Kesehatan ternak merupakan aspek yang sangat penting, bukan hanya dari kesehatan interiornya
namun juga kesehatan eksterior ternak seperti salah satunya adalah kesehatan siku, siku yang
baik akan terlihat bersih, tertutupi bulu dengan baik.
Kondisi siku kaki yang baik adalah siku yang berwarna putih (Sumoprastowo dan
Syarief, 1985). Siku yang tidak ada bulu dan keropeng bisa disebabkan oleh salah satu penyakit
yang dapat menyerang siku adalah penyakit scabies pada hewan yaitu penyakit yang termasuk
gatal parah dan kerontokan rambut. Gejala penyakit ini biasanya muncul dari kepala dan bagian
tubuh dengan kulit halus seperti telinga, hidung, dan siku.
Scabies biasa disebut juga sebagai kudis, mange, atau demodecosis. Scabies merupakan istilah
yang umum digunakan ketika mengacu pada kasus manusia, sementara mange lebih sering
digunakan untuk kasus pada hewan. Scabies adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit kecil
mikroskopis yang disebut tungau. Infestasi tungau ini juga biasa disebut sebagai acariasis. Salah
satu tungau penyebab scabies adalah Sarcoptes scabiei.
Kaki sapi yang kotor akan menyebabkan kesehatan yang kurang baik karena kotoran yang
menempel pada kaki hingga bokong sapi ini membawa banyak bakteri yang dapat menyebabkan
penyakit jika tidak di rawat dengan tepat, faktor kandang sangat mempengaruhi terhadap
keadaan ini Lantai kandang sapi biasanya dibuat dari bahan semen atau tanah yang dipadatkan
dan dibuat lebih tinggi dari lahan sekitarnya. Lantai bisa dialasi jerami, karpet, kayu datar,
papan, atau serbuk gergaji. Pemberian alas bertujuan agar kaki dan tubuh sapi tidak terluka
terkena lantai semen yang kasar. Pemberian alas juga membuat kaki dan tubuh sapi tidak mudah
kotor serta tidak terserang kuman penyakit. Selain itu, lantai yang diberi alas juga menjadi tidak
cepat rusak akibat tergerus kaki sapi. Lantai kandang harus kuat, tidak licin, dan dibuat dengan
kemiringan 15 derajat ke arah selokan di belakang sapi untuk mempermudah penampungan
kotoran sapi dan pakan yang jatuh.
Suhu rektal yang tinggi menurut Purwanto et al. (1993) serta Kendal et al. (2006) melaporkan
bahwa pada suhu lingkungan 300C serta 32,2°C, suhu rektal dapat mencapai lebih dari 39,8°C
serta 40°C.Peningkatan suhu rektal tersebut diakibatkan adanya peningkatan panas metabolisme
tubuh, karena ternak baru mengkonsumsi pakan, dan juga disebabkan proses homeostasis ternak
setelah terjadi gangguan homeostasis pada siang hari. Suhu tubuh terendah di Bogor dan Jakarta
yaitu pada pukul 05.00 pagi (37,290C) dan (37,650C) serta meningkat seiring meningkatnya
beban panas dari lingkungan dan dari hasil metabolisme. Respon suhu tubuh terhadap stress
panas berbeda-beda tiap individu dan respon tersebut disebabkan oleh produksi dan pelepasan
panas tubuh. (Suherman ,D. dkk,2013)
Bulu sapi yabg sehat terlihat mengkilap, tidak kusam dan tidak rontok. Kerontokan pada bulu
sapi disebabkan oleh kurangnya mineral.Sapi yang sakit ditandai dengan bulu yang kotor dan
kusam juga terdapat luka.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Hansen PJ. 2004. Pgysiological and celluler adaptations of zebu cattle to thermal stress. Animal
Reproduction
Purwanto BP et al. 1993. Effect of standing and lying behaviours on heat production of dairy
heifers differing in feed intake evels.AJAS 6: 271-274.
Sumoprastowo, R. M. dan Syarief, M. Z. 1985. Ternak Sapi Perah. CV. Yasaguna. Jakarta
D. Suherman, B.P. Purwanto, W. Manalu4 , I.G. Permana . Model Penentuan Suhu Kritis Pada
Sapi Perah Berdasarkan Kemampuan Produksi Dan Manajemen Pakan. Jurnal Sain Peternakan
Indonesia Vol. 8, No 2. J