Anda di halaman 1dari 14

RESUME DAN

NOTULEN
PRESENTASI
MANAJEMEN KESUBURAN TANAH

Disusun Oleh Kelompok 4:


Husna Nur Nabila (215040200111286)
Andini Mustikasari (215040201111165)
Dylan Mochamad Pambudi Haryanto (215040207111003)
Syfa Saffira Fiardi (215040207111078)

PROGRAM STUDI

AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS

PERTANIAN

UNIVERSITAS

BRAWIJAYA MALANG

2023
Rangkuman Materi

Unsur Hara Esensial


Unsur hara esensial merupakan unsur kimia yang dibutuhkan oleh tanaman untuk
menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Unsur hara esensial berdasarkan tingkat
kebutuhan tanaman dibedakan menjadi tiga yaitu unsur hara dasar (basic nutrient), unsur
hara makro (makronutrien), dan unsur hara mikro (mikronutrien). Tanaman berpotensi untuk
mengalami masalah unsur hara, baik itu defisiensi maupun toksisitas. Defisiensi dan
toksisitas unsur hara yang dialami oleh tanaman dapat diketahui dengan melakukan
diagnosis visual yang merupakan metode yang paling mudah untuk diaplikasikan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah unsur hara yang dialami oleh berbagai jenis
tanaman berdasarkan gejala visual yang ditunjukkan oleh tanaman (Mia, 2015). Fungsi
unsur hara tersebut tidak bisa digantikan oleh unsur hara jenis lainnya dan unsur hara
tersebut terlibat langsung dalam metabolisme tanaman (Marschner, 2012). Unsur hara
esensial terdiri atas karbon (C), oksigen (O), dan hidrogen (H); (2) Makronutrien terdiri atas
nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), belerang (S), magnesium (Mg); dan (3)
Mikronutrien terdiri atas besi (Fe), boron (B); klor (Cl); mangan (Mn); seng (Zn); tembaga
(Cu); dan molibdenum (Mo).

Unsur Nitrogen (N)


Salah satu unsur penting bagi tanaman adalah unsur Nitrogen (N), fungsi nitrogen
yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif, meningkatkan jumlah anakan, dan lain-
lain. Namun jika tanaman mengalami kekurangan unsur nitrogen dapat menyebabkan
tanaman menjadi kerdil dan/atau menjadi kuning pada daun yang tua, selain itu jika N
berlebihan pada tanaman akan menyebabkan penghambatan pemasakan, tanaman sukulen
dan mudah terserang hama penyakit. Unsur Nitorgen tersedia di dalam tanah melalui yang
bersumber dari pupuk, nitrat dari atmosfer yang tercuci ke bawah oleh hujan, nitrogen yang
difiksasi melalui proses biologi, dan dekomposisi sisa tanaman dan hewan dan mineralisasi
humus. Menurut Soplanit (2012) ada tiga hal yang menyebabkan hilangnya nitrogen dari
tanah yaitu nitrogen dapat hilang karena tercuci bersama air draenase, penguapan dan
diserap oleh tanaman.

Sumber Nitrogen di Dalam Tanah :


1. Nitrat dari atmosfer yang tercuci ke bawah oleh hujan yang diikat oleh bakteri
pengikat nitrogen seperti Rhizobium sp. Bakteri memiliki kemampuan
menyediakan 50-70% kebutuhan dari nitrogen yang dibutuhkan oleh tanama
(Bambang, 2018).
2. Nitrogen yang difiksasi melalui proses hidrologi
3. Dekomposisi sisa tanaman dan hewan dan mineralisasi humus
4. Penambahan pupuk

Minerallisasi Nitrogen
1. Aminisasi : penguraian protein yang terdapat pada bahan organik menjadi asam
amino yang terjadi melalui aktivitas mikroorganisme heterotrofik (Siti et al., 2023).
2. Amonifikasi : amine menjadi ammonium (NH4+), ammonifikasi ini merupakan
proses perombakan senyawa N organik secara enzimatik menjadi ammonium
Beberapa enzim yang terlibat adalah peptidase, khitinase, proteinase, protease,
ketobiase. lisozim, endonuklease, eksonuklease, serta ureas (Khoirotun dan
Musni, 2019).
3. Nitrifikasi : ammonium manjadi nitrit dan nitrat. Nitrifikasi merupakan proses
pengubahan nitrogen ammonium (N-NH4) secara biologis menjadi nitrogen-nitrit
(N-NO2) oleh bakteri nitrosomonas dan kemudian nitrit diubah menjadi nitrat
(NO3) oleh bakteri nitrobater. Proses nitrifikasi akan berlangsung dalam
lingkungan aerob (adanya oksigen). Proses nitrifikasi (perubahan ammonium
menjadi nitrat) dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu aerasi, suhu, kelembaban,
pH, dan nisbah karbon-nitrogen. Proses nitrifikasi biasanya berlangsung pada pH
5,5 hingga pH 10, dan optimum pada pH 8,5 (Frity et al., 2016).

Penggunaan Senyawa Amonium


1. Digunakan atau diserap oleh jasad renik tanah
2. Diserap oleh akar tanaman atau tumbuhan
3. Difiksasi oleh mieral liat tertentu, seperti llit
4. Dioksidsi secara enzimatis melalui proses nitrifikasi
5. Pada pH tinggi NH3 (menguap)

Jasad Renik yang Terlibat Dalam Nitrifikasi


1. Bakteri Nitrosomonas berperan dalam proses nitrifikasi menghasilkan ion nitrat
yang dibutuhkan tanaman. Bakteri ini dapat tumbuh optimum pada suhu 5-30oC
dan pH optimum 5,8 - 8,5, serta hidup pada habitat air laut, air tawar, dan tanah
(Agustina et al., 2015).
2. Bakteri Nitrobacter termasuk bakteri nitrifikasi karena merupakan bakteri yang
mengubah nitrit menjadi nitrat. Habitat genus ini tersebar pada air laut, air tawar
dan tanah. Tumbuh baik pada kondisi lingkungan yang mengandung senyawa
organik dan memiliki suhu optimum untuk pertumbuhanya berkisar 25-30oC dan
pH 7,5-8 (Agustina et al., 2015).

