NOTULEN
PRESENTASI
MANAJEMEN KESUBURAN TANAH
PROGRAM STUDI
AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA MALANG
2023
Rangkuman Materi
Minerallisasi Nitrogen
1. Aminisasi : penguraian protein yang terdapat pada bahan organik menjadi asam
amino yang terjadi melalui aktivitas mikroorganisme heterotrofik (Siti et al., 2023).
2. Amonifikasi : amine menjadi ammonium (NH4+), ammonifikasi ini merupakan
proses perombakan senyawa N organik secara enzimatik menjadi ammonium
Beberapa enzim yang terlibat adalah peptidase, khitinase, proteinase, protease,
ketobiase. lisozim, endonuklease, eksonuklease, serta ureas (Khoirotun dan
Musni, 2019).
3. Nitrifikasi : ammonium manjadi nitrit dan nitrat. Nitrifikasi merupakan proses
pengubahan nitrogen ammonium (N-NH4) secara biologis menjadi nitrogen-nitrit
(N-NO2) oleh bakteri nitrosomonas dan kemudian nitrit diubah menjadi nitrat
(NO3) oleh bakteri nitrobater. Proses nitrifikasi akan berlangsung dalam
lingkungan aerob (adanya oksigen). Proses nitrifikasi (perubahan ammonium
menjadi nitrat) dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu aerasi, suhu, kelembaban,
pH, dan nisbah karbon-nitrogen. Proses nitrifikasi biasanya berlangsung pada pH
5,5 hingga pH 10, dan optimum pada pH 8,5 (Frity et al., 2016).
Unsur S
Unsur hara sulfur (S) diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang hampir sama
banyaknya dengan unsur fosfor (P) karena sulfur memiliki peran penting dalam beberapa
aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut Slamet (2023) berikut adalah
fungsi dari unsur S :
- Berperan sebagai komponen penting dalam pembentukan protein tanaman,
termasuk asam amino seperti sistin, metionin, dan sistein. Sulfur juga terlibat dalam
sintesis beberapa hormon tanaman, vitamin seperti tiamin dan biotin, serta enzim
proteolitik.
- Memainkan peran dalam proses pembentukan protein dengan membantu
membentuk ikatan formaldehida antara rantai polipeptida dalam struktur protein.
- Mendukung sintesis co-enzim A yang terlibat dalam proses oksidasi dan sintesis
asam lemak, serta berperan dalam sintesis asam amino dalam siklus asam sitrat.
Walaupun jumlah sulfur (S) yang dibutuhkan oleh tanaman cukup besar,
penambahan S ke dalam tanah secara khusus jarang dilakukan karena dua alasan utama.
Pertama, S seringkali diberikan bersamaan dengan pemberian pupuk lain, seperti TSP, ZA,
atau Amonium Sulfat. Kedua, pasokan S dapat diperoleh dari atmosfer melalui proses
pengangkutan oleh air hujan.
Defisiensi Sulfur
Tanda-tanda kekurangan sulfur (S) dalam tanaman dapat diidentifikasi sebagai berikut:
- Sulfur termasuk dalam kategori unsur yang tidak mudah berpindah dalam tanaman,
sehingga gejala defisiensi umumnya muncul terutama pada daun muda.
- Gejala defisiensi sulfur pada tanaman seringkali mirip dengan defisiensi nitrogen (N).
Perbedaannya terletak pada daun muda yang akan tampak kuning pucat, sementara
daun yang lebih tua masih tetap hijau.
- Pada tanaman legum, kurangnya sulfur dapat menghambat pembentukan bintil akar,
yang merupakan struktur penting dalam hubungan simbiotik dengan bakteri pengikat
nitrogen.
- Pada tanaman kubis, gejala kekurangan sulfur akan terlihat pada bagian bawah
daun yang akan berubah warna menjadi kemerahan, dan seiring berjalannya waktu,
daun tersebut akan mengalami perubahan bentuk dan mengalami klorosis.
