai suatu proses perbaikan yang Bertahap dan
terus-menerus (Al-Assaf, 1998).

A. Pengertian ISO
ISO merupakan organisasi yang menerbitkan standar seperti standar manajemen
dan standar-standar lainnya. ISO ini sering digunakan dan diterapkan di perusahaan-
perusahaan. Biasanya, sertifikat ISO diterbitkan oleh Badan Sertifikasi ISO yang telah
memiliki otoritas dari Badan Akreditasi. Perusahaan yang dinyatakan lulus berhak
mendapatkan penghargaan sesuai dengan standar ISO yang diterapkan. ISO sendiri
memiliki berbagai macam jenis yang berbeda-beda.
ISO adalah kependekan dari The International Organization for Standardization.
Ini adalah badan non-pemerintah yang terdiri dari lebih dari 160 negara. Mereka
bertanggung jawab untuk mengembangkan standar untuk berbagai industri yang
mempromosikan kualitas, keamanan, dan efisiensi.

Beberapa jenis ISO yang sudah digunakan oleh banyak produk di Indonesia:

1. ISO 9001
Sesuai dengan standar ISO 9001 memiliki banyak manfaat bagi industri
manufaktur. ISO 9001 membantu menginspirasi perusahaan untuk menemukan cara yang
lebih efektif untuk secara permanen menyelesaikan masalah kualitas dan masalah terkait
biaya lainnya sembari mendorong bisnis untuk menemukan cara kreatif untuk melampaui
persyaratan yang ditentukan pelanggan. Standar ini membantu bisnis mengidentifikasi,
mendokumentasikan, dan meningkatkan sistem yang memenuhi kebutuhan pelanggan
tertulis dan “tersirat” seperti:
• ISO adalah badan internasional dan sebagai hasilnya, standar itu membantu
memastikan Standar keamanan
• Manufaktur ramah lingkungan
• Efisiensi produksi yang diharapkan
• Spesifikasi dimensi dan fungsional

Bahwa produk yang diproduksi di berbagai perusahaan dan / atau negara mengelola
bisnis mereka dengan cara yang mempromosikan kolaborasi. Ini meningkatkan
perdagangan nasional dan internasional, sekaligus mengurangi biaya untuk semua pihak.
Karena standar ISO mengharuskan perbaikan terus-menerus, bisnis terdaftar ISO 9001
cenderung mengurangi kesalahan keseluruhan yang, pada gilirannya menghilangkan
pemborosan. Perusahaan yang menganut standar ISO jenis ini sebagai bagian dari budaya
mereka umumnya menikmati kepuasan pelanggan yang lebih tinggi, lebih sedikit
kesalahan, mengurangi biaya, dan keunggulan kompetitif.

Contoh Penerapan Standarisasi ISO 9001


Berbeda perusahaan, tentu akan berbeda pula penerapan ISO 9001. Sistem
Manajemen Mutu 9001 ini lebih berisi persyaratan yang harus dipenuhi oleh perusahaan,
dimana prosedur untuk memenuhi persyaratan tersebut diserahkan kepada masing-
masing perusahaan. Sebab tergantung dari jenis dan kompleksitas dari masing-masing
industri. Berikut contoh penerapan standarisasi ISO 9001
• Mewajibkan perusahaan memiliki kebijakan dan sasaran mutu. Perusahaan dapat
menetapkan sendiri dari Kebijakan dan Sasaran Mutu yang sesuai dengan karakter
perusahaan.
• Mewajibkan perusahaan untuk memiliki sumber daya yang baik, baik sumber
daya manusia dan infrastruktur. Terdapat bentuk evaluasi sumber daya manusia
untuk memastikan bahwa pekerja sudah berkompeten.
• Mewajibkan perusahaan untuk memiliki standar sebagai acuan untuk bekerja,
agar tidak terjadi kesalahan. Bentuk standar acuan bisa ditetapkan oleh
perusahaan sesuai karakter dari masing-masing perusahaan.