Faktor lingkungan yang Mempengaruhi Nitrifikasi


Proses nitrifikasi (perubahan ammonium menjadi nitrat) dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu aerasi, suhu, kelembaban, pH, dan nisbah karbon-nitrogen. Proses nitrifikasi
biasanya berlangsung pada pH 5,5 hingga pH 10, dan optimum pada pH 8,5 (Damanik dkk,
2011).
Kategori pertama meliputi semua yang mempengaruhi proses biokima dari
mikroorganisme sepert pH, temperatur dan salinitas. Katagori kedua meliputi semua yang
mempengaruhi suplai nutrien ke biofilm seperti konsentrasi substrate, DO dan juga
keseragaman pengadukan. Katagori ketiga meliputi semua yang punya dampak terhadap
pertumbuhan dan suplai nutrien seperti kompetisi terhadap nutrien utama, kompetisi
terhadap lokasi tumbuh (Sudarno, 2012) .

Pengaruh pupuk pada nitrifikasi


1. Sedikit pupuk yang mengandung unsur makro dan mikro dapat membantu
nitrifikasi
2. Keseimbangan antara N-P-K sangat menolong nitrifikasi
3. Pemberian pupuk amonium dosis tinggi menghambat nitrifikasi
4. Ternyata amonia dapat bersifat toksik bagi nitrobacter, tetapi tidak bagi
nitrosomonas
Kehilangan Nitrat tanah
1. Imobilisasi
Immobilisasi merupakan kebalikan dari proses mineralisasi. Immobilisasi
berkaitan dengan proses dikonsumsinya unsur nitrat dan ammonium oleh
organisme tanah, sehingga keduanya menjadi tidak dapat dikonsumsi oleh
tanaman. Immobilisasi N oleh mikroorganisme dapat berpengaruh pada jumlah N
yang tersedia bagi tanaman, karena terdapat kompetisi antara tanaman dengan
mikroorganisme dalam memperoleh N. Immobilisasi ini hanya mengunci
sementara unsur N dan ketika mikroorganisme mati, unsur N organik yang
terdapat dalam sel akan diubah kembali melalui proses mineralisasi dan nitrifikasi
sehingga menghasilkan unsur nitrat yang dapat dikonsumsi tanama (Khoirotun
dan Musni, 2019).
2. Absorpsi
Penyerapan nitrogen oleh akar tanaman atau tumbuhan Crop uptake merupakan
tujuan utama dari manajemen nitrogen dilahan pertanian. Efisiensi N tergantung
pada beberapa faktor termasuk suhu, kelembaban tanah, tekanan hama, serta
pemadatan tanah (Khoirotun dan Musni, 2019).
3. Pencucian/leaching
Hilangnya N melalui pencucian umum terjadi pada tanah-tanah yang bertekstur
kasar, kandungan bahan organik sedikit dan nilai kapasitas tukar kation (KTK)
rendah. Rendahnya kandungan unsur N serta unsur hara lain dapat terjadi pada
tanah yang memiliki tingkat kemasaman tinggi (pH 5.5), hal ini umum terjadi pada
tanah yang diusahakan dalam bidang pertanian, seperti pada tanah Entisol,
Inceptisol dan Ultiso (Intan et al., 2013).
4. Denitrifikasi
Denitrifikasi merupakan proses utama pendegradasi senyawa N dalam kondisi
tidak ada oksigen atau anaerob yang menghasilkan produk samping berupa N2.
Denitrifikasi merupakan konversi biologis senyawa nitrat menjadi nitrit, nitrus
oksida, dan gas N dalam proses yang berjalan secara bertahap oleh bakteri
fakulatif anaerob (Tiffani et al., 2023).

Kehilangan Unsur N Melalui Penguapan


Kehilangan unsur nitrogen (N) melalui penguapan adalah fenomena yang dapat
terjadi pada berbagai jenis tanah dan dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Penguapan unsur N
dapat terjadi karena pupuk urea mengandung nitrogen yang mudah menguap. Urea
merupakan pupuk higroskopik yang dapat menyerap air dari udara. Kelembapan udara yang
tinggi dapat menyebabkan urea berubah menjadi air, sehingga unsur hara nitrogen cepat
hilang melalui penguapan (Achmad dan Susetyo, 2014). Menurut Stevenson (1976), %
kehilangan N pada tanah lempung berdebu adalah sebesar 19%, pada lempung berpasir
sebesar 9-40%, pada pasir berlempung dan padang rumput sebesar 22% dan 20%, pada
tanah di hutan sebesar 3,5-25%, serta pada tanah sawah sebesar 6-8%. Hal ini karena
karakteristik tekstur tanah, seperti pasir yang cenderung memiliki pori yang lebih besar,
dapat meningkatkan tingkat penguapan nitrogen, sedangkan tanah lempung dengan
struktur yang lebih padat memiliki kemampuan retensi air yang lebih baik, mengurangi risiko
kehilangan nitrogen melalui penguapan.
Kedalaman tanah dan praktek pengairan atau irigasi juga memiliki dampak penting
pada persentase kehilangan unsur nitrogen (N) dalam ekosistem pertanian. Tanah dengan
kedalaman yang terbatas, khususnya tanah dangkal, sering kali memiliki kapasitas retensi
air yang rendah, meningkatkan risiko kehilangan nitrogen melalui penguapan. Pada kondisi
seperti ini, air tanah dapat mencapai permukaan tanah dengan cepat dan menguap ke
atmosfer, membawa bersama beberapa molekul nitrogen. Sebaliknya, tanah yang lebih
dalam dapat menyimpan lebih banyak air, mengurangi risiko kehilangan nitrogen melalui
penguapan karena air dapat diakumulasi dalam tanah dalam jumlah yang lebih besar.
Pengelolaan yang bijaksana terkait kedalaman tanah dapat membantu mitigasi kehilangan
nitrogen yang tidak diinginkan.

