Oleh :
Dosen Pengampu:
Valentina Dwi Suci Handayani, S.P., M.Sc., Ph.D.
A. Latar Belakang
Hortikultura (horticulture) berasal dari kata “hortus” (= garden atau kebun) dan “colere” (=
to cultivate atau budidaya) yang dapat diartikan sebagai budidaya tanaman kebun. Secara harfiah
istilah Hortikultura diartikan sebagai usaha membudidayakan tanaman buah-buahan, sayuran dan
tanaman hias (Janick 1972 dalam Edmond 1975), sedangkan dalam GBHN 1993-1998 selain
buah-buahan, sayuran dan tanaman hias, yang termasuk dalam kelompok hortikultura adalah
tanaman obat-obatan. Berdasarkan Kepmentan Nomor 551/Kpts/PD.9/2006, komoditas hortikultura
yang potensial dikembangkan sebanyak 323 komoditas, terdiri atas buah-buahan sebanyak 60 jenis,
sayuran sebanyak 80 jenis, dan tanaman hias sebanyak 117 jenis.
Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang potensial dan didorong untuk
meningkatkan kesejahteraan petani, ekonomi daerah, ekonomi nasional serta meningkatkan devisa
negara melalui ekspor. Sub sektor hortikultura pada kuartal I dan II tahun 2021 mencatatkan
pertumbuhan sebesar 3,01% dan 1,84%. Hal ini mengindikasikan kontribusi sub sektor hortikultura
yang sangat baik dalam struktur PDB Nasional. Pada tahun 2020, ekspor hortikultura mencapai USD
645,48 juta, meningkat 37,75% dibandingkan tahun 2019. Peningkatan ekspor ini didominasi oleh
komoditas buah-buahan selama masa pandemi Covid-19 tahun 2020. Nilai realisasi ekspor
buah-buahan tahun 2020 tercatat sebesar U$D 389,9 juta, meningkat 30,31% dibanding tahun 2019
(Kementrian Koordinator Perekonomian RI, 2021).
Unsur hara atau nutrien adalah komponen yang sangat diperlukan oleh tanaman pada tanah.
Tanah yang baik adalah tanah yang menyediakan unsur-unsur tersebut dengan lengkap untuk
menunjang pertumbuhan bagi tanaman. Klasifikasi atau penggolongan unsur hara sendiri
berdasarkan jumlah kebutuhan dan ketergantian oleh unsur lain. Masing-masing unsur berbeda-beda
jumlah kebutuhannya, ada yang sedikit, ada yang cukup banyak, sehingga digunakan penggolongan
berdasarkan parameter ini. Unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang cukup banyak
disebut unsur makro. Unsur yang termasuk di dalamnya adalah kalium (K), belerang (S), kalsium
(Ca), fosfor (P), magnesium (Mg), dan nitrogen (N). Sedangkan unsur yang hanya dibutuhkan dalam
jumlah yang sedikit oleh tanaman disebut dengan unsur mikro. Unsur mikro terdiri dari unsur seng
(Zn), tembaga (Cu), besi (Fe), molibdenum (Mo), boron (B), mangan (Mn), dan klor (Cl). Unsur
golongan mikro dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan unsur makro oleh tanaman (Arwansyah,
2019).
Salah satu faktor yang menunjang tanaman untuk tumbuh dan berproduksi secara optimal
adalah ketersediaan unsur hara dalam jumlah yang cukup di dalam tanah. Jika tanah tidak dapat
menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman, maka pemberian pupuk perlu dilakukan untuk
memenuhi kekurangan tersebut. Pada setiap jenis tanaman membutuhkan unsur hara dalam jumlah
yang berbeda-beda. Ketidaktepatan pada pemberian unsur hara/pupuk selain akan menyebabkan
tanaman tidak dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal juga merupakan pemborosan tenaga dan
biaya. Agar usaha pemupukan menjadi efisien maka, pemberian pupuk tidak cukup hanya melihat
keadaan tanah dan lingkungan saja, tetapi juga harus mempertimbangkan kebutuhan pokok unsur
hara tanaman. Dengan diketahuinya kebutuhan pokok unsur hara tanaman maka dosis dan jenis
pupuk dapat ditentukan lebih tepat (Runhayat, 2007).
