Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENGGANTI ABSENSI PRAKTIKUM NUTRISI TANAMAN

“Pengukuran Kadar Nitrat dengan Laquatwin”

Disusun Oleh:
Shifa Fauziah
205040200111278/ A

Asisten Praktikum:
Hana Syifa Salsabila Hasibuan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nitrat merupakan senyawa yang diserap oleh tanaman dengan bersumber dari
nitrogen yang dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Namun,
kadar nitrat yang ada dalam air, tanah ataupun tanaman dapat menimbulkan dampak
tersendiri dan jika melebihi batas wajar akan mengganggu pertumbuhan tanaman.
Kadar nitrat yang ada pada air bisa menjadi indikator pencemaran suatu air atau larutan.
Nitrat yang ada di tanaman juga dapat mempengaruhi kualitas pertumbuhan tanaman.
Pencemaran air pada nitrat disebabkan oleh adanya racun, buangan limbah dan
zat berbahaya dalam air. Tentunya selain berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman,
juga memberikan pengaruh terhadap kesehatan manusia. Emilia (2019) menyatakan
bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2002 menyatakan bahwa batas
kadar nitrat yang diperbolehkan baik untuk tanaman maupun manusia adalah tidak
lebih dari 0.05 mg/l. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengukuran kadar nitrat agar
tidak menimbulkan bahaya bagi pertumbuhan tanaman maupun kesehatan manusia.
Pengukuran nitrat bisa dilakukan menggunakan laquatwin. Dengan diketahuinya kadar
nitrat, maka akan diketahui kualitas dari suatu air dan tentunya dapat diidentifikasi
solusi yang dapat dilakukan sebagai alternatifnya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya praktikum ini yaitu agar praktikan dapat memahami dan
mampu menjelaskan tentang siklus nitrogen, konversi nitrat dalam sel dan metode
pengukuran kadar nitrogen dengan laquatwin.
2. PEMBAHASAN
2.1 Nitrogen
Nitrogen (N) diserap tanaman dalam bentuk nitrat (N03 –), amonium (NH4 +)
dan bahan lebih komplek seperti asam amino larut air dan asam nukleik. umumnya
tanaman mampu menyerap dan menggunakan nitrat dan amonium, tanaman darat lebih
banyak menyerap N dalam bentuk anion nitrat karena perubahan bentuk N-NH4
menjadi N-NO3 telah terjadi dalam tanah, sedangkan tanaman padi sawah lebih banyak
menyerap N-NH4. Sumber utama nitrogen dalam tanah adalah bahan organik yang
dapat berupa sisa tanaman, hewan, manusia, pupuk organik (pupuk hijau, pupuk
kandang dan kompos) sumber lain adalah air hujan, hasil fiksasi N- simbiotik/non
simbiotik, gunung berapi dan pupuk buatan.
2.2 Siklus Nitrogen
Senyawa nitrogen merupakan senyawa yang berpengaruh terhadap tanaman.
Peran nitrogen yang amat penting bagi tanaman menjadikan tanaman akan mengalami
defisiensi ataupun toksisitas jika nitrogen kelebihan ataupun kekurangan dalam tanah.
Keberadaan N tentunya disebabkan oleh adanya siklus N yang berlangsung di alam
meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:
A. Fiksasi
Fiksasi merupakan tahapan terpenting kedua setelah proses fotosintesis. Stein dan
Klotz (2016) menyatakan bahwa proses fiksasi terjadi dengan adanya pengubahan dan
reduksi gas N2 menjadi 2 molekul ammonia. Proses ini dibantu oleh adanya mikroba
yang memiliki enzim nitrogenase. Istri kesumadewi (2016) mendukung bahwa
tanaman legume memiliki hubungan simbiosis dengan proses fiksasi nitrogen.
Simbiosis ini dibantu oleh rhizobia dengan menambat N2. Dengan ini kebutuhan
nitrogen di lahan pertanian dapat terpenuhi.
Gambar 1. Penambatan N2 oleh Rhizobia
Penambatan N2 oleh rizhobia terjadi pada bintil akar akibat adanya infeksi oleh
rhizobium yang sesuai dengan genetik.
B. Amonifikasi
Amonifikasi merupakan proses yang dilakukan untuk mendapatkan senyawa
ammonium. Levy-Booth et al. (2014) menyatakan bahwa amonifikasi berlangsung
dengan pengubahan senyawa amino menjadi senyawa N dalam bentuk NH3.
Amonifikasi dibantu oleh organisme yaitu bakteri dan fungsi. Hasil amonifikasi
nantinya akan dikonversi menjadi nitrit dan nitrat sehingga menjadi senyawa yang bisa
diserap oleh tanaman. Penggunaan senyawa amonium (NH4) adalah sebagai berikut:
1. Sejumlah amonium dipakai oleh organisme amonifikasi atau organis lain yang
dapat menggunakan senyawa demikian. Fungi mikoriza dapat menyerap
nitrogenamonium dan sebagian diteruskan atau diberikan kepada tanaman
inangnya.
2. Tanaman dapat menggunakan bentuk amonium dengan mudah, terutama pada
hampir semua tanaman muda, walaupun mereka akan tumbuh baik bila terdapat
juga nitrogen-nitrat.
C. Nitrifikasi
Nitrifikasi merupakan proses lanjutan dari amonifikasi dimana ammonium akan
