Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PERAN RIZHOBIUM SP TERHADAP

BIOTRASFORMASI NITROGEN BAGI TANAMAN

Disusun Oleh:
Nama: M. Naufal Pygenius Haryanto
Nim: D1A021104
Mata Kuliah: Biologi Tanah

DOSEN PENGAMPU:

Diah Listyarini, S.P., M.Si., CIIQA

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
DAFTAR ISI

Cover
DAFTAR ISI ............................................................................................................ i
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1 Bakteri Rhizobium ........................................................................................ 3
2.2 Nitrogen ......................................................................................................... 4
2.3 Peranan Rhizobium sebagai Bakteri Penambat Nitrogen .............................. 5
BAB III ................................................................................................................. 10
PENUTUP ............................................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. ii

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia dengan mikroba memiliki hubungan yang erat. Mikroba
membantu berbagai kebutuhan hidup manusia seperti pada bidang pertanian,
kesehatan, industri, dan lingkungan. Berbagai peluang kemajuan teknologi
mikroba (bioteknologi) akan mampu berkembang dengan dilandasi oleh
pemahaman terhadap sifat-sifat kehidupan mikroba. Pada bidang pertanian,
setelah dipahaminya kemampuan mikroba dalam menambat hara nitrogen, fosfat,
belerang, dan hara lain, selanjutnya berkembang teknologi pemupukan dengan
memanfaatkan jasad renik. Jenis-jenis mikroba seperti jamur, bakteri, dan alga
mampu menambat hara untuk meningkatkan kesuburan tanah atau langsung untuk
memenuhi kebutuhan tanaman. Selain dapat meningkatkan kesuburan tanah,
mikroba tanah juga dapat menghasilkan hormon tumbuh dan pestisida.
Empat besar unsur-unsur penyusun tubuh tanaman adalah karbon, hidrogen,
oksigen, dan nitrogen. Tiga besar pertama tersedia dalam bentuk karbondioksida
(CO2), air (H2O), dan oksigen (O2). Sebaliknya nitrogen, unsur pembentuk
senyawa protein, relatif tidak dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tanaman
meskipun sekitar 80 % udara tersusun oleh senyawa ini (Dakora et al., 2008).
Tania et al. (2012) mengatakan bahwa bila unsur N cukup tersedia bagi tanaman
maka kandungan klorofil pada daun akan meningkat dan proses fotosintesis juga
meningkat sehingga asimilat yang dihasilkan lebih banyak, akibatnya
pertumbuhan tanaman lebih baik.
Nitrogen adalah unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa penting
di dalam sel, termasuk protein, DNA dan RNA. Tanaman harus mengekstraksi
kebutuhan nitrogennya dari dalam tanah. Sumber nitrogen yang terdapat dalam
tanah, makin lama makin tidak mencukupi kebutuhan tanaman, sehingga perlu
diberikan pupuk sintetik yang merupakan sumber nitrogen untuk mempertinggi
produksi. Keinginan menaikkan produksi tanaman untuk mencukupi kebutuhan
pangan, berakibat diperlukannya pupuk dalam jumlah yang banyak. Industri
pupuk yang ada belum dapat memenuhi kebutuhan pupuk yang semakin
meningkat.

