Anda di halaman 1dari 9

Perbedaan ISO

dan SNI
ANGGOTA KELOMPOK :
1. BAGUS SADIKIN
2. PRAYOGI
3. THARSIANUS LAPUT

STANDARISAI
Standar ISO

Banyak orang yang mengatakan bahwa ISO merupakan singkatan dari


International Organization for Standardization, padahal ISO bukan merupakan
singkatan. ISO berasal dari bahasa Yunani isos yang berarti sama. Penggunaan
kata ISO agar mempermudah dalam penyebutan untuk International Organization
for Standardization, berdasarkan pertimbangan beraneka ragamnya budaya dan
bahasa dari negara-negara di seluruh dunia. Pengertian dari ISO sendiri adalah
organisasi internasional khusus dalam hal standarisasi (M. N. Nasution, 2001:
218). Jadi ISO merupakan sebuah organisasi bertaraf internasional yang khusus
bergerak dalam bidang standarisasi.

Seperti halnya organisasi lainnya, ISO juga mempunyai suatu tujuan.


Adapaun tujuan ISO adalah mengembangkan dan mempromosikan standar-
standar untuk umum yang berlaku secara internasional (M. N. Nasution, 2001:
218).

ISO mempunyai beberapa seri yang disesuaikan dengan bidang yang


dikelola oleh suatu organisasi, dari beberapa seri ISO tersebut terdapat sebuah seri
yang berkaitan dengan mutu. Seri ISO yang berkaitan dengan mutu tersebut
adalah seri ISO 9000. Hal ini selaras dengan yang dikemukaan oleh M. N.
Nasution (2001: 219) bahwa:

ISO 9000 merupakan suatu seri dari standar-standar internasional untuk


sistem kualitas, yang menspesifikasikan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi
untuk desain dan untuk penilaian dari suatu sistem manajemen dengan tujuan
untuk menjamin bahwa pemasok (perusahaan) akan menyerahkan barang dan /
atau jasa yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Pengertian tersebut selaras dengan yang dikemukakan oleh Perry L.


Johnson (1997: 6) bahwa ISO 9000 is a series of quality assurance standards that
were created by the International Organization for Standardization, based in
Geneva, Switzerland. Artinya bahwa ISO 9000 merupakan serangkaian standar
sistem kualitas yang diciptakan oleh Internatinal Organization for Standardization
yang berbasis di Jenewa, Swiss.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ISO 9000
merupakan suatu standar yang memegang peranan penting dalam bidang sistem
mutu, khususnya yang membahas pengenda1ian langkah-langkah produksi atau
pelayanan dalam lingkup produk atau jasa.

Seperti halnya ISO, seri ISO 9000 juga mempunyai beberapa tujuan. M.
N. Nasution (2001: 219) mengatakan bahwa tujuan utama dari ISO 9000 adalah
sebagai berikut:

Organisasi dapat mencapai dan mempertahankan kualitas produk atau jasa


yang dihasilkan, sehingga secara berkesinambungan dapat memenuhi kebutuhan
para pembeli. Organisasi dapat memberikan keyakinan kepada pihak
manajemennya sendiri bahwa kualitas yang dimaksudkan itu telah dicapai dan
dapat dipertahankan. Organisasi dapat memberikan keyakinan kepada pihak
pembeli bahwa kualitas yang dimaksudkan itu telah atau akan dicapai dalam
produk atau jasa yang dijual.

Standar Nasional Indonesia

Sejarah Standar Nasional Indonesia (SNI)

Badan Standardisasi Nasional merupakan Lembaga pemerintah non-


kementerianIndonesia dengan tugas pokok mengembangkan dan membina kegiatan
standardisasi di negara Indonesia.Badan ini menggantikan fungsi dari Dewan
Standardisasi Nasional
(DSN).http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Standardisasi_Nasional10 Agustus
2013. Dalam melaksanakan tugasnya Badan Standardisasi Nasional berpedoman
pada Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi
Nasional.Badan ini menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang digunakan
sebagai standar teknis di Indonesia.Pelaksanaan tugas dan fungsi Badan
Standardisasi Nasional di bidang akreditasi dilakukan oleh Komite Akreditasi
Nasional (KAN). KAN mempunyai tugas menetapkan akreditasi dan
memberikan pertimbangan serta saran kepada BSN dalam menetapkan sistem
akreditasi dan sertifikasi.Sedangkan pelaksanaan tugas dan fungsi BSN di bidang
Standar Nasional untuk Satuan Ukuran dilakukan oleh Komite Standar Nasional
untuk Satuan Ukuran (KSNSU). KSNSU mempunyai tugas memberikan
pertimbangan dan saran kepada BSN mengenai standar nasional untuk satuan
ukuran.Sesuai dengan tujuan utama standardisasi adalah melindungi produsen,
konsumen, tenaga kerja dan masyarakat dari aspek keamanan, keselamatan,
kesehatan serta pelestarian fungsi lingkungan, pengaturan standardisasi secara
nasional ini dilakukan dalam rangka membangun sistem nasional yang mampu
mendorong dan meningkatkan, menjamin mutu barang dan/atau jasa serta mampu
memfasilitasi keberterimaan produk nasional dalam transaksi pasar global. Dari
sistem dan kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk
barang dan/atau jasa Indonesia di pasar global

Standar Nasional Indonesia (disingkat SNI) adalah satu-satunya standar yang


berlaku secara nasional di Indonesia.SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan
ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional. Agar SNI memperoleh
keberterimaan yang luas antara para stakeholder, maka SNI dirumuskan dengan
memenuhi WTO Code of good practice,
yaitu: http://id.wikipedia.org/wiki/Standar_Nasional_Indonesia 21 Juni 2010.

