BAB 1
PENDAHULUAN
Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard Castillon
pada tahun 1755. Beberapa istilah wirausaha seperti di Belanda dikenal dengan onder nemer,
di Jerman dikenal dengan unternehmer. Pendidikan kewirausahaan mulai dirintis sejak 1950-
an di beberapa negara seperti Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan sejak 1970-an banyak
universitas yang mengajarkan kewirausahaan atau manajemen usaha kecil. Pada tahun 1980-
an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan kewirausahaan. Di
Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan
tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis
ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-
pelatihan di segala lapisan masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang.
“Proses adalah suatu cara, metode maupun teknik untuk penyelenggaraan atau
pelaksanaan dari suatu hal tertentu” (Agus Ahyari, 2002: 65). Sedangkan produksi adalah:
Dari pengertian di atas, dapat kita lihat proses produksi merupakan kegiatan atau
rangkaian yang saling berkaitan untuk memberikan nilai atau menambah nilai kegunaan
terhadap suatu barang. Suatu proses produksi yang bertujuan memberi nilai suatu barang
dapat dilihat pada proses produksi yang mengolah bahan baku menjadi barang setengah jadi
atau barang jadi. Sedangkan proses produksi yang bertujuan untuk menambah nilai atau
kegunaan suatu barang atau jasa dapat dilihat pada proses produksi yang merubah barang
setengah jadi menjadi barang jadi.
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan perusahaan dalam
rangka mencapai tujuan yaitu mempertahankan kelangsungan hidup untuk berkembang, dan
mendapatkan laba. Pemasaran juga merupakan faktor penting dalam memenuhi kebutuhan
konsumen. Untuk itu kegiatan pemasaran harus dapat memberikan kepuasan konsumen jika
perusahaan tersebut menginginkan usahanya tetap berjalan terus atau menginginkan
konsumen mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan.
Definisi pemasaran menurut William J. Stanton yang dikutip oleh Swasta dan
Handoko (2000: 4). Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan kegiatan usaha
yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan
mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli
yang ada maupun pembeli potensial.
Pengertian pemasaran menurut Kotler (2000: 19) : “adalah proses sosial dan
manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka
dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang bernilai satu sama lain”.
Definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan dari konsep pemasaran adalah
memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen. Konsep pemasaran
tersebut dapat dicapai dengan usaha mengenal dan merumuskan keinginan dan kebutuhan
konsumen. Perusahaan dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen harus
menyusun kebijaksanaan produk, harga, promosi dan distribusi yang tepat sesuai dengan
keadaan konsumen.
Aspek terpenting dari distribusi suatu produk adalah biaya pengangkutan sedangkan
biaya pengangkutan sangat dipengaruhi oleh tarif angkut. Dengan demikian, tingginya biaya
pengangkutan akan mempersempit wilayah pemasaran suatu produk. Panjang pendeknya
distribusi pemasaran tergantung beberapa faktor antara lain :
1. Jarak antara produsen dan konsumen, artinya semakin jauh jarak antaraprodusen dan
konsumen maka biasanya semakin panjang saluran yang akan ditempuh oleh produk.
3. Skala produksi, artinya bila produksi berlangsung dalam ukuran kecil maka jumlah
produk yang dihasilkan dalam ukuran kecil pula, sehingga tidak akan
menguntungkan jika produsen menjualnya langsung ke pasar. Dalam kondisi
demikian kehadiran pedagang perantara diharapkan, agar saluran yang dilalui produk
cenderung Panjang.
Persediaan harus tersedia di tempat yang tepat pada waktu yang tepat setiap hari tanpa
ada yang gagal. Tanpa adanya persediaan yang tepat, proses distribusi lainnya tidak akan
dapat beroperasi. Pengiriman kilat merupakan pengecualian yang jarang dilakukan. Pada
prinsipnya, agar dapat beroperasi setiap hari, persediaan harus ada di tempat yang benar pada
waktu yang tepat.