1
Untuk memanfaatkan nitrogen dalam bentuk gas, pakar bioteknologi
memusatkan perhatiannya pada hubungan antara tanaman dengan jenis mikroba
tertentu yang dapat menambat nitrogen dari udara dan menyusun atom nitrogen
kedalam molekul ammonium, nitrat, atau senyawa lain yang dapat digunakan oleh
tumbuhan (Hamdi, 2002). Salah satu bakteri tanah yang mempunyai peran penting
dalam penambatan N2 bebas dari udara sehingga menjadi senyawa nitrogen yang
bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman adalah Rhizobium.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu bakteri rhizobium?
2. Apa itu nitrogen dan manfaatnya bagi tanaman?
3. Bagimana peran bakteri rhizobium dalam biotransformasi nitrogen dan
hasilnya bagi tanaman?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui proses bakteri rhizobium dalam biotrasformasi nitrogen
bagi tanaman.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bakteri Rhizobium
Bakteri Rhizobium adalah salah satu contoh kelompok bakteri yang mampu
menyediakan hara bagi tanaman. Apabila bersimbiosis dengan tanaman legum,
kelompok bakteri ini akan menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar
di dalamnya. Rhizobium hanya dapat memfiksasi nitrogen atmosfer bila berada di
dalam bintil akar dari mitra legumnya. Peranan Rhizobium terhadap pertumbuhan
tanaman khususnya berkaitan dengan ketersediaan nitrogen bagi tanaman
inangnya. Bakteri Rhizobium merupakan mikroba yang mampu mengikat
nitrogen bebas yang berada di udara menjadi ammonia (NH3) yang akan diubah
menjadi asam amino yang selanjutnya menjadi senyawa nitrogen yang diperlukan
tanaman untuk tumbuh dan berkembang, sedangkan Rhizobium sendiri
memperoleh karbohidrat sebagai sumber energi dari tanaman inang.
Surtiningsih, et al. (2009) menjelaskan karakteristik bakteri Rhizobium
secara makroskopis adalah warna koloni putih susu, tidak transparan, bentuk
koloni sirkuler, konveks, semitranslusen, diameter 2 - 4 mm dalam waktu 3 - 5
hari pada agar khamir-manitol-garam mineral. Secara mikroskopis sel bakteri
Rhizobium berbentuk batang, aerobik, Gram negatif dengan ukuran 0,5 - 0,9 x 1,2
- 3 µm, bersifat motil pada media cair, umumnya memiliki satu flagella polar atau
subpolar. Untuk pertumbuhan optimum dibutuhkan temperatur 25 - 30°C, pH 6 -
7 (kecuali galur-galur dari tanah masam). Lebih lanjut Soepardi (1989) dalam
Nasikah (2007) menjelaskan bahwa suhu optimal untuk Rhizobium berkisar 18°C
- 26°C, minimal 3°C dan maksimal 45°C. Sedangkan kisaran pH optimal untuk
Rhizobium adalah sedikit di bawah netral hingga agak alkali, kendati demikian
pada pH 5,0 beberapa strain Rhizobium masih dapat bertahan hidup.
Bakteri Rhizobium bersifat kemoorganotropik, yaitu dapat menggunakan
berbagai karbohidrat dan garam-garam asam organik sebagai sumber karbonnya.
Organisme ini memiliki ciri khas yaitu dapat menyerang rambut akar tanaman
kacang-kacangan di daerah beriklim sedang atau beberapa daerah tropis dan
mendorong memproduksi bintil-bintil akar yang menjadikan bakteri sebagai Info
simbiosis intraseluler. Kehadiran bakteri pada bintil-bintil akar sebagai bentuk

