Disusun Oleh:
Kelompok 5
Arvin Avelianus R
Yusinta Nurhanifah
Dwi Agustini
Eha Rohimah
Rafi Fauzan
Kinsa Rehan Hasanah
200110140004
200110140007
200110140117
200110140118
200110140209
200110140215
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2014
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Nitrogen merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam
Identifikasi Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
1.3.
1.
2.
3.
4.
5.
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Daur Biogeokimia
Biogeokimia merupakan pertukaran atau perubahan yang terus menerus,
antara komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup. Daur biogeokimia adalah
siklus unsur-unsur kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan
kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus unsur-unsur tersebut tidak hanya
melalui organisme, tetapi juga melibatkan reaksi - reaksi kimia dalam lingkungan
abiotik. Daur biogeokimia juga dapat dikatakan sebagai rangkaian perubahan
bentuk unsur-unsur kimia yang melibatkan komponen-komponen biotik dan
abiotik dari ekosistem. Fungsi siklus biogeokimia adalah sebagai siklus materi
yang mengembalikan semua unsur-unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua
yang ada di bumi baik komponen biotik maupun komponen abiotik, sehingga
kelangsungan hidup di bumi dapat terjaga.
2.2.
cairan, gas, maupun sisa pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang
berbentuk padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati, atau
isi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang
berbentuk cairan atau dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari pencucian
alat-alat). Sedangkan limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam
fase gas. Pencemaran karena gas metan menyebabkan bau yang tidak enak bagi
lingkungan sekitar. Gas metan (CH4) berasal dari proses pencernaan ternak
ruminansia. Gas metan ini adalah salah satu gas yang bertanggung jawab terhadap
pemanasan global dan perusakan ozon, dengan laju 1 % per tahun dan terus
meningkat.
2.3.
penurunan konsentrasi oksigen terlarut sebagai hasil proses nitrifikasi yang terjadi
di dalam air yang dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan biota air (Farida,
1978).
Hasil penelitian dari limbah cair Rumah Pemotongan Hewan Cakung,
Jakarta yang dialirkan ke sungai Buaran mengakibatkan kualitas air menurun,
yang disebabkan oleh kandungan sulfida dan amoniak bebas di atas kadar
maksimum kriteria kualitas air. Selain itu adanya Salmonella sp. yang
membahayakan kesehatan manusia.
Tinja dan urine dari hewan yang tertular dapat sebagai sarana penularan
penyakit, misalnya saja penyakit anthrax melalui kulit manusia yang terluka
atau tergores. Spora anthrax dapat tersebar melalui darah atau daging yang belum
dimasak yang mengandung spora. Kasus anthrax sporadik pernah terjadi di Bogor
tahun 2001 dan juga pernah menyerang Sumba Timur tahun 1980 dan burung unta
di Purwakarta tahun 2000 (Soeharsono, 2002)
III
PEMBAHASAN
3.1.
Daur Nitrogen
Berdasarkan macamnya daur biogeokimia terbagi menjadi lima, yaitu daur
nitrogen, daur fosfor, daur karbon, daur oksigen dan daur sulfur. Namun dalam
makalah ini kami akan membahas lebih lanjut mengenai daur nitrogen. Sumber
nitrogen kita yang utama adalah atmosfer, dimana nitrogen terdapat sebagai gas
nitrogen (N2). Akan tetapi, dalam bentuk gas, nitrogen sangat lembam (tidak
reaktif) dan hanya sedikit organisme yang mampu memanfaatkannya. Proses
alami pengambilan gas nitrogen dan konversinya menjadi senyawa-senyawa yang
bermanfaat dikenal sebagai fiksasi nitrogen, dan dilakukan oleh bakteri pengikatnitrogen. Bakteri ini mengikat nitrogen menjadi senyawa yang mengandung
nitrogen lainnya: amonia (NH3).
Amonia lebih terjangkau secara biologis dibanding gas nitrogen dan
digunakan oleh bakteri penitrifikasi untuk membentuk nitrit (NO 2) dan kemudian
nitrat (NO3). Nitrat-nitrat ini adalah bentuk nitrogen yang bisa diolah tanaman,
sehingga merupakan bentuk yang menyalurkan nitrogen ke dalam rantai makanan.