2. ISO/IEC 17025
Pada jenis ISO ini dapat digunakan oleh perusahaan yang memiliki persyaratan
lembaga pengujian misalnya laboratorium dengan jenis yang standar. ISO / IEC 17025
memungkinkan laboratorium untuk menunjukkan bahwa mereka beroperasi secara
kompeten dan menghasilkan hasil yang valid, sehingga meningkatkan kepercayaan pada
pekerjaan mereka baik secara nasional maupun di seluruh dunia. Ini juga membantu
memfasilitasi kerjasama antara laboratorium dan badan-badan lain dengan menghasilkan
penerimaan yang lebih luas dari hasil antar negara. Laporan pengujian dan sertifikat dapat
diterima dari satu negara ke negara lain tanpa perlu pengujian lebih lanjut, yang pada
gilirannya meningkatkan perdagangan internasional.
Prinsip ISO 17025
Dalam penerapannya, ada beberapa prinsip yang terdapat dalam ISO 17025, berikut
beberapa diantaranya:
• ISO 17025 merupakan sebuah standar yang menggunakan pendekatan proses
yang sejalan dengan standar yang lebih mutakhir misalnya seperti 9001,
17020, 17024, 15189, 17021 dan 17065.
• ISO 17025 lebih menekankan orientasi pada hasil dari sebuah proses bukan
dari deskripsi hasil pekerjaan serta langkah-langkahnya.
• ISO 17025 merupakan standar yang memberikan pendekatan lebih kuat pada
sebuah teknologi informasi yang mencakup seperti penggunaan sistem
komputer, hasil, rekaman elektronik serta laporan elektronik.
• ISO 17025 mempunyai ruang lingkup yang sangat luas yangmencakup
seluruh kegiatan laboratorium misalnya seperti pengujian, kalibrasi seerta
sampling.
• ISO 17025 memberikan syarat laboratorium untuk berpikir serta beroperasi
dengan cara yang bisa menjamin bahwa seluruh proses berada dalam kendali
serta data yang dihasilkan selalu handal.

Contoh Penerapannya: menjadi acuan kompetensi laboratorium pengujian dan


kalibrasi. Standard ini adalah referensi internasional untuk laboratorium yang
melakukan kegiatan kalibrasi dan pengujian di seluruh dunia, Hasil pengujian dan
kalibrasi yang valid yang dapat dipercaya secara luas .

3. ISO 28000
ISO 28000 adalah standar internasional yang membahas persyaratan Sistem
Manajemen Keamanan untuk rantai pasok atau. Standar ini menetapkan aspek-aspek
untuk membantu organisasi menilai ancaman keamanan dan mengelolanya saat muncul
dalam rantai pasokan mereka. Manajemen Keamanan terkait dengan aspek lain dari
manajemen bisnis. Dengan ISO 28000, organisasi dapat menentukan apakah ada langkah-
langkah keamanan yang tepat dan dapat melindungi properti mereka dari berbagai
ancaman.
Implementasi ISO 28000:
• Manajemen perusahaan harus berkomitmen kuat.
• Sumberdaya perusahaan untuk mengimplementasikan, mendokumentasikan,
berkonsisten dalam penerapan ISO dan melakukan perbaikan yang
berkesinambungan.
• Menetapkan cakupan dan batasan dalam kebijakan keamanan (security
policy).
• Memenuhi persayaratan yang tertulis di Undang-undang dan peraturan yang
berlaku.
• Mengidentifikasi risiko keamanan.
• Melaksanakan metode PDCA (Plan, Do, Check, Act).

4. ISO 50001
Sebagai standar internasional, ISO 50001 menetapkan persyaratan bagi organisasi
untuk mengembangkan, mengimplementasikan, dan meningkatkan Sistem Manajemen
Energi. Ini memungkinkan organisasi untuk mengikuti kerangka kerja spesifik yang
membantu mereka mencapai peningkatan berkelanjutan dalam kinerja energi, efisiensi,
penggunaan, dan konsumsi. Kerangka kerja ini menetapkan pengukuran, dokumen, dan
laporan, yang memungkinkan organisasi untuk memantau kemajuan proses dan karyawan
mereka menuju kinerja energi.
ISO 50001 mengharuskan organisasi untuk membuat kebijakan baru untuk
penggunaan energi yang efisien, untuk menetapkan tujuan dan sasaran untuk memenuhi
kebijakan tersebut dan meninjau dampaknya; benar-benar berusaha untuk mencapai
peningkatan berkelanjutan dalam manajemen energi.

