Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH ILMU LINGKUNGAN

“Gangguan Daur Biogeokimia Akibat Pembangunan Peternakan”

Disusun Oleh :
Kelompok 3

Benny Susabda Wiluya 200110180192


Dena Abdul Aziz 200110180048
Desti Rahayu 200110180170
Salma Salsabila 200110180196
Siti Ashila Nur Hasya 200110180100

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nitrogen merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam kehidupan

makhluk hidup. 78% gas penyusun atmosfer adalah nitrogen. Tumbuhan dan alga

mengikat nitrogen dan menjadikannya sebagai bahan penyusun tubuhnya. Nitrogen

merupakan penyusun biomolekul seperti protein yang berfungsi sebagai zat pembangun

tubuh.
Keberadaan nitrogen di udara, perairan dan tanah dalam jumlah yang normal,

akan menyebabkan kesetimbangan yang baik bagi kelangsungan kehidupan tetapi

apabila kadar nitrogen terlalu rendah atau terlalu banyakpun akan menyebabkan

ancaman lingkungan. Kandungan nitrogen yang terlalu banyak dan mengalur ke laut

menyebabkan pertumbuhan alga menjadi pesat dan akan menimbulkan kerusakan

perairan.

Pentingnya nitrogen dan perlunya perhatian kita terhadap kerusakan akibat

kelebihan nitrogen, mendorong kami menyusun makalah ini. Makalah ini disusun untuk

memenuhi tugas Ilmu Lingkungan mengenai Gangguan Daur Biogeokimia Akibat

Pembangunan Peternakan. Makalah ini berisi tentang siklus nitrogen yang terjadi secara

alami dan siklus nitrogen yang terganggu dan menyebakan kerusakan lingkungan

seperti hujan asam.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan daur nitrogen?

2. Bagaimana terjadinya proses daur nitrogen?

3. Berapa besar persentase nitrogen dalam limbah peternakan sapi perah?

4. Apa akibat dari kandungan limbah peternakan sapi perah terhadap kehidupan?

5. Bagaimana solusi untuk mengurangi gangguan daur nitrogen akibat industri


peternakan sapi perah?
1.3 Maksud dan Tujuan

1. Mengetahui maksud dari daur nitrogen

2. Mengetahui proses terjadinya daur nitrogen

3. Mengetahui seberapa besar persentasi nitrogen dalam limbah peternakan sapi perah

4. Mengetahui akibat dari kandungan limbah peternakan sapi perah terhadap

lingkungan

5. Mengetahui solusi untuk mengurangi gangguan daur nitrogen akibat industri

peternakan sapi perah


II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daur Nitrogen

Perubahan ketersediaan nitrogen sangat menentukan keanekaragaman

hayati dalam suatu ekosistem. Nitrogen adalah unsur hara makro yang diperlukan

dalam jumlah terbesar oleh tanaman. Nitrogen memiliki beberapa bentuk, yaitu

gas bebas (N2), nitrogen organik (asam-asam amino, protein, peptide), dan

anorganik (ammonia, ammonium, nitrat, nitrit, dll). Perubahan bentuk unsur

nitrogen terjadi melalui proses berbeda dalam siklus nitrogen. Siklus nitrogen

secara umum meliputi penambatan N2, sinthesis nitrogen organik, perombakan

serasah organik, mineralisasi nitrogen dan denitrifikasi. (Oelman, 2004)

Pada siklus biogeokimia terdapat oksidasi dan reduksi senyawa nitrogen

anorganik yang satu menjadi senyawa nitrogen anorganik lain. Konsentrasi

senyawa amonium dan nitrit dalam sedimen maupun perairan dipengaruhi oleh

proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Nitrogen berpengaruh terhadap tingkat oksigen

di dalam air. Juga dapat dilihat masalah kualitas air lainnya yang terjadi. (Chapra,

1997) Masalah – masalah tersebut dibagi ke dalam dua kategori. Kategori tersebut

adalah nitrifikasi atau denitrifikasi dan eutrofikasi. Kategori kedua polusi nitrat
dan toksisitas amonia. Di dalam kasus ini, nitrogen merupakan jenis polutan yang

sesungguhnya. Semua masalah yang muncul saling berhubungan antara satu

dengan lainnya. (Aswadi, 2005)

Nitrogen hadir di lingkungan dalam berbagai bentuk kimia termasuk

nitrogen organik, amonium (NH4 +), nitrit (NO2-), nitrat (NO3-), dan gas

nitrogen (N2). Nitrogen organik dapat berupa organisme hidup, atau humus, dan

dalam produk antara dekomposisi bahan organik atau humus dibangun. Proses

siklus nitrogen mengubah nitrogen dari satu bentuk kimia lain. Banyak proses
yang dilakukan oleh mikroba baik untuk menghasilkan energi atau menumpuk

nitrogen dalam bentuk yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.