Proses Pencucian N pada Tanah


Eutrofikasi dan pencucian unsur nitrogen (N) saling terkait dalam konteks polusi
perairan. Pencucian nitrogen dari sumber-sumber seperti pertanian, limbah domestik, atau
industri dapat menyebabkan masukan nutrien ke dalam ekosistem perairan, termasuk
sungai, danau, atau laut. Ketika nutrien tambahan, terutama nitrogen, memasuki perairan,
kondisi eutrofikasi dapat terjadi. Nutrien yang berlebihan memberikan dukungan bagi
pertumbuhan alga yang berlebihan, membentuk blooming alga yang dapat mengubah
ekosistem perairan secara signifikan (Mustika dan Utomo, 2023).

Pengaruh Penggunaan Pupuk N terhadap Sifat Tanah


Residu nitrogen yang tidak diserap oleh tanaman dapat menjadi rentan terhadap
pencucian oleh air tanah. Ini dapat mengakibatkan pencemaran air tanah atau sumber air
permukaan oleh nitrogen yang tercuci dari tanah, yang dapat berkontribusi pada eutrofikasi
di perairan.
Penggunaan pupuk nitrogen (N) dapat memiliki pengaruh pada pH tanah.
Peningkatan pemberian pupuk NPK dapat menurunkan pH tanah, sedangkan pupuk yang
mengandung nitrogen dalam bentuk amonia atau bentuk lainnya dapat berubah menjadi
nitrat yang berakibat pada penurunan pH tanah. Selain itu, pemupukan menggunakan
pupuk majemuk NPK juga dapat menurunkan pH tanah karena pupuk ini mengandung
sulfur dan ammonium yang akan terhidrolisis menghasilkan ion H+ yang menyebabkan pH
tanah menurun (Murnita dan Taher, 2021).

Mekanisme Fiksasi N Secara Biologi dan Fisiko-Kimia


Bakteri penambat nitrogen dapat menambat nitrogen udara melalui non-simbiosis
(free-living nitrogen-fixing bacteria) dan simbiosis (root-nodulating bacteria) dengan
tanaman. Bakteri tersebut melakukan fiksasi nitrogen dengan cara mengubah nitrogen
menjadi bentuk anorganik yang kemudian diserap oleh tanaman. Bakteri penambat nitrogen
yang bersimbiosis membentuk nodul atau bintil akar di dalam jaringan akar tanaman, seperti
Rhizobium, Frankia, dan Anabaena. Mekanisme fiksasi nitrogen pada Rhizobium melibatkan
faktor nod yang disintesis oleh bakteri dan flavonoid yang dilepaskan oleh akar legum
(Sapalina et al., 2022).
Proses fiksasi nitrogen secara fisiko-kimia melibatkan dua mekanisme utama:
oksidasi nitrogen atmosfer dan pengaruh petir. Oksidasi nitrogen atmosfer terjadi saat
nitrogen bereaksi dengan oksigen atau ozon di atmosfer, membentuk senyawa nitrogen
oksida. Pengaruh petir, dengan energi tinggi yang dihasilkan, dapat merusak ikatan nitrogen
dalam atmosfer, membentuk radikal nitrogen yang dapat bereaksi dengan oksigen dan
membentuk senyawa nitrogen oksida. Senyawa nitrogen oksida yang dihasilkan dapat larut
dalam air hujan dan turun ke tanah sebagai hujan asam atau membentuk senyawa nitrat
yang dapat diserap oleh tanaman sebagai sumber nitrogen. Meskipun mekanisme ini
penting dalam menyediakan jalur alami bagi nitrogen atmosfer untuk masuk ke dalam siklus
biogeokimia nitrogen, jumlah nitrogen yang difiksasi secara fisiko-kimia relatif kecil
dibandingkan dengan fiksasi biologis yang dilakukan oleh bakteri pengikat nitrogen atau
tanaman leguminosa.

Unsur S
Unsur hara sulfur (S) diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang hampir sama
banyaknya dengan unsur fosfor (P) karena sulfur memiliki peran penting dalam beberapa
aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut Slamet (2023) berikut adalah
fungsi dari unsur S :
- Berperan sebagai komponen penting dalam pembentukan protein tanaman,
termasuk asam amino seperti sistin, metionin, dan sistein. Sulfur juga terlibat dalam
sintesis beberapa hormon tanaman, vitamin seperti tiamin dan biotin, serta enzim
proteolitik.
- Memainkan peran dalam proses pembentukan protein dengan membantu
membentuk ikatan formaldehida antara rantai polipeptida dalam struktur protein.
- Mendukung sintesis co-enzim A yang terlibat dalam proses oksidasi dan sintesis
asam lemak, serta berperan dalam sintesis asam amino dalam siklus asam sitrat.
Walaupun jumlah sulfur (S) yang dibutuhkan oleh tanaman cukup besar,
penambahan S ke dalam tanah secara khusus jarang dilakukan karena dua alasan utama.
Pertama, S seringkali diberikan bersamaan dengan pemberian pupuk lain, seperti TSP, ZA,
atau Amonium Sulfat. Kedua, pasokan S dapat diperoleh dari atmosfer melalui proses
pengangkutan oleh air hujan.