Tetapi jika semua nitrogen atmosfer pada akhirnya mengakhiri perjalanan pada
tanaman atau hewan, maka akan segera terjadi kekurangan. Untungnya ada
bakteri denitrifikasi yang melengkapi siklus tersebut dan mengonversi nitrat
kembali menjadi N2 yang lembam.
Siklus ini secara alami diregulasi oleh kecepatan dimana bakteri bisa
merubah satu senyawa menjadi senyawa lainnya, dan oleh jumlah bakteri yang
tersedia dalam tanah. Di masa lalu, ini menyebabkan ketersediaan nitrogen berada
pada ambang batas alami untuk digunakan di biosfer setiap saat. Nitrogen diambil
3.2.
3.3.
pakan. Sesuai dengan pernyataan Sihombing (2000), kotoran sapi yang terdiri dari
feces dan urine merupakan limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dan sebagian
besar manure dihasilkan oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, dan
domba. Umumnya setiap kilogram susu yang dihasilkan ternak perah
menghasilkan 2 kg limbah padat (feses), dan setiap kilogram daging sapi
menghasilkan 25 kg feses.
Ketiga limbah tersebut memiliki kadar nitrogen yang cukup tinggi
dibandingkan dengan senyawa lainnya terutama urin dan feses. Kandungan
nitrogen dalam urin dan feces sapi merupakan kandungan terbanyak kedua setelah
kandungan air. Berikut kandungan Nitrogen, air dan senyawa lainnya dalam urin
ternak.
Tabel kandungan nitrogen, fosfor, kalium dan air dalam urin dan feces.
2.4.
banyak pula, limbah tersebut contohnya feses, urin dan sisa pakan. 10% dari berat
badan ternak adalah limbah berupa urin dan feses. Banyaknya limbah peternakan
sapi, menyebabkan banyaknya kandungan nitrogen yang menguap ke udara dan
mengalir ke perairan dan tanah. Terlalu banyaknya nitrogen yang mengalir dalam
daur nitrogen menyebabkan overdosis nitrogen atau terlalu melimpahnya
nitrogen yang menyebabkan ketidakseimbangan daur nitrogen karena penerimaan
nitrogen tidak sama dengan nitrogen yang dikeluarkan dengan kata lain melebihi
ambang batas normal kandungan nitrogen. Menurut literatur, telah diperkirakan
bahwa pemasukan nitrogen terfiksasi ke dalam daur nitrogen melalui aktivitas
manusia sekarang menyamai atau melebihi yang berasal dari sumber alami.
2.4.1. Akibat N2O yang Menyebabkan Kabut dan Hujan Asam
Nitrogen yang dihasilkan dari limbah perusahaan peternakan dapat berupa
oksida nitrat di udara. Oksida nitrat (N2O) yang mencapai lapisan stratosfer
akibat membludaknya kandungan nitrogen di udara,
dapat mempercepat
parahnya lagi, apabila N2O lebih dekat ke permukaan bumi, dapat menyebabkan
kabut di siang hari yang cerah. Kabut tersebut terkait dengan masalah-masalah
pernapasan, kerusakan paru-paru, risiko kanker yang meningkat dan melemahnya
sistem kekebalan tubuh manusia dan ternak.
Kandungan oksida nitrat yang tinggi dan bersifat larut dalam air akan
bercampur dengan air dan apabila terjadi hujan asam dapat menyebabkan
kerusakan terhadap makhluk hidup dan benda di bumi. Makhluk hidup seperti
tanaman yang terkena hujan asam akan mengalami kelayuan dan kerusakan akibat
asam yang tinggi dan bersifat korosi. Hujan asam yang bersifat korosif dapat
menyebabkan kerusakan pada batuan, logam dan bangunan.
2.4.2. Akibat Nitrogen yang Mengalir ke Perairan
Senyawa-senyawa nitrogen dalam pakan hewan menyebabkan pelepasan
nitrogen ke dalam arus air dan sungai. Alga, yang pertumbuhannya biasanya
dihambat oleh ketersediaan nitrogen, menggunakan kandungan nitrogen ini untuk
tumbuh terlalu pesat dan di luar kendali, sehingga dapat menyebabkan
kerumunan alga yang besar. Kerumunan alga tersebut dapat menggunakan semua
oksigen di air dan memblokir masuknya cahaya, sehingga secara perlahan-lahan
membunuh kehidupan akuatik dan mencegah tanaman-tanaman bawah laut untuk
berfotosintesis. Menurut literatur, bila terjadi hujan lebat, air akan membawa nitrat
dari tanah masuk ke dalam aliran sungai, danau, dan waduk. Kemudian menuju
lautan dalam kadar yang cukup tinggi. Hal ini akan merangsang tumbuhnya algae
dan tanaman air lainnya. Kelimpahan unsure nutrisi nitrat ini dalam air disebut
Euthrophication. Pengaruh negatif eutropikasi ini ialah terjadinya perubahan
keseimbangan kehidupan antara tanaman air dan hewan air.
2.4.3. Akibat Banyaknya Kandungan Nitrogen dalam Tanah
Kadar nitrogen yang lebih tinggi dalam tanah berarti bahwa sedikit
tanaman yang mampu bertahan karena tidak dapat berkompetisi. Tanamantanaman ini cenderung adalah tanaman-tanaman yang mampu dengan cepat
memanfaatkan kelebihan nitrogen untuk pertumbuhan yang cepat, sehingga
menyisakan lebih sedikit sumberdaya dan lebih banyak naungan untuk spesies
lain. Ini bisa menyebabkan banyak spesies tanaman yang menjadi punah, dan pada
gilirannya akan memiliki efek insidental terhadap semua hewan, serangga dan
burung-burung yang menggunakannya.
2.4.4. Kontribusi Nitrogen terhadap Pemanasan Global
Nitrogen oksida berkontribusi bagi pemanasan global. Walaupun
konsentrasi oksida nitrat di atmosfer sangat rendah dibanding karbon dioksida,
potensi pemanasan global oksida nitrat adalah sekitar 300 kali lebih besar. Jadi
walaupun karbon dioksida menyebabkan perubahan iklim dan masalah-masalah
yang terkait dengannya, senyawa-senyawa nitrogen bisa menyebabkan masalah
yang lebih buruk. Senyawa-senyawa nitrogen memiliki potensi pemanasan global
yang lebih besar, bisa mengarah pada masalah perubahan iklim yang lebih besar,
dan menyebabkan malapetakan bagi kesehatan dan lingkungan.
2.5.
Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dipakai untuk mengurangi gangguan
daur nitrogen akibat industri peternakan:
1.
Penanaman hijauan diselingi leguminosa, hal ini ditujukan agar terjadi perputaran
daur nitrogen sehingga nitrogen bebas dapat difiksasi.
2.
Pemilihan lokasi industry peternakan, hal ini ditujukan agar tidak merusak
lingkunagan karena pembukaan lahan yang menyebabkan populasi tanaman
semakin berkurang maka tidak ada lagi yang dapat mereduksi kadar CO2 di alam
IV
KESIMPULAN
Banyaknya limbah peternakan sapi, menyebabkan banyaknya kandungan
nitrogen yang menguap ke udara dan mengalir ke perairan dan tanah. Akibat dari
daur nitrogen berlebihan yang dilakukan manusia akan mempercepat kerusakan
lapisan ozon, dapat menyebabkan kabut di siang hari yang cerah. Kadar nitrogen
yang lebih tinggi dalam tanah bisa menyebabkan banyak spesies tanaman yang
menjadi punah. Nitrogen oksida berkontribusi bagi pemanasan global, potensi
pemanasan global oksida nitrat adalah sekitar 300 kali lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Farida E. 2000. Pengaruh Penggunaan Feses Sapi dan Campuran Limbah Organik
Lain Sebagai Pakan atau Media Produksi Kokon dan Biomassa Cacing
Tanah Eisenia
foetida
savigry. Skripsi
Jurusan
Ilmu
Nutrisi
dan
1992. Kebijakan
Pemerintah
dalam
Industri
Peternakan
dan