Nitrifikasi merupakan reaksi oksidasi, yaitu proses pembentukan nitrit

atau nitrat dari amonia. Proses nitrifikasi, melibatkan bakteri pengoksidasi amonia

yang bersifat autotrofik, yaitu kelompok bakteri yang terutama berperan dalam

proses oksidasi 95 amonia menjadi nitrit pada siklus nitrogen, juga pada proses

penguraian nitrogen dalam sistem pengolahan limbah cair. Bakteri autotrofik yang

berperan dalam oksidasi amonia menjadi nitrit adalah Nitrosomonas,

Nitrosococcus, Nitrospira, Nitrosolobus, dan Nitrosovibrio. Beberapa

mikroorganisme yang bersifat heterotrofik juga dilaporkan mampu mengoksidasi

dan melakukan nitrifikasi. (Agustiyani, 2004) Selain bakteri autotrofik, bakteri

heterotrofik juga mampu mengoksidasi amonia atau nitrogen organik menjadi

nitrit atau nitrat. (Sylvia, 1990)

Kandungan bahan organik yang terlalu tinggi akan menyebabkan

perairan mengalami eutrofikasi. Eutrofikasi ialah pencemaran air yang disebabkan

oleh munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air yang berakibat

tidak terkontrolnya pertumbuhan tumbuhan air. (Simbolon, 2016)

2.2 Daur Nitrogen pada Limbah Sapi Perah

Limbah didefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha dan atau

kegiatan manusia (PP No. 18/1999 Jo.PP 85/199). Hampir semua kegiatan

manusia akan menghasilkan limbah. Limbah tersebut sering kali dibuang ke

lingkungan, sementara jumlah limbah yang dihasilkan terus meningkat seiring

dengan pertambahan penduduk dan kemajuan teknologi serta perekonomian.

Ketika mencapai jumlah atau konsentrasi tertentu, limbah yang dibuang ke

lingkungan dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.


Limbah peternakan dan pertanian, bila tidak dimanfaatkan akan

menimbulkan dampak bagi lingkungan berupa pencemaran udara, air dan tanah,

menjadi sumber penyakit, dapat memacu peningkatan gas metan dan juga

gangguan pada estetika dan kenyamanan. 1 ekor sapi dengan bobot 450 kg dapat

menghasilkan feses dan urin lebih kurang 25 kg/ekor. (Hanif, 2010) Sektor

peternakan merupakan salah satu penyebab utama pemanasan global sekitar 18

persen lebih besar dari sumbangan sektor transportasi dunia yang menyumbang

sekitar 13,1 persen (Artiana, 2016)

Ketersediaan nitrogen dapat dinilai dengan menggunakan indikator

berbasis tanah maupun tanaman. Dalam kebanyakan studi dilakukan dengan

menggunakan indikator berupa urin dan feses, mineral tanah N, nitrat atau

amonium atau keduanya. Kandungan tersebut diukur dari sampel tanah dan

digunakan sebagai indikator ketersediaan N. In situ ion exchange membranes

(IEMs) telah digunakan sebagai alternative untuk mengukur kandungan

konsentrasi N pada tanah. Metode ini juga digunakan untuk menentukan

kebutuhan N tambahan pada tanah untuk menumbuhkan hijauan sebagai pakan

sapi perah. (Be´langer, 2008)

Kandungan N sapi sering melebihi 100 g N 𝑚−2 pada urin dan 50 g N


𝑚−2 pada feses data ini diambil dari area kecil yang tertutupi oleh feses tunggal

dan sedikit urin. Dinamika urin dan feses sangat berbeda. Pada urin hidrolisis

urea, N dan nitrifikasi berikutnya, denitrifikasi, dan volatization amonia dapat

terjadi dalam beberapa hari, sedangkan mineralisasi N organik di feses mungkin

bertahan hingga 2 tahun. (Saarija¨rvi, 2009) Pengakumulasian N dari tanah untuk

mengetahui kandungan N dapat dilakukan melalui pertukaran reaksi yang meniru

pertukaran ion pada permukaan akar hijauan. Hasil dari penelitian tersebut

menunjukkan bahwa pertukaran ion memberikan indeks ketersediaan N tanah


yang lebih baik dari ekstraksi kimia. (Ziadi, 2000)
Peternakan sapi perah juga menghasilkan limbah yang dapat mencemari

