Anda di halaman 1dari 12

SNI (STANDAR NASIONAL

INDONESIA)
KELOMPOK 6
“MUTU DAN KEAMANAN PANGAN HASIL TERNAK”
DOSEN PENGAMPU : AFRIANI SANDRA S.Pt, M.Sc

NAMA KELOMPOK :
1. NURUL FADILAH HASIBUAN (1810611089)
2. RIPANI (1810611088)
3. SUGENG PANGESTU (1810611083)
 Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah
satu-satunya Standar yang berlaku secara
nasional di Indonesia
 SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan
ditetapkan oleh Badan Standar Nasional (BSN).
 Berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 102
Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional.
Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah
standar yang ditetapkan Badan Standardisasi
Nasional dan berlaku secara nasional.

 Standar tersebut juga merupakan spesifikasi


teknis yang dibuat berdasarkan kesepakatan
pemangku kepentingan (pemerintah, produsen,
konsumen, dan pakar) melalui konsensus.
 Tujuan utama dari penerapan SNI ini adalah
meningkatkan perlindungan kepada konsumen,
pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat
lainnya, baik untuk keselamatan, keamanan,
maupun kesehatan.

 Khusus dalam aspek perdagangan internasional


penerapan standar (SNI) dan persyaratan mutu
dapat menjadi Technical Barriers to
Trade (TBTs) yaitu halangan nontarif yang
diberlakukan untuk mengendalikan masuknya
produk-produk impor ke negeri.
 Dalam penerapannya, baru sedikit produk yang
diwajibkan (mandatory) berlabel SNI, selebihnya
masih bersifat sukarela (voluntary).

 Berdasar pada Pasal 12 Ayat (2) PP 102/2000, SNI


bersifat sukarela untuk diterapkan oleh pelaku
usaha. Namun, dalam hal SNI berkaitan dengan
kepentingan keselamatan, keamanan, kesehatan
masyarakat atau pelestarian fungsi lingkungan hidup
dan/atau pertimbangan ekonomis, instansi teknis
dapat memberlakukan secara wajib sebagian atau
seluruh spesifikasi teknis dan atau parameter dalam
SNI (Pasal 12 Ayat [3] PP 102/2000).
 Berdasarkan sistem informasi SNI BSN,
terdapat 201 SNI yang diberlakukan wajib, yang
di dalamnya terbagi dalam kelompok
barang/produk, jasa maupun proses.

 Khusus untuk produk pangan terdapat enam


produk yang memiliki standar wajib, yaitu air
minum dalam kemasan (AMDK), tepung terigu,
garam beryodium, kakao, gula rafinasi, dan
yang terakhir ditetapkan yaitu minyak goreng.
 Jalan Berliku Penerapan SNI

Ada banyak faktor yang menyebabkan penerapan


SNI berjalan lambat di Indonesia. Diantaranya :

1. sisi pengusaha, para eksportir lebih fokus


untuk memenuhi persyaratan internasional
atau buyer, dibandingkan memenuhi SNI. Untuk
pasar lokal, produsen pun masih kurang
kesadaran untuk menerapkan SNI yang bersifat
sukarela karena dianggap menambah biaya
produksi
2. Aspek kelembagaan yang menyertifikasi dan
menetapkan surat persetujuan pemberian tanda
(SPPT) SNI.
Pemberian SPPT SNI dilakukan oleh pihak
ketiga (pemerintah atau swasta) yang sudah
dinilai dan diakreditasi oleh Komite Akreditasi
Nasional (KAN) yang disebut sebagai lembaga
sertifikasi produk (LS Pro). Hal ini berpengaruh
pada pengawasan dan monitoring terhadap
produk yang sudah bertanda SNI di pasar.
3. Masyarakat konsumen yang belum mengetahui
dan peduli terhadap mutu dan standar barang
yang dikonsumsi. Pertimbangan harga masih
menjadi faktor utama dalam pemilihan barang,
selain memang daya beli masyarakat yang
terbatas.
Hal ini menjadi PR besar pemerintah untuk
mewujudkan pangan murah tapi tetap bermutu.
SNI dirumuskan dengan memenuhi WTO (Code
of good practice) Yang meliputi beberapa hal,
diantaranya:

 Openess (keterbukaan):semua stakeholder yang


berkepentingan dapat berpartisipasi dalam
pengembangan SNI;
 Transparency (transparansi):semua stakeholder
yang berkepentingan dapat mengikuti mulai dari
tahap pemrograman dan perumusan sampai ke
tahap penetapannya . Dan dapat dengan mudah
memperoleh semua informasi yang berkaitan
dengan pengembangan SNI.
 Consensus and impartiality (konsensus dan
tidak memihak): semua stakeholder dapat
menyalurkan kepentingannya dan diperlakukan
secara adil.
 Effectiveness and relevance: dapat
memfasilitasi perdagangan karena
memperhatikan kebutuhan pasar dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
 Coherence: Koheren dengan pengembangan
standar internasional agar perkembangan pasar
negara kita tidak terisolasi dari perkembangan
pasar global dan memperlancar perdagangan
internasional.
 Development dimension (berdimensi
pembangunan): Berdimensi pembangunan
agar memperhatikan kepentingan publik dan
kepentingan nasional dalam meningkatkan daya
saing perekonomian nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai