Anda di halaman 1dari 6

perpustakaan.uns.ac.

id 4
digilib.uns.ac.id

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ketersediaan Nitrogen pada Tanah Vertisol


Tanah pertanian yang termasuk ke dalam ordo Vertisol dan tanah-tanah
lainnya yang memiliki sifat vertik memiliki potensi untuk dimanfaatkan secara
lebih intensif untuk pertanian, karena tanah ini memiliki penyebaran yang cukup
luas, yaitu sekitar 2,1 juta hektar tersebar di P. Jawa, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur dan Sulawesi (Subagyo et al,. 2004).
Tanah bersifat vertik dicirikan oleh adanya retakan-retakan besar disertai
dengan konsistensi tanah yang sangat keras pada musim kemarau. Pada musim
hujan, tanah ini akan mengembang, retakan-retakan tanahnya segera menghilang
dan konsistensi tanah berubah menjadi sangat lekat dan sangat plastis. Dari sisi
sifat kimia, tanah ini memiliki kapasitas tukar kation dan persentase kejenuhan
basa yang tinggi, namun memiliki daya fiksasi yang tinggi terhadap kalium yang
menyebabkan pemborosan dalam pemupukan (Borchardt, 1989).
Tanah ini sangat dipengaruhi oleh proses argillipedoturbation, yaitu
proses pencampuran tanah lapisan atas dan bawah yang diakibatkan oleh kondisi
basah dan kering yang disertai pembentukan rekahan-rekahan secara periodik
Proses-proses tersebut menciptakan struktur tanah dan pola rekahan yang sangat
spesifik. Ketika basah, tanah menjadi sangat lekat dan palstis serta kedap air, tapi
ketika kering, tanah menjadi sangat keras dan masif atau membentuk pola prisma
yang terpisahkan oleh rekahan. (Van Wambeke, 1992).
Jenis tanah Vertisol berbahan induk dari batuan kapur sangat miskin unsur
hara kecuali hara Ca dan kadang-kadang hara Mg. Disamping sangat miskin unsur
hara, sifat fisikanya sangat jelek, teksturnya sangat berat dan didominasi oleh
mineral lempung montmorillonit yang mempunyai daya mengembang dan
mengkerut sangat tinggi (Supardi, 1983).
Menurut Rachman et al., (1991) tanah Vertisol memiliki kadar N total
tanah yang relatif rendah sampai sedang, sehingga untuk mempertinggi kesuburan
tanah maka diperlukan penambahan unsur
commit hara dari luar dalam bentuk pupuk.
to user

4
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

Nitrogen dalam tanah dapat hilang melalui poses volatilisasi, hidrolisis,


denitrifikasi, pencucian, atau diserap tanaman (Notohadi, 1999).
Nitrogen adalah salah satu unsur hara esensial dengan tingkat ketersediaan
yang rendah di dalam tanah, karena mudah hilang melalui proses penguapan dan
pencucian. Sumber utama nitrogen tanah adalah bahan organik, yang kemudian
akan mengalami proses mineralisasi yaitu konversi nitrogen oleh mikroorganisme
dari nitrogen organik (protein dan senyawa amina) menjadi bentuk anorganik
(NH4+ dan NO3-) sehingga menjadi tersedia untuk diserap oleh tanaman (Crohn,
2004).
Nitrogen adalah salah satu unsur hara utama yang sangat penting dalam
seluruh proses biokimia di tanaman. Di dalam tanah, sumber nitrogen adalah
bahan organik, pupuk kandang, sisa tanaman yang terdekomposisi, fiksasi
nitrogen biologis, air irigasi dan pupuk anorganik (Laegreid et al, 1999).
Atmosfer mengandung nitrogen dalam jumlah yang besar, kira-kira 80%
dari udara terdiri atas nitrogen. Pembentukan nitrogen di alam dalam bentuk
terikat, yang disebut fiksasi nitrogen. Hal ini terjadi di dalam tanah, terutama oleh
bakteri. Jenis bakteri pengikat nitrogen yang paling efisien bersifat simbiotik
(Nasoetion, 1996).
Tingkat ketersediaan dari macam-macam bentuk nitrogen adalah: (1) siap
tersedia untuk diserap tanaman, yaitu NO3- dalam larutan tanah, NH4+ dalam
larutan tanah dan NH4- yang dapat dipertukarkan, (2) tingkat ketersediaan sedang,
yaitu NH4+ terfiksasi dari bahan organik segar dan (3) tingkat ketersediaan lambat,
yaitu bahan organik dalam proses menjadi humus (Corey, 1964 dalam
Leiwakabessy dan Sutandi, 1996).