Sumber Unsur S Dalam Tanah


Sumber sulfur (S) dalam tanah meliputi beberapa aspek berikut:
- Sulfur dapat diperoleh melalui proses pelapukan mineral tertentu seperti
gipsum(CaSO4.2H2O), anhidrit (CaSO4), epsomit (MgSO4.7H2O), mirabilit, pirit,
markasit, galena, dan lain sebagainya.
- Gas sulfur di atmosfer juga merupakan sumber S untuk tanah. Aktivitas industri yang
menggunakan bahan bakar yang mengandung sulfur dapat menghasilkan sulfur
dioksida (SO2) yang kemudian tersebar ke udara. Sulfur dioksida ini kemudian dapat
jatuh ke tanah bersama dengan air hujan.
- Bahan organik dalam tanah, seperti sisa-sisa hewan dan tanaman yang membusuk, juga
dapat menjadi sumber sulfur yang penting untuk tanaman.
(Simanjuntak et al., 2015)
Sulfur diserap oleh tanaman terutama dalam bentuk ion sulfat (SO4 2- ), Di dalam tanah
sulfat bergerak karena aliran masa dan difusi.

Defisiensi Sulfur
Tanda-tanda kekurangan sulfur (S) dalam tanaman dapat diidentifikasi sebagai berikut:
- Sulfur termasuk dalam kategori unsur yang tidak mudah berpindah dalam tanaman,
sehingga gejala defisiensi umumnya muncul terutama pada daun muda.
- Gejala defisiensi sulfur pada tanaman seringkali mirip dengan defisiensi nitrogen (N).
Perbedaannya terletak pada daun muda yang akan tampak kuning pucat, sementara
daun yang lebih tua masih tetap hijau.
- Pada tanaman legum, kurangnya sulfur dapat menghambat pembentukan bintil akar,
yang merupakan struktur penting dalam hubungan simbiotik dengan bakteri pengikat
nitrogen.
- Pada tanaman kubis, gejala kekurangan sulfur akan terlihat pada bagian bawah
daun yang akan berubah warna menjadi kemerahan, dan seiring berjalannya waktu,
daun tersebut akan mengalami perubahan bentuk dan mengalami klorosis.
(Lestari et al., 2019)
Notulensi Tanya Jawab Kelompok 4
(14 September 2023)

Pertanyaan Kelompok 3
1. Apa yang dimaksud dengan retensi sulfat serta bagaimana dampak yang terjadi jika
retensi sulfat terlalu rendah atau terlalu tinggi (Wichya)
Jawab : (Andini)
Retensi sulfat merujuk pada kemampuan tanah untuk menahan ion sulfat
(SO4²-) dalam larutan tanah, sehingga mencegahnya dari tercuci atau terlepas
dengan cepat. Ini adalah faktor penting dalam mengatur ketersediaan sulfur bagi
tanaman dan dampaknya dapat signifikan jika terlalu rendah atau terlalu tinggi.
Dampak jika retensi sulfat terlalu rendah:
● Defisiensi Sulfur pada Tanaman:Tanaman membutuhkan sulfur untuk
pertumbuhan dan metabolisme mereka. Jika retensi sulfat terlalu rendah,
tanaman dapat mengalami defisiensi sulfur, yang dapat menghambat
pertumbuhan dan menyebabkan daun yang kuning atau keriting.
● Kualitas Tanah Buruk: Retensi sulfat yang sangat rendah dapat
menyebabkan tanah menjadi tidak subur, karena sulfur adalah salah satu
unsur hara penting yang diperlukan oleh tanaman.
Dampak jika retensi sulfat terlalu tinggi:
● Toksisitas Sulfur: Jika retensi sulfat terlalu tinggi, dapat menyebabkan
toksisitas sulfur pada tanaman. Ini terutama terjadi pada tanaman yang
kurang toleran terhadap kadar sulfat yang tinggi.
● Asidifikasi Tanah: Sulfat dapat berkontribusi pada asidifikasi tanah jika terlalu
berlebihan. Ini dapat mengubah pH tanah menjadi lebih rendah, yang pada
gilirannya dapat memengaruhi ketersediaan unsur hara lain untuk tanaman.
2. Jelaskan tiga tahapan mineralisasi nitrogen serta jelaskan masing masing faktor
yang mempengaruhi mineralisasi nitrogen tersebut. Berikan juga alasan mengapa
mineralisasi nitrogen dilakukan. (Nisriynaa)
Jawab : (Dylan)
Mineralisasi adalah perubahan nitrogen dalam bentuk organik seperti jasad renik
menjadi bentuk anorganik yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. diawali dengan
proses aminisasi dimana jasad renik ini akan diuraikan dari protein atau asam amino
menjadi amine, amine ini kemudian dipecah lagi menjadi lebih sederhana melaui
proses yang dinamakan amonifikasi proses berubahnya amine menjadi amonium
NH4+. setelah menjadi amonium akan dipecah lagi oleh kedua bakteri yang berbeda
melalui proses nitrifikasi yaitu mengubah amonium nh4+ menjadi nitrit NO3- dan
nitrat NO2- yang selanjutnya akan diasimilasi oleh tanaman melalui akar tanaman
sehingga dapat dimanfaatkan. Untuk faktor yang mempengaruhi dari ketiga proses
ini salah satunya adalah suhu. Menurut beberapa peneiltian suhu yang optimal untuk
bakteri penambat N dapat berkemban di suhu 27 - 35 C. suhu yang terlalu dingin
dapat menyebabkan pelambatan metabolisme bakteri. kemudian dari segi
kelembaban tanah yang berpengaruh terhadap kadar oksigen dalam tanah yang
mempengaruhi kehidupan bakteri aerob penambat N yang ada didalam tanah.
3. Setau saya aktinomisetes merupakan suatu bakteri yang dapat membantu fiksasi N
secara biologi, pertanyaannya apakah aktinomistes ini memiliki efisiensi yang besar
dalam membantu fiksasi N dibandingkan dengan bakteri lainnya (Larvira)
Jawab : (Shyfa)
Menurut zulaidah et al (2020) Bakteri Actinomycetes merupakan kelompok
bakteri yang memproduksi senyawa bahan alam (natural product) dan senyawa
metabolit seperti pigmen dan antimikroba. Namun efisiensi bakteri ini terhadap
fiksasi N lebih membuahkan hasil pada tanaman legum, untuk tanaman non legum
seperti Frankia lebih umum terkait dengan tanaman yang termasuk dalam keluarga
tanaman non-leguminosa, dan efisiensi mereka dapat bervariasi tergantung pada
spesies tanaman dan lingkungan tempat mereka hidup. Jadi, tidak selalu benar
bahwa bakteri memiliki efisiensi yang lebih besar dalam membantu fiksasi nitrogen
dibandingkan bakteri lainnya. Efisiensi ini akan sangat dipengaruhi oleh inang dan
kondisi lingkungan
4. Seberapa penting N dan S bagi tumbuhan serta jaringan yang ada di dalam
tanaman? (Irham)
Jawab : (Husna)
Menurut Hermanto et al. (2013), pengaruh N dan S terhadap tanaman yaitu:
Pemberian nitrogen (N) pada tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produktivitas tanaman. Tanaman membutuhkan nitrogen untuk sintesis protein,
pertumbuhan daun, dan pembentukan klorofil. Kekurangan nitrogen
dapat menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, daun kuning, dan
defisiensi nutrisi.
Pengaruh S terhadap tanaman: Sulfur (S) juga penting bagi pertumbuhan tanaman.
Sulfur berperan dalam sintesis protein, pembentukan asam amino, dan metabolisme
karbohidrat. Kekurangan sulfur dapat menyebabkan tanaman mengalami
pertumbuhan yang terhambat, daun menguning, dan rendahnya produksi.