3
pleomorfik di mana secara normal termasuk dalam fiksasi nitrogen atmosfer ke
dalam suatu bentuk penggabungan yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman inang.
Semua galur bakteri bintil akar menunjukkan afinitas terhadap inang. Suatu
pigmen merah yang disebut leghemoglobin dijumpai dalam bintil akar antara
bakteroid dan selubung membran yang mengelilinginya. Jumlah leghemeglobin di
dalam bintil akar memiliki hubungan langsung dengan jumlah nitrogen yang
difiksasi (Rao, 1994 dalam Rahmawati, 2005).
2.2 Nitrogen
Nitrogen (N ) merupakan unsur yang penting bagi 2 makhluk hidup,
khususnya tanaman. Unsur nitrogen termasuk salah satu komponen penyusun
protein dan berperan dalam proses fotosintesis (Leghari et al., 2016). Kandungan
nitrogen di atmosfer sangat melimpah yaitu sekitar 78%, tetapi nitrogen tersebut
dalam bentuk molekul yang sebagian besar tidak reaktif, sehingga tidak dapat
diserap langsung oleh tanaman. Oleh karena itu, perlu transformasi nitrogen di
udara menjadi bentuk molekul yang dapat diserap tanaman. Nitrogen hanya dapat
diserap oleh tanaman + - dalam bentuk ion amonium (NH ) atau ion nitrat (No ). 4
3 Gas dinitrogen dari atmosfer diubah menjadi amonia (NH ), kemudian difiksasi
di dalam tanah melalui 3 proses fiksasi (Martinez-Dalmau et al., 2021).
Tanaman memerlukan unsur hara untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan dapat
dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian yaitu (1) makronutrien/ unsur hara pokok
yang terdiri dari unsur-unsur C, H, O, P, K, N, S, Ca, Fe, dan Mg; (2)
mikronutrien/unsur hara pelengkap yang terdiri dari unsur-unsur Mn, B, Cu, Zn,
Cl, dan Mo. Nitrogen merupakan unsur hara esensial bagi tanaman, namun unsur
ini cepat hilang dalam tanah baik melalui volatilisasi/penguapan, nitrifikasi,
denitrifikasi maupun hanyut (tercuci) bersama air, dan erosi (Ashari, 2006).
Nitrogen adalah unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa penting di
dalam sel, termasuk protein, DNA dan RNA. Tanaman harus mengekstraksi
kebutuhan nitrogennya dari dalam tanah.
Nitrogen bagi tanaman berfungsi sebagai penyusun protoplasma, molekul
klorofil, asam nukleat, dan asam amino yang merupakan penyusun protein.
Nitrogen memasuki tanah dalam bentuk ammonia dan nitrat (NH3) bersama air

4
hujan, dalam bentuk hasil penambatan N2 oleh mikroba atau dalam bentuk
penambahan pupuk sintesis. Kandungan nitrogen tanah yang cukup tinggi lebih
banyak disebabkan oleh adanya kemampuan beberapa mikroba untuk
memfiksasinya, N organik yang terbentuk kemudian diubah menjadi ammonia
melalui proses deaminasi, karena ammonia dapat secara langsung diasimilasikan
oleh mikroba atau diubah terlebih dahulu menjadi senyawa nitrat secara nitrifikasi
(Nasikah, 2007).
2.3 Peranan Rhizobium sebagai Bakteri Penambat Nitrogen
Pada jurnal pertama yang berjudul “Rhizobium: PEMANFAATANNYA
SEBAGAI BAKTERI PENAMBAT NITROGEN” membahas Rhizobium masuk
ke dalam akar legum melalui rambut akar atau secara langsung ke titik munculnya
akar lateral. Rambut akar merupakan bagian tanaman yang pertama kali dapat
memberikan respon karena terinfeksi Rhizobium. Di dalam bintil akar tidak hanya
terdapat satu strain Rhizobium saja, mungkin dua atau lebih strain hidup bersama-
sama di dalam satu bintil akar. Meskipun demikian, beberapa genus hanya
ditemukan pada tanaman inang tertentu (spesifik) saja. Strain Rhizobium mampu
menginfeksi legum dengan melepaskan polisakarida spesifik yang menyebabkan
lebih banyak aktivitas pektolitik oleh akar. Beberapa berpendapat bahwa robekan
mekanik terjadi di mana Rhizobium masuk ke dinding rambut akar yang pecah
dan Rhizobium terperangkap sampai rambut akar yang telah berubah bentuk
terbungkus kembali (Dewi, 2007). Dewi (2007) menyatakan terbentuknya nodula
akar dimulai dengan masuknya infeksi benang dan berpenetrasi ke dalam akar dari
sel ke sel. Sel ini terbagi membentuk jaringan nodula di mana bakteri ini
membelah dan menggandakan diri. Ada dua tipe nodula, yaitu efektif dan
inefektif. Nodula efektif dibentuk oleh strain efektif dari Rhizobium. Nodula ini
berkembang dengan baik, berwarna merah muda akibat adanya pigmen
leghaemoglobin. Jaringan bakteroid berkembang baik dan terorganisasi dengan
baik dengan banyak bakteroid (Dewi, 2007). Surtiningsih, et al. (2009)
menyatakan terbentuknya bintil akar efektif yang lebih banyak mampu
meningkatkan penambatan nitrogen yang selanjutnya untuk membentuk klorofil
dan enzim. Peningkatan klorofil dan enzim mampu meningkatkan fotosintesis