II. PEMBAHASAN
Denitrifikasi merupakan hilangnya unsur N melalui konversi nitrat menjadi bentuk gas N
yang menguap di udara oleh bakteri aerobic misalnya Agrobacterium, Alcaligenes, Bacillus,
Thiobacillus, Pseudomonas menjadi bentuk oksida seperti nitric oksida, nitrous oksida, dan
dinitrous oksida. Proses ini terjadi manakala tanah tidak cukup mengandung udara, maka
mikroorganisme menggunakan oksigen dalam senyawa nitrat, sehingga nitrat berubah menjadi
gas nitrogen (N2). Proses ini banyak terjadi didaerah dengan kondisi tanah jenuh atau tergenang
kemudian bakteri menggunakan nitrat sebagai salah satu sumber oksigen yang menyebabkan
ketersedian N dalam tanah berkurang.
Gambar gejela defisiensi unsur hara N (J. A. Silva and R. Uchida, 2001)
Gejala tanaman akibat kelebihan N dapat terlihat seperti warna daun yang terlalu hijau,
tanaman rimbun dengan daun dan sistem perakaran yang kecil (dangkal dan terbatas) sehingga
mudah roboh. Daun pada tanaman juga menunjukkan gejala terbakar pada daerah tepi dan diikuti
mati jaringan pada helaian di sela-sela tulang daun. Proses pembuangan juga menjadi lama dan
produksi bunga pun akan menurun. Pada tanaman Adenium atau kamboja akan bersifat sukulen
karena mengandung banyak air, sehingga menyebabkan tanaman rentan terhadap serangan jamur
dan penyakit, serta mudah roboh.
Adapun kelemahan dari pupuk jenis ini yaitu mudah menyerap air dari udara (higrokopis) maka
pupuk ini mudah basah atau hancur dan N yang tekandungan juga ikut hilang dan berkurang.
Selain itu pupuk jenis ini mudah larut dan tercuci sehingga hanya 30 – 50% saja yang
termanfaatkan oleh tanaman.
Aplikasi pupuk N secara signifikan meningkatkan panjang akar pada sebagian besar
kedalaman tanah (0-120 cm) dibandingkan dengan perlakuan N0. Perlakuan pupuk N
dalam jumlah sedang (N2, 240 kg ha-1) menghasilkan akar terpanjang pada sebagian besar
lapisan tanah (0-120 cm). Pada kedalaman tanah 0-15 cm, seiring dengan meningkatnya
jumlah pupuk N yang diberikan meningkat, panjang akar mula-mula meningkat, kemudian
menurun. Akar yang dikumpulkan dari perlakuan N sedang (N2, 240 kg ha-1) adalah
44,55, 35,41, dan 30,01% lebih panjang pada tahun 2014 yaitu 35,70, 33,08 dan 18,22%
lebih panjang pada tahun 2015 dibandingkan akar yang dikumpulkan dari perlakuan N0,
N1, dan N3. Akar pada perlakuan N lebih panjang dibandingkan dengan akar yang
dikumpulkan dari perlakuan N0 pada kedua tahun tersebut pada tanah yang diambil dari
kedalaman 15-30, 30-45, dan 45-60 cm. Akar pada perlakuan pemupukan N jauh lebih
lebih panjang daripada akar yang dikumpulkan dari perlakuan N0 pada kedalaman 60-75
dan 75-90 cm. Dibandingkan dengan perlakuan N0, perlakuan N meningkatkan panjang
akar pada kedalaman 60-75 cm sebesar 74,21 127,10% pada tahun 2014 dan sebesar 67,58
hingga 101,95% selama musim tanam 2015. Pada kedalaman 75-90 cm, akar lebih panjang
62,61, 112,98, dan 102,16% pada tahun 2014 dan 72,35, 88,79, dan 71,82% pada tahun
2015 pada perlakuan N lebih panjang pada tahun 2015 pada perlakuan N1, N2, dan N3
dibandingkan dengan perlakuan N0.