5. ISO 14001
ISO 14001 adalah standar internasional yang diakui secara luas yang menetapkan
persyaratan untuk organisasi yang ingin meningkatkan kinerja lingkungan mereka dan
meningkatkan efisiensi operasional mereka. Kerangka kerja yang didasarkan pada ISO
14001 akan membantu organisasi mengelola proses jangka pendek dan jangka panjang
mereka melalui penggunaan sumber daya yang efisien, yang akan memiliki dampak
positif terhadap lingkungan.

6. ISO 22000
ISO 22000 adalah standar internasional yang diterima secara global, yang
menetapkan persyaratan untuk sistem manajemen keamanan pangan. Didirikan pada
tahun 2005, ISO 22000 berlaku untuk semua organisasi yang terlibat dalam rantai
makanan, yang tujuan utamanya adalah untuk memastikan keamanan pangan.
Standar ini menguraikan kerangka kerja yang menyelaraskan semua bagian dari
rantai pasokan makanan, dari produsen ke konsumen, dan membantu Anda mengurangi
bahaya pangan, mengendalikan risiko dan mencegah kontaminasi.

7. ISO/IEC 27001
ISO/IEC 27001 adalah standar internasional yang menetapkan spesifikasi untuk
sistem manajemen keamanan informasi. Pendekatan praktik terbaiknya membantu
organisasi mengelola keamanan informasi mereka dengan menangani orang dan proses
serta teknologi. Sertifikasi terakreditasi secara independen untuk Standar ini diakui di
seluruh dunia sebagai indikasi bahwa sistem manajemen keamanan informasi Anda
selaras dengan praktik terbaik keamanan informasi.
Bagian dari seri ISO 27000 standar keamanan informasi, ISO 27001 adalah
kerangka kerja yang membantu organisasi membangun, menerapkan, mengoperasikan,
memantau, meninjau, memelihara, dan terus meningkatkan sistem manajemen keamanan
informasi.

8. ISO TS 16949
ISO TS 16949 adalah persyaratan sistem kualitas umum yang dikembangkan
bersama oleh industri otomotif AS, Jerman, Prancis, dan Italia dalam upaya terpadu untuk
meningkatkan kualitas dan memastikan integritas pasokan ke industri. Persyaratan ini
berlaku untuk organisasi apa pun yang memproduksi komponen, rakitan, dan suku cadang
untuk pasokan ke industri otomotif.
Pengertian ISO sangat berkaitan dengan jenis jenis ISO yang telah dibahas. Dengan
memahami pengertian dan jenisnya sebagai perusahaan yang akan bersaing global dapat
mempersiapkan dan memperhatikan yang seharusnya dilakukan. Setiap bidang akan
memiliki jenis ISO yang berbeda karena semua standar terhadap perusahaan tidak sama.

B. SNI
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi
Nasional, Standar Nasional Indonesia (NIS) adalah standar yang ditetapkan dan
diterapkan secara nasional oleh badan standar nasional. Standar-standar ini merupakan
spesifikasi teknis yang dibuat berdasarkan konsensus antar pemangku kepentingan
(pemerintah, produsen, konsumen, dan pakar).
SNI dapat didefinisikan untuk barang, jasa atau proses manufaktur. Tujuan utama
penerapan SNI ini adalah untuk memperkuat perlindungan konsumen, badan usaha,
pekerja dan masyarakat lainnya, baik dari segi keselamatan, keamanan dan kesehatan;
Melaksanakan persaingan niaga yang sehat dalam perdagangan, meningkatkan mutu dan
daya saing produk dalam negeri. Khususnya pada aspek perdagangan internasional,
penerapan standar (SNI) dan persyaratan mutu dapat menjadi hambatan teknis
perdagangan (OTC), khususnya hambatan non-tarif yang diterapkan untuk
mengendalikan masuknya produk impor ke dalam negeri. Di sisi lain, produk SNI juga
mampu bersaing di pasar global. Contohnya adalah negara-negara Timur Tengah yang
mewajibkan label SNI untuk produk pangan Indonesia yang diimpor ke negaranya.
Dalam penerapan SNI, baru sedikit produk yang diwajibkan (mandatory) berlabel
SNI, selebihnya masih bersifat sukarela (voluntary). Berdasar pada Pasal 12 Ayat (2) PP
102/2000, SNI bersifat sukarela untuk diterapkan oleh pelaku usaha. Namun, dalam hal
SNI berkaitan dengan kepentingan keselamatan, keamanan, kesehatan masyarakat atau
pelestarian fungsi lingkungan hidup dan/atau pertimbangan ekonomis, instansi teknis
dapat memberlakukan secara wajib sebagian atau seluruh spesifikasi teknis dan atau
parameter dalam SNI (Pasal 12 Ayat [3] PP 102/2000).
Berdasarkan sistem informasi SNI BSN, terdapat 201 SNI yang diberlakukan wajib,
yaitu:
1) Air mineral alami (SNI 6242:2015)