B. Populasi Cacing Tanah Pada Berbagai Tutupan Lahan.


Cacing tanah merupakan biota tanah yang mampu mempercepat
dekomposisi bahan organik hingga 2-5 kali lebih cepat dibanding bila tanpa
adanya aktivitas cacing tanah, hal ini karena proses perombakan dan pencampuran
residu oleh cacing tanah yang kemudian menghasilkan cast, sehingga pelepasan
hara semakin cepat (Maftu’ah dancommit
Susanti,to2009)
user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

Cacing tanah termasuk dalam invertebrata, kelas Oligochaeta. Setiap


segmen dalam tubuhnya mempunyai seta yang berfungsi sebagai jangkar yang
berguna untuk mendorong tubuhnya bergerak maju. Cacing tanah tidak
mempunyai sistem respirasi. Cacing tanah bernapas melalui kulitnya dan selalu
membutuhkan kondisi lembab (Hairiah et al., 2006)
Vegetasi merupakan salah satu aspek keragaman hayati yang berperan
penting dalam proses-proses ekosistem. Keragaman vegetasi memengaruhi tingkat
penutupan permukaan tanah dan jumlah serta macam masukan bahan organik
(Giller, 1997). Pada umumnya alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian akan
menurunkan jumlah populasi cacing tanah (Fragoso et al., 1997).
Perbedaan penggunaan lahan dapat berpengaruh pada populasi dan
komunitas cacing tanah, sedangkan pengolahan tanah secara intensif, pemupukan,
dan penanaman secara monokultur pada pertanian konvensional dapat
menurunkan populasi cacing tanah (pankhurst, 1994 ; Lavelle, 1994).
Pada lahan pertanian, rendahnya jumlah dan diversitas vegetasi dalam
suatu luasan menyebabkan rendahnya keragaman kualitas masukan bahan organik
dan tingkat penutupan permukaan tanah oleh lapisan seresah. Tingkat penutupan
(tebal tipisnya) lapisan seresah pada permukaan tanah berhubungan erat dengan
laju dekomposisinya (pelapukannya). Semakin lambat terdekomposisi maka
keberadaannya di permukaan tanah menjadi lebih lama (Hairiah et al., 2000).
Sedangkan Masukan seresah sangat berpengaruh terhadap aktivitas cacing
penggali tanah dan rendahnya kandungan bahan organik tanah akan membatasi
populasi cacing tanah (Dewi et al., 2006).
Berkurangnya ketebalan lapisan seresah akan meningkatkan temperatur
tanah dan menurunkan kelembaban tanah. Selain itu kandungan bahan organik
yang merupakan cadangan makanan bagi cacing tanah juga akan menurun.
Kondisi tersebut akan beryengaruh terhadap kehidupan dan perkembangan cacing
tanah. Hairiah et al. (2004) dan Dewi (2007) melaporkan hasil penelitiannya di
Sumberjaya (Lampung Barat) bahwa meningkatnya intensitas penggunaan lahan
menurunkan ukuran tubuh cacing penggali tanah Pontoscolex. Ukuran cacing
yang dinyatakan dalam nisbah di commit to user
hutan (Penggunaan lahan yang ekstensi) adalah
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

0.30 g/ekor lebih besar daripada ukuran nisbah cacing di lahan pertanian
(penggunaan lahan intensif) 0.15 g/ekor

C. Cacing Tanah dan Perannya Terhadap Ketersediaan N Tanah


Cacing tanah berperan dalam mendorong terjadinya dekomposisi dengan
jalan menghancurkan bahan organik menjadi ukuran yang lebih kecil dan
mencampurnya dengan tanah, air, dan mikrobia. Kemudian mengeluarkan ‘cast’
atau kotoran yang merupakan campuran tanah dan bahan organik. Cast ini
merupakan agregat tanah yang stabil yang juga kaya akan kandungan C dan hara
lainnya (Hairiah et al., 2004).
Pengaruh cacing tanah di dalam tanah dapat dibagi menjadi tiga aspek
utama, yakni : pengaruh dalam aspek kimia, biologi dan fisika tanah. Pengaruh
cacing tanah terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat terbentuk
secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung berupa peran
cacing tanah terhadap perubahan sifat fisika, kimia dan biologi tanah, sedangkan
pengaruh secara tidak langsung tampak pada aktivitasnya yang mendorong
perkembangan akar dan produktivitas tanaman (Edwards, 2004).
Kascing adalah tanah bekas pemeliharaan cacing yang merupakan produk
samping dari budidaya cacing tanah yang berupa pupuk organik, cocok untuk
pertumbuhan tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah. Kascing
mengandung berbagai bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yaitu
zat pengatur tumbuh seperti giberellin, sitokinin dan auksin, serta mengandung
unsur hara N, P, K, Mg dan Ca dan Azotobacter sp yang merupakan bakteri
penambat N non-simbiotik yang akan membantu memperkaya unsur N yang
dibutuhkan oleh tanaman (Zahid, 1994).
Brown dan Doube (2004) menyebutkan adanya asosiasi unik antara cacing
tanah dan bakteri, yakni pada proses aktifasi mikrobiota dorman di dalam gut
(saluran cerna) cacing tanah sesaat setelah ikut tertelan bersama material organik
lain. Dalam pembuatan kascing, cacing tanah memegang peranan penting yaitu
sebagai dekomposer. Cacing tanah memiliki enzim seperti protease, lipase,
commit
amilase, selulose dan kitin yang to user perubahan kimia secara cepat
memberikan
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