(Lestari et al., 2019)
Notulensi Tanya Jawab Kelompok 4
(14 September 2023)
Pertanyaan Kelompok 3
1. Apa yang dimaksud dengan retensi sulfat serta bagaimana dampak yang terjadi jika
retensi sulfat terlalu rendah atau terlalu tinggi (Wichya)
Jawab : (Andini)
Retensi sulfat merujuk pada kemampuan tanah untuk menahan ion sulfat
(SO4²-) dalam larutan tanah, sehingga mencegahnya dari tercuci atau terlepas
dengan cepat. Ini adalah faktor penting dalam mengatur ketersediaan sulfur bagi
tanaman dan dampaknya dapat signifikan jika terlalu rendah atau terlalu tinggi.
Dampak jika retensi sulfat terlalu rendah:
● Defisiensi Sulfur pada Tanaman:Tanaman membutuhkan sulfur untuk
pertumbuhan dan metabolisme mereka. Jika retensi sulfat terlalu rendah,
tanaman dapat mengalami defisiensi sulfur, yang dapat menghambat
pertumbuhan dan menyebabkan daun yang kuning atau keriting.
● Kualitas Tanah Buruk: Retensi sulfat yang sangat rendah dapat
menyebabkan tanah menjadi tidak subur, karena sulfur adalah salah satu
unsur hara penting yang diperlukan oleh tanaman.
Dampak jika retensi sulfat terlalu tinggi:
● Toksisitas Sulfur: Jika retensi sulfat terlalu tinggi, dapat menyebabkan
toksisitas sulfur pada tanaman. Ini terutama terjadi pada tanaman yang
kurang toleran terhadap kadar sulfat yang tinggi.
● Asidifikasi Tanah: Sulfat dapat berkontribusi pada asidifikasi tanah jika terlalu
berlebihan. Ini dapat mengubah pH tanah menjadi lebih rendah, yang pada
gilirannya dapat memengaruhi ketersediaan unsur hara lain untuk tanaman.
2. Jelaskan tiga tahapan mineralisasi nitrogen serta jelaskan masing masing faktor
yang mempengaruhi mineralisasi nitrogen tersebut. Berikan juga alasan mengapa
mineralisasi nitrogen dilakukan. (Nisriynaa)
Jawab : (Dylan)
Mineralisasi adalah perubahan nitrogen dalam bentuk organik seperti jasad renik
menjadi bentuk anorganik yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. diawali dengan
proses aminisasi dimana jasad renik ini akan diuraikan dari protein atau asam amino
menjadi amine, amine ini kemudian dipecah lagi menjadi lebih sederhana melaui
proses yang dinamakan amonifikasi proses berubahnya amine menjadi amonium
NH4+. setelah menjadi amonium akan dipecah lagi oleh kedua bakteri yang berbeda
melalui proses nitrifikasi yaitu mengubah amonium nh4+ menjadi nitrit NO3- dan
nitrat NO2- yang selanjutnya akan diasimilasi oleh tanaman melalui akar tanaman
sehingga dapat dimanfaatkan. Untuk faktor yang mempengaruhi dari ketiga proses
ini salah satunya adalah suhu. Menurut beberapa peneiltian suhu yang optimal untuk
bakteri penambat N dapat berkemban di suhu 27 - 35 C. suhu yang terlalu dingin
dapat menyebabkan pelambatan metabolisme bakteri. kemudian dari segi
kelembaban tanah yang berpengaruh terhadap kadar oksigen dalam tanah yang
mempengaruhi kehidupan bakteri aerob penambat N yang ada didalam tanah.
3. Setau saya aktinomisetes merupakan suatu bakteri yang dapat membantu fiksasi N
secara biologi, pertanyaannya apakah aktinomistes ini memiliki efisiensi yang besar
dalam membantu fiksasi N dibandingkan dengan bakteri lainnya (Larvira)
Jawab : (Shyfa)
Menurut zulaidah et al (2020) Bakteri Actinomycetes merupakan kelompok
bakteri yang memproduksi senyawa bahan alam (natural product) dan senyawa
metabolit seperti pigmen dan antimikroba. Namun efisiensi bakteri ini terhadap
fiksasi N lebih membuahkan hasil pada tanaman legum, untuk tanaman non legum
seperti Frankia lebih umum terkait dengan tanaman yang termasuk dalam keluarga
tanaman non-leguminosa, dan efisiensi mereka dapat bervariasi tergantung pada
spesies tanaman dan lingkungan tempat mereka hidup. Jadi, tidak selalu benar
bahwa bakteri memiliki efisiensi yang lebih besar dalam membantu fiksasi nitrogen
dibandingkan bakteri lainnya. Efisiensi ini akan sangat dipengaruhi oleh inang dan
kondisi lingkungan
4. Seberapa penting N dan S bagi tumbuhan serta jaringan yang ada di dalam
tanaman? (Irham)
Jawab : (Husna)
Menurut Hermanto et al. (2013), pengaruh N dan S terhadap tanaman yaitu:
Pemberian nitrogen (N) pada tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produktivitas tanaman. Tanaman membutuhkan nitrogen untuk sintesis protein,
pertumbuhan daun, dan pembentukan klorofil. Kekurangan nitrogen
dapat menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, daun kuning, dan
defisiensi nutrisi.
Pengaruh S terhadap tanaman: Sulfur (S) juga penting bagi pertumbuhan tanaman.
Sulfur berperan dalam sintesis protein, pembentukan asam amino, dan metabolisme
karbohidrat. Kekurangan sulfur dapat menyebabkan tanaman mengalami
pertumbuhan yang terhambat, daun menguning, dan rendahnya produksi.
Pertanyaan Kelompok 4
1. Tolong dijelaskan bagaimana proses pencucian Nitrogen, dan mengapa Nitrogen
banyak tercuci? (Husna)
Jawab : (Nisriynaa)
Nitrogen dalam tanah cenderung banyak tercuci ketika lapisan tanah yang
disebut "top soil" atau "horison A" mengalami erosi atau degradasi. Hal tersebut
terjadi ketika nitrogen dalam berbagai bentuk seperti nitrat (NO3-) dan amonium
(NH4+) terlarut dalam air hujan atau aliran permukaan dan kemudian masuk ke
dalam ekosistem air seperti sungai, danau, atau laut. Pencucian nitrogen ini dapat
berkontribusi pada masalah eutrofikasi di ekosistem air. Nitrogen banyak tercuci dari
tanah ke dalam ekosistem air karena kelarutan tinggi nitrogen dalam air, mobilitas
nitrat yang memungkinkannya bergerak dengan mudah melalui tanah, dan praktik-
praktik pertanian serta aktivitas manusia yang mengintroduksi lebih banyak nitrogen
ke lingkungan. Selain itu, erosi tanah dan sistem drainase yang efisien juga dapat
mempercepat proses pencucian nitrogen.