lingkungan. Sapi perah menghasilkan rata-rata tinja dan kemih sebanyak 60 liter

atau 0,06 m3 per hari. (Phillips, 2001) Perilaku yang kurang baik dalam

menangani limbah dapat menimbulkan akibat buruk, antara lain: menurunnya

keindahan lingkungan, bau yang tidak sedap, menurunkan kualitas air, tanah,

udara, serta dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Sebanyak 56,67 persen

peternak sapi perah membuang limbah ke badan sungai tanpa pengolahan,

sehingga terjadi pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan yang

diakibatkan oleh limbah ternak dapat berdampak pada kesehatan manusia. Tinja

dan kemih dari hewan yang tertular suatu penyakit dapat sebagai sarana

penularan, misalnya penyakit antraks. Antraks dapat menginfeksi manusia melalui

kulit yang terluka, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan melalui air susu

dan daging hewan yang tertular antraks. (Atmawinata, 2006)

Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak

kerugian akibat produk sampingan ternak sapi yaitu dengan mengolah limbah

menjadi produk yang lebih bermanfaat dan bernilai tinggi misalnya dengan

mengolah feses menjadi biogas. Pengolahan feses menjadi biogas menghasilkan

produk sampingan berupa lumpur yang berpotensi sebagai bahan pakan ternak
atau ikan. Pada feses sapi perah yang digunakan dalam pembuatan biogas sebagai

peubah terdapat kandungan unsur hara makro N, P dan K berturut-turut adalah

0,82%; 0,2%; dan 0,82%. (Hidayati, 2010)


dafpus
Agustiyani, D. I. (2004). Pengaruh pH dan Substrat Organik Terhadap Pertumbuhan dan Aktivitas Bakteri
Pengoksidasi Amonia. Biodiversitas , 5(2), 43-47.

Artiana, L. H. (2016). Pemanfaatan Limbah Kotoran Sapi dan Jerami Kacang Tanah sebagai Bokashi Cair
Bagi Pertumbuhan Tanaman Sawi. Enviroscientie , 168-180.

Aswadi, M. (2005). Pemodelan Fluktuasi Nitrogen (Nitrit) Pada Aliran Sungai Palu. SMARTek, Vol. 4, No. 2
, 114-125.

Atmawinata, E. (2006). Mengenal Beberapa Penyakit Menulardari Hewan Kepada Manusia. Bandung:
Yrama Widya.

Be´langer, G. a. (2008). Phosphorus and nitrogen relationship during spring growth of an aging timothy
sward. Agron. J , 100: 1757-1762.

Chapra, S. C. (1997). Surface WaterQuality Modeling. New York: McGraw-Hill International Edition.

Hanif, A. (2010). Studi Pemanfaatan Biogas sebagai Pembankit Listrik 10 kw Kelompok Tani Mekarsari
Desa Dander Bojonegoro Menuju Desa Mandiri Energi. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.

Hidayati, Y. E. (2010). Deteksi jumlah bakteri total dan Coliform pada lumpur hasil ikutan pembentukan
gasbio dari feses sapi perah. Jurnal Ilmu Ternak , 10(1): 17-20.

Oelman, Y. d. (2004). The effect of biodiversity on nitrogen in the soil : species number versus presence
of legumes. Geophysical Research , Vol. 6, 05406.

Phillips, C. ( 2001). Principles of Cattle Production. London: Wallingford Oxon.

Saarija¨rvi, K. a. (2009). Nitrogen dynamics of cattle dung and urine patches on intensively managed
boreal . pasture. J. Agric. Sci , 147: 479491.

Simbolon, A. (2016). Pencemaran Bahan Organik Dan Eutrofikasi Di Perairan Cituis, Pesisir Tangerang.
Jurnal Pro Life , Vol. 3. No.2.

Sylvia, D. F. (1990). Principles and Application of Soil Microbiology. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Ziadi, N. S. (2000). Yield response of forage grasses to N fertilizer as related to spring soil nitrate sorbed
on anionic exchange membranes. Can. J. Soi. Sci. , 203-212.

Anda mungkin juga menyukai