Disusun Oleh :
Raudhatul Aisy Fachrudin
1102017189
Pembimbing :
dr. Abdul Waris, Sp.Rad
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat Aneurysmal Bone Cyst
disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian radiologi RSUD Kabupaten
Bekasi.
Penyusunan referat ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Untuk
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Abdul Waris, Sp.Rad. atas ilmu dan
bimbingannya selama penulis menyelesaikan referat ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada rekan-rekan coass atas dukungan yang telah diberikan. Penulis menyadaribahwa
referat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan demi perbaikan materi penulisan dan menambah wawasan penulis.
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
.Gambar 2.8.4.4. Gambaran X-ray menunjukkan aneurysmal bone cyst di proksimal os.humerus
Gambar 2.8.4.5. Gambaran X-ray menunjukkan Lesi radiolusen ekspansif pada prosesus
spinosus vertebra cervical 2 8
Gambar 2.8.4.6. Gambaran CT-Scan ABC lesi hipodens pada os talus ......19
Gambar 2.8.4.7. Gambarann bone window dari ABC
Gambar 2.8.4.8. Gambaran CT-Scan lesi litik di fibulaproksimal ... 20
Gambar 2.8.4.9. MRI aksial dan sagital T2 pada ABC femoralis distal
Gambar 2.8.4.10. MRI Aneurysmal bone cyst potongan sagittal dan aksial
Gambar 2.8.4.11. MRI aksial fat sat dan coronal T pada ABC
Gambar 2.8.4.12.. MRI ABC pada distal Os tibia dextra
Gambar 2.8.4.13. Skintigrafi Tulang ........................................................................
Gambar 2.8.4.14. Pemeriksaan bone scan pada ABC .............................................. ..24
Gambar 2.8.4.15. Pemeriksaan Angiografi ABC ..................................................... ..24
Gambar 2.8.5.1. Foto Xray Lateral dan Posterior tibia proximal .............................
iii
Gambar 2.8.6.2. Gambaran histopatologis dari ABC ..............................................
.. 38
.39
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Aneurysmal Bone Cyst (ABC) adalah lesi mirip tumor jinak yang yang
etiologinya belum diketahui, digambarkan sebagai lesi osteolitik yang berkembang dari
ruang berisi darah dengan ukuran bervariasi yang dipisahkan oleh jaringan ikat.
Kelainan ni secara primer ditemukan pada anak-anak dan remaja, dengan 80% terjadi
pada pasien yang usianya kurang dari 20 tahun.1
Kira-kira 50-70% ABC muncul pada dekade kedua dan banyak pada wanita.
Sekitar 70-86% penyakit ini muncul pada pasien dengan usia lebih muda dari 20 tahun.2
Pada usia muda, lempeng pertumbuhan dan lokasi metafisis merupakan lokasi yang
paling potensial untuk rekurensi dari ABC. ABC yang bermanifestasi pada populasi
anak-anak akan mengakibatkan deformitas tungkai dan diskrepansi akibat
terganggunya lempeng pertumbuhan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan
pada pertumbuhan anak.
ABC adalah lesi kistik yang bersifat ekspansif yang paling sering mengenai
setiap individu dalam dekade kedua kehidupan dan kemungkinan terjadi pada setiap
tulang pada tubuh. Meskipun jinak, ABC dapat bersifat lokal agresif dan dapat
menyebabkan kelemahan yang luas pada struktur tulang dan mengenaijaringan sekitar.
Jaffe dan Lichtenstein pertama kali menjelaskan ABC pada tahun1942, ketika mereka
mencatat kelainan pada darah yang mengandung kista yang berukuran besar. Dua
kasus dilaporkan dimana tampak lesi seperti gelembung sabun pada foto polos tulang
yang ditemukan pada ramus superior pubis pada pasien laki-laki yang berumur 17 dan
pada tulang vertebra pasien laki-laki 18 tahun. Dengan tampak lesi yang meluas dan
menunjukkan bukti erosi tulang sekitar dan pertambahan jaringan disekitar. Setelah
dilakukan pembedahan, ditemukan dinding tulang yang tipis yang ternyata
mengandung cairan bercampur darah. Kista aneurismal dapat timbul pada tulang
sebagai proses degeneratif sekunder dari lesi di pembuluh darah dengan penyakit lain
yang bersifat jinak atautumor ganas pada tulang, seperti pada Giant Cell Tumor dan
Chondroblastoma.