1. Openess (keterbukaan): Terbuka bagi agar semua stakeholder


yang berkepentingan dapat berpartisipasi dalam pengembangan SNI;
2. Transparency (transparansi): Transparan agar semua stakeholder yang
berkepentingan dapat mengikuti perkembangan SNI mulai dari tahap
pemrograman dan perumusan sampai ke tahap penetapannya . Dan dapat
dengan mudah memperoleh semua informsi yang berkaitan dengan
pengembangan SNI;
3. Consensus and impartiality (konsensus dan tidak memihak): Tidak
memihak dan konsensus agar semua stakeholder dapat menyalurkan
kepentingannya dan diperlakukan secara adil;
4. Effectiveness and relevance: Efektif dan relevan agar dapat memfasilitasi
perdagangan karena memperhatikan kebutuhan pasar dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
5. Coherence: Koheren dengan pengembangan standar internasional agar
perkembangan pasar negara kita tidak terisolasi dari perkembangan pasar
global dan memperlancar perdagangan internasional; dan
6. Development dimension (berdimensi pembangunan): Berdimensi
pembangunan agar memperhatikan kepentingan publik dan kepentingan
nasional dalam meningkatkan daya saing perekonomian nasional.

Dengan adanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 102 Tahun


2000 tentang Standardisasi Nasional, Sasaran utama dalam pelaksanaan
standardisasi, adalah meningkatnya ketersediaan Standar Nasional Indonesia (SNI)
yang mampu memenuhi kebutuhan industri dan pekerjaan instalasi guna
mendorong daya saing produk dan jasa dalam negeri, secara umum SNI mempunyai
manfaat, sebagai berikut:

1. dari sisi produsen

Terdapat kejelasan target kualitas produk yang harus dihasilkan sehingga


terjadi persaingan yang lebih adil;

2. dari sisi konsumen

Dapat mengetahui kualitas produk yang ditawarkan sehingga dapat


melakukan evaluasi baik terhadap kualitas maupun harga;

3. dari sisi Pemerintah

Dapat melindungi produk dalam negeri dari produk-produk luar yang murah
tapi tidak terjamin kualitas maupun keamanannya, dan meningkatkan
keunggulan kompetitif produk dalam negeri di pasaran internasional.
Tujuan Penerapan SNI

Pada dasarnya, semua bentuk kegiatan, jasa dan produk yang tidak
memenuhi ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI) diperbolehkan dan tidak
dilarang.Meskipun begitu, kita juga tahu agar produk dalam negeri bisa bersaing
secara sehat di dunia internasional maka sangatlah diperlukan penerapan
SNI.Pemberlakuan SNI terhadap semua bentuk kegiatan dan produk dimaksudkan
untuk melindungi kepentingan umum, keamanan negara, perkembangan ekonomi
nasional dan pelestarian fungsi lingkungan hidup.Andaikata SNI ini diterapkan oleh
semua bentuk kegiatan dan produk maka sangatlah mendukung percepatan
kemajuan di negeri ini.Seperti halnya di negara-negara eropa yang produk-
produknya memenuhi standar nasional bahkan internasional.

Dengan adanya standardisasi nasional maka akan ada acuan tunggal dalam
mengukur mutu produk dan atau jasa di dalam perdagangan, yaitu Standar Nasional
Indonesia, sehingga dapat meningkatkan perlindungan kepada
konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya baik
untukkeselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian fungsi
lingkunganhidup.

Ketentuan mengenai standardisasi nasional telah diatur dalam Peraturan


Pemerintah RI No. 102 Tahun 2000 berisi tentang Standardisasi Nasional yang
ditetapkan oleh Presiden RI pada tanggal 10 November 2000. Ketentuan ini adalah
sebagai pengganti PP No. 15/1991 tentang Standardisasi Nasional Indonesia dan
Keppres No. 12/1991 tentang Penyusunan, Penerapan dan Pengawasan Standar
Nasional Indonesia

Di dalam Peraturan Pemerintah RI No.102 Tahun 2000 tentang


Standarnisasi Nasional pada butir a dan b menjelaskan bahwa tujuan penerapan SNI
adalah :
a. bahwa dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas, daya gunaproduksi,
mutu barang, jasa, proses, sistem dan atau personel, yang dimaksudkan untuk
meningkatkan daya saing, perlindungan konsumen, peluusaha, tenaga kerja dan
masyarakat khususnya di bidang keselamatan,keamanan, kesehatan dan lingkungan
hidup, maka efektifitas pengaturan dibidang standardisasi perlu lebih ditingkatkan;

b. bahwa Indonesia telah ikut serta dalam persetujuan pembentukan


OrganisasiPerdagangan Dunia (World Trade Organization) yang di dalamnya
mengaturpula masalah standardisasi berlanjut dengan kewajiban untuk
menyesuaikanperaturan perundang-undangan nsasional di bidang standardisasi;.