2. Dari pernyataan tersebut apakah contoh organisme yang dapat hidup bebas dan
juga bersimbiosis dalam fiksasi nitrogen, dan bagaimana organisme tersebut
berkontribusi pada siklus nitrogen dalam ekosistem? (Shyfa)
Jawab : (Larvira)
Organisme simbiosis dan non-simbiosis (hidup bebas) merupakan suatu hal
yang berbeda, hal ini dikarenakan organisme simbiosis dalam proses fiksasi N selalu
bergantung dengan organisme lainnya atau dengan kata lain bersimbiosis
mutualisme dengan tanaman seperti Rhizobium dengan legume, contoh organisme
lainnya adalah Frankia dan Anabaena. Sedangkan untuk bakteri non-simbiosis
merupakan bakteri yang tidak bergantung dengan organisme lainnya pada saat
proses fiksasi N dan organisme ini menggunakan karbon dan sumber energi yang
ada di lingkungan sebagai nutrisinya dalam melakukan proses fiksasi N, seperti pada
Azotobacter, Bacillus, Cyanobacteria, dan lain sebagainya. Fiksasi N pada
organisme Rhizobium dilakukan melalui pembentukan bintil akar (nodul) yang
melibatkan faktor nod yang disintesis oleh bakteri flavonoid yang dilepaskan oleh
akar legum, dan nantinya bakteri menginfeksi akar tanaman dan masuk ke akar. Gen
nod sapat dikatakan sebagai gen pada bakteri yang memiliki peran dalam
merangsang pembentukan nodul atau bintil akar. Sedangkan pada bakteri non-
simbiosis Cyanobacteria melakukan fiksasi N dengan cara memisahkan O2 yang
dihasilkan dari sistem nitrogenase yang dilakukan melalui sel khusus nya yang dapat
disebut heterokis yang berperan dalam fikasai N. Fiksasi N dilakukan pada kondisi
gelap, karena tidak adanya produksi O2 (Sapalina et al., 2022).
3. Apakah tanaman yang dapat memfiksasi nitrogen itu dapat memfiksasi nitrogen itu
sendiri atau hanya menyediakan habitat bagi organisme pemfiksasi nitrogen,
nitrogen yang di fiksasi ini awalnya dalam bentuk nitrogen di atmosfer atau
bagaimana mekanismenya tanaman legum yg dapat memfiksasi nitrogen ini?
(Dylan)
Jawab : (Irham)
Mineralisasi adalah perubahan nitrogen dalam bentuk organik seperti jasad renik
menjadi bentuk anorganik yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. diawali dengan
proses aminisasi dimana jasad renik ini akan diuraikan dari protein atau asam amino
menjadi amine, amine ini kemudian dipecah lagi menjadi lebih sederhana melaui
proses yang dinamakan amonifikasi proses berubahnya amine menjadi amonium
NH4+. setelah menjadi amonium akan dipecah lagi oleh kedua bakteri yang berbeda
melalui proses nitrifikasi yaitu mengubah amonium nh4+ menjadi nitrit NO3- dan
nitrat NO2- yang selanjutnya akan diasimilasi oleh tanaman melalui akar tanaman
sehingga dapat dimanfaatkan. untuk faktor yang mempengaruhi dari ketiga proses
ini salah satunya adalah suhu. Menurut beberapa peneiltian suhu yang optimal untuk
bakteri penambat N dapat berkemban di suhu 27 - 35 C. suhu yang terlalu dingin
dapat menyebabkan pelambatan metabolisme bakteri. kemudian dari segi
kelembaban tanah yang berpengaruh terhadap kadar oksigen dalam tanah yang
mempengaruhi kehidupan bakteri aerob penambat N yang ada didalam tanah.
4. Jelaskan kelengasan optimum pada bakteri nitrifikasi, apa yang akan terjadi jika
makin tinggi ? (Andini)
Jawaban : (Wicha)
Kelengasan optimum bakteri merujuk pada kondisi kelembapan tanah
tertentu dimana bakteri dapat berkembang dan mencapai pertumbuhan yang
maksimal. Kelembapan tanah optimal untuk bakteri nitrifiksi biasanya antara 50%
sampai dengan 75% dari kapasitas lapang tanah. Jika kelembaban terlalu tinggi
yaitu diatas 75% dari kapasitas lapang tanah, dapat mengakibatkan aktivitas bakteri
nitrifikasi menjadi terhambat. Kelembaban yang berlebihan dapat mengganggu
ketersediaan bahan organik tanah, dimana bahan organik merupakan makanan dari
bakteri. Kelengasan tanah makin tinggi mana jumlah amonium makin dominan
Achmad, S. R., & Susetyo, I. (2014). Pengaruh proses pencampuran dan cara aplikasi
pupuk terhadap kehilangan unsur N. Warta Perkaretan, 33(1), 29-34.