1
Aneurysma Bone Cyst (ABC) adalah tumor jinak, biasanya muncul sebelum
kematangan dari tulang. Penyakit ini tidak pernah menjadi ganas. ABC sering terjadi
melibatkan daerah metafisis tulang panjang atau vertebra. Secara radiografis, ABC
akan tampak gambaran eksentris, litik, dan ekspansif, dengan karakteristik destruksi
kortikal dan elevasi periosteal. Penyakit ABC bisa tumbuh secara cepat dan muncul
sangat agresif, membedakan ABC dengan penyakit tumor primer ganas mungkin akan
sulit. Dengan pemeriksaan seksama akan mengungkapkan perjalanan penyakit ini.
ABC terdiri dari beberapa osteoid, namun dengan pemeriksaan seksama,
mengungkapkan penyakit ini dapat menjadi reaktif dan tidak neoplastik, sekitar
sepertiga dapat timbul bersama dengan neoplasma pada tulang.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
5. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang
yang berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan
fasial, misalnya patella (kap lutut)
Pada tulang panjang terdapat bagian-bagian khas yang terdiri dari tiga bagian
yaitu diafisis atau batang, adalah sebuah bagian tengah tulang yang berbentuk
silinder. Bagian ini tersusun dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang
besar. Metafisis adalah bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang.
Daerah ini tersusun terutama oleh tulang tuberkular atau tulang spongiosa yang
mengandung sel-sel hematopoietik. Sumsum merah terdapat juga di bagian epifisis
dan diafisis tulang. Pada anak-anak, sumsum merah mengisi sebagian besar bagian
dalam tulang panjang, tetapi kemudian diganti oleh sumsum kuning sejalan dengan
semakin dewasanya anak tersebut. Pada orang dewasa, aktivitas hematopoietic
menjadi terbatas hanya pada sternum dan Krista iliaka, walaupun tulang-tulang
yang lain masih berpotensi untuk aktif lagi bila diperlukan.6
2. Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan jaringan
lunak.
4
tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat. Komponen-komponen
nonselular utama dari jaringan tulang adalah mineral-mineral dan matriks organik
(kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu garam Kristal yang
tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Mineral-mineral ini memempatkan
kekuatan tulang. Matriks organik tulang juga disebut suatu osteoid. Sekitar 70% dari
osteoid adalah kolagen tipe I yang kaku dan memberikan daya rentang tinggi pada tulang.
Materi organik lain yang juga menyusun tulang berupa proteoglikan seperti asam
hialuronat.6
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel yaitu
osteoblast, osteosit, dan osteoklast. Osteoblast membangun tulang dengan
membentuk kolagen tipe 1 dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan
osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif
menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas mensekresikan sejumlah besar alkali
fosfatase, yang memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan
fosfat ke dalam matriks tulang. Sebagian dari alkali fosfatase akan memasuki aliran
darah, dengan demikian maka kadar alkali fosfatase di dalam darah dapat menjadi
indikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah
tulang atau pada kasus metastasis kanker tulang.6
Osteosit dalah sel-sel tulang dewasa yang berfungsi sebagai suatu lintasan
untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteoklast adalah sel-sel
besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat
diabsorpsi. Tidak seperti osteoblast dan osteosit, osteoklast mengikis tulang. Sel-
sel ini menghasilkan enzim-enzim proteolitik yang memecahkan matriks dan
beberapa asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat
terlepas ke dalam aliran darah.6
Metabolisme tulang diatur oleh beberapa hormon. Suatu peningkatan kadar
hormon paratiroid (PTH) mempunyai efek langsung dan segera pada mineral
tulang, menyebabkan kalsium dan fosfat diabsorpsi dan bergerak memasuki serum.