5
yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan generatif
(hasil produksi biji) tanaman.
Pada jurnal kedua yang berjudul ” Manfaat dan Pengaruh Inokulasi Bakteri
Rhizobium sp dalam Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max L)”,

Tabel 1 & 2 menunjukkan bahwa inokulasi legin dan mulsa meningkatkan tinggi
tanaman. Perlakuan M1L3 (Inokulan legin 15 g/kg benih dan pemberian mulsa)
tinggi tanamnya lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Tinggi tanaman
legum yang diinoku-lasi meningkat berarti ada peningkatan pertumbuhan, karena
pada akar legum tersebut terdapat nodul efektif yang berisi bakteri rhizobium.
Aktivitas rhizobium pada nodul bisa menambat N2 dari udara yang selain dipakai
sendiri oleh bakteri, juga dipakai legum yang menjadi inangnya. Adanya
sumbangan Nitrogen inilah yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan
tanaman. Tanaman legum yang tidak diinokulasi tidak mendapat tambahan
nitrogen, karena itu pertumbuhannya sangat lambat. Menurut Arimurti et al.
(2000) bahwa kemampuan Rhizobium dalam menambat nitrogen dari udara
dipengaruhi oleh besarnya bintil akar dan jumlah bintil akar. Simbiosis antara
rhizobia dengan akar tanaman legum akan menghasilkan organ penambat nitrogen
yaitu bintil akar. Pada bintil akar terdapat sel-sel yang agak membesar berisi
bakteroid dan diantaranya terdapat sel-sel yang lebih kecil dan lebih banyak

6
mengandung pati. Bintil akar yang efektif memfiksasi N2, berwarna merah karena
mengandung leghemoglobin.
Pada jurnal ketiga yang berjudul “OPTIMALISASI BAKTERI Rhizobium
japonicum SEBAGAI PENAMBAT NITROGEN DALAM UPAYA
PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG”, erdapat empat tahap pada proses
infeksi bakteri ke akar tanaman. Tahap pertama dimulai dengan kolonisasi
rhizobia di daerah rhizosfer, kemudian penempelan di permukaan akar,
penyabangan rambut akar, dan terakhir adalah pembengkokan rambut akar.
Setelah infeksi terjadi, bakteri akan melakukan proses bakteroid yang merupakan
proses perbanyakan diri bakteri dalam sel akar. Akar akan mengalami
pembengkakan dan akan membentuk bintil-bintil akar (Gambar 3). Selain itu,
terdapat leghemoglobin yang terletak diantara sel inang dan bakteroid (Long,
1996). Bakteri cenderung lebih peka terhadap lingkungan yang asam.
Leghemoglobin berperan sebagai pigmen yang akan memfiksasi nitrogen.
Semakin banyak leghemoglobin yang terbentuk, maka semakin banyak juga
nitrogen yang akan diikat oleh bakteri (Campbell, dkk, 2003). Saat proses
penambatan terjadi, bakteroid menerima unsur hara dan karbon, sedangkan
tanaman inang akan mereduksi nitrogen menjadi NH4 + dan akan melepas
nitrogen hasil fiksasi ke tanah. Bentuk NH4 + ini dapat diserap oleh tanaman dan
menanggulangi defisiensi unsur hara nitrogen (Handayanto dan Hairiah, 2007).
Pada jurnal keempat yang berjudul, “PERANAN Rhizobium DALAM
FIKSASI N TANAMAN LEGUM”, Rhizobium masuk ke dalam akar legum salah
satunya melalui rambut akar atau secara langsung ke titik munculnya akar lateral.
Akar yang atau pengontrol tumbuh dan cabang rambut akar adalah respons
tanaman pertama yang dapat terlihat karena terinfeksi rhizobium. Meskipun
demikian, nodula tanaman legum umumnya nampaknya mengandung hanya satu
strain dari Rhizobium menjadikan akar tanaman dapat membentuk nodula dengan
lebih dari satu strain. Dilaporkan bahwa strains Rhizobium mampu menginfeksi
legum dengan melepaskan polisakarida spesifik yang menyebabkan lebih banyak
aktivitas pektolitik oleh akar. Beberapa berpendapat bahwa robekan mekanik
dengan rhizobium masuk kedinding rambut akar yang pecah. Rhizobium juga bisa
terperangkap sampai membungkus rambut akar yang telah berubah bentuk, Sejak