2) Air mineral (SNI 3553:2015)

3) Air demineral (SNI 6241:2015)

4) Air minum embun (SNI 7812:2013)

5) Garam konsumsi beryodium (SNI 01-3556-2000)

6) Minyak goreng sawit (SNI 7709:2019)

7) Kopi Instan (SNI 2983:2014)


8) Tuna dalam kemasan kaleng (SNI 8223:2016)

9) Sarden dan makarel dalam kaleng (SNI 8222:2016)

10) Tepung Terigu sebagai bahan makanan (SNI 3751:2009)

11) Gula kristal - Bagian 3: Putih (SNI 3140.3:2010/Amd1:2011)

12) Gula kristal - Bagian 2: Rafinasi (SNI 3140.2-2011)

13) Kakao bubuk (SNI 3747:2009)

14) Biskuit (SNI 2973:2011)

Jalan Berliku Menuju Penerapan SNI


Ada banyak faktor yang menjelaskan lambatnya penerapan NIS di Indonesia.
Pertama, dari sisi kontraktor, eksportir lebih fokus pada pemenuhan persyaratan
internasional atau pembeli dibandingkan kepatuhan SNI. Untuk pasar dalam negeri,
produsen masih belum sadar untuk menerapkan SNI secara sukarela karena dianggap
akan meningkatkan biaya produksi. Khususnya bagi level UMKM dengan modal terbatas
dan proses produksi sederhana. Bahkan, untuk konsumsi sehari-hari banyak masyarakat
yang menggunakan produk dari UMKM. Kedua, dari sisi kelembagaan sertifikasi dan
identifikasi surat persetujuan penandaan SNI (SPPT). Pemberian SPPT SNI dilakukan
oleh pihak ketiga (pemerintah atau swasta), yang telah dinilai oleh Komisi Akreditasi
Nasional (KAN) atau disebut juga Lembaga Sertifikasi Produk (LS Pro) dan pengakuan.
Jumlah LS Pro yang tersedia terbatas baik kuantitas maupun kualitas personelnya. Hal
ini berdampak pada pelacakan dan pemantauan produk bertanda SNI yang ada di pasaran.
Berdasarkan survei BSN, kurang dari 50% produk yang diberi label mutu SNI memenuhi
standar yang telah ditetapkan, belum lagi produk palsu dan label SNI palsu.
Ketiga, masyarakat konsumen tidak mengetahui dan tidak peduli terhadap kualitas
dan standar barang yang mereka konsumsi. Pertimbangan harga masih menjadi faktor
utama dalam memilih barang, selain keterbatasan daya beli masyarakat. Inilah tugas besar
pemerintah: menciptakan pangan yang murah namun berkualitas. Terakhir adalah aspek
regulasi dari SNI itu sendiri. Berdasarkan kajian, terlihat beberapa SNI yang sulit
dilengkapi oleh produsen karena prosesnya yang berbeda atau kurang ramah pengguna
bagi pengusaha skala UMKM.
Untuk mengatasi berbagai kendala dalam mencapai kualitas produk dan layanan,
pemerintah perlu menerapkan strategi penerapan NIS yang baru di Indonesia. Mulai dari
aspek regulasi SNI agar lebih ramah pengguna bagi UMKM dengan modal kecil dan
teknologi pengolahan sederhana.
Memberdayakan organisasi daerah (UPTD dan laboratorium) untuk berperan lebih
besar dalam Sistem Standar Nasional (SSN) sehingga proses pemantauan, surveilans, dan
sertifikasi produk dapat berjalan lebih efektif dengan melibatkan otoritas setempat.
Kebijakan tersebut tentunya harus didukung oleh anggaran dan peningkatan sumber daya
manusia yang kompeten. Terakhir, memberikan insentif kepada pengusaha/UMKM yang
ingin menerapkan NIS, terutama yang tetap bersifat sukarela, seperti keringanan pajak
atau pengurangan biaya sertifikasi. Melalui koordinasi antara pemerintah pusat, daerah,
produsen dan konsumen, produk berstandar Indonesia dapat cepat terwujud.