b) Dampak Tingkat Aplikasi N Terhadap Luas Permukaan Akar pada Lapisan Tanah
yang Berbeda
Pada kedua tahun tersebut, luas permukaan akar di sebagian besar lapisan tanah
pertama kali meningkat dan kemudian menurun dengan meningkatnya aplikasi jumlah
pupuk yang meningkat. Hal ini terutama terlihat pada akar yang diambil dari lapisan tanah
dangkal. Permukaan akar di bawah perlakuan N2 mencapai maksimum pada kedalaman
dari 0-120 cm dan sangat meningkat dibandingkan dengan perlakuan N0. Luas permukaan
akar pada perlakuan N sedang (N2, 240 kg ha-1) nyata lebih besar dibandingkan dengan
perlakuan N0 yaitu sebesar 40,97, 36,85, 23,50, dan 39,33% pada tahun 2014 dan sebesar
29,11 29,58, 34,30, dan 55,48% pada tahun 2015 pada kedalaman tanah 0-15, 15-30 30-45,
dan 45-60 cm. Pemupukan N memiliki pengaruh yang lebih kuat lebih kuat terhadap luas
permukaan akar pada kedalaman 75-90 dan 90-120 cm. Secara keseluruhan, luas
permukaan akar pada semua tingkat pemupukan N lebih besar dibandingkan dengan
perlakuan N0 pada tahun 2014 dan 2015.
c) Dampak Tingkat Aplikasi N Terhadap Volume Akar pada Berbagai Lapisan
Ketika pemupukan N meningkat, volume akar pertama kali meningkat dan kemudian
menurun di sebagian besar lapisan tanah, dan perbedaannya bervariasi antar Perlakuan.
Tidak ada perbedaan yang nyata pada volume akar setelah perlakuan N pada kedalaman
tanah 0-15 dan 30-45 cm, namun volume akar pada perlakuan N sedang (N2, 240 kg ha-1)
jauh lebih tinggi daripada volume akar pada perlakuan N0 pada pada kedalaman tanah
15-30, 45-60, 60-75, 75-90, dan 90-120 cm.
d) Dampak Tingkat Aplikasi N Terhadap Biomassa Akar pada Lapisan Tanah yang
Berbeda
Biomassa akar pada profil tanah bagian atas (0-60 cm) menunjukkan kecenderungan
yang sama di antara perlakuan yang berbeda dengan perlakuan N sedang (N2, 240 kg ha-1)
menghasilkan nilai biomassa akar terbesar terbesar pada lapisan tanah 0-15, 15-30, dan
45-60 cm pada tahun 2014 dan 2015. Namun, tren biomassa akar yang berbeda diamati
pada lapisan tanah yang lebih dalam. Misalnya, N meningkatkan biomassa akar pada
kedalaman 60-75 cm. Biomassa akar di bawah N1 secara signifikan lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan N0 pada tahun 2014, tetapi pada tahun 2015, biomassa
akar jauh lebih tinggi pada perlakuan N2 dibandingkan dengan perlakuan N0. Selain itu,
pada lapisan tanah 75-90 cm, biomassa akar. Biomassa akar mencapai maksimum pada
perlakuan N3 dan N2 pada masing-masing pada tahun 2014 dan 2015.
e) Dampak Tingkat Aplikasi N Terhadap Panjang Akar Total, Luas Permukaan Akar,
Volume Akar, dan Biomassa Akar
Total panjang akar, luas permukaan, volume, dan biomassa pertama kali meningkat
dan kemudian menurun dengan meningkatnya pemupukan N tingkat pemupukan N. Nilai
dari perlakuan N2 adalah yang tertinggi di antara perlakuan yang berbeda. Perlakuan N2
secara signifikan meningkatkan panjang akar total, luas permukaan, volume, dan biomassa
kering sebesar 48,80, 52,57, 56,73, dan 36,06% pada tahun 2014 dan masing-masing
sebesar 40,97, 43,91, 47,74, dan 58,39% pada tahun 2015, dibandingkan dengan N0.