terhadap meterial selulosa dan protein dari sampah organik. Aktivitas cacing
tanah menunjukkan peningkatan dekomposisisi dan penghancuran sampah secara
alami (60% - 80%). Hal ini sangat berpengaruh mempercepat waktu
pengomposan hingga beberapa minggu (Sinha et al., 2002).
Cacing tanah memiliki perbedaan kebiasaan dalam meletakkan cast-nya.
Kebiasaan meletakkan cast bergantung pada jenis cacing (epigeik, aneksik atau
endogeik). Jenis epigeik akan banyak meletakkan cast-nya di permukaan tanah.
Jenis cacing aneksik yang merupakan pembuat liang permanen lebih sering
meletakkan cast-nya di permukaan tanah, sedangkan jenis endogeik meletakkan
cast-nya di dalam tanah karena memang tempat hidupnya berada di dalam tanah
(Hadisudarmo, 2008).

D. Bakteri Penambat Nitrogen


Bakteri penambat nitrogen merupakan bakteri yang berperan dalam
penyediaan nitrogen pada tanah karena bakteri tipe ini mampu menambat nitrat
dengan mengoksidasi ion ammonium pada tanah sehingga dapat terikat dengan
kuat pada komponen-komponen humus yang menyebabkan nitrat tidak mudah
terbilas keluar tanah (Schlegel, 1994).
Secara umum, ekosistem tanah yang sehat akan dihuni oleh organisme
yang menguntungkan yang memanfaatkan substrat organik dari bahan organik
atau eksudat tanaman sebagai sumber energi dan nutrisinya. Sejumlah mikroba
memegang peran penting pada tanah yang normal dan sehat, dan merupakan
indikator dalam menentukan kualitas tanah. Mikroba tanah berperan dalam proses
penguraian bahan organik, melepaskan nutrisi ke dalam bentuk yang tersedia bagi
tanaman, dan mendegradasi residu toksik (Sparling, 1998).
Kebutuhan bakteri akan unsur N dapat dipenuhi dari sumber N yang
terdapat dalam berbagai senyawa organik maupun dari N2 udara. Beragam jenis
bakteri bertanggung jawab pada penambatan N2 secara hayati, mulai dari
sianobakter (ganggang hijau biru) dan bakteri fotosintetik pada air tergenang dan
permukaan tanah sampai pada bakteri heterotrofik dalam tanah dan zona akar.
commitnitrogen
Bakteri mampu melakukan penambatan to user udara, baik melalui nonsimbiosis
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

(free-living nitrogen-fixing bacteria) maupun simbiosis (root-nodulating bacteria)


(Ladha and Reddy, 1995).
Penambahan atau inokulasi Azotobacter dengan tujuan untuk
meningkatkan ketersediaan nitrogen tanah telah sering dilakukan namun dengan
hasil yang bervariasi, bahkan kadang-kadang tidak meningkatkan hasil tanaman.
Kondisi tersebut sangatlah logis mengingat kontribusi rizobakteri hidup bebas
terhadap nitrogen tanah hanya sekitar 15 kg N/ha/tahun yang jauh lebih rendah
daripada kontribusi bakteri pemfiksasi nitrogen simbiosis yang mencapai 24-584
kg N/ha/t (Shantharam & Mattoo, 1997).
Rhizobium ialah kelompok bakteri yang penambat nitrogen yang hidup
bebas dan berkemampuan sebagai penyedia hara bagi tanaman merupakan Gram
negatif berbentuk batang. Bila bersimbiosis terhadap tanaman legum, bakteri ini
akan menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar di dalamnya.
Rhizobium hanya dapat memfiksasi nitrogen atmosfer bila berada di dalam bintil
akar dari mitranya legum. Peranan Rhizobium terhadap pertumbuhan tanaman
khususnya berkaitan dengan masalah ketersediaan nitrogen bagi tanaman
inangnya (Rahmawati 2005).

commit to user

Anda mungkin juga menyukai