Disamping itu, peningkatan kadar PTH secara perlahan-lahan menyebabkan
peningkatan jumlah dan aktivitas osteoclast, sehingga terjadi demineralisasi. Selain
itu vitamin D juga berperan dalam metabolism tulang.Vitamin D mempengaruhi
deposisi dan absorpsi tulang. Vitamin D dalam jumlah besar dapat menyebabkan
absorpsi tulang seperti yang terlihat pada kadar PTH yang tinggi. Bila tidak ada
5
vitamin D, PTH tidak akan menyebabkan absorpsi tulang. Vitamin D dalam
jumlah sedikit membantu kalsifikasi tulang, antara lain dengan meningkatkan
absorpsi kalsium dan fosfat oleh usus halus.6
6
Gambar 2.1.2. Struktur penyusun tulang panjang
2.2 Definisi
Aneurysmal bone cyst (ABC) adalah lesi pada tulang yang mirip dengan
tumor yang terjadi pada vaskular. Secara radiologis, lesi ABC menunjukkan
gambaran multiokulasi, radiolusen dan lesi eksentrik yang mengekspansi tulang
sehingga tampak gambaran kerusakan tulang. Secara histologis, penyakit ini
tampak pada jaringan mesenkimal dengan kista yang berjajar dan mengandung
banyak darah.3
Aneurysmal bone cyst adalah tumor jinak yang biasa muncul sebelum
maturasi dari tulang. Lesi ABC tidak pernah menjadi ganas.4 Meskipun jinak, ABC
dapat bersifat lokal agresif dan dapat menyebabkan kelemahan yang luas pada
struktur tulang dan mengenai jaringan sekitar.2
Menurut World Health Organization (WHO), aneurysmal bone cyst adalah
lesi tulang mirip tumor jinak yang digambarkan sebagai lesi osteolitik yang
berkembang dari perluasan lesi yang rongga kistanya terisi oleh darah dengan
ukuran bervariasi yang dipisahkan oleh jaringan ipkat yang mengandung trabekula
atau jaringan osteoid dan sel osteoklast raksasa.3
2.3 Epidemiologi
Kejadian penyakit ABC temasuk kejadian langka dari perhitungan
persentase hanya 1-6% kejadian dari semua kasus tumor primer pada tulang.1 Hal
ini paling sering mempengaruhi individu selama dekade kedua kehidupan mereka
dan dapat terjadi pada tulang manapun di tubuh.2 Meskipun ABC dapat muncul
pada orang dari segala usia, umumnya penyakit ini diderita oleh orang yang muda
9
(tapi jarang pada orang yang sangat muda).
Sekitar 50-70% ABC muncul pada dekade kedua kehidupan, dengan 70-86%
muncul pada pasien yang berusia kurang dari 20 tahun. Rata-rata umur pasien
berkisar antara 13-17 tahun.6 Kebanyakan peneliti juga menemukan kejadian yang
sedikit meningkat pada wanita.7 Rasio kejadian penyakit ini pada laki laki dan
perempuan adalah 1 : 1,5.8
Gambar 2.3.1.
Predileksi ABC
2.4 Etiologi
Etiologi yang sebenarnya dari ABC belum diketahui.1 Kebanyakan peneliti
percaya bahwa ABC merupakan hasil dari suatu kelainan pembuluh darah dalam
tulang. Hampir 1/2 kasus terlihat terjadi sehubungan dengan tumor jinak yang lain
dan mungkin merupakan gangguan dalam reaksi tubuh terhadap tumor lainnya.Tiga
teori umum diusulkan adalah sebagai berikut:6
11
ABC mungkin disebabkan oleh reaksi sekunder dari lesi tulang lain. Teori ini
telah dipahami oleh beberapa ahli karena tingginya insiden yang menyertai
tumor pada 23-32% dari ABC. Giant cell tumour (GCT) yang paling sering
ditemukan lalu diikuti dengan dysplasia fibrosa, osteoblastoma,chondromyxoid
fibroma, fibromanon-ossifying, kondroblastoma, osteosarkoma,
kondrosarkoma, unikameral atau kista tulang soliter, hemangioendothelioma
dan metastasis dari karsinoma. ABC dengan adanya lesi lainnya disebut ABC
sekunder. Pengobatan ABC sekunder dilakukan sesuai berdasarkan dengan jenis
tumor apa yang mendasarinya.
ABC dapat timbul secara de novo, tumor-tumor yang timbul tanpa tanda lesi
lain diklasifikasikan sebagai ABC primer.