Pertanyaan Kelompok 4
1. Tolong dijelaskan bagaimana proses pencucian Nitrogen, dan mengapa Nitrogen
banyak tercuci? (Husna)
Jawab : (Nisriynaa)
Nitrogen dalam tanah cenderung banyak tercuci ketika lapisan tanah yang
disebut "top soil" atau "horison A" mengalami erosi atau degradasi. Hal tersebut
terjadi ketika nitrogen dalam berbagai bentuk seperti nitrat (NO3-) dan amonium
(NH4+) terlarut dalam air hujan atau aliran permukaan dan kemudian masuk ke
dalam ekosistem air seperti sungai, danau, atau laut. Pencucian nitrogen ini dapat
berkontribusi pada masalah eutrofikasi di ekosistem air. Nitrogen banyak tercuci dari
tanah ke dalam ekosistem air karena kelarutan tinggi nitrogen dalam air, mobilitas
nitrat yang memungkinkannya bergerak dengan mudah melalui tanah, dan praktik-
praktik pertanian serta aktivitas manusia yang mengintroduksi lebih banyak nitrogen
ke lingkungan. Selain itu, erosi tanah dan sistem drainase yang efisien juga dapat
mempercepat proses pencucian nitrogen.
2. Dari pernyataan tersebut apakah contoh organisme yang dapat hidup bebas dan
juga bersimbiosis dalam fiksasi nitrogen, dan bagaimana organisme tersebut
berkontribusi pada siklus nitrogen dalam ekosistem? (Shyfa)
Jawab : (Larvira)
Organisme simbiosis dan non-simbiosis (hidup bebas) merupakan suatu hal
yang berbeda, hal ini dikarenakan organisme simbiosis dalam proses fiksasi N selalu
bergantung dengan organisme lainnya atau dengan kata lain bersimbiosis
mutualisme dengan tanaman seperti Rhizobium dengan legume, contoh organisme
lainnya adalah Frankia dan Anabaena. Sedangkan untuk bakteri non-simbiosis
merupakan bakteri yang tidak bergantung dengan organisme lainnya pada saat
proses fiksasi N dan organisme ini menggunakan karbon dan sumber energi yang
ada di lingkungan sebagai nutrisinya dalam melakukan proses fiksasi N, seperti pada
Azotobacter, Bacillus, Cyanobacteria, dan lain sebagainya. Fiksasi N pada
organisme Rhizobium dilakukan melalui pembentukan bintil akar (nodul) yang
melibatkan faktor nod yang disintesis oleh bakteri flavonoid yang dilepaskan oleh
akar legum, dan nantinya bakteri menginfeksi akar tanaman dan masuk ke akar. Gen
nod sapat dikatakan sebagai gen pada bakteri yang memiliki peran dalam
merangsang pembentukan nodul atau bintil akar. Sedangkan pada bakteri non-
simbiosis Cyanobacteria melakukan fiksasi N dengan cara memisahkan O2 yang
dihasilkan dari sistem nitrogenase yang dilakukan melalui sel khusus nya yang dapat
disebut heterokis yang berperan dalam fikasai N. Fiksasi N dilakukan pada kondisi
gelap, karena tidak adanya produksi O2 (Sapalina et al., 2022).
3. Apakah tanaman yang dapat memfiksasi nitrogen itu dapat memfiksasi nitrogen itu
sendiri atau hanya menyediakan habitat bagi organisme pemfiksasi nitrogen,
nitrogen yang di fiksasi ini awalnya dalam bentuk nitrogen di atmosfer atau
bagaimana mekanismenya tanaman legum yg dapat memfiksasi nitrogen ini?
(Dylan)
Jawab : (Irham)
Mineralisasi adalah perubahan nitrogen dalam bentuk organik seperti jasad renik
menjadi bentuk anorganik yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. diawali dengan
proses aminisasi dimana jasad renik ini akan diuraikan dari protein atau asam amino
menjadi amine, amine ini kemudian dipecah lagi menjadi lebih sederhana melaui
proses yang dinamakan amonifikasi proses berubahnya amine menjadi amonium
NH4+. setelah menjadi amonium akan dipecah lagi oleh kedua bakteri yang berbeda
melalui proses nitrifikasi yaitu mengubah amonium nh4+ menjadi nitrit NO3- dan
nitrat NO2- yang selanjutnya akan diasimilasi oleh tanaman melalui akar tanaman
sehingga dapat dimanfaatkan. untuk faktor yang mempengaruhi dari ketiga proses
ini salah satunya adalah suhu. Menurut beberapa peneiltian suhu yang optimal untuk
bakteri penambat N dapat berkemban di suhu 27 - 35 C. suhu yang terlalu dingin
dapat menyebabkan pelambatan metabolisme bakteri. kemudian dari segi
kelembaban tanah yang berpengaruh terhadap kadar oksigen dalam tanah yang
mempengaruhi kehidupan bakteri aerob penambat N yang ada didalam tanah.
4. Jelaskan kelengasan optimum pada bakteri nitrifikasi, apa yang akan terjadi jika
makin tinggi ? (Andini)
Jawaban : (Wicha)
Kelengasan optimum bakteri merujuk pada kondisi kelembapan tanah
tertentu dimana bakteri dapat berkembang dan mencapai pertumbuhan yang
maksimal. Kelembapan tanah optimal untuk bakteri nitrifiksi biasanya antara 50%
sampai dengan 75% dari kapasitas lapang tanah. Jika kelembaban terlalu tinggi
yaitu diatas 75% dari kapasitas lapang tanah, dapat mengakibatkan aktivitas bakteri
nitrifikasi menjadi terhambat. Kelembaban yang berlebihan dapat mengganggu
ketersediaan bahan organik tanah, dimana bahan organik merupakan makanan dari
bakteri. Kelengasan tanah makin tinggi mana jumlah amonium makin dominan