Menurut Ninemeier dan Hayes (2006) restoran adalah suatu operasi layanan makanan
dan minuman yang mendatangkan keuntungan yang mana basis utamanya menjual makanan
dan minuman kepada individu-individu dalam skala kecil.
Ruffino dan Bartono (2010 : 38) menyatakan bahwa ‘selain pengadaan oleh
purchasing standart penyimpanan bahan makanan juga penting karena cara penyimpanan
yang salah dapat mempengaruhi kualitas barang yang disimpan. store biasanya dipusatkan
pada satu gudang milik kitchen yang di atur oleh storekeeper’. Karena hal itu penyimpanan
perlu mendapat perhatian yang serius agar bahan makan tidak terkontaminasi terlebih dahulu
sebelum diolah. Menurut Sarni (2017) dalam penelitiannya terhadap sistem penyimpanan dan
kualitas produk yang di hasilkan dari sistem penyimpanan yang ada di warung dimsum barata
tangerang. Jenis penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Warung Dimsum Barata Tangerang adalah salah satu Usaha Mikro Kecil dan
Menengah di Tangerang yang menjual suatu produk frozen food yang memiliki cara
penyimpanan chiller. Cara menyimpan bahan makanan frozen food sendiri harus sangat
berhati-hati karena banyak sekali jenis makanan yang perlu diperhatikan cara menyimpanya
sebelum diolah dan juga harus didukung fasilitas yang memumpuni agar bahan makanan
tetap segar dan tidak terkontaminasi oleh bakteri. Mulai dari menyimpan bahan makanan
sebelum diolah dan menyimpan makanan yang sudah diolah. Hal ini perlu diperhatikan agar
kualitas dari sebuah produk tetap terjaga. dengan menyimpan bahan makanan dengan benar
makan bahan makanan itu akan awet dan terjaga semua itu agar dapat meminimalisir
pembengkakan biaya. Di dalam kitchen sendiri kita harus bisa berkreasi dengan bahan
makanan yang kita punya agar dapat menjadikanya sebuah produk makanan yang memilki
cita rasa yang tinggi.
Berdasarkan latar bekalang tersebut maka dari itu penulis tertarik untuk mengambil
judul “PENGARUH PENYIMPANAN BAHAN TERHADAP KUALITAS PRODUK
DIMSUM DI WARUNG BARATA TANGERANG”
Seperti yang telah ditulis diatas, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
kesalahan pada yang dapat menghambat proses penyimpanan antara lain sumber daya
manusianya yang belum dapat memahami alur penyimpanan yang benar atau bisa juga karena
fasilitas yang kurang memumpuni untuk penyimpanan bahan makanan. namun dikarenakan
keterbatasan waktu dan kemampuan dari penulis, maka penulis membatasi permasalahan
yang ada, yakni teknik penyimpanan food suppies (bahan baku) di Warung Dimsum Barata
Tangerang. Antara lain hanya berfokus membahas mengenai :
Bagi Masyarakat
a. Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan referensi kepada
industri agar lebih memperhatikan penerapan prinsip sanitasi pada proses
penyimpanan bahan baku, agar kualitas makanan yang akan dihasilkan tetap terjaga.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pengetahuan bagi yang memerlukan
khususnya bidang penerapan sanitasi pada penyimpanan bahan baku makanan.
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini membahas tentang teori yang mendasari penelitian yang berfungsi
sebagai pedoman dalam menganalisa proses penyimpanan bahan makanan untuk
menjaga kualitas makanan.
BAB V Penutup
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran atas pembahasan teknik
penyimpanan bahan makanan dan sanitasi yang baik dalam yang diperoleh
berdasarkan hasil pembahasan data ataupun informasi yang didapat.
Gultom, J., Ariani, N. and Aryanti, N., 2022. Pengaruh Penyimpanan Bahan Makanan
Terhadap Kualitas Bahan Makanan Di Kitchen Hotel The Patra Resort And VillasBali.
[online] Ojs.unud.ac.id. Available at:
<https://ojs.unud.ac.id/index.php/jkh/article/view/46268> [Accessed 23 February 2022].