ABC mungkin timbul di daerah tempat terjadinya trauma sebelumnya. Sebuah
penelitian mengatakan bahwa Aneurysmal Bone Cyst muncul karena sebuah
gangguan lokal yang persisten pada hemodinamik (vena thrombosis atau
aneurisma arteriovenosa) dan penyebabnya ditandai dengan peningkatan
tekanan vena yang mengarah pada pengembangan vascular bed yang
membesar. Trauma yang didahului dengan fraktur dan subperiosteal hematom
juga dinyatakan sebagai salah satu penyebab inisial dari ABC.5
2.5 Patofisiologi
Patofisiologi sebenarnya dari ABC tidak diketahui secara pasti. Ada dua
teori yang berbeda mengenai patofisiologi ABC yaitu berkaitan tentang munculnya
malformasi vaskuler yang berat, termasuk dengan fistula arteriovena dan oklusi
vena. Lesi vaskuler tersebut kemudian menyebabkan peningkatan tekanan,
ekspansi, erosi dan reabsorpsi pada daerah sekitar tulang. Malformasi ini juga
diyakini menyebabkan perdarahan lokal yang memulai formasi jaringan reaktif
osteolitik. Temuan dari sebuah studi yaitu ditemukan tekanan dalam ABC yang
diukur dengan manometri mendukung teori perubahan hemodinamik.8
Sifat dan asal dari ABC tetap tidak diketahui meskipun semua studi
menunjukkan kondisinya jinak. ABC terjadi karena terbentuknya oklusi vena yang
terjadi mendadak atau terbentuknya suatu shunt atau hubungan dari arteri-vena.
Teori lain juga menyebutkan trauma sebagai faktor penyebab yang menimbulkan
cedera yang bisa memicu terjadinya perubahan pada tulang, sehingga dapat juga
12
timbul proses soliter disfibroplasia tulang yang akan menunjukkan gejala pada
ABC. Teori lain mengenai timbulnya ABC adalah terjadinya kesalahan dalam
proses pengembangan lempeng epifisis dari tulang dan hal ini juga dapat terjadi
pada unicameral (simple) bone cyst namun berbeda dengan kejadiannya giant cell
tumor.
Studi genetik tumor telah mengungkapkan bahwa sekitar 69% dari ABC
mengandung translokasi t(16,17). Fusi t(16,17) menyebabkan peningkatan regulasi
onkogen TRE17/USP6, yang mengaktifkan NF-kB dan matrix metalloproteinases
(MMPs). MMP memecah matriks ekstraseluler, memungkinkan pertumbuhan lesi
yang cepat. Tetapi pada ABC sekunder belum ditemukan mengandung translokasi
ini.
2.6 Klasifikasi
Stadium dari aneurysmal bone cysts memiliki dasar dalam
staging of benign musculoskeletal neoplasm:
2.8 Diagnosis
2.8.1. Anamnesis
14
bertumbuhnya kista
Riwayat pasien biasanya tidak ada yang perlu diperhatikan selain rasa
sakit yang tidak ada kaitannya dengan trauma
Massa atau bengkak lokal yang disertai nyeri tekan dan inflamasi
Defisit neurologis pada kasus kista tulang belakang.
Menunjukkan lesi osteolitik yang berbatas tegas dan meluas, dengan tepi
dan sering terlihat pinggiran sklerotik atau cangkang tulang yang halus di
periosteal di sekitar lesi. Daerah yang paling sering sebagai tempat muncul
lesi adalah regio metafisis femur dan tibia, serta elemen posterior dari
vertebra.
15
Gambar 2.8.4.1 Tampak gambaran ekspansi lesi yang radiolusen pada metafisis
di distal Os tibia dextra. Periosteum dan pinggir tulang tampak intak.
(b
)
collum fibula dextra, (a) foto rontgen lateral (b) foto rontgen AP.
16
Gambar 2.8.4.3. Gambaran X-ray menunjukkan lesi lusen ekspansil pada
metafisis di os tibia.
proksimal os.humerus
17
Gambar 2.8.4.5. Gambaran X-ray menunjukkan Lesi radiolusen ekspansif
pada prosesus spinosus vertebra cervical (c2) Tidak ada fraktur atau
dislokasi yang terlihat (a) foto rontgen lateral (b) foto rontgen AP.
CT Scan
Pemeriksaan CT-scan lebih akurat dari pada pemeriksaan foto
polos. CT-scan dapat menilai keberadaan dari periosteal tulang di
sekitar lesi. CT-Scan sering menunjukkan tingkat cairan dalam lesi.