Pertanyaan Kelompok Lain:


1. Tanah bagian bawah memiliki retensi sulfat yang lebih tinggi. Apa kaitannya retensi
sulfat tinggi dengan sulfur? (Sekar)
Jawab: (Husna dan Shyfa)
Retensi sulfat yang lebih tinggi di bagian bawah tanah dibandingkan dengan bagian
top soilnya terjadi karena air hujan atau irigasi dapat meresap ke dalam tanah dan
membawa sulfat ke lapisan bawah. Selain itu, terjadi juga proses kimia yang juga
dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi sulfat di lapisan bawah tanah. Faktor-
faktor lingkungan dan geologi setempat juga mempengaruhi retensi sulfat dalam
tanah.
Terdapat beberapa faktor geologi yang dapat mempengaruhi resistensi terhadap
sulfat, yaitu Jenis Batuan, Kedalaman Tanah dimana Kedalaman lapisan tanah atau
batuan yang mengandung sulfat juga memainkan peran penting. Kedalaman ini
dapat mempengaruhi sejauh mana sulfat dapat meresap dan berinteraksi dengan
material geologi, Tekstur Tanah seperti butiran kasar atau halus, dapat memengaruhi
kemampuan air untuk meresap dan bergerak dalam tanah. Hal ini juga dapat
mempengaruhi reaksi sulfat dalam tanah. Semua faktor ini dapat berinteraksi dan
memengaruhi resistensi terhadap sulfat dalam suatu lingkungan geologi tertentu.
2. Apakah sulfur dari gunung berapi dapat diserap langsung oleh tanah dan tanaman?
Bagaimana mekanismenya? (Novi)
Jawab: (Shyfa)
Menurut suntoro (2014) Sulfur yang dilepaskan sebagai SO2 dari gunung
berapi dapat diserap oleh tanah dan tanaman, tetapi tidak langsung. Prosesnya
melibatkan beberapa tahap dalam siklus sulfur yaitu Deposisi dimana Gas SO2 yang
dikeluarkan oleh gunung berapi akan terbawa oleh udara dan kemudian terdeposisi
ke permukaan tanah melalui hujan. Ini membentuk senyawa sulfur dioksida (SO2)
yang larut dalam air, lalu Oksidasi, dimana Setelah terdeposisi di tanah, SO2 dapat
mengalami oksidasi menjadi senyawa lain seperti sulfat melalui reaksi dengan
oksigen dan mikroorganisme dalam tanah dan yang terakhir baru bisa diserap oleh
Tanaman, ketika Senyawa sulfat yang dihasilkan ini adalah bentuk sulfur yang dapat
diserap oleh tanaman melalui akar mereka. Tanaman kemudian menggunakannya
untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka.
3. Apakah tanaman legume dapat menyediakan nitrogen untuk tanah atau tanaman
lain, atau hanya dimanfaatkan untuk tanaman itu sendiri?( I Made)
Jawab :
Bakteri Rhizobium adalah sekelompok bakteri yang bersimbiosis dengan
tanaman leguminosa dan hanya dapat memfiksasi nitrogen atmosfer bila berada di
dalam bintil akar tanaman leguminosa. Peran Rhizobium terhadap pertumbuhan
tanaman berkaitan dengan ketersediaan hara bagi tanaman inangnya. Simbiosis ini
menyebabkan bakteri Rhizobium dapat menambat nitrogen dari atmosfir, dan
selanjutnya digunakan oleh tanaman inangnya (Danang dan Irfan, 2018).
Sebagai hasil dari simbiosis ini, tanaman legum mampu mengambil nitrogen
dari udara dan menggunakannya untuk pertumbuhannya sendiri. Selain itu, ketika
tanaman legum mati atau daun-daunnya gugur, nitrogen yang terkandung dalam
jaringan tanaman ini dapat menjadi sumber tambahan nitrogen untuk tanah di
sekitarnya, karena bahan organik tanaman tersebut terdekomposisi. Oleh karena itu,
tanaman legum dapat meningkatkan kandungan nitrogen dalam tanah, yang dapat
bermanfaat bagi tanaman lain yang tumbuh di dekatnya atau dalam rotasi tanaman.
4. Apakah ada kondisi dimana jasad renik dan akar tanaman bersaing intensif dalam
menyerap unsur N? Apa upaya untuk mengatasi agar tidak terjadi persaingan?
(Sagita)
Jawab: (Andini dan Wicha)
Mikroorganisme membutuhkan energi dimana tanah yang dijadikan
lingkungan hidupnya kekurangan ketersediaan unsur N maka akan mengalami
persaingan anatara jasad renik dengan tanaman. Peningkatan aktivitas jasad renik
tanah, termasuk di dalamnya bakteri denitrifikasi, secara tidak langsung
menyebabkan kondisi semakin anaerob karena peningkatan kebutuhan O2 untuk
