Anda di halaman 1dari 5

DEWAN PIMPINAN WILAYAH

FEDERASI SERIKAT PEKERJA METAL INDONESIA


FEDERETION OF INDONESIA METAL WORKERS’ UNION
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Jl. Raya Unter Iwes, Desa Kerato, Sumbawa, 18 Januari 2021


Kecamatan Unter Iwes, Kabupaten Sumbawa
Kode Pos 84316. Tel: 0823-4165-2776, Email; fspmidpw@gmail.com

Nomor : 050/EKS/DPW-FSPMI/NTB/I/2022
Lampiran :-
Hal : Banding Terhadap Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Barat
Nomor : 560/1085/04-Nakertrans/XII/2021,
NOMOR : 561-719 TAHUN 2021. Dan
NOMOR : 561-720 TAHUN 2021

Kepada Yth:
Bapak Presiden Republik Indonesia
Ir. H. Jokowi Dodod
Jl. Veteran 17-18 Jakarta Pusat 10110
Email: persuratan@setneg.go.id
Di – Tempat

Dengan hormat,
Semoga Bapak Presiden Republik Indonesia beserta Staf dalam keadaan sehat walafiat dalam
menjalankan aktivitas Pemerintahan, Amin.

Yang bertandatangan di bawah ini:

1. Nama : Fauzan Mukarram Bajuber


Jabatan : Ketua DPW FSPMI NUSA TENGGARA BARAT
2. Nama : RUSMAN RABBARANI
Jabatan : Sekretaris DPW FSPMI NUSA TENGGARA BARAT

Bersama surat ini diberitahukan bahwa kami telah mengirim surat KEBERATAN atas terbitnya
Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 560/1085/04-Nakertrans/XII/2021
Tentang Pemberlakuan UMP Tahun 2020 Bagi Kabupaten yang Upah Minimumnya di
Bawah UMP, dan Surat Keputusan NOMOR : 561-719 TAHUN 2021 TENTANG UPAH
MINIMUM KABUPATEN Sumbawa tahun 2022 Tertanggal 30 November 2021, serta
Surat Keputusan NOMOR : 561-720 TAHUN 2021 TENTANG UPAH MINIMUN KOTA
MATARAM TAHUN 2022 Tertanggal 30 November 2021 kepada Gubernur Provinsi Nusa
Tenggara barat pada tanggal 22 Desember 2021 dan surat keberatab tersebut diterima pada
tanggal 23 Desember 2021, akan tetapi Gubernur Nusa Tenggara Barat tidak menyelesaikan
keberatan tersebut dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak surat keberatan
diterima, implikasinya keberatan dianggap dikabulkan, ditindaklanjuti dengan penetapan
Keputusan sesuai dengan permohonan keberatan kami oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat
dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja setelah berakhirnya tenggang waktu tersebut, ketentuan
ini sesuai dengan Pasal 77 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan (UU 30/2014).

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka kami mengajukan BANDING sebagaimana diatur
dalam Pasal 78 UU 30/2014 atas terbitnya Keputusan Gubernur tersebut kepada Bapak
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, dengan alasan-alasan sebagai berikut:

1. Bahwa pada tanggal 25 November 2021, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia telah
membacakan putusan Nomor 91/PUU-XVIII/2020 yang amarnya adalah sebagai berikut:

Mengadili:
Dalam Provisi:
SERIKAT PEKERJA ANGGOTA:
SP. LOGAM – SP. ELETRONIK ELETRIK – SP AUTOMOTOF MESIN DAN KOMPONEN – SP PERKAPALAN DAN JASA
MARITIM – SP ANEKA INDUSTRI – SP DIRGANTARA, DIGITAL DAN TRANSPORTASI – SP PERKEBUNAN DAN
KEHUTANAN
DEWAN PIMPINAN WILAYAH
FEDERASI SERIKAT PEKERJA METAL INDONESIA
FEDERETION OF INDONESIA METAL WORKERS’ UNION
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

1. Menyatakan Permohonan Provisi Pemohon I dan Pemohon II tidak dapat diterima;


2. Menolak Permohonan Provisi Pemohon III, Pemohon IV, Pemohon V, dan Pemohon
VI.

Dalam Pokok Permohonan:


1. Menyatakan permohonan Pemohon I dan Pemohon II tidak dapat diterima;
2. Mengabulkan permohonan Pemohon III, Pemohon IV, Pemohon V, dan Pemohon VI
untuk sebagian;
3. Menyatakan pembentukan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6573) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat secara bersyarat sepanjang tidak dimaknai “tidak dilakukan perbaikan dalam
waktu 2 (dua) tahun sejak putusan ini diucapkan”;
4. Menyatakan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6573) masih tetap berlaku sampai dengan dilakukan
perbaikan pembentukan sesuai dengan tenggang waktu sebagaimana yang telah
ditentukan dalam putusan ini;
5. Memerintahkan kepada pembentuk undang-undang untuk melakukan perbaikan dalam
jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak putusan ini diucapkan dan apabila dalam
tenggang waktu tersebut tidak dilakukan perbaikan maka Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573) menjadi
inkonstitusional secara permanen;
6. Menyatakan apabila dalam tenggang waktu 2 (dua) tahun pembentuk undang-undang
tidak dapat menyelesaikan perbaikan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573) maka undang-undang atau pasal-
pasal atau materi muatan undang-undang yang telah dicabut atau diubah oleh
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6573) dinyatakan berlaku kembali;
7. Menyatakan untuk menangguhkan segala tindakan/kebijakan yang bersifat strategis
dan berdampak luas, serta tidak dibenarkan pula menerbitkan peraturan pelaksana
baru yang berkaitan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
8. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia
sebagaimana mestinya;
9. Menolak permohonan para Pemohon untuk selain dan selebihnya.

2. Bahwa merujuk kepada ketentuan Pasal 24C ayat (1) UUD NRI 1945 jo Pasal 10 Ayat (1)
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana diubah
dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2020, sifat putusan pengujian undang-undang oleh
Mahkamah Konstitusi adalah final. Putusan tingkat pertama dan terakhir yang final tersebut
memperoleh kekuatan hukum tetap sejak diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum yang
bersifat erga omnes, yaitu sebuah putusan yang akibat hukumnya mengikat semua pihak
(Maruarar Siahaan, 2009). Lebih lanjut menurut Bagir Manan, erga omnes adalah putusan
yang akibat-akibatnya berlaku bagi semua perkara yang mengandung persamaan yang
mungkin terjadi di masa yang akan datang, jadi ketika peraturan perundang-undangan
dinyatakan tidak sah karena bertentangan dengan Undang-Undang Dasar atau peraturan
SERIKAT PEKERJA ANGGOTA:
SP. LOGAM – SP. ELETRONIK ELETRIK – SP AUTOMOTOF MESIN DAN KOMPONEN – SP PERKAPALAN DAN JASA
MARITIM – SP ANEKA INDUSTRI – SP DIRGANTARA, DIGITAL DAN TRANSPORTASI – SP PERKEBUNAN DAN
KEHUTANAN
DEWAN PIMPINAN WILAYAH
FEDERASI SERIKAT PEKERJA METAL INDONESIA
FEDERETION OF INDONESIA METAL WORKERS’ UNION
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

perundang-undangan lain yang lebih tinggi maka menjadi batal dan tidak sah untuk setiap
orang (Bagir Manan, 2010). Dengan demikian, seluruh Penyelenggara Negara termasuk
Gubernur terikat dengan putusan Nomor 91/PUU-XVIII/2020 tersebut, dan wajib
tunduk dan patuh terhadap putusan a quo;

3. Bahwa merujuk kepada amar putusan Mahkamah Konstutusi Nomor 91/PUU-XVIII/2020


khususnya angka 7, maka wajib hukumnya bagi seluruh Penyelenggara Negara termasuk
Gubernur untuk menangguhkan keberlakuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja (UU 11/2020) untuk hal-hal yang bersifat strategis dan berdampak luas.
Artinya untuk hal-hal yang bersifat strategis dan berdampak luas, Penyelenggara Negara
termasuk Gubernur dilarang untuk mengambil tindakan/kebijakan apapun;

4. Bahwa larangan untuk memberlakukan UU 11/2020 secara khusus untuk hal-hal yang
bersifat strategis dan berdampak luas sebagaiamana dimuat dalam amar putusan angka 7
didasarkan pada pertimbangan Mahkamah pada paragrap [3.20.5] sebagai berikut:

[3.20.5] Bahwa untuk menghindari dampak yang lebih besar terhadap pemberlakuan UU
11/2020 selama tenggang waktu 2 (dua) tahun tersebut Mahkamah juga menyatakan
pelaksanaan UU 11/2020 yang berkaitan hal-hal yang bersifat strategis dan berdampak luas
agar ditangguhkan terlebih dahulu, termasuk tidak dibenarkannya membentuk peraturan
pelaksana baru serta tidak dibenarkan pula penyelenggara negara melakukan pengambilan
kebijakan strategis yang dapat berdampak luas dengan mendasarkan pada norma UU
11/2020 yang secara formal telah dinyatakan inkonstitusional secara bersyarat tersebut.