Gambaran CT-scan pada ABC adalah dapat ditemukan ballooning,
lysis multilobulated yang menyerupai tampilan seperti busa sabun
yang beterbangan (soap bubble appearance). Pada 35% gambaran
ABC dapat ditemukan fluid level yang merupakan indikasi adanya
perdarahan dengan sedimentasi pada tulang.
18
Gambar 2.8.4.6. CT-Scan dari ABC pre surgery.
Tampak lesi hipodens pada Os Talus Kanan.
19
Gambar 2.8.4.8. CT-Scan menunjukkan lesi litik di fibula proksimal yang meluas
20
Gambar 2.8.4.9. MRI aksial dan sagital T2 pada ABC femoralis distal. Tampak beberapa fluid-
fluid level di seluruh lesi yang konsisten dengan rongga berisi darah yang dipisahkan oleh septa
kecil
Gambar 2.8.4.10. Aneurysmal bone cyst potongan sagittal (A dan B) dan aksial (C) T2,
menunjukkan sebuah proses ekspansi yang melibatkan beberapa segmen dari 2 buah vertebra
thorakal. Terdapat ekstensi pada kanalis spinalis dengan kompresi Sumsum tulang. Tampak
adanya multipel fluid-fluid level pada lesi.
21
Gambar 2.8.4.11. MRI aksial fat sat dan coronal T pada ABC pada fibula dekstra. Tampak
beberapa fluid-fluid level di seluruh lesi yang konsisten dengan rongga berisi darah yang
22
Kedokteran Nuklir
Pada pemeriksaan skintigrafi tulang, dapat ditemukan peningkatan
aktivitas metabolik pada lesi ABC.
23
Gambar 2.8.4.14. Pemeriksaan bone scan pada ABC didapatkan gambaran
doughnutsign:uptake tepi dengan photopenic di bagian tengah.
Angiografi
24
\
Kasus 1:
USIA : Anak-anak
Jenis Kelamin: Laki-laki
Keluhan : Nyeri sekitar lutut kiri
25
X-ray menunjukkan lusensi yang ekspansif pada
metafisis. Tidak ada fraktur meskipun korteks posterior
tampak kurang. Lesi tidak melewati lempeng
pertumbuhan / Growth plate.
Kasus 2
USIA: 20 tahun
26
Gambar 2.8.5.3. Foto MRI Palmar kiri Coronal T2
Temuan lesi litik yang meluas pada metakarpal ke-4 kiri pada
pemeriksaan mri corona.
menyerupai spons serta ditutupi oleh layar tipis dari jaringan tulang
Gambar 2.8.6.2. Gambaran histopatologis dari ABC yang menunjukkan dinding kista yang
berundulasi serta mengandung sel besar berinti banyak yang tersebar
28
Diagnosis yang tepat dan akurat merupakan poin penting
dalam pemeriksaan penunjang ABC. Hal ini dikarenakan hasil
pemeriksaan penunjang akan menunjukkan lesi yang ditemukan
termasuk lesi jinak ataupun lesi ganas. Lesi ganas yang penting untuk
dibedakan dengan lesi ABC adalah telangiectasis osteosarkoma
(TOS). TOS dapat menunjukkan gambaran lesi osteolitik yang meluas
ke jaringan fluid-fluid levels
yang hemoragis dengan kavitas kistik pada MRI yang sulit dibedakan
dengan ABC.
29
Gambar 2.8.6.3. Gambaran histopatologis dari ABC yang menunjukkan
osteoid termineralisasi dengan dinding atau septa.17
oleh Creager et. al.dan penelitian lainnya oleh Layfield et. al.
ABC.
FEGNOMASHIC
O : Osteoblastoma
31
M : Metastasis/Myeloma
terjadi fusi tulang (umumnya usia 30-40 tahun). Lokasi tumor pada
32
patologis jika sudah membesar. Gambaran GCT sangat mirip dengan
ABC, tetapi yang membedakan ABC dengan GCT adalah pada ABC
Gambar 2.9.1.1. (A) lesi Giant Cell Tumor pada tulang yang tampak
radiolusen pada distal lateral Os femur mengisi epifisis dan
metafisis. (B) gambaran lesi tumor yang menekan distal subkondral
tulang ke bawah. (C) tampilan lateral. (D) post operasi ekstensi
kuretase.
33
Gambar 2.9.1.2. Giant cell tumor (GCT) tampak radiolusen pada epifisis distal Os.
tibia dengan korteks menipis. Batas tumor dengan tulang normal
tidak tegas, terdapat zona transisi.
buruk. Usia penderita umumnya antara 10-25 tahun dan meningkat pada
usia >50 tahun. Lebih dari 50% kasus ditemukan di sendi lutut. Pada
terlihat sebagai area radiolusen dengan batas tidak tegas. Stadium awal
mirip non- neoplastik tumor dan terjadi karena adanya suatu kecacatan
tulang normal dengan fibrous stroma yang luas dan kumpulan dari
Gambar 2.9.3.1. Radiografi kaki pada anak yang mendemonstrasikan suatu lesi
agresif dan tipikal untuk
osteofibrousdysplasia
36
Gambar 2.9.3.2. (A) Gambaran polyostotic fibrous dysplasia yang tampak deformitas dari
kedua tulang femur. Rongga medulla pada kedua femur bagian proksimal telah bergeser yang
tampak pada gambaran radiolusen, dengan ground glass lesion. (B) X-Ray Pelvis AP dengan
Polyostotic Fibrous Dysplasia, tampak distorsi yang luas dan pelebaran dari kedua tulang
pelvis dengan proximal Os femur.
2.9.4 Kondroblastoma
Kondroblastoma atau yang dikenal dengan Codman tumour
tumor ini termasuk yang paling sering dalam kelompok tumor epifisis
pada kondroblastoma.
37
Gambar 2.9.4.1 Foto polos AP genu yang menunjukkan lesi litik lobuler yang
ditunjukkan panah pada bagian epifisis proksimal tibia dengan perpanjangan
metafisis. Reaksi periosteal ditunjukkan dengan kepala panah.
interna. Lesi ini memiliki zona transisi yang sempit. Terdapat fraktur
40
.
2.10 Penatalaksanaan
Tindakan secara umum, setelah evaluasi yang tepat dari lesi dengan studi
radiologis, biopsy jarum atau biopsi terbuka dapat dilakukan, diikuti dengan
eksisi, kuretase, dan cangkok tulang. Setelah cacat tulang sembuh, pasien
kembali ke fungsi normal. Lesi dapat kambuh secara lokal, maka
pengobatannya adalah mengulang eksisi bedah.5
Kebanyakan pasien perlu membatasi aktivitas berat tubuh pada daerah
yang terlibat sementara penyembuhan tulang terjadi. Setelah tulang telah
sembuh, tidak ada batasan pada aktivitas diperlukan.5
Terapi Fisik mungkin diperlukan untuk mendapatkan kembali gerakan
sendiatau untuk membantu dalam pelatihan gaya berjalan setelah operasi.
Pengobatan operasi pada kista tulang aneurismal melibatkan eksisi
kuretase, Korteks menggelembung dengan kauterisasi kimia dari dinding kista,
dan cangkok tulang. Jika kista dalam tulang dibuang (tulang rusuk atau fibula),
41
reseksilesi dapat dilakukan.5
Terapi radiasi harus digunakan hanya ketika ada pilihan bedah.
Embolisasi mungkin efektif sebagai tambahan untuk mengontrol perdarahan
atau mengontrol lesi di lokasi sulit seperti panggul, sakrum, atau corpus
vertebra.5
Prinsip tatalaksana Aneurysmal bone cyst adalah dengan kuretase dan
rekontruksi defek dengan bone graft. Sistem staging tumor benign
muskuloskeletal berdasarkan Enneking Staging telah ditetapkan untuk
membantu dalam pilihan tatalaksana. Enneking staging sistem untuk tumor
tulang jinak ditetapkan berdasarkan bentuk lesi.
Lesi tahap 1 atau laten dikelilingi oleh tepi tulang kista reaktif seperti
kortikal tanpa deformasi tulang.
Lesi aktif adanya batas yang jelas antara lesi dan tulang kortikal, namun
tidak ada kulit reaktif kortikal. Marginnya bisa tidak beraturan, dan
seringkali ada beberapa perluasan korteks di atasnya
Lesi stadium 3 yang agresif ditandai oleh batas yang tidak jelas, margin
tulang reaktif yang tidak lengkap, dan kerusakan kortikal di beberapa
tempat menunjukkan perluasan ke soft tisue.