respirasi jasad renik tanah.. Solusinya dimana diberikan pupuk atau pemberian
jamur mikoriza dan penanaman tanaman kacang-kacangan untuk dapat mengikat N
dalam tanah.
5. Di atmosfer terdapat banyak nitrogen, namun mengapa tanaman tidak dapat
menyerap N secara langsung?(Reyhan)
Jawab : (Nisriyna dan Dylan)
Nitrogen berkeliaran bebas diatmosfer dalam bentuk N2, N2 merupakan
ikatan kovalen 2 atom N rangkap 3 sehinnga non reaktif dan sulit untuk
menguraikannya dan membutuhkan energi yang besar untuk menggunakannya.
Oleh karena itu diperlukan adanya proses nitrifikasi oleh bakteri untuk mengubah
dari nitrogen di atmosfer menjadi amonia kemudian menjadi nitrit dan nitrat sehingga
dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan (Samiaji, 2012)
6. Apakah bakteri dan tanaman non simbiosis dapat merugikan tanaman? (Dava)
Jawab : (Irham dan Larvira)
Tidak, Bakteri nitrifikasi non simbiosis tetap memfiksasi nitrogen secara bebas tanpa
bantuan organisme lain. Bakteri non simbiosis justru lebih menguntungkan karena
dapat membantu mengubah Nitrogen bebas di atmosfer yang tidak tersedia untuk
tanaman menjadi tersedia. Hal ini didukung dengan Sapalina et al., (2022) yang
menyatakan bahwa Fiksasi nitrogen secara biologis bergantung pada serangkaian
proses oleh bakteri dengan cara mengubah N menjadi bentuk anorganik yang 2
kemudian diserap tanaman. Bakteri tersebut dapat menambat nitrogen udara melalui
non-simbiosis dan simbiosis dengan tanaman. Alga dapat dikatakan tidak merugikan
karena dapat bersimbiosis dengan Azolla (tanaman paku), hal ini bermaksud bahwa
tanaman azolla bersimbiosis dengan Anabrna azollae (alga hijau biru) yang berperan
dalam melakukan fiksasi N dari udara dan air (Utama et al., 2015) (Jawaban
Tambahan = Larvira)
7. Apa peran Frankia dan bagaimana manfaatnya terhadap angiosperma? (Aanisa)
Jawab : (Larvira)
Organisme simbiosis dan non-simbiosis (hidup bebas) merupakan suatu hal yang
berbeda, hal ini dikarenakan organisme simbiosis dalam proses fiksasi N selalu
bergantung dengan organisme lainnya atau dengan kata lain bersimbiosis
mutualisme dengan tanaman seperti Rhizobium dengan legume, contoh organisme
lainnya adalah Frankia dan Anabaena. Sedangkan untuk bakteri non-simbiosis
merupakan bakteri yang tidak bergantung dengan organisme lainnya pada saat
proses fiksasi N dan organisme ini menggunakan karbon dan sumber energi yang
ada di lingkungan sebagai nutrisinya dalam melakukan proses fiksasi N, seperti pada
Azotobacter, Bacillus, Cyanobacteria, dan lain sebagainya. Fiksasi N pada
organisme Rhizobium dilakukan melalui pembentukan bintil akar (nodul) yang
melibatkan faktor nod yang disintesis oleh bakteri flavonoid yang dilepaskan oleh
akar legum, dan nantinya bakteri menginfeksi akar tanaman dan masuk ke akar. Gen
nod sapat dikatakan sebagai gen pada bakteri yang memiliki peran dalam
merangsang pembentukan nodul atau bintil akar. Sedangkan pada bakteri non-
simbiosis Cyanobacteria melakukan fiksasi N dengan cara memisahkan O2
yang dihasilkan dari sistem nitrogenase yang dilakukan melalui sel khusus nya yang
dapat disebut heterokis yang berperan dalam fikasai N. Fiksasi N dilakukan pada
kondisi gelap, karena tidak adanya produksi O2 (Sapalina et al., 2022).
8. Kenapa nitrifikasi melambat ketika tanah memiliki pH yang tinggi? (Harmand)
Jawab : (Andini)
Pada umumnya nitrifikasi memerlukan proses oksidasi atau banyak basa pada
umumnya pH 5,5-10,0 nitrifikasi dapat berjalan optimal pada pH 8,5. Menurut
pendapar Arya et al., (2021) Semakin tinggi pH dan temperatur air akan
memungkinkan terbentuknya amonia (NH3) yang bersifat toksik, begitu juga
sebaliknya. Pada pH yang terlalu tinggi (pH 7.5-8.0) aktivitas bakteri Nitrobacter sp.
Berkurang sehingga terjadi penumpukan NO2- karena konversi ke NO3- tertekan.
Tetapi sebaliknya pada pH 7.0 kecepatan konversi NO2- ke NO3- melebihi
kecepatan konversi NH4+ ke NO3-
Daftar Pustaka