2) Akumulasi Nitrogen dan Distribusi Akar Tanaman Tomat yang Dicangkokkan yang Di
Pengaruhi oleh Pemupukan Nitrogen
Bagi sebagian besar spesies tanaman, nitrogen (N) adalah nutrisi tanaman yang paling
penting dengan pengaruh terbesar terhadap pertumbuhan dan perkembangan karena
merupakan konstituen klorofil, asam amino, protein, asam nukleat, dan dinding sel (Djidonou
et al., 2019). Pemupukan N sering kali diaplikasikan dalam jumlah dan frekuensi yang tinggi
pada banyak sistem produksi tanaman bernilai tinggi seperti tomat (Solanum lycopersicum).
Hal ini karena pemupukan N sangat penting untuk pertumbuhan tunas dan akar yang optimal.
Namun, input pupuk N yang besar mungkin tidak memberikan manfaat yang berarti pada hasil
panen; sebaliknya, mereka dapat secara signifikan mengurangi efisiensi penggunaan nitrogen
(NUE) dan membahayakan lingkungan (Huang et al., 2017).
Sebagai alternatif, penyambungan sayuran dengan batang bawah hibrida antar spesies
memberikan opsi yang layak dan telah terbukti meningkatkan efisiensi penggunaan hara
tanaman (Djidonou et al., 2013). Pada awalnya, pendekatan ini digunakan terutama sebagai
alat yang efektif untuk mengelola berbagai penyakit yang ditularkan melalui tanah dan untuk
mengatasi tekanan lingkungan yang terkait dengan penanaman yang intensif dan terus menerus
dalam sistem produksi sayuran solanaceous dan cudcuraceous (Lee et al., 2010).Bergantung
pada kondisi produksi dan interaksi batang atas-batang bawah, tanaman tomat yang dicangkok
juga dapat meningkatkan hasil buah yang dapat dipasarkan sebesar 20% hingga 62%
dibandingkan dengan tanaman yang tidak dicangkok (Di Gioia dkk., 2010; Djidonou dkk.,
2013; Lee dan Oda, 2003; Leonardi dan Giuffrida, 2006; Pogonyi dkk., 2005). Hal ini
membuktikan efisiensi serapan dan penggunaan harapada tanaman yang dicangkokkan
mungkin terkait dengan meningkatkan ukuran, arsitektur, dan distribusi akar untuk batang
bawah yang dipilih. Karakteristik akar yang dapat berkontribusi terhadap penyerapan hara dan
air meliputi panjang akar, kepadatan akar, jumlah dan panjang rambut akar, luas permukaan
akar, dan kapasitas penyerapan intrinsik (Martínez-Ballesta et al., 2010).
Fal boleh mintol rangkumin jurnal yg ini ga? Aku gamudeng eh baca
jurnalnya
3) Pengaruh Nitrogen Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Wortel (Daucus carota L.)
(Moniruzzaman et al, 2013)
Wortel (Daucus carota L.) adalah tanaman musim dingin dan merupakan salah satu
tanaman umbi-umbian yang penting yang dibudidayakan di seluruh dunia. Akarnya yang
berdaging dan dapat dimakan digunakan sebagai makanan manusia dan pakan ternak
(Salunkhe dan Kadam, 1998). Wortel kaya akan beta-karoten dan merupakan sumber zat besi,
kalsium, fosfor, dan asam folat serta vitamin B. Ini juga kaya akan kandungan gula (Yawalker,
1992) dan beberapa nilai obat yang penting (Sadhu, 1993). Ini digunakan sebagai salad dan
sebagai sayuran yang dimasak dalam sup, semur, kari, dll. Dan juga digunakan untuk
persiapan acar, selai, dan hidangan manis (Kabir et al., 2000).