Fungsionalitas sertifikat SNI


Fungsi sertifikat SNI sendiri mengacu pada tiga kelompok dalam siklus kegiatan
ekonomi yang berlaku bagi produsen, konsumen, dan pemerintah. Bagi produsen,
sertifikat SNI ini berfungsi sebagai tanda pengenal dan jaminan mutu agar konsumen
mempunyai kepercayaan terhadap produk yang dihasilkannya. Sedangkan bagi produsen
yang belum memiliki label SNI akan berusaha meningkatkan kualitas produknya hingga
memenuhi standar nasional dan mendapatkan label SNI.
Bagi konsumen, sertifikat SNI ini dapat membantu mereka mengetahui produk
mana yang berkualitas dan aman serta mana yang tidak. Konsumen akan merasa aman
ketika menjumpai produk berlabel SNI karena tidak menimbulkan risiko terhadap
keselamatan diri, kesehatan, dan lingkungan. Bagi pemerintah, sertifikasi SNI
melindungi produk yang diproduksi oleh perusahaan dalam negeri karena memiliki label
yang dikeluarkan pemerintah.
Kualitas produk yang berlabel SNI akan mendapat perhatian lebih dibandingkan
produk luar negeri yang tidak berlabel SNI, meski harganya lebih murah. Sertifikat SNI
ini juga dapat berkontribusi dalam pengembangan pergerakan ekonomi.

Jenis sertifikat SNI


Produk yang digunakan untuk menjamin keselamatan, kesehatan, dan perlindungan
lingkungan termasuk dalam kategori SNI wajib. Sedangkan SNI jenisnya bersifat
sukarela. Kegiatan sertifikasi berbasis SNI terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Sertifikasi manajemen, khususnya sertifikasi sistem manajemen perusahaan.
Misalnya saja dalam SNI ISO.

2) Sertifikasi produk, misalnya sertifikasi produk yang dihasilkan oleh perusahaan


berbasis SNI, seperti helm dan air minum dalam kemasan.

3) Sertifikasi personel, yaitu sertifikasi keterampilan personel, misalnya pekerja minyak


dan gas, tukang listrik, dan lain-lain

C. SIMPUS

Menurut PERMENKES No 31 Tahun 2019 Tentang Sistem Informasi Puskesmas


merupakan suatu tatanan yang menyediakan informasi untuk membantu proses
pengambilan keputusan dalam melaksanakan manajemen Puskesmas dalam mencapai
sasaran kegiatannya.Sumber informasi SIMPUS meliputi Sistem Pencatatan dan
Pelaporan Terpadu Puskesmas, survei lapangan, laporan lintas sektor dan laporan sarana
kesehatan swasta (DepKes RI, 1997). SIMPUS adalah sebuah sistem Informasi yang
terintegrasi dan didesain multi user yang disiapkan untuk menangani keseluruhan proses
manajemen puskesmas.
Indikator dan Contoh Simpus yang Sesuai Standar Mutu
D. SIMK3

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan sistem


perlindungan bagi tenaga kerja dan jasa konstruksi untuk meminimalisasi dan
menghindarkan diri dari resiko kerugian moral maupun material, kehilangan jam kerja,
maupun keselamatan manusia dan lingkungan sekitarnya yang nantinya dapat menunjang
peningkatan kinerja yang efektif dan efisien. Pedoman penerapan SMK3 di Indonesia
diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER.05/MEN/1996.