Pada prinsipnya tujuan dari standardisasi nasional adalah: Peraturan Pemerintah RI


No. 102 Tahun 2000 berisi tentang Standardisasi Nasional Pasal 3

1. Meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja


dan masyarakat lainnya baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan
maupun kelestarian fungsi lingkungan hidup.
2. Membantu kelancaran perdagangan.
3. Mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan.

Perbedaan standar iso dengan SNI

Sebenarnya, penerapan SNI dan ISO dalam standar sistem manajemen


mutu adalah sama. Hal itu merujuk ke lembaga pemerintah yang ditunjuk untuk
bertugas dan bertanggung jawab di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian,
yaitu Badan Standardisasi Nasional (BSN).

BSN merupakan anggota International Organization for Standardization


(ISO), suatu organisasi Internasional yang menghasilkan standar (ISO) yang
berpusat di Jenewa, Swiss. BSN sesuai tugas dan fungsinya melakukan
harmonisasi dengan standar internasional. Jadi, bisa dikatakan, lembaga

pemerintah itu mengadopsi secara identik dengan menerjemahkan keseluruhan isi


dari dokumen ISO menjadi SNI.

"Indonesia merupakan anggota ISO, melalui Badan Standardisasi Nasional


(BSN) berpartisipasi aktif dengan ISO," ujar Kepala BSN Bambang Prasetya
seperti dikutip dari www.bsn.go.id, Senin (1/6/2015).Terkait dunia pendidikan,
Bambang mengatakan, bahwa pentingnya sistem manajemen mutu itu diterapkan
karena banyak manfaat yang bisa diperoleh dan mengajarkan siswa tentang sistem
kualitas dengan mendalami sistem mutu.

"Siswa dapat belajar dari contoh, dan belajar dengan praktek. Selain itu
ada nilai tambah bagi pelajar itu sendiri dan yang sangat penting adalah
peningkatan kepuasan siswa," ujar Bambang. Adapun adopsi SNI terhadap ISO,
antara lain adalah Standar Manajemen Mutu SNI ISO 9001 yang identik dengan
ISO 9001. Standar Manajemen Lingkungan SNI ISO 14001 yang identik dengan
ISO 14001, SNI ISO 31000 Sistem Manajemen Risiko identik dengan ISO 31000,
serta ISO 50001 yang identik dengan SNI ISO 50001 tentang Sistem Manajemen
Energi.

Perujukan tersebut dilakukan untuk menghindari duplikasi dalam


penyusunan standar di antara negara anggota ISO dan meminimalkan perbedaan
standar yang dipakai antar-negara. Untuk penyusunan standar di dalam negerinya,
negara anggota ISO berhak mengadopsi seluruh isi ISO.

Jadi, artinya, kalau perusahaan sudah menerapkan ISO 9001, perusahaan


tersebut sudah menerapkan SNI ISO 9001. Sebagai bangsa yang cinta akan
produknya, masyarakat harus membiasakan bahwa sekolah atau perusahaan di
tanah air sudah menerapkan SNI ISO 9001.Tentu, rasa nasionalisme perlu
ditekankan di sini. Orang Indonesia harus bangga dengan standar nasional, karena
SNI ternyata sudah setara dengan standar internasional.

Selain ISO, ada juga lembaga internasional lain yang mengeluarkan


standardisasi produk dan mutu. Sebut saja, International Electrotechnical
Commission (IEC) untuk produk kelistrikan Codex Alimentarius Commission
(CAC) untuk produk pangan.(Penerapan) SNI untuk meningkatkan daya saing.
Sertifikat SNI pun diterima (di negara lain) karena kita sudah MRA/MLA
(kesepakatan saling menguntungkan), kata Kepala BSN Bambang Prasetya, saat
bertandang ke Kompas, Selasa (22/3/2016).

Saat ini, sebut Bambang, ada 555 jenis produk telah menerapkan SNI.
Hingga Januari 2016, lanjut dia, telah pula dikembangkan 8.812 SNI yang berlaku
untuk beragam sektor, mulai dari pertanian dan teknologi pangan, konstruksi
elektronik, teknologi informasi, teknologi perekayasaan, kesehatan, keselamatan,
lingkungan, teknologi bahan, teknologi khusus, hingga transportasi.

Visi yang dipatok BSN, lanjut Bambang, pada 2015-2019 dapat terwujud
infrastruktur mutu nasional yang andal untuk meningkatkan daya saing dan
kualitas hidup. Standar dan penilaian kesesuaian pun terus dikembangkan,
termasuk menghadirkan 1.429 Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang
diakreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN).

Anda mungkin juga menyukai