Kebutuhan wortel akan pupuk nitrogen tambahan bervariasi antara 0-110 kg/ha (Salo,
1996; Warncke, 1996; Raynal-Lacroix, 1994). Aplikasi nitrogen di atas 110 kg/ha menurunkan
hasil panen (Bishop, 1973) dan kualitas akibat keretakan akar (Balvoll, 1995). Konsentrasi
nitrat yang besar dalam tanah cenderung meningkatkan rasio pucuk: akar (Raynal- Lacroix,
1994). Sekitar 85 - 90% nitrogen diserap oleh wortel selama tahap pertumbuhan tanaman;
sementara pada kuartal pertama dan terakhir pertumbuhannya hanya 10 -15% nitrogen yang
diserap (Raynal-Lacroix, 1994).
a. Panjang dan Diameter Akar per Tanaman
Panjang akar wortel dipengaruhi secara signifikan oleh aplikasi berbagai tingkat
nitrogen (Tabel 2). Panjang akar tertinggi (17,19 cm) per tanaman ditemukan pada N2 yang
secara statistik sama dengan N1 (17,12 cm) dan N3 (16,70 cm) dan panjang akar terendah
(15,39 cm) tercatat pada N0 . Panjang akar secara bertahap meningkat seiring dengan
peningkatan kadar nitrogen. Sarker (1999) juga menemukan hasil yang serupa.
Diameter akar meningkat dengan meningkatnya level N sampai level tertentu dan
kemudian menurun (Tabel 2). Diameter akar tertinggi (10,40 cm) ditemukan pada
perlakuan N2 dan diameter akar terendah (6,90 cm) ditemukan pada perlakuan N0 . Sarker
(1999) dan Batra dan Kallo (1990) juga mendapatkan hasil yang sama.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jumlah N yang diaplikasikan pada lahan secara signifikan mempengaruhi morfologi dan
distribusi akar. Perlakuan moderat meningkatkan pertumbuhan akar di setiap lapisan tanah
dan meningkatkan total panjang akar, luas permukaan, volume, dan biomassa. Morfologi
dan biomassa akar paling kuat dipengaruhi oleh aplikasi N. Temuan ini mengindikasikan
bahwa pemupukan N moderat (perlakuan N2) dapat meningkatkan pertumbuhan akar,
terutama untuk akar yang lebih dangkal (0-15 cm), sehingga meningkatkan biomassa akar
dan pucuk dan mencapai hasil kapas berbiji yang tinggi.
2. Nitrogen berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan dan hasil wortel. Pada parameter
panjang akar tertinggi (16,17 cm), kandungan bahan kering akar maksimum (15,90%),
berat segar akar maksimum (68,33 g), hasil bruto akar maksimum (22,55 t / ha) dan hasil
panen maksimum (20,67 ton / ha) ditemukan pada 100 kg N per ha. Oleh karena itu, dari
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, 100 kg N per ha cocok untuk pertumbuhan dan
hasil wortel yang optimal.
B. Saran
Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan di zona agro-ekologi yang berbeda di bawah
kondisi lapangan yang bervariasi untuk mengkonfirmasi hasil percobaan ini sebelum
merekomendasikannya kepada petani.
DAFTAR PUSTAKA
Arwansyah,, Asrul Syam, John S. Arie. 2019. Penggunaan Algoritma FP-Growth Untuk Mengetahui
Nutrisi Yang Tepat Pada Tanaman Padi. 2019; 1-5.
Djidonou, D., Zhao, X., Koch, K. E., & Zotarelli, L. 2019. Nitrogen accumulation and root distribution of
grafted tomato plants as affected by nitrogen fertilization. HortScience, 54(11), 1907-1914.
Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada,Jakarta.