7
terbentuknya akar. Bakteri rhizobium melakukan proses pembentukan bintil akar,
yaitu sekitar 4-5 hari setelah tanam dan bintil akar dapat mengikat nitrogen dari
udara pada umur 10-12 hst.

Hasil penelitian Silalahi (2009), menunjukkan bahwa inokulasi rhizobium pada


dosis 5 g/kg benih merupakan perlakuan yang memberikan pengaruh yang nyata
terhadap setiap parameter. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan inokulasi
rhizobium sebanyak 5g/kg benih sudah dapat membentuk bintil akar yang dapat
menambat nitrogen dari udara dalam mencukupi kebutuhan unsur hara N terhadap
pertumbuhan dan produksi kedelai
Pada jurnal kelima yang berjudul “PENGARUH INOKULASI Rhizobium
spp. DAN VERMIKOMPOS TERHADAP PEMBENTUKAN BINTIL AKAR
DAN HASIL KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)”,

Hasil analisis menunjukkan bahwa inokulasi Rhizobium spp. pada tanaman


kacang tanah meningkatkan bobot kering tanaman, kandungan N tanaman dan
serapan N. Semakin tinggi dosis Rhizobium spp. yang diinokulasikan, semakin
tinggi serapan N oleh tanaman. Hal ini karena bintil akar yang terbentuk hasil dari
simbiosis bakteri Rhizobium dengan tanaman kacang tanah aktif memfiksasi N2

8
dari udara, sehingga kandungan N dalam tanah yang dibutuhkan tanaman
terpenuhi. Rendahnya serapan N pada perlakuan kontrol dikarenakan tidak diberi
perlakuan inokulasi Rhizobium spp. dan dosis vermikompos, Oleh karena itu,
jumlah N yang terserap pada perlakuan kontrol lebih rendah dibandingkan dengan
perlakuan lainnya. Bakteri Rhizobium dapat meningkatkan fiksasi nitrogen yang
digunakan untuk membentuk klorofil dan enzim nitrogenase sehingga dapat
meningkatkan kapasitas fotosintesis dan penyerapan nutrisi oleh tanaman
(Bashan, 2010). Bachtiar & Waluyo (2013) menyatakan bahwa bakteri Rhizobium
dapat menambat 300 kg N ha-1 dan memenuhi 80% kebutuhan nitrogen sehingga
serapan N oleh tanaman meningkat.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peranan Rhizobium terhadap pertumbuhan tanaman berkaitan dengan
ketersediaan nitrogen bagi tanaman inangnya, nitrogen yang di fiksasi dari udara
sangat berguna bagi tanaman untuk memenuhi unsur hara yang diperlukan oleh
tanaman untuk pertumbuhan tanaman, Serta kemampuan Rhizobium dalam
menambat nitrogen dari udara dipengaruhi oleh besarnya bintil akar dan jumlah
bintil akar.

10
DAFTAR PUSTAKA
Dakora, F.D., S.B.M. Chimpango, A.J. Valentine, C. Elmerich, and W.E. Newton.
2008. Biological Nitrogen Fixation: Toward

Tania, N., Astina., dan S. Budi. 2012. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Jagung Semi pada Tanah Podsolik Merah Kuning.
Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian, 1 (1): 10 - 15.

Hamdi, Y.A. 2002. Application of Nitrogen fixing Systems in Soil Improvement


and Management. FAO and Agriculture Organization of The United Nations
.FAO Soil Buletin. Rome.