diubah menjadi senyawa nitrat. Emilia (2019) menyatakan bahwa bakteri yang
membantu proses nitrifikasi akan berkompetisi dengan bakteri heterotrofik karena
bakteri nitrifikasi kebanyakan termasuk dalam bakteri autotrofik. Proses nitrifikasi
terjadi dalam 2 tahapan reaksi yaitu oksidasi ammonium menjadi nitrit, dan yang kedua
yaitu oksidasi nitrit menjadi nitrat. Sebagaimana reaksinya sebagai berikut:
NH4+ 3/2 02 → NO2 + H2O (1)
NO2+½ 02 → NO3 (2)
Berikut ini merupakan keadaan tanah yang mempengaruhi nitrifikasi, yaitu:
1. Aerasi, karena nitrifikasi merupakan proses aoksidasi, maka setiap usaha
meningkatkan aerasi tanah hingga batas tertentu, akan meningkatkan nitrifikasi,
misalnya: pembajakan, penyiangan.
2. Suhu, suhu optimum 27 – 32°C.
Suhu 52°C → nitrifikasi berhenti
Titik beku → nitrifikasi tidak terjadi
2 – 5°C → nitrifikasi mulai berlangsung
3. Kelembaban, kelembaban yang optimum bagi tanaman juga optimum bagi
nitrifikasi, nitrifikasi masih berlangsung pada kelembaban sedikit dibawah titik
layu permanen bagi tanaman.
4. Kapur aktif, dapat merangsang nitrifikasi karena proses oksidasi memerlukan
banyak basa yang ditukarkan, nitrifikasi di tanah masam sangat sedikit, kemasaman
tidak mempengaruhi nitrifikasi bila didapat cukup basa-basa.
5. Pupuk, keseimbangan N P dan K sangat membantu nitrifikasi, stimulasi terhadap
organisme ini hampir sama dengan stimulasi pupuk,terhadap tanaman Pemberian
pupuk amonium dalam jumlah banyak pada tanah sangat basa menekan reaksi
kedua, ternyata amonium merupakan racun bagi nitrobacter tetapi tidak
mempengaruhi nitrosomonas, akibatnya terjadi penimbunan nitrit dan dapat
mencapai tingkat racun.
6. Nisbah karbon nitrogen, hidrat arang apapun sumbernya merupakan sumber energi
yang segera dapat dimanfaatkan oleh organisme dan pada keadaan optimum dapat
menyebabkan organisme itu berkembang pesat sekali. Akibatnya semua nitrogen
anorganik yang tersedia dalam tanah dengan cepat dikonversikan dalam bentuk
organik dari tubuh organisme tersebut, pada saat ini nitrifikasi berhenti karena
kurangnya nitrogen-amonium , sebab bentuk ini dipakai oleh organismeorganisme
tadi, jadi kompetisi untuk N antara organisme tersebut dengan tanaman mulai
terjadi. Setelah sebagian dari bahan hidrat arang dilapuk, artinya bahan berenergi
sudah berkurang, assimilasi N menurun dan produksi samping senyawa-senyawa
amonium mulai dihasilkan.
D. Denitrifikasi
Denitrifikasi merupakan suatu tahapan untuk mengubah nitrat menjadi gas nitrogen
seperti NO, NO2 dan N2 dibantu oleh mikroorganisme anaerobik dalam sedimen
seperti Alcaligenes. Bacillus, Thiobacillus, Pseudomonas dan lain sebagainya
(Guererro et al. 2014). Berikut merupakan reaksi yang terjadi pada proses denitrifikasi
yaitu:
2NO2→2NO2→2NO→N2O→N2
2.3 Konversi Nitrat dalam Sel
Konversi nitrat yang terjadi didalam sel terjadi dalam beberapa tahap. Gavanji et
al. (2013) menyebutkan bahwa konversi NO3 diubah menjadi NH3 jika sumber N yang
tersedia adalah nitrat. Dilanjutkan dengan proses aminase direduksi menjadi asam keto.
Guerrero et al. (2014) menambahkan bahwa pembentukan amida berupa timbunan
gugus amin dengan penambahan NH3 ke asam amino aspartate untuk dijadikan
asparagin. Selain itu dilakukan dengan penambahan asam glutaman untuk dijadikan
glutamin. Selanjutnya ada proses transminasi yang mana gugus amin dari asam amino
dipindahkan ke asam keto yang lain melalui peristiwa deaminasi oksidatif dan aminase
reduktif sehingga menjadi asam amino baru.
2.4 Metode Pengukuran Kadar Nitrogen
Analisis kadar nitrogen dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya
yaitu:
1. Metode Kjeldahl
Metode ini merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada
asam amino,protein dan senyawa yang mengandung nitrogen (Purba, 2019). Metode
Kjeldahl merupkan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada protein
dan senyawa yang mengandung nitrogen. Metode ini telah banyak mengalami
modifikasi dan cocok digunakan secara semimikro, karena hanya membutuhkan
jumlah sampel dan pereaksi yang sedikit serta waktu analisis yang singkat. Metode
Kjeldahl cocok untuk menetapkan kadar protein yang tidak larut atau protein yang
sudah mengalami koagulasi akibat proses pemanasan maupun proses pengolahan lain
yang biasa dilakukan pada makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis
dengan cara ini adalah kadar nitrogennya. Dengan mengalikan hasil analisis tersebut
dengan angka konversi maka diperoleh kadar nitrogen. Analisis nitrogen dengan
metode Kjeldahl dibagi menjadi tiga tahap yaitu proses destruksi, proses destilasi dan
tahap titrasi.
2. Metode Laquatwin