Standar tatalaksana untuk ABC adalah kuretase dengan atau tanpa cangkok
tulang tergantung pada kekosongan yang dihasilkan. Meskipun upaya terbaik
kuretase, secara klinis telah menunjukkan tingkat kekambuhan yang sangat
bervariasi, dengan beberapa seri menunjukkan 59%. Akibatnya, berbagai
adjuvan telah dipilih untuk mengurangi kekambuhan termasuk penggunaan
semen, burr kecepatan tinggi, argon beam, fenol, dan krioterapi. Saat ini, tidak
ada studi komparatif mengenai keampuhan ajuvan, dan strategi adjuvant
spesifik yang digunakan sebagian besar tergantung pada institusi. 5
2.11 Komplikasi
Komplikasi dari terapi operasi sangat besar, tetapi masalah yang
terbesar setelah terapi yang terencana adalah terjadinya rekurensi dari tumor.
Komplikasi yang lain dari terapi operasi yang biasa terjadi secara umum adalah
42
infeksi, gangguan neurologis atau trauma vascular, yang bisa muncul juga
tidak.5
2.12 Prognosis
Prognosis ABC umumnya memiliki prognosis yang sangat baik,
walaupun beberapa pasien membutuhkan terapi berulang karena ABC yang
berulang sehingga menjadi masalah utama yang ditemukan saat menatalaksana
ABC. Keberhasilan terapi ABC secara keseluruhan mencapai 90-95%.6 Pada
usia muda, lempeng pertumbuhan dan lokasi metafisis merupakan lokasi yang
paling potensial untuk rekurensi. Stadium pada ABC tidak menunjukkan
pengaruh terhadap rekurensi. Dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa
metode penatalaksanaan, rekurensi 20-30% lebih banyak muncul pada ABC
yang ditatalaksana dengan tindakan kuretase dan bone graft.
43
kekambuhan hingga 5 tahun setelah operasi. Pada pasien yang belum mencapai
kematangan tulang, kekambuhan dapat mempengaruhi pertumbuhan tulang dan
menyebabkan kelainan bentuk.15
44
BAB III
KESIMPULAN
Aneurysmal bone cyst adalah lesi mirip tumor jinak yang digambarkan sebagai
lesi osteolitik yang berkembang dari ruang berisi darah dengan ukuran bervariasi yang
dipisahkan oleh jaringan ikat yang mengandung trabekula atau jaringan osteoid dan sel
osteoklas raksasa. Ada dua teori yang berbeda mengenai patofisiologi ABC yaitu
berkaitan tentang munculnya malformasi vaskuler yang berat, termasuk dengan fistula
Tulang panjang di metafisis adalah tempat yang paling umum untuk penyakit ABC
diikuti oleh vertebra. Untuk menentukan jenis dari lesi tumor yang ditemukan, dapat
banding dari ABC seperti pemeriksaan radiologi, histopatologi atau biopsi, dan
dapat digunakan baik foto polos, CT-scan maupun MRI, serta radiografi nuklir.
Gambaran foto polos dari ABC adalah adanya lesi osteolitik ekspansil dengan
gambaran balloon expansion yang mengenai tulang dan sering terlihat pinggiran
sklerotik di periosteal di sekitar lesi. Gambaran CT-scan pada ABC adalah dapat
mengetahui luas ekspansi dari jaringan yang terlibat lesi. Pada pemeriksaan MRI, ABC
umumnya tampak sebagai lesi destruktif besar yang menyebabkan ekspansi tulang.
Radiografi nuklir bone scan menunjukkan "doughnut sign "pada lesi ABC erapan
45
perifer dengan pusat photopenic. Selain itu pada pemeriksaan skintigrafi tulang
ruang hemoragik yang luas, dibatasi endotel, dikelilingi sel-sel berproliferasi yang
menyerupai tumor sel raksasa pada tulang. Dari berbagai pemeriksaan tersebut, perlu
dibedakan dengan diagnosis yang menyerupai ABC, antara lain giant cell tumour,
osteosarkoma, fibrous dysplasia, unicameral bone cyst/ simple bone cyst dan
kondroblastoma.
atau tanpa bone graft. Kendala umum yang sering ditemukan dalam adalah rekurensi
dari ABC yang mencapai 20-30% kasus. Oleh karena itu, terapi ajuvan perlu digunakan
cryotherapy .Prognosis ABC umumnya memiliki prognosis yang sangat baik, walaupun
beberapa pasien membutuhkan terapi berulang karena ABC yang berulang sehingga
menjadi masalah utama yang ditemukan saat menatalaksana ABC. Keberhasilan terapi
46
DAFTAR PUSTAKA
1. Dr Derek Smith, Prof Frak Baillard, et al.Aneurysmal Bone Cyst. Available at:
Url: http://radiopaedia.org/articles/aneurysmal-bone-cyst
2. Grainger, Allison, editors. 2015. Diagnostic Radiology. Ed 6. Churchill
Livingstone: Elsevi
3. Carol D.M, Francis Y.L, Mark C.G. 2001. Benign Bone Tumors. In: Chapman
MW, Szabo RM, Marder R, Kelly G. Vince et al, editors.
Surgery. 3 ed. University of California Davis, Sacramento, California: Lippincott
Williams & Wilkin. p. 3382-3409.
4. Schajowicz F. 1992. Aneurysmal bone cyst. Histologic Typing of Bone Tumours.
Berlin: Springer-Verlag. 37.
5. Nanda S N, Tripathi S, Shiraz S M, Warrier S. 2018. Aneurysmal Bone Cyst of
3rdMetacarpal, Management and Follow-up: A Case Report. Journal of
Orthopaedic Case Reports Mar- April; 8(2): 9-12
6. Malewer M, Kellar-Graney K. 2007. Tumors of The Musculosceletal System.
In:Wiesel SW, Delahay JN, editors. Essentials of Orthopaedic Surgery. 3 ed.USA:
Springer; . p. 106-165.
7. Eastwood B. 2013. Aneurysmal Bone Cyst Available at: URL:
www.emedicine.medscape.com. Accessed 16.
8. Frassica FJ. 2007. Aneurysmal Bone Cyst. In: Frassica FJ, Sponsoller
PD,Wilckens JH, editors. The 5-Minute Orthopaedic Consult. 2 ed.
USA:Lippincott Williams & Wilkins. p. 14-15.
9. Meryem Boubbou et al. 2013. Aneurysmal bone cyst primary - about eight
pediatric cases: radiological aspects and review of the literature. In: The Pan
African Medical Journal15:111.
10. Eastwood B. 2017. Aneurysmal Bone Cyst Available at:
URL:www.emedicine.medscape.com. Diakses 28 november 2021
11. Clough JR, Price CHG. 2010. Aneurysmal Bone Cysts. Bristol,England :1-12
47
12. Nicholas Tedesco. Aneurysmal Bone Cyst Available at: URL:
http://emedicine.medscape.com. Diakses 25 November 2021.
16. Aston, Will. Briggs, Timothy. Solomon, Louis. 2010. Tumours. Dalam : Solomon,
Luois. Warwick, David. Nayagam, Selvadurai. System of Orthopaedics
and Fractures. Edisi ke-9. UK: London; 2010. hlm. 187-224.
17. Novais, EN. Rose, PS. Yaszemski, MJ. Sim, FH. Aneurysmal bone cyst of the
cervical spine in children. J Bone Joint Surg Am. 2011;93(16):1534 43.
18. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Robbins and Cotran. 2015. pathologic basis of
disease. Philadelphia: Elsevier Saunders.
19. Layfield LJ, Armstrong K, Zaleski S, Eckardt J. Diagnostic accuracy and clinical
utility of fine-needle aspiration cytology in the diagnosis of clinically primary
bone lesions. Diagn Cytopathol. 1993;9(2):168 73
20. Saifuddin A. Bone Tumours : Benign Tumours and Tumour-Like Lesions of Bone
h edition : A Textbook of
Medical Imaging. 2008. USA: New York; Elsevier. hlm. 1096-7.
21. Hussain S, Aaron S, Latif A, Hall AD. Rapid Review of Radiology. 2010. Usa:
New York; Elsevier. hlm: 197-9
22. Park HJ, Kwon SY, Cho SG, Kim J, Song HC, Kim SS, Yoon YH, Park JC.
Giant Cell Tumor with Secondary Aneurysmal Bone Cyst Shows Heterogeneous
Metabolic Pattern on 18F-FDG PET/CT: A Case Report. Available from :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5135695/pdf/13139_2016_Artic
48
le_423.pdf - diakses 28 november 2021
49