Arya, K, F, H., Afiati, N., dan Rahman, A. (2021). Laju nitrifikasi pada bioremediasi air
limbah organik menggunakan Chlorella sp. dan bakteri nitrifikasi-denitrifikasi.
Journal of Natural Resources and Environmental Management. 11(2):317-
318.
Danang, S, P., dan Irfan, M. (2018). ISOLASI BAKTERI Rhizobium DARI TUMBUHAN
LEGUMINOSA YANG TUMBUH DI LAHAN BERGAMBUT. Jurnal
Agroekoteknologi. 9(1):31-32.
Hermanto, D., Dharmayani, N.K.T., Kurnianingsih, R., dan Kamali, S.R. (2013). Pengaruh
Asam Humat Sebagai Pelengkap Pupuk Terhadap Ketersediaan dan
Pengambilan Nutrien pada Tanaman Jagung di Lahan Kering Kec.Bayan-
NTB. Ilmu Pertanian, 16(2): 28-41.
Lestari, P., Arifriana, R., & Nurjanto, H. H. (2019). Respons Semai Jati (Tectona grandis)
Unggul pada Beberapa Tingkat Konsentrasi Sulfur (Responds of Superior
Teak (Tectona grandis) on Different Sulphur Concentrations). Jurnal Sylva
Lestari, 7(2), 128-138.
Mia, M. A. B. (2015). Nutrition of Crop Plants. New York: Nova Publishers.
Murnita, M., & Taher, Y. A. (2021). Dampak Pupuk Organik Dan Anorganik Terhadap
Perubahan Sifat Kimia Tanah Dan Produksi Tanaman Padi (Oriza Sativa L.).
Menara Ilmu, 15(2).
Mustika, A. dan Utomo, H. (2023). Tinjauan Eutrofikasi Terhadap Bangunan Irigasi (Studi
Kasus Bendung Walahar, Kabupaten Karawang). JERNIH: Journal of
Environmental Engineering and Hygiene, 1(01), 53-65.
Sapalina, F., Ginting, E. N., & Hidayat, F. (2022). Bakteri penambat nitrogen sebagai agen
biofertilizer. War. Pus. Penelit. Kelapa Sawit, 27(1), 41-50
Samiaji, T. 2012. Karakteristik gas N2O (Nitrogen Oksida) di atmosfer indonesia. Berita
Dirgantara, 13(4).
Simanjuntak, C. M., Elfiati, D., & Delvian, D. (2015). Dampak Erupsi Gunung Sinabung
Terhadap Sifat Kimia Tanah Di Kabupaten Karo. Peronema Forestry Science
Journal, 4(4), 53-58.
Slamet, S. 2023. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Pupuk Formula Sulfur Silikat Terhadap
Pertumbuhan, Hasil Dan Mutu Beras Ciherang. Agritrop: Jurnal Ilmu-Ilmu
Pertanian (Journal of Agricultural Science), 21(1), 34-47.
Suntoro, 2014. Dampak Abu Vulkanik Erupsi Gunung Kelur dan Pupuk Kandang
Terhadap Ketersediaan dan Serapan Magnesium Tanaman Jagung di Tanah
Alfisol. Program Studi Ilmu Tanah. Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Soplanit, R. dan S. Nukuhaly. 2012. Pengaruh Penggelolaan Hara NPK Terhadap
Ketersediaan N dan Hasil Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Desa
Waelo Kecamatan Waeapo Kabupaten Buru. Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman
Vol. 1, No.1
Utama, P., Firnia, D., & Natanael, G. (2015). Pertumbuhan Dan Serapan Nitrogen Azolla
microphylla Akibat Pemberianfosfat Dan Ketinggian Air Yang Berbeda.
Agrologia, 4(1), 288750.
Zulaidah, A,. & Juliani, R. D(2020). Penggunaan Bahan Pewarna Yekstil Pada Makanan
Terhadap Kesehatan Masyarakat. Majalah Ilmiah Inspiratif, 5(9), 18-24