Gambar 2. Pengukur Laquatwin


Pengukur saku LAQUAtwin merupakan desain sederhana dan ringkas yang
memungkinkan pengukuran langsung yang akurat dari satu tetes sampel pada data
sensor yang unik. LAQUAtwin pen pocket meter tersedia untuk tujuh parameter
elektrokimia, termasuk pH, konduktivitas, berbagai ion (Na+, K+, NO3, Ca2+) dan
konsentrasi garam (Munir, 2016).
3. PENUTUP
KESIMPULAN
Alam menyimpan banyak sekali nitrogen, namun nitrogen yang dimaksud
dibuat melalui suatu proses dan juga nitrogen yang dari awal sudah berada di alam.
Nitrogen yang ada dibuat melalui tahapan, melalui tahap fiksasi. amonifikasi, nitrfikasi
dan denitrifkasi menjadikan nitrogen yang ada di alam bisa diserap dan digunakan oleh
tanaman. Senyawa nitrogen merupakan senyawa yang berpengaruh terhadap tanaman.
Peran nitrogen yang amat penting bagi tanaman menjadikan tanaman akan mengalami
defisiensi ataupun toksisitas jika nitrogen kelebihan ataupun kekurangan dalam tanah
Kadar nitrat yang diserap tanaman perlu diketahui dengan menggunakan
laquatwin. Pengukuran nitrat digunakan dengan menggunakan konsentrasi nutrisi yang
berbeda untuk parameter yang berbeda. Sehingga pengukuran kadar nitrat yang ada
ditanaman akan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Emilia, I. (2019). Analisa Kandungan Nitrat dan Nitrit dalam Air Minum Isi Ulang
Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Indobiosains, 1(1), 38-
44.
Gavanji, S., Aziz, H. A., Larki, B., & Mojiri, A. (2013). Bioinformatics Prediction of
Interaction of Silver Nitrate and Nano Silver on Catalase and Nitrate Reductase.
International Journal of Scientific Research in Environmental Sciences, 26-35.
Guerrero. M G: Vega. J M: Losada, M (2014). The Assimilatory Nitrate-Reducing
System and its Regulation. Annual Review of Plant Physiology, 32(1), 169-
204.
Istri kesumadewi, A. A. (2016). Fiksasi nitrogen dan asosiasi tanaman legum. 26
Levy-Booth. D. J. Prescott. C. E., & Grayston. S. J. (2014). Microbial functional genes
involved in nitrogen fixation, nitrification and denitrification in forest
ecosystems. Soil Biology and chemistry. 75. 11-25.
Munir, M. S. (2016). Klasifikasi Kekurangan Unsur Hara N, P, K Tanaman Kedelai
Berdasarkan Fitur Daun Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan. Laporan Thesis-
TE 142599. Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya, 1-86.
Purba. P.D. (2019). Penentuan Kadar Nitrogen (N) pada Pupuk NPK dengan Metode
Kjeldahl di PT. Sucofindo Medan. Repositori Institusi USU.
Stein, L. Y., & Klotz. M. G. (2016). The nitrogen cycle. Current Biology, 26(3), R94-
R98.

Anda mungkin juga menyukai