Anda di halaman 1dari 10

TANGGUNG JAWAB PRODUK DALAM HUKUM PERLINDUNGAN

KONSUMEN

TAMI RUSLI
Fakultas Hukum Universitas Bandar Lampung, Jl.ZA Pagar Alam No. 26, Labuhan
Ratu, Bandar Lampung

Abstract

Weaken producer responsibility him to yielded product it and is important of him


applying of product standardization in the effort improving product competitiveness and
protection to consumer, queer and also the problems him in its him field so that it is
important to know how product responsibility in consumerism law. Responsibility
principle able to be gone into effect as effort to protect harmed consumer because usage
of service or goods in practice can in the form of contractual responsibility, and
product responsibility, Contractual responsibility can be applied by if perpetrator of is
effort have done Wanprestasi. Product responsibility can be applied by if between
perpetrator of is effort with consumer there no contractual relation and also in the case
of deed contempt of court.

Keyword: Responsibility, Product, consumer

Secara kelembagaan, perekonomi an


I. PENDAHULUAN Indonesia dikembangkan sesuai dengan
dinamika kemajuan ekonomi dengan
Pembangunan nasional bertujuan untuk menerapkan prinsip-prinsip (UUNo17
mewujudkan suatu masyarakat adil dan /2007, Sub Bab IV.1.2 Huruf B angka 9:
makmur yang merata materiil dan spirituil 49):
dalam era demokrasi ekonomi berdasarkan 1. tata kelola pemerintahan yang baik di
Pancasila dan Undang-Undang Dasar dalam menyusun kerangka regulasi dan
Negara RI Tahun 1945. Tujuan perizinan yang efisien, efektif dan non-
pembangunan tersebut diaktualisasikan diskriminatif;
dalam suatu arah kebijakan pembangunan 2. menjaga, mengembangkan dan
nasional, yang dalam arah kebijakan bidang melaksanakan iklim persaingan usaha
ekonominya menegaskan: secara sehat serta melindungi konsumen;
³0HQJHPEDQJNDQ VLVWHP HNRQRPL 3. mendorong pengembangan standari sasi
kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme produk dan jasa untuk meningkatkan
pasar yang berkeadilan dengan prinsip daya saing;
persaingan sehat dan memperhatikan 4. merumuskan strategi dan kebijakan
pertumbuhan ekono mi, nilai-nilai keadilan, pengembangan teknologi sesuai dengan
kepentingan sosial, kualitas hidup, pengembangan ekonomi nasional; dan
pembangunan berwawasan lingkungan dan 5. meningkatkan daya saing usaha kecil dan
ber kelanjutan sehingga terjamin ke menengah diberbagai wilayah Indonesia
sempatan yang sama dalam berusaha dan sehingga men jadi bagian integral dari
bekerja, perlindungan hak-hak konsumen keseluruh an kegiatan ekonomi dan
serta perlakuan yang adil bagi seluruh memperkuat basis ekonomi dalam
PDV\DUDNDW´ negeri.

Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen (Tami Rusli) 79


Pembangunan nasional di bidang negara-negara di dunia, seperti Asean Free
ekonomi yang dilandasi oleh prinsip-prinsip Trade Area (AFTA), Asia Pacific
di atas, harus dapat mendukung tumbuhnya Cooperation (APEC), World Trade
dunia usaha sehingga mampu menghasilkan Organization (WTO), dan Perdagangan
beraneka barang dan jasa yang memiliki Bebas ASEAN-China (2010), telah
kandungan teknologi yang dapat menciptakan sistem perdagangan dunia
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bebas (free trade). Sistem ini akan
banyak dan sekaligus mendapatkan memperluas gerak arus transaksi barang
kepastian atas barang dan jasa yang dan/atau jasa melintasi batas-batas wilayah
diperoleh dari perdagangan tanpa suatu negara. Sehingga pasar nasional
mengakibatkan kerugian konsumen. nantinya akan bersifat terbuka terhadap
Terkait dengan pengembangan ilmu barang dan jasa impor. Hal ini dapat
pengetahuan dan teknologi (iptek) di bidang mengakibatkan terjadinya tingkat
ekonomi, selain diarahkan pada tujuan di persaingan usaha yang semakin ketat.
atas, juga untuk mendukung daya saing Pelaku usaha Indonesia harus bersaing
secara global. Hal ini dilakukan melalui dengan pelaku usaha asing baik dari segi
peningkatan, penguasaan dan penerapan permodalan, kualitas dan kuantitas produk,
iptek secara luas dalam sistem produksi harga barang maupun penguasaan pasar.
barang/jasa, pembangunan pusat-pusat Hal ini dapat berakibat terjadinya
keunggulan iptek, pengembangan lembaga persaingan usaha yang tidak sehat yaitu
penelitian yang handal, perwujudan sistem suatu persaingan antar pelaku usaha dalam
pengakuan terhadap hasil temuan dan hak menjalankan kegiatan produksi dan/atau
atas kekayaan intelektual, pengembangan pemasaran barang atau jasa yang dilakukan
dan penerapan standar mutu, serta dengan cara-cara yang tidak jujur atau
peningkatan kualitas dan kuantitas SDM dengan cara melawan hukum (Pasal 1 angka
dan sarana-prasarana (UUNo17 /2007 Sub 6 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999).
Bab IV.1.2 Huruf B angka 12) Akibatnya adalah terjadinya iklim usaha
Berkembangnya ilmu pengetahu an yang tidak kondusif dan tidak adanya
dan teknologi tersebut mendorong kepastian kesempatan berusaha yang sama
munculnya penemuan-penemuan baru atas bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha
barang dan jasa. Produk yang ditawarkan menengah dan pelaku usaha kecil,
oleh pasar semakin beragam dan akhirnya terjadinya praktik monopoli dan/atau
menciptakan persaingan usaha yang ketat. persaingan usaha tidak sehat serta tidak
Konsumen dalam memilih barang atau jasa terciptanya efektifitas dan efisiensi dalam
tidak lagi berorientasi pada harga (price kegiatan usaha.
oriented), tetapi sudah lebih pada kualitas Untuk itulah peranan pemerintah
barang (quality oriented). Kesadaran ini sangat diperlukan. Pemerintah dapat
menuntut produsen untuk memberikan mutu berfungsi sebagai fasilitator, regulator,
yang terbaik kepada konsumen. Paradigma sekaligus sebagai katalisator dalam upaya
lama yang diyakini produsen bahwa menciptakan lingkungan usaha yang
penerapan standar mutu yang tinggi akan kondusif dan berdaya saing serta terjaganya
menaikkan ongkos produksi; penerapan keberlangsungan meka nisme pasar.
mutu atas suatu produk akan mengurangi Semakin terbukanya pasar nasional dan
produktivitas; dan konsumen dalam negeri internasional sebagai akibat dari proses
tidak kritis terhadap standar mutu, sudah globalisasi ekonomi tersebut, harus tetap
harus mulai ditinggalkan (Ahmadi Miru & menjamin peningkatan kesejahteraan
Sutarman Yodo, 2004: 70). masyarakat serta kepastian atas mutu,
Semakin terbukanya baik pasar jumlah dan keamanan barang dan jasa yang
nasional maupun internasional akibat diperoleh konsumen di pasaran.
adanya kerjasama di bidang ekonomi antara

80 PRANATA HOKUM Volume 7 Nomor 1 Januari 2012


Jika suatu produk telah distandarisasi/ bukan hanya berupa tangible goods, tetapi
disertifikasi, maka produk tersebut harus juga termasuk yang bersifat intangible,
benar-benar memberikan jaminan atas seperti listrik, produk alami (makanan-
kualitas dan keamanan dari produk yang makanan, binatang peliharaan), tulisan (peta
bersangkutan. Dengan demikian dapat penerbangan yang diproduksi secara masal),
diasumsikan bahwa jika suatu produk telah atau perlengkapan rumah. Termasuk dalam
memenuhi standar dan tersertifi kasi, maka pengertian produk tidak hanya produk yang
produk tersebut dipastikan akan sudah jadi secara keseluruhan, tetapi juga
memberikan jaminan dan per lindungan komponen dan suku cadang (Hendarmin
kepada konsumen. Namun dalam Djarab, Rudi M. Rizki, 264).
kenyataannya masih banyak ditemui Tanggung jawab produk atau tanggung
produk-produk yang telah berstandar dan gugat produk merupakan istilah yang
bersertifikasi masih merugikan konsumen, diterjemahkan dari product liability.
apalagi terhadap produk-produk yang belum Tanggung jawab produk juga mengacu pada
memenuhi standar dan tersertifikasi. tanggung jawab produsen, yang dalam
Seringkali konsumen merasa dirugikan istilah bahasa Jerman disebut produzenten
atas beredarnya produk. Misalnya yang haftung. Istilah dan definisi tanggung jawab
sempat heboh adalah adanya produk susu produk di kalangan para pakar dan sejumlah
kemasan yang mengandung melamin, peraturan diartikan secara berbeda-beda.
ketidakhalalan bumbu masak ajinomoto, Product liability sering diistilahkan dengan
permen yang mengandung zat adiktif, tanggung jawab produk cacat, (Az
tempe bongkrek yang beracun dan masih Nasution, 1995: 254).
banyak lagi produk yang beredar di pasaran, Tanggung jawab produk, (Agnes M
terutama produk-produk home industri yang Toar, 1989: 1). atau tanggung jawab
belum memenuhi standar mutu yang produsen (H.E. Saefullah: 262). Sedangkan
ditentukan. Undand-Undang Per lindungan Konsumen
Melihat masih lemahnya tanggung (UUPK) menggunakan istilah tanggung
jawab produsen terhadap produk yang jawab pelaku usaha. Mengenai pengertian
dihasilkannya dan pentingnya penerapan tanggung jawab produk, para pakar
standardisasi dan sertifikasi produk dalam memberikan penekanan dan lingkup yang
upaya meningkatkan daya saing produk dan bervariasi sebagaimana dapat dilihat dalam
perlindungan terhadap konsumen, serta berbagai pengertian di bawah ini.
peliknya permasalahan tersebut dalam 'L GDODP %ODFN¶V /DZ 'LFWLRQDU\
praktiknya dilapangan. product liability dirumuskan sebagai berikut
Berdasarkan latar belakang : (Henry Campbell Black, 1979: 1089).
permasalahan di atas, dapat dirumus kan ³Refers to the legal liability of
permasalahan yaitu, bagaimana kah manufacturers and sellers to compensate
tanggung jawab produk dalam hukum buyers, users and even bystanders for
perlindungan konsumen?. damages or injuries suffered because of
defects in goods purchased ´ 6HPHQWDUD LWX
dalam Butterworths Concise Australian
I. PEMBAHASAN Legal Dictionary, Peter E Nygh dan Peter
Butt, (N.H.T. Siahaan, 2005: 146-147).
A.Pengertian Tanggung Jawab Produk mengatakan bahwa product liability
Produk secara umum diartikan sebagai merupakan tanggungjawab hukum yang
barang yang secara nyata dapat dilihat dan dibebankan kepada pengusaha, distributor
dipegang (tangible goods), baik yang atau pemasok dengan mengartikannya
bergerak maupun tidak bergerak. Namun VHEDJDL EHULNXW ³A responsibility or onus
dalam kaitannya dengan masalah tanggung imposed by the law of contract and tort or
jawab produsen (Product liability) produk by consumer legislation on a manufacturer,

Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen (Tami Rusli) 81


distributor or supplier to warn consumers dari pelaku usaha (baik barang maupun
appropriately about possible detrimental or jasa), atas kerugian yang dialami konsumen
harmful effects of a product and to foresee akibat mengkonsumsi barang yang
how it may be inisused ´ dihasilkannya atau memanfaatkan jasa yang
Agnes M Toar mengartikannya diberikannya. Dengan demikian, di dalam
tanggung jawab produk sebagai : contractual liability ini terdapat suatu
³WDQJJXQJMDZDE SURGXVHn untuk produk perjanjian atau kontrak antara pelaku usaha
yang dibawanya ke dalam peredaran, yang dengan konsumen. Dewasa ini, perjanjian
menimbulkan kerugian karena cacat yang atau kontrak antara pelaku usaha dengan
PHOHNDW SDGD SURGXN WHUVHEXW´ (Agnes M konsumen nyaris selalu menggunakan
Toar). perjanjian atau kontrak yang berbentuk
Dengan demikian, yang dimaksud standar atau baku. Oleh sebab itu di dalam
dengan tanggung jawab produk adalah hukum perjanjian, perjanjian atau kontrak
suatu tanggungjawab secara hukum dari semacam itu dinamakan perjanjian standar
orang atau badan yang menghasilkan suatu /perjanjian baku.
produk (producer, manufacture) atau dari Perjanjian baku adalah perjanjian
orang atau badan yang menjual atau berbentuk tertulis yang telah digandakan
mendistribusikan (seller, distributor) berupa formulir-formulir, yang isinya telah
produk tersebut, juga terhadap orang/badan distandarisasi atau dibakukan terlebih
yang terlibat dalam rangkaian komersial dahulu secara sepihak oleh pihak yang
tentang bengkel dan pergudangan, demikian menawarkan (dalam hal ini pelaku usaha),
juga para agen dan pekerja dari badan- serta ditawarkan secara massal, tanpa
badan usaha tersebut. (Agnes M Toar). mempertimbangkan perbedaan kondisi yang
dimiliki konsumen.
B. Tanggung Jawab Produk dalam Berhubung isi perjanjian baku telah
Hukum Perlindungan Konsumen ditetapkan secara sepihak oleh pelaku
Dasar dari adanya tanggung jawab usaha, maka pada umumnya, isi kontrak
produk adalah perjanjian antara para pihak baku tersebut akan lebih banyak memuat
atau perbuatan melawan hukum, maka hak-hak pelaku usaha dan kewajiban-
berdasarkan hukum Indonesia, ketentuan- kewajiban konsumen ketimbang hak-hak
ketentuan yang berkaitan dengan hal konsumen dan kewajiban-kewajiban pelaku
tersebut (Pasal 1338 dst., Pasal 1365 dst.) usaha. Bahkan tidak jarang terjadi pelaku
harus menjadi patokan utama dalam usaha mengalihkan kewajiban-kewajiban,
penyelesaian masalah tersebut. Namun yang seharusnya menjadi
seperti halnya yang terjadi di negara tanggungjawabnya, kepada konsumen.
lainnya, disadari bahwa ketentuan- Ketentuan semacam ini di dalam kontrak
ketentuan dalam perundang -undangan ini baku disebut exoneration clause atau
lama-kelamaan sudah tidak memadai lagi exemption clause, yang pada umumnya
dalam menyelesai kan permasalahan yang sangat memberatkan atau bahkan cenderung
timbul. Perkembangan ilmu pengetahuan merugikan konsumen.
dan teknologi menyebabkan hukum tertulis Hal tersebut sebagaimana dikatakan
tidak dapat lagi mengikuti perkembangan oleh (Yusuf SofieYusuf Sofie, 2003: 28).
zaman. Oleh karena itu kekurangan- bahwa akibat penyalahgunaan asas
kekurangan ini selayak nya dicarikan jalan kebebasan berkontrak yang dilakukan oleh
keluarnya dengan melihat bagaimana pelaku usaha untuk menjamin hak-haknya
doktrin yang berkembang serta keputusan- terhadap konsumen sekaligus
keputus an pengadilan. mengecualikan kewajiban-kewajiban nya
Pertanggungjawaban kontraktual terhadap konsumen dengan mempraktekkan
(contractual liability) adalah tanggung- klausula-klausula baku (one±sided standard
jawab perdata atas dasar perjanjian/kontrak