Achmad, S. R., & Susetyo, I. (2014). Pengaruh proses pencampuran dan cara aplikasi
pupuk terhadap kehilangan unsur N. Warta Perkaretan, 33(1), 29-34.
Arya, K, F, H., Afiati, N., dan Rahman, A. (2021). Laju nitrifikasi pada bioremediasi air
limbah organik menggunakan Chlorella sp. dan bakteri nitrifikasi-denitrifikasi.
Journal of Natural Resources and Environmental Management. 11(2):317-
318.
Danang, S, P., dan Irfan, M. (2018). ISOLASI BAKTERI Rhizobium DARI TUMBUHAN
LEGUMINOSA YANG TUMBUH DI LAHAN BERGAMBUT. Jurnal
Agroekoteknologi. 9(1):31-32.
Hermanto, D., Dharmayani, N.K.T., Kurnianingsih, R., dan Kamali, S.R. (2013). Pengaruh
Asam Humat Sebagai Pelengkap Pupuk Terhadap Ketersediaan dan
Pengambilan Nutrien pada Tanaman Jagung di Lahan Kering Kec.Bayan-
NTB. Ilmu Pertanian, 16(2): 28-41.
Lestari, P., Arifriana, R., & Nurjanto, H. H. (2019). Respons Semai Jati (Tectona grandis)
Unggul pada Beberapa Tingkat Konsentrasi Sulfur (Responds of Superior
Teak (Tectona grandis) on Different Sulphur Concentrations). Jurnal Sylva
Lestari, 7(2), 128-138.
Mia, M. A. B. (2015). Nutrition of Crop Plants. New York: Nova Publishers.
Murnita, M., & Taher, Y. A. (2021). Dampak Pupuk Organik Dan Anorganik Terhadap
Perubahan Sifat Kimia Tanah Dan Produksi Tanaman Padi (Oriza Sativa L.).
Menara Ilmu, 15(2).
Mustika, A. dan Utomo, H. (2023). Tinjauan Eutrofikasi Terhadap Bangunan Irigasi (Studi
Kasus Bendung Walahar, Kabupaten Karawang). JERNIH: Journal of
Environmental Engineering and Hygiene, 1(01), 53-65.
Sapalina, F., Ginting, E. N., & Hidayat, F. (2022). Bakteri penambat nitrogen sebagai agen
biofertilizer. War. Pus. Penelit. Kelapa Sawit, 27(1), 41-50
Samiaji, T. 2012. Karakteristik gas N2O (Nitrogen Oksida) di atmosfer indonesia. Berita
Dirgantara, 13(4).
Simanjuntak, C. M., Elfiati, D., & Delvian, D. (2015). Dampak Erupsi Gunung Sinabung
Terhadap Sifat Kimia Tanah Di Kabupaten Karo. Peronema Forestry Science
Journal, 4(4), 53-58.
Slamet, S. 2023. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Pupuk Formula Sulfur Silikat Terhadap
Pertumbuhan, Hasil Dan Mutu Beras Ciherang. Agritrop: Jurnal Ilmu-Ilmu
Pertanian (Journal of Agricultural Science), 21(1), 34-47.
Suntoro, 2014. Dampak Abu Vulkanik Erupsi Gunung Kelur dan Pupuk Kandang
Terhadap Ketersediaan dan Serapan Magnesium Tanaman Jagung di Tanah
Alfisol. Program Studi Ilmu Tanah. Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Soplanit, R. dan S. Nukuhaly. 2012. Pengaruh Penggelolaan Hara NPK Terhadap
Ketersediaan N dan Hasil Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Desa
Waelo Kecamatan Waeapo Kabupaten Buru. Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman
Vol. 1, No.1
Utama, P., Firnia, D., & Natanael, G. (2015). Pertumbuhan Dan Serapan Nitrogen Azolla
microphylla Akibat Pemberianfosfat Dan Ketinggian Air Yang Berbeda.
Agrologia, 4(1), 288750.
Zulaidah, A,. & Juliani, R. D(2020). Penggunaan Bahan Pewarna Yekstil Pada Makanan
Terhadap Kesehatan Masyarakat. Majalah Ilmiah Inspiratif, 5(9), 18-24

Anda mungkin juga menyukai