Tujuan Simk3
Selain berperan dalam memperbaiki kondisi kerja dan memastikan kesejahteraan
pekerja, penerapan K3 yang baik juga berperan dalam menurunkan angka kesakitan,
absensi, kecacatan, kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pekerja yang sehat akan
cenderung memiliki motivasi yang besar dalam bekerja untuk menghasilkan produk atau
memberikan layanan yang berkualitas yang secara tidak langsung juga turut berperan
dalam meningkatkan produktifitas perusahaan.
SMK3 menyajikan kerangka kerja dalam memahami dan mengendalikan risiko di
tempat kerja dengan cara menghilangkan maupun meminimalkan risiko melalui langkah-
langkah pencegahan dan perlindungan yang efektif, serta bagaimana memanfaatkan
peluang K3 untuk mencegah terjadinya cedera yang berkaitan dengan pekerjaan untuk
menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat.
Tujuan SMK3 telah disebutkan pada Pasal 2 Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3 sebagaimana berikut :
1) Meningkatkan efektifitas perlindungan K3 yang terencana, terukur, terstruktur,
dan terintegrasi;
2) Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/ buruh, dan/ atau serikat pekerja/ serikat
buruh;
3) Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas.
Contoh Kebijakan dari SMK3 di Perusahaan

Kebijakan SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja)


merupakan syarat dasar dalam membangun Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja. Kebijakan K3 adalah komitmen pimpinan suatu
organisasi/ perusahaan untuk menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja seluruh
personil di bawah kendalinya juga pihak-pihak yang berkaitan (berhubungan) dengan
kegiatan (aktivitas) operasi perusahaan (organisasi) tersebut. Kebijakan SM K3 ini harus
dibuat dan sisahkan oleh top management, untuk dapat disosialisasikan pada seluruh
karyawan, tamu, sipplier, partner kerja, dll yang sering melakukan kegiatan pada area
Perusahaan.
Contoh penerapan sistem manajemen K3 di perusahaan adalah adanya jam kerja
yang manusiawi. Ini merupakan hal yang krusial, tetapi kerap dilanggar perusahaan.
Padahal, jam kerja yang tidak manusiawi akan memengaruhi kesehatan pegawai.
Kemudian pada rumah sakit Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 66 Tahun 2016 Tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit,
menjelasakan K3RS merupakan metode pelaksaan yang bermula melalui beberapa
perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan pengendalian dengan maksud membiasakan
pelaksanaan K3 di rumah sakit. K3RS berkaitan tentang perilaku karyawan, cara
melakukan aktivitas, alat perkakas, serta lokasi kerja. Usaha tersebut mencakup
peningkatan, pencengahan, pengobatan dan pemulihan.

Petugas yang berkemampuan baik petugas pelayanan kesehatan maupun non


kesehatan ialah yang diakibatkan dari 3 (tiga) komponen K3 meliputi kapasitas kerja,
beban kerja dan area kerja. Rumah sakit termasuk dalam lokasi pekerjaan dengan
bermacam-macam ancaman yang dapat menyebabkan efek buruk terhadap tubuh,
efeknya juga berimbas pada orang berada di lingkungannya, seperti pasien serta
pengunjung. Berdasarkan permasalahan tersebut, sudah semestinya pengelolah atau
pemimpin rumah sakit menerapkan usaha-usaha K3RS. Manajemen K3 di rumah sakit
memeiliki tujuan menciptakan lokasi kerja yang sehat, aman, nyaman, serta bertujuan
untuk meningkatan tingkat kesehatan dirumah sakit.

GMCI sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa penyedia transportasi laut
untuk penumpang, barang dan binatang baik untuk dalam ataupun luar negeri,
menawarkan jasa yang berkualitas tinggi dan berstandard internasional. Kepuasan
pelanggan adalah nomor satu Guna mewujudkan tujuan tersebut PT. GMCI berkomitmen
untuk:
1) Membangun dan menerapkan Sistem Sistem Manajemen K3 /OHSAS
18001:2007 secara konsisten
2) Selalu berusaha meningkatkan kemampuan proses dan produktivitas serta
memberikan jasa penyedia angkutan atau transportasi laut yang berkualitas tinggi
dan berstandard Internasional untuk kepercayaan dan kepuasan pelanggan.
3) Mematuhi undang-undang, peraturan dan persyaratan lainnya yang berlaku untuk
produk/jasa, lingkungan, serta keselamatan dan kesehatan kerja karyawan.
4) Melakukan pencegahan luka, sakit, penyakit akibat kerja dan upaya perbaikan
yang terus-menerus dalam rangka peningkatan kinerja kualitas, lingkungan serta
kesehatan dan keselamatan kerja