Hardjowigeno, S. 2015. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.
Havlin, J.L., Beaton, J.D., Nelson, S.L., Nelson, W.L. (2005) ”Soil Fertility And Fertilizers. An
Introduction To Nutrient Management,” New Jersey: Person Prentice Hall.
Huang, S. W., Tang, J. W., Li, C. H., Zhang, H. Z., & Yuan, S. 2017. Reducing potential of chemical
fertilizers and scientific fertilization countermeasure in vegetable production in China. J.
Plant Nutr. Fertil, 23(6), 1480-1493.
Isrun, 2010. Perubahan Serapan Nitrogen Tanaman Jagung dan Kadar Al-dd Akibat Pemberian Kompos
Tanaman Legum dan Nonlegum Pada Inseptisols Napu. Jurnal. Agroland 17 (1) : 23-29.
I. Nariratih, M. Damanik, dan G. Sitanggang, “Ketersediaan Nitrogen pada Tiga Jenis Tanah
Akibat Pemberian Tiga Bahan Organik dan Serapannya pada Tanaman Jagung,”
Jurnal Online Agroekoteknologi, Vol. 1, No. 3, hal. 479-488, 2013.
James, E. K., Olivares, F. L., de Oliveira A. L., dos Reis F. B., da Silva, L. G., and Reis, V. M. (2001)
‘Futher observations on the interaction between sugarcane and Gluconacetobacter
diazotrophicus under laboratory and greenhouse conditions’, Journal of Experimental
Botany, 52 (357): 747- 760.
Jing, C., Liantao, L., Z. Wang,Y. Zhang, H. Sun, S. Song, Z. Bai, Z. Lu, and Cundong Li. 2020. Nitrogen
Fertilization Increases Root Growth and Coordinates the Root–Shoot Relationship in
Cotton. Frontiers in Plant Science. Vol 11:1-13.
Kementrian Koordinator Perekonomian RI, 2021.
https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/3358/pengembangan-hortikultura-berorientasi-eksp
or-tingkatkan-produktivitas-kualitas-dan-kontinuitas-produk-hortikultura#. Diakses pada 5
Mei 2023.
Khalifa, H. Minardi, S. dan Hartati, S. 2010. Potensial Nitrifikasi Dan Efisiensi Penyediaan Nitrogen Pada
Pertanaman Jagung (Zea mays) Di Tanah Alfisol Dengan Penambahan Seresah Pangkasan
Gamal (Gliricidia maculata), Dan Jambu Mete (Anacardium occidentale). Skripsi Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Moniruzzaman, M. H. Akand, M. I. Hossain, M. D. Sarkar and A. Ullah. 2013. Effect of Nitrogen on the
Growth and Yield of Carrot (Daucus carota L.). A Scientific Journal of Krishi Foundation.
The Agriculturists 11(1): 76-81.
Nainggolan, G. D. 2010. Pola Pelepasan Nitrogen dari Pupuk Tersedia Lambat (Slow Release Fertilizer)
Urea-Zeolit-Asam Humat. Skripsi. Fakultas Pertanian Bogor Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
P. S. Patti, E. Kaya dan Ch. Silahooy. 2013. Analisis Status Nitrogen Tanah dalam Kaitannya dengan
Serapan N oleh Tanaman Padi Sawah di Desa Waimital, Kecamatan Kairatu, Kabupaten
Seram Bagian Barat. Agrologia, Vol. 2, No. 1, 2013, Hal. 51-58.
Rianida T., T. Purba, Sakiah, J. Herawati, A. S. Junaedi, H. S. Hasibuan, Junairiah, R. Firgiyanto. 2021.
Ilmu Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Penerbit Yayasan Kita Menulis. Medan.
Runhayat, A. 2007. Penentuan Kebutuhan Pokok Unsur Hara N,P, K Untuk Pertumbuhan Tanaman Panili
(Vanilla planifolia Andrews). Bul. Littro. Vol. XVIII No. 1, 2007, 49 - 59.