5. Bahwa berdasarkan uraian tersebut, walaupun dalam amar angka 4 dinyatakan UU 11/2020
masih berlaku, tetapi keberlakuannya bersifat limitatif dengan menyatakan: (i) pelaksanaan
UU 11/2020 yang berkaitan hal-hal yang bersifat strategis dan berdampak luas agar
ditangguhkan terlebih dahulu; (ii) penyelenggara negara tidak dibenarkannya untuk
membentuk peraturan pelaksanaan UU 11/2020 yang baru; dan (iii) penyelenggara
negara tidak pula dibenarkan untuk mengambil kebijakan strategis yang dapat
berdampak luas dengan mendasarkan pada norma UU 11/2020;

6. Bahwa dalam hukum administrasi negara, yang dimaksud dengan tindakan adalah sebagai
berikut: (i) Feitelijk Handelingen (Tindakan Faktual), biasa disebut sebagai Tindakan
Material atau Perbuatan Konkret sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 8 Jo. Pasal 87 UU
No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan. Tindakan Faktual (Feitelijk
Handelingen) akan selalu bersegi satu (eenzijdige) karena bersifat sepihak saja; (ii)
Rechtshandelingen (Tindakan Hukum) yang secara teori memiliki implikasi hukum secara
administrasi. Tindakan Hukum ini ada yang bersegi satu (eenzijdige) karena bersifat sepihak
saja, dan ada yang bersegi dua (tweezijdige atau meerzijdige). Sesuai dengan tugas
administrasi yakni “mengatur” dan “mengurus”, maka bentuk dari tindakan hukum
Administrasi Pemerintahan dapat berupa pengaturan (regeling, pseudo-wetgeving) atau
keputusan/penetapan (beschikking). Dalam konteks penerbitan Keputusan Gubernur a
quo, maka yang dilakukan oleh Gubernur adalah tindakan hukum dalam administrasi
negara yang masuk kategori keputusan (beschikking);

7. Bahwa selanjutnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,


pengupahan yang merupakan bagian dari klaster ketenagakerjaan jelas masuk kategori hal
yang bersifat strategis dan berdampak luas sebagaimana dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Bahwa dalam Naskah Akademik Rancangan UU 11/2020 yang disusun oleh pemerintah
disebutkan bahwa ketenagakerjaan merupakan aspek yang tergolong sebagai
kebijakan strategis. Hal itu sebagaimana dinyatakan secara tegas dan berulang di
halaman 214;
SERIKAT PEKERJA ANGGOTA:
SP. LOGAM – SP. ELETRONIK ELETRIK – SP AUTOMOTOF MESIN DAN KOMPONEN – SP PERKAPALAN DAN JASA
MARITIM – SP ANEKA INDUSTRI – SP DIRGANTARA, DIGITAL DAN TRANSPORTASI – SP PERKEBUNAN DAN
KEHUTANAN
DEWAN PIMPINAN WILAYAH
FEDERASI SERIKAT PEKERJA METAL INDONESIA
FEDERETION OF INDONESIA METAL WORKERS’ UNION
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

b. Bahwa dalam UU 11/2020 kembali ditegaskan bahwa kebijakan strategis meliputi


pula sektor ketenagakerjaan sebagaimana dinyatakan pada ketentuan Pasal 4 huruf b
sebagai berikut:
Pasal 4
Dalam rangka mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, ruang lingkup
Undang-Undang ini mengatur kebijakan strategis Cipta Kerja yang meliputi:

a. peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha;


b. ketenagakerjaan;
c. kemudahan, pelindungan, serta pemberdayaan koperasi dan UMK-M;
d. kemudahan berusaha;
e. dukungan riset dan inovasi;
f. pengadaan tanah;
g. kawasan ekonomi;
h. investasi Pemerintah Pusat dan percepatan proyek strategis nasional;
i. pelaksanaan administrasi pemerintahan; dan
j. pengenaan sanksi.
c. Bahwa berdasarkan Naskah Akademik dan ketentuan UU 11/2020 diatas sangat jelas
disebutkan bahwa sektor ketenagakerjaan merupakan kebijakan yang bersifat strategis,
yang sudah barang tentu termasuk didalamnya mengenai kebijakan pengupahan;
d. Bahwa upah sebagai bagian dari program kebijakan strategis nasional juga
dinyatakan secara lebih tegas dalam ketentuan Pasal 4 ayat (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 36 Tahun 2021 Tentang Pengupahan (PP 36/2021), yaitu
sebagai berikut:

Pasal 4

(1) Pemerintah Pusat menetapkan kebijakan pengupahan sebagai salah satu upaya
mewujudkan hak Pekerja/Buruh atas penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
(2) Kebijakan pengupahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
program strategis nasional.
(3) –
e. Bahwa berdasarkan uraian diatas, maka kebijakan mengenai pengupahan tergolong
sebagai tindakan/kebijakan yang bersifat strategis. Besarnya jumlah pekerja/buruh di
Indonesia yang hidup dengan mengandalkan upah menunjukan bahwa kebijakan
pengupahan mempunyai dampak yang luas bagi masyarakat.

8. Bahwa dengan demikian Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 560/1085/04-
Nakertrans/XII/2021 Tentang Pemberlakuan UMP Tahun 2020 Bagi Kabupaten yang
Upah Minimumnya di Bawah UMP, dan Surat Keputusan NOMOR : 561-719 TAHUN
2021 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN Sumbawa tahun 2022 Tertanggal
30 November 2021, serta Surat Keputusan NOMOR : 561-720 TAHUN 2021 TENTANG
UPAH MINIMUN KOTA MATARAM TAHUN 2022 Tertanggal 30 November 2021,
masuk ke dalam kategori tindakan yang dilarang oleh Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 91/PUU-XVIII/2020. Secara a contrario, dapat dikatakan apabila GUBERNUR
NUSA TENGGARA BARAT tidak mencabut Surat Keputusan tersebut, maka GUBERNUR
dapat dianggap mengabaikan atau bahkan melanggar putusan Mahkamah Konstitusi yang
sama artinya dengan melanggar konstitusi sebagai the supreme law of the land.

Berdasarkan seluruh uraian di atas, kami memohon kepada Bapak GUBERNUR NUSA
TENGGARA BARAT untuk:

1) Membatalkan dan mencabut Surat Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor
560/1085/04-Nakertrans/XII/2021 Tentang Pemberlakuan UMP Tahun 2020 Bagi
SERIKAT PEKERJA ANGGOTA:
SP. LOGAM – SP. ELETRONIK ELETRIK – SP AUTOMOTOF MESIN DAN KOMPONEN – SP PERKAPALAN DAN JASA
MARITIM – SP ANEKA INDUSTRI – SP DIRGANTARA, DIGITAL DAN TRANSPORTASI – SP PERKEBUNAN DAN
KEHUTANAN
DEWAN PIMPINAN WILAYAH
FEDERASI SERIKAT PEKERJA METAL INDONESIA
FEDERETION OF INDONESIA METAL WORKERS’ UNION
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Kabupaten yang Upah Minimumnya di Bawah UMP, dan Surat Keputusan NOMOR : 561-
719 TAHUN 2021 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN Sumbawa tahun 2022
Tertanggal 30 November 2021, serta Surat Keputusan NOMOR : 561-720 TAHUN 2021
TENTANG UPAH MINIMUN KOTA MATARAM TAHUN 2022 Tertanggal 30
November 2021; dan
2) Menerbitkan Keputusan baru tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota di daerah Provinsi
NUSA TENGGARA Barat Tahun 2022 dengan kenaikan sekurang-kurangnya menggunakan
formula perhitungan upah minimum berdasarkan ketentuan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan yakni sebesar inflasi
Nasional yaitu 1,59% (satu koma lima puluh sembilan persen) ditambah dengan
pertumbuhan ekonomi nasional yaitu 3,51% (tiga koma lima puluh satu persen) dengan
jumlah kenaikan sebesar 5,1% (lima koma sepuluh persen), dan sebesar-besarnya 10%
(sepuluh persen) kenaikannya dari Upah Minimum Kabupaten/Kota di daerah Provinsi Nusa
Tenggara Barat Tahun 2021, sebagai konsekuensi hukum ditangguhkannya keberlakuan UU
11/2020 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2021 tentang pengupahan.

Mohon kiranya Bapak Presiden Republik Indonesia dapat merespon Banding ini dan sudi
kiranya mengabulkan permohonan ini. Apabila Bapak tidak meresponnya atau tidak
mengabulkan permohonan ini, maka kami akan mengajukan gugatan kepada Pengadilan Tata
Usaha Negara (PTUN) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian surat ini kami sampaikan atas perkenan dan atensi Bapak, kami ucapkan banyak
terima kasih.

Hormat kami
DEWAN PIMPINAN WILAYAH
FEDERASI SERIKAT PEKERJA METAL INDONESIA
KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA
NUSA TENGGARA BARAT

FAUZAN MUKARRAM BAJUBER. A.Md


RUSMAN RABBARANI. SH
Ketua Sekretaris

Tembusan :

Yth,
1. DPP FSPMI di Jakarta
2. Arsip

SERIKAT PEKERJA ANGGOTA:


SP. LOGAM – SP. ELETRONIK ELETRIK – SP AUTOMOTOF MESIN DAN KOMPONEN – SP PERKAPALAN DAN JASA
MARITIM – SP ANEKA INDUSTRI – SP DIRGANTARA, DIGITAL DAN TRANSPORTASI – SP PERKEBUNAN DAN
KEHUTANAN

Anda mungkin juga menyukai