82 PRANATA HOKUM Volume 7 Nomor 1 Januari 2012


form contract) dan klausula pengecualian hukum dari tergugat, adanya kerugian yang
(exemption clauses). diderita karena perbuatan melawan hukum
Menurut Sunaryati Hartono, asas itu serta adanya hubungan sebab akibat
kebebasan berkontrak telah menyeret antar perbuatan melawan hukum yang
masyarakat Eropa dan seluruh dunia ke dilakukan tergugat dan kerugian yang
dalam jurang pengangguran dan kelaparan. ditimbulkannya.
Para pengusaha dengan bebas menggunakan Dengan demikian secara perlahan -
berbagai klausula yang memperkecil risiko lahan berkembanglah teori-teori yang
dan tanggung jawabnya. Sebaliknya ia berkaitan dengan strict liability, yang
membebankannya kepada pihak lain yang sering pula disebut sebagai liability without
lebih lemah. Ironisnya pengadilan fault. Ajaran ini mengharus kan produsen
menganggap ini sah tanpa pertimbangan bertanggung jawab atas kerugian konsumen
adil atau tidak ( Sunaryati Hartono, 1991: yang disebabkan oleh produknya, terlepas
121-123). dari apakah ada kesalahan dari produsen
Setiawan mengemukakan bahwa asas atau tidak. Karena itu sistem ini sering pula
kebebasan berkontrak kini tidak lagi tampil disebut tanggung jawab tanpa kesalahan
dalam bentuk yang seutuhnya. Di negara- atau sering dipakai istilah tanggung jawab
negara yang menganut sistem common law, mutlak. Alasan utama dari penerapan asas
intervensi banyak dilakukan terhadap asas tanggung jawab mutlak ini menurut hakim-
tersebut melalui perundang-undangan hakim di Amerika Serikat adalah karena
maupun putusan hakim (Setiawan, 1994: 5). posisi yang paling baik untuk mengurangi
Seiring dengan perkembangan risiko, ada pada produsen yaitu dengan cara
masyarakat, maka terjadi pula perubahan menebar risiko melalui asuransi. Jadi premi
dalam sikap produsen (pelaku usaha). Oleh asuransi dipikul secara merata oleh semua
karena kualitas konsumen makin konsumen dengan cara menambahkan
meningkat, maka produsen mengubah dalam harga satuan produksi (Jerry J.
strategi bisnisnya dan bukan lagi pada Philips dan Harry DuintjerTebbens, 1980:
product-oriented policy, tetapi menjadi 21).
consumen-oriented policy, yaitu kebijakan Dari pendapat di atas terlihat bahwa
pemasaran yang didasarkan pada salah satu syarat penting bagi penerapan
pertimbangan bahwa apa yang dihasilkan tanggung jawab risiko adalah bahwa risiko
oleh pelaku usaha harus sesuai dengan itu dapat diasuransikan. Ini berarti bahwa
tuntutan, kriteria dan kepentingan pihak yang bertanggungjawab dapat
konsumen. Adagium yang berlaku sekarang mengalihkan tanggung jawabnya kepada
bukan lagi caveat emptor, tetapi menjadi perusahaan asuransi, dengan cara
caveat venditor atau let the producer membayar premi asuransi setiap jangka
beware. Yaitu, yang lebih berhati-hati waktu tertentu.
bukan lagi konsumen tetapi produsen. Finz dalam mengomentari Restatement
Akibatnya ialah dunia bisnis mulai section 402 A mengemukakan elemen-
mengenal lembaga Product Liability yang elemen penting agar dapat diterapkan dalam
menganggap produsen langsung bersalah bidang Product Liability adalah sebagai
(presumption of fault) dan berkewajiban berikut :
memberi ganti rugi kepada konsumen (a) Strict liability hanya diterap kan
dalam kasus produk cacat (defective terhadap kerugian yang diderita oleh
product). Berdasarkan prinsip presumption konsumen akhir (end consumer). Jadi
of fault ini, mulailah beban pembuktian bagaimana halnya jika yang menderita
dibalik, yaitu tergugatlah yang harus kerugian adalah pihak ketiga yang bukan
membuktikan tidak adanya kesalahan di pembeli (sering disebut sebagai
pihaknya. Namun penggugat masih harus bystander/bij-stander), apakah tidak
membuktikan adanya perbuatan melawan mungkin strict liability diterapkan pula

Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen (Tami Rusli) 83


kepada produsen? Menjawab hal ini Finz dangerous), maka strict liability dapat
menguraikan sebagai berikut : diterapkan kepada produsen.
Most jurisdiction have resolved the question 2.Perubahan kecil pada produk yang tidak
by applying the section for the benefit of membuat produk tersebut lebih
any person whose injury could have been berbahaya daripada sebelumnya, tidak
forseen, wether such a person is classified menghilangkan beban strict liability
as consumer or bystander. kepada produsen awal.
(b) Strict Liability hanya diterapkan untuk 3.Perubahan pada saat pengepakan yang
professional seller. Sedang yang bukan diketahui oleh produsen atau seharusnya
penjual professional seperti orang yang dapat diketahui, tidak dapat mencegah
menjual hadiah mobil yang telah diterapkannya strict liability kepada
dimenangkannya, tidak dikenai strict produsen.
liability jika pihak pembeli mobil 4.Jika komponen dari produk tersebut
mengalami cidera karena adanya cacat pada telah mengalami perubahan suabstansial
mobil yang bersangkutan. Dalam pengertian ketika dijadikan produk akhir, maka
professional seller yang dikenai strict produsen dari komponen tersebut yang
liability ini termasuk di dalamnya semua menyebabkan produk akhir itu cacat dan
anggota dari mata rantai distribusi produk menimbulkan cedera kepada konsumen.
yang bersangkutan, mulai produsen, (d) Keadaan produk tersebut memang cacat.
importir, agen, distributor, grossir dan Suatu produk dapat disebut cacat jika
pengecer. Tetapi banyak pengadilan di mengandung bahan yang berbahaya, atau
Amerika Serikat yang tidak menerapkan mengandung benda-benda asing, atau
Strict liability kepada pabrik dari suatu suku keadaannya memburuk/menjadi rusak
cadang yang kemudian menyatu menjadi sebelum dijual, karena desainnya atau cara
suatu produk akhir/produk jadi (finished penyajiannya atau karena tidak ada/tidak
product), dengan alasan bahwa pabrik memadai petunjuk pemakaian yang
tersebut tidak menjual suatu produk akhir diberikan, atau karena cara pengepakan
kepada konsumen. Seperti halnya suatu yang salah.
perusahaan yang memberi jasa penjualan (e) Kondisi produk yang berbahaya secara
tiket pesawat kepada penumpang, tidak tidak wajar/tidak beralasan. Sebagai contoh
bertanggung jawab atas kerugian dikemukakan oleh Finz. Seorang yang
penumpang karena kekurangan yang menjadi sakit setelah memakan mentega
terdapat pada perusahaan penerbangan yang yang terbuat dari lemak ikan yang ternyata
ber sangkutan. Namun demikian di Amerika mengandung racun. Oleh karena konsumen
Serikat beberapa pengadilan tetap biasa tidak menduga/mengharapkan bahwa
menganggap pelaku usaha lain selain dari mentega yang terbuat dari lemak ikan
penjual dapat pula dikenai strict liability mengandung racun dan dapat meracuni
atas cacat dari produk yang disalurkannya. orang yang memakannya, maka mentega itu
(c) Produk tiba di tangan konsumen tanpa termasuk unreasonably dangerous.
mengalami perubahan sub stansial. Munir Fuady berpendapat bahwa pada
Dalam kondisi seperti ini sangat penting dasarnya seorang yang merugikan orang
artinya hal-hal sebagai berikut: lain, baik karena kecelakaan murni maupun
1.Pengetahuan bahwa akan dilakukan karena mempertahankan diri, kepadanya
perubahan substansial pada produk diwajibkan untuk memberikan ganti rugi
tersebut. Kalau produsen mengetahui terhadap kerugian orang lain tersebut.
akan adanya perubahan substansial Terhadap setiap perbuatan perdata, hukum
sebelum produk mencapai konsumen, tidak banyak memperhatikan maksud dari si
dan perubahan itu akan mengakibatkan pelaku, tetapi lebih banyak memperhatikan
konsumen mengalami cedera dan kerugian dari pihak yang dikenai
bahaya yang tidak layak (unreasonably perbuatannya. Dengan perkataan lain,