Surtiningsih, T., Farida, dan T. Nurhariyati. 2009. Biofertilisasi Bakteri


Rhizobium pada Tanaman Kedelai (Glycine max(L) Merr.). Berk. Penel.
Hayati, 15 : 31–35.

Rahmawati, N. 2005. Pemanfaatan Biofertilizer pada Pertanian Organik. Fakultas


Pertanian. Universitas Sumatera utara. Medan.

Leghari, S. J., Wahocho, N. A., Laghari, G. M., Laghari, A. H., Bhabhan, G. M.,
Talpur, K. H., Bhutto, T. A., Wahocho, S. A., & Lashari, A. A. (2016). Role
of Nitrogen for Plant Growth and Development : A review. Advances
InEnvironmental Biology, 10(9), 209–218

Martinez-Dalmau, J., Berbel, J., & OrdonezFernandez, R. (2021). Nitrogen


Fertilization. A Review of the Risks Associated with the Inefficiency of Its
Use and Policy Responses. S ustainabi l i ty, 13(5625) , 1–15.

Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta : UI Press.

Nasikah. 2007. Pengaruh Inokulasi Rhizobium dan Waktu Pemberian Pupuk N


(Urea) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai di Lahan Sawah setelah
Kedelai (Glycine Max (L) Merril.). Skripsi pada Jurusan Biologi. Fakultas
Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Malang. Malang.

Dewi, I. R. A. 2007. Fiksasi N Biologis pada Ekosistem Tropis. Makalah pada


Fakultas Pertanian. Universitas Padjajaran. Jatinangor.

ii
Arimurti S, Sutoyo & Winarsa R. 2000. Isolasi dan karakterisasi Rhizobia asal
pertanaman pertanaman kedelai di sekitar Jember. J Ilmu Dasar 1 (2) :39-47.

Long, S.R. (1996). Rhizobium Symbiosis: Nod Factors in Perspective The Plant
Cell. 8: 1895-1898.

Campbell, N. A. Jane, B. R. Lawrence, G. M. (2003). Biologi Eidisi Kelima Jilid


II, Erlangga, Jakarta, 347.

Handayanto, E. dan Hairiah K. (2007). Biologi Tanah. Pustaka Adipura,


Yogyakarta, 198.

Silalahi, A. 2009. Pengaruh Inokulasi Rhizobium dan Pupuk Posfat Terhadap


Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L.Merril). Skripsi.
Fakultas Pertanian .Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bashan, Y. (2010). How the plant growth-promoting bacterium Azospirillum


promotes plant growth— a critical assessment. Advance in Agronomy.
108(1): 77-136.

Bachtiar, T. & S. H. Waluyo. (2013). Pengaruh pupuk hayati Rhizobium terhadap


pertumbuhan dan serapan N tanaman kedelai (Glycine max. L.) var. Mitani
dan Anjasmoro. Widyaset. 16(3): 411-418.

Sari, Ramdana dan Prayudyaningsih, Retno. 2015. Info Teknis EBONI.


Rhizobium: PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAKTERI PENAMBAT
NITROGEN. Vol. 12 No.1,: 51-64

Jumiati, Juju. 2019. J. Agrotek.Trop. Manfaat dan Pengaruh Inokulasi Bakteri


Rhizobium sp dalam Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max L). Vol
8(2): 105-108

Liem, Jennifer Larisa, dkk. 2019. Jurnal Galung Tropika. OPTIMALISASI


BAKTERI Rhizobium japonicum SEBAGAI PENAMBAT NITROGEN
DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG. hlmn. 64 – 73

iii
Koryati, try, dkk. PERANAN Rhizobium DALAM FIKSASI N TANAMAN
LEGUM. Departemen Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Amir
Hamzah, Medan

Hodiyah,Ida dan Milati, Putri Ainul. 2022. Media Pertanian. PENGARUH


INOKULASI Rhizobium spp. DAN VERMIKOMPOS TERHADAP
PEMBENTUKAN BINTIL AKAR DAN HASIL KACANG TANAH
(Arachis hypogaea L.) Vol. 7 No. 2, pp. 101-111.

iv

Anda mungkin juga menyukai