E. SIMRS

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) merupakan suatu sistem


teknologi informasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses
pelayanan rumah sakit dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan, dan prosedur
administrasi untuk memperoleh informasi secara tepat dan akurat. SIMRS juga dapat
dimanfaatkan dalam bidang kefarmasian di Rumah Sakit¹. SIMRS kefarmasian dapat
digunakan untuk mengelola data atau informasi tentang input obat dan matkes non obat,
transaksi atau distribusi barang-barang kebutuhan di Instalasi Farmasi sampai dengan
pembuatan laporan. Variabel yang terdapat dalam Sistem Informasi Farmasi antara lain,
transaksi pembelian barang ke distributor, penjualan obat ke pasien, retur obat, laporan
penjualan harian, laporan obat slow moving dan fast moving, laporan analisis, dan grafik
penjualan. Apabila sistem ini dimanfaatkan dengan baik, proses perencanaan pengadaan
obat di IFRS akan lebih akurat dan efisien.

Contoh fitur yang biasanya ada dalam SIMRS:

1) Pendaftaran Pasien: Memungkinkan staf rumah sakit untuk mendaftarkan pasien,


mengumpulkan informasi pribadi dan medis, serta membuat rekam medis pasien.
2) Manajemen Antrian: Mengelola antrian pasien, memantau status pasien yang
sedang dalam perawatan, dan mengarahkan pasien ke layanan yang sesuai.
3) Manajemen Jadwal Dokter: Memungkinkan rumah sakit untuk mengatur jadwal
dokter, membuat janji temu, dan mengelola pergeseran atau jadwal darurat.
4) Rekam Medis Elektronik: Menyimpan dan mengelola catatan medis pasien,
termasuk hasil tes, diagnosis, dan riwayat perawatan.
5) Manajemen Stok Obat dan Alat Kesehatan: Mengelola stok obat dan peralatan
medis, memantau kadaluarsa, dan menghasilkan pesanan otomatis.
6) Manajemen Faktur dan Keuangan: Mengelola pembayaran pasien, klaim asuransi,
dan laporan keuangan rumah sakit.
7) Pelaporan dan Analisis: Menghasilkan laporan tentang kinerja rumah sakit,
termasuk data statistik, efisiensi operasional, dan analisis tren kesehatan.
8) Integrasi Laboratorium dan Pencitraan: Menghubungkan sistem dengan
laboratorium dan perangkat pencitraan medis untuk mengakses hasil tes dan
gambaran medis.
9) Manajemen Sumber Daya Manusia: Mengelola informasi staf rumah sakit,
termasuk jadwal kerja, penggajian, dan pelatihan.
10) Pengingat dan Peringatan: Mengirimkan pengingat kepada staf medis, dokter,
atau pasien untuk janji temu, resep, atau perawatan berkala.
11) Keamanan Data: Menjaga privasi dan keamanan data medis pasien sesuai dengan
peraturan dan standar yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

FARINA. (2021). PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA (SMK3) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CUT NYAK
DHIEN. SKRIPSI. FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI AR-RANIRY DARUSSALAM – BANDA ACEH. 28-31

Fitrijaningsih., dkk. (2022). Panduan Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan Dan


Kesehatan Kerja SMK3. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah
Jakarta. 5-6

https://id.scribd.com/document/412941594/indikator-mutu-SIMPUS

https://media.neliti.com/media/publications/97452-ID-penerapan-sistem-manajemen-
keselamatan-d.pdf

https://smk3.rajadiginet.com/contoh-kebijakan-smk3-di-perusahaan.html
https://standarku.com/sni/

Pangkey, F. (2012). PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PROYEK KONSTRUKSI DI INDONESIA.
Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING. 2(2). 100-113

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82


TAHUN 2013 TENTANG SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT
Permenkes RI No 82 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

sumber : https://accurate.id/marketing-manajemen/pengertian-iso/

sumber : https://www.isomanajemen.com/jenis-jenis-iso/

Susilo wibowo, dkk. 2020. ANALISIS PENGENDALIAN OBAT-obatan instalasi


Farmasi RSUD Tugurejo Semarang selama Covid 19. Jurnal Manajemen Kesehatan
Indonesia. Universitas Diponegoro. Vol. 9. No. 3

Anda mungkin juga menyukai