84 PRANATA HOKUM Volume 7 Nomor 1 Januari 2012


hukum didukung oleh perasaan hukum Erat dengan sistem tanggung jawab
umum dalam masyarakat bahwa siapa yang mutlak adalah soal beban pembuktian
merusak mesti mengganti kerugian (Munir terbalik. Ini berarti bahwa produsen/pelaku
Fuady 1997: 164-169). usahalah yang harus membuktikan
Lebih lanjut dikemukakan Munir ketidaksalahannya, dan bukan korban yang
Fuady bahwa banyak kasus yang harus membuktikan adanya kesalahan para
mengundang diterapkannya tanggung jawab produsen.
tanpa tindakan-tindakan yang salah secara Brotosusilo berpendapat bahwa beban
moral, sehingga para penulis telah pembuktian terbalik sangat tepat untuk
menyatakan bahwa konsep kelalaian diterapkan dalam kasus-kasus yang
(negligence) walaupun tidak seluruhnya menyangkut design defect, karena bukan
hilang, tatapi semakin lama semakin hilang korban yang harus membuktikan adanya
karakternya sebagai salah satu bagian dari cacat pada desain suatu produk, tetapi
tanggung jawab dengan kesalahan. Oleh produsen yang harus membuktikan tidak
karena itu mereka yang sebenarnya benar- adanya cacat pada desain, dan kalau gagal
benar innocent, sekarang harus membayar maka ia harus bertanggungjawab atas
ganti rugi terhadap kerusakan yang kerugian yang timbul (Agus Brotosusilo,
ditimbulkannya. Lebih lanjut dikatakan 1992: 420).
bahwa dasar dari tanggung jawab adalah Pertimbangan seperti ini pulalah
penciptaan suatu akibat yang berbahaya rupanya yang menyebabkan UUPK
terhadap anggota masyarakat yang lain. menerapkan prinsip pembebanan
Selanjutnya dikatakan bahwa kesalahan itu pembuktian terbalik, agar konsumen yang
sendiri mempunyai arti yang luas, sehingga dirugikan tidak perlu dibebani dengan
lebih baik tidak digunakan kata kesalahan kewajiban membuktikan adanya kesalahan
sama sekali, tetapi sebaliknya menggunakan pada produsen. Namun jika ditelaah
istilah tanggung jawab mutlak yang terpisah rumusan ketentuan UUPK, tidak cukup
dari kesengajaan untuk berbuat salah atau jelas tercermin apakah undang-undang ini
kesalahan. juga menganut prinsip pertanggung jawaban
Senada dengan pendapat di atas mutlak (strict/absolute liability), atau
adalah pendapatnya Husaini Kadir (Husaini prinsip pertanggung jawaban berdasarkan
Kadir, 1997: 11), bahwa dalam strict praduga (presumption liability), ataukah
liability kesalahan pelaku tidak tanggungjawab berdasarkan kesalahan
diperhatikan. Sifat produk yang cacatlah (liability based on fault/negligence)
yang menyebabkan tanggung jawab (Johannes Gunawan).
produsen, retailer atau pengecer, terlepas Leereed yang dikutip Yahya Harahap
sama sekali dari unsur kesalahan baik mengemukakan bahwa Strict Liability
pengertian Hukum Perdata maupun ditegakkan atas prinsip:
pengertian Hukum Pidana. a. Pertanggungjawaban hukum atas setiap
Jadi secara umum dapat dikatakan perbuatan atau aktivitas yang
bahwa kalau dahulu baik di bidang Hukum menimbulkan kerugian terhadap jiwa
Pidana maupun di bidang Hukum Perdata atau harta orang lain.
berlaku adagium geen straf zonder schuld b. Pertanggungjawaban hukumnya tanpa
maka sekarang khusus di bidang Hukum mempersoalkan adanya unsur kesalahan
Tanggung Jawab Produsen adagium ini oleh baik yang berupa kesengajaan ataupun
sebagian penulis dianggap sudah tidak kelalaian (Yahya Harahap, 1997: 22).
berlaku lagi, karena makin kuatnya Dengan demikian prinsip Hukum Strict
keinginan untuk menerapkan teori tanggung liability adalah Liability Without Default,
jawab tanpa kesalahan atau tanggung jawab atau konsep perbuatan melawan hukum
mutlak ini. yang ditegakkan atas premis :

Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen (Tami Rusli) 85


a. Tidak menekankan kesalahan (does not Husaini Kadir melihat ada tiga alasan
emphasize fault). gugatan ganti rugi, yaitu :
b. Dengan demikian dalam Strict Liability 1).Karena wanprestasi berdasarkan
standard kesalahan atau kelalaian tidak hubungan jual beli.
dipergunakan untuk menentukan 2).Karena perbuatan melanggar hukum ex
pertanggungjawaban. Pasal 1365 KUHPerdata.
c. Prinsip ini dikembangkan dalam kasus- 3).Karena cacat pada produk (Husaini
kasus pertanggungjawaban produksi atas Kadir, 1997: 30-31).
kriteria : Perlu dikemukakan bahwa dalam
(1) Terhadap semua produk cacat bidang perbuatan melawan hukum sistem
(2) Produk yang tidak sesuai dan tanggung jawab mutlak ini sudah lama pula
membahayakan keselamatan dibahas oleh penulis-penulis Indonesia.
konsumen Pembahasan ini terutama dalam
(3) Kondisi produk dalam keadaan cacat mengomentari kasus-kasus di bidang
(4) Bahaya yang tidak beralasan kepada Hukum Lingkungan. Komar Kantaatmadja
pemakai atau konsumen, padahal dalam menguraikan sistem penentuan
pemakaian dilakukan sesuai dengan besarnya ganti rugi yang dapat dituntut
semestinya (Yahya Harahap, 1997: (recoverable damages) dalam hal terjadi
22). tumpahan minyak di laut yang
Menurut Endang Saefullah ada menimbulkan kerugian bagi negara pantai,
beberapa alasan sehingga prinsip tanggung mengemukakan dua sistem, yaitu: ( Komar
jawab mutlak dianggap tepat untuk Kantaatmadja, 1981: 128-130).
diterapkan dalam bidang Hukum Tanggung 1). Sistem ganti rugi mutlak (Strict
Jawab Pelaku Usaha dalam hukum Liability): berarti bahwa kewajiban ganti
Perlindungan Konsumen, sebagaimana yang rugi terjadi secara mutlak pada saat
diuraikan yaitu: Endang Saefullah, 270). terjadinya peristiwa tumpahan minyak,
a) Beban kerugian seharusnya dipikul oleh terlepas dari ada atau tidak adanya
pihak yang memproduksi barang yang kesalahan baik dari pelaku peristiwa
cacat/berbahaya. tumpahan, pihak ketiga, atau pemilik
b) Menempatkan/mengedarkan barang di minyak itu. Namun dari segi lain dikatakan
pasaran, berarti produsen menjamin dengan adanya pembatasan-pembatasan,
bahwa barang tersebut aman dan pantas berupa :
untuk dipergunakan, dan bila terbukti (1).Jumlah ganti rugi terbatas pada jumlah
tidak demikian maka ia harus tertinggi yang telah ditentukan sejak
bertanggungjawab. semula.
c) Sebenarnya tanpa penerapan tanggung (2).Terbatas dalam jenis maupun perincian
jawab mutlak pun produsen dapat ganti rugi yang dapat dituntut.
dituntut melalui proses penuntutan 2). Sistem ganti rugi penuh (absolute
beruntun, yaitu konsumen kepada liability) yang menggunakan pola dasar
pedagang eceran, pengecer kepada perbuatan melawan hukum yang
grosir, grosir kepada distributor, menimbulkan kerugian pada pihak lain
distributor kepada agen, dan agen kepada (Tortuous Liability). Sistem ini
produsen. mendasarkan pada per tanggungjawaban
Berdasarkan hal tersebut maka berdasarkan pada kesalahan (liability based
tendensi modern perundang-undangan on fault) berarti terjadinya kecelakaan kapal
dalam bidang ini pada umumnya yang menyebabkan tumpahan minyak tidak
menekankan perlindungan kepada pihak mutlak menimbulkan kewajiban memberi
konsumen, sedang ke cenderungannya ialah ganti rugi. Kalau tidak dapat dibuktikan
memberatkan tanggung jawab produsen. adanya kesalahan maka tidak ada
pertanggungjawaban. Sedang mengenai

86 PRANATA HOKUM Volume 7 Nomor 1 Januari 2012


batas jumlah ganti rugi dan perincian yang dapat dipertanggungjawabkan dalam
mengenai jenis kerugian yang dapat dituntut mata rantai produksi hingga retail ,
tergantung pada pembuktian. termasuk pelaku suaha periklanan yang
Oleh karena itu menurut Komar terlibat, menjadi salah satu kendala yang
Kantaatmadja, pilihan atas kedua sistem harus diperhatikan dalam sudut formal
tersebut akan tergantung pada sistem mana hukum agar gugatan yang diajukan tidak
yang paling efektif dalam setiap keadaan menjadi sia-sia. Perlu diingat dan dicatat
dan harus dilihat secara kasuistis. Sistem secara jelas bahwa meskipun tidak secara
ganti rugi mutlak lebih sederhana dalam tegas, baik di dalam dokumen sejarah
pembuktian dan proses penyelesaiannya, penyusunannya maupun di dalam undang-
tetapi terbatas dalam pemberian ganti rugi, undangnya sendiri, namun UUPK menganut
baik dalam jenis kerugian yang dapat strict liability sebagai derivasi dari
dituntut maupun dalam jumlah tertinggi pertanggung jawaban berdasarkan
yang dapat dituntut. Sedang dalam sistem perbuatan melawan hukum (tortious
ganti rugi penuh (Absolute Liability) ada liability), dimana terjadi pengalihan beban
kewajiban pembuktian dan proses hukum pembuktian kesalahan dari konsumen
yang kompleks, tetapi dengan kemungkinan kepada pelaku usaha. Hal ini dapat
jumlah dan jenis ganti rugi yang dapat diketahui dari isi Pasal 19 ayat (1) juncto
dituntut yang lebih luas (Komar Pasal 28 UUPK yang menyatakan sebagai
Kantaatmadja, 1981: 128-130). berikut :
Jadi Strict Liability menurut Komar Pasal 19 ayat (1) UUPK : ³Pelaku
Kantaatmadja sebenarnya lebih banyak usaha bertanggungjawab memberikan ganti
didasarkan pada perjanjian yang telah ada rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau
sebelumnya, oleh karena itu dikenal kerugian konsumen akibat mengkonsumsi
pembatasan-pembatasan baik mengenai barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau
jumlah ganti rugi yang dapat dituntut diperdagangkan´.
maupun mengenai jenis atau macam Pasal 28 UUPK :³Pembuktian
kerugian yang dapat dituntut, sesuai dengan terhadap ada tidaknya unsur kesalahan
yang telah disepakati sebelumnya. Sedang dalam gugatan ganti rugi sebagaimana
sistem ganti rugi penuh (Absolute Liability) dimaksud dalam Pasal 19, Pasal 22 dan
lebih berdasarkan pada kesalahan si pelaku Pasal 23 merupakan beban dan tanggung
yang harus dapat dibuktikan oleh korban. jawab pelaku usaha´.
Oleh karena itu seperti halnya pada Sebagaimana yang dikemukakan oleh
tanggung jawab karena perbuatan melawan Agus Brotosusilo bahwa perlindungan
hukum lainnya (tortious liability), maka kepada konsumen antara lain diberikan
pada sistem absolute liability ini baik dengan jalan membebaskan mereka dari
adanya kesalahan maupun jumlah kerugian beban untuk membuktikan bahwa kerugian
serta jenis kerugian yang dituntut harus konsumen timbul akibat kesalahan dalam
dapat dibuktikan oleh korban. proses produksi (Agus Brotosusilo, 432).
Bagaimana keadaan konsumen di Adalah tidak mungkin mengandaikan
Indonesia, khususnya menyangkut tanggung bahwa semua konsumen memahami seluk-
jawab mutlak pihak produsen/pelaku usaha. beluk proses produksi, apalagi
Meskipun UUPK mengatakan bahwa beban membuktikan adanya kelalaian atau
pembuktian mengenai kesalahan telah kesalahan dalam proses tersebut.
dibebankan kepada pihak pelaku usaha, Dasar pemikiran dari Teori Pembalikan
namun hal tersebut tidaklah secara Beban Pembuktian adalah seseorang
³JDPEODQJ´ PHPSHUPXGDK XVDKD dianggap bersalah, sampai yang
konsumen dalam mengajukan gugatan bersangkutan dapat membukti kan
hukum kepada pelaku usaha dalam proses sebaliknya. Asas ini cukup memberikan
peradilan. Masalah penentuan pelaku usaha perlindungan bagi konsumen. Walaupun

Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen (Tami Rusli) 87


beban pem buktian ada pelaku usaha tentu Sijthoff & Norrhoff International
saja konsumen tidak lalu berarti dapat Publisher, Germantown, Md, U.S.A,
sekehendak hati mengajukan gugatan. 1980.
Posisi konsumen sebagai penggugat selalu Kadir, Husaini, Laporan Akhir Penelitian
terbuka untuk digugat balik oleh pelaku Hukum Tentang tanggung Jawab
suaha, jika ia gagal menunjukkan kesalahan Produsen Makanan dan Minuman
si tergugat. Terhadap Konsumen, BPHN, Jakarta,
1997.
Kantaatmadja, Komar, Gantirugi
III. PENUTUP Internasional Pencemaran Minyak di
Laut, Alumni, Bandung, 1981.
Prinsip tanggung jawab yang dapat Miru, Ahmadi & Sutarman Yodo, Hukum
diberlakukan sebagai upaya untuk Perlindungan Konsumen,
melindungi konsumen yang dirugikan RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004.
karena pemakaian barang atau jasa dalam M Toar, Agnes, ³Tanggung Jawab Produk
prakteknya dapat berupa tanggung jawab dan Sejarah Perkembangannya di
kontraktual (contractual liability), dan Beberapa Negara´ 0DNDODK SDGD
tanggung jawab produk (product liability), Penataran Hukum Perikatan II, Ujung
Tanggung jawab kontraktual dapat Pandang, 17 ± 29 Juli 1989.
diterapkan apabila pelaku usaha telah Nasution, Az, Hukum Perlindungan
melakukan wanprestasi (breach of Konsumen, 1995.
contract). Tanggung jawab produk dapat N.H.T. Siahaan, Hukum Konsumen :
diterapkan dengan menggunakan strict Perlindungan Konsumen dan
liability apabila antara pelaku usaha dengan Tanggung Jawab Produk, Penerbit
konsumen tidak ada hubungan kontraktual Panta Rei, Jakarta, 2005.
maupun dalam hal perbuatan melawan Saefullah, H.E., "Tanggung Jawab
hukum. Produsen (Product Liability) Dalam
Era Perdagangan Bebas",
sebagaimana ditulis dalam Hendarmin
DAFTAR PUSTAKA Djarab, Rudi M. Rizki, Lili Irahali
(editor), ttd.
Brotosusilo, Agus, Hak Produsen Dalam Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan,
hukum Perlindungan Konsumen, Binacipta, Bandung, 1994.
Hukum dan Pembangunan No. 5 Sofie, Yusuf, Perlindungan Konsumen Dan
Tahun ke XXII, Oktober, Jakarta, Instrumen-Instrumen Hukumnya, PT.
1992. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003.
Fuady, Munir, Hukum Bisnis Dalam Teori St. Paul, Minnesota, Product Liability In A
dan Praktek, Citra Aditya Bakti, Nutshell, West Publishing Co,1993.
Bandung, 1997.
Hartono, Sunaryati, Politik Hukum Menuju Peraturan perundang-Undangan
Satu Sistem Hukum Nasional, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999
Bandung, Alumni, 1991. tentang Perlindungan kon sumen.
Harahap, Yahya, Beberapa Tinjauan Undang-Undang Nomor 17 Tahun
Tentang Permasalahan Hukum, Citra 2007 tentang Rencana Pembangunan
Aditya Bakti, Bandung, 1997. Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
Henry Campbell Black, %ODFN¶V /DZ Tahun 2005-2025.
Dictionary, St Paul Minn., West Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
Publishing Co, 1979. tentang Larangan Praktik Monopoli
Jerry J. Philips dan Harry DuintjerTebbens, dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
International Product Liability,

88 PRANATA HOKUM Volume 7 Nomor 1 Januari 2012

Anda mungkin juga menyukai