Anda di halaman 1dari 11

BAB VI.

PUPUK ORGANIK

Dalam arti luas yang dimaksud pupuk ialah suatu bahan yang digunakan untuk
mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi
pertumbuhan tanaman. Dalam pengertian yang khusus pupuk ialah suatu bahan yamg
mengandung satu atau lebih  hara tanaman.

A. PENGERTIAN PUPUK
PUPUK adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman
untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-
organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen tambahan. Pupuk mengandung bahan
baku pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti
hormontumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme. Ke dalam pupuk,
khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah material suplemen.
Pupuk organik ialah pupuk yang berupa senyawa organik. Kebanyakan pupuk
alam tergolong pupuk organik ( pupuk kandang, kompos, guano ). Pupuk alam yang
tidak termasuk pupuk organik misalnya rock phosphat, umumnya berasal dari batuan
sejenis apatit [ Ca3(PO4)2].

Berdasarkan wujudnya dibedakan :

1. Pupuk padat.
2. Pupuk cair.

Berdasarkan cara penggunaannya dibedakan : 

1. Pupuk daun ialah pupuk yang cara pemupukan dilarutkan dalam air dan
disemprotkan pada permukaan daun.
2. Pupuk akar atau pupuk tanah ialah pupuk yang diberikan ke dalam tanah
disekitar akar agar diserap oleh akar tanaman.

51
Pupuk organic bersifat slow release atau yang sering disebut dengan pupuk
lepas terkendali (controlled release) akan melepaskan unsur hara yang dikandungnya
sedikit demi sedikit sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dengan demikian, manfaat yang
dirasakan dari satu kali aplikasi lebih lama bila dibandingkan dengan pupuk fast release.

B. MACAM – MACAM PUPUK ORGANIK

1.    PUPUK HIJAU


Pupuk hijau adalah pupuk organik yang berasal dari tanaman atau berupa sisa
panen. Bahan tanaman ini dapat dibenamkan pada waktu masih hijau atau setelah
dikomposkan. Sumber pupuk hijau dapat berupa sisa-sisa tanaman (sisa panen) atau
tanaman yang ditanam secara khusus sebagai penghasil pupuk hijau atau berasal dari
tanaman liar.
Jenis tanaman yang dijadikan sumber pupuk hijau diutamakan dari jenis legume,
karena tanaman ini mengandung hara yang relatif tinggi(terutama N) dibandingkan
dengan jenis tanaman lainnya, tanaman legume juga relatif mudah terdekomposisi
sehingga penyediaan haranya menjadi lebih cepat.

1. Sisa tanaman

Sisa tanaman (sisa panen) merupakan sumber Bahan Organik yang paling
ekonomis karena bahan ini merupakan hasil sampingan dari kegiatan usaha tani,
sehingga tidak membutuhkan biaya untuk pengadaannya. Sisa tanaman walaupun
kandungan haranya relatif rendah, namun karena total sisa tanaman yang dihasilkan
setiap musim panen banyak, maka total unsur hara yang disumbangkan dari setiap
musim panen tidak kalah dibandingkan jenis legume.

Tabel. 6.1. Total hara yang terkandung dalam sisa panen (kecuali akar)

Tanaman Total hara dalam sisa tanaman kecuali akar


N P K Ca Mg S
Kg ha -1

Kacang-kacangan            
K. Tunggak 25 2 21 17 8 6
K. Tanah 7 5 59 60 17 16
K. Hijau 35 3 54 18 9 7
Kedelai 15 2 13 1 2 6
K. Panjang 65 6 33 23 16 8

52
Biji-bijian            
Jagung hibrida 45 7 58 7 12 6
Jagung local 25 4 32 4 7 4
Padi unggul 30 2 93 10 6 1
Padi local 15 2 49 5 3 1
Umbi-umbian            
Singkong 61 5 41 42 11 6
Kentang 39 8 46 9 4 5
Ubi jalar 30 5 29 4 2 3

2. Tanaman pagar

Salah satu cara menyediakan sumber pupuk hijau adalah dengan


mengembangkan sistem pertanaman lorong, dimana tanaman pupuk hijau  ditanam
sebagai tanaman pagar berseling dengan tanaman utama.
Tanaman pagar dapat menghasilkan tanaman secara periodik; pada musim hujan
tanaman dapat dipangkas setiap 2 bulan. Aplikasi sistem pertanaman lorong pada lahan
miring, dimana legume ditanam searah kontur sangat efektif untuk menekan erosi.
Secara umum setiap legume dapat digunakan sebagai tanaman pagar, namun lebih
efektif bila tanaman pagar memenuhi sifat-sifat sebagai berikut :

-       Berakar dalam agar tidak menjadi pesaing bagi tanaman semusim

-       Pertumbuhan cepat dan setelah pemangkasan cepat bertunas kembali

-      Mampu menghasilkan bahan hijauan dalam jumlah banyak dan terus menerus yang
dapat digunakan sebagai pupuk hijau

-      Mampu memperbaiki kandungan N dalam tanah dan kandungan hara lainnya.

Tanaman legume yang dapat digunakan sebagai tanaman pagar :

Tabel. 6.2. Produksi pangkasan (data pangkasan tahun kedua dan ketiga) beberapa jenis
tanaman pagar

Hasil bahan
Jenis tanaman pagar hijauan segar Sumber
Ton ha-1tahun-1
Flemingia (Plemingia Suganda et al., 1991 ; Haryati et
4,7-26,2
macrophylla) al., 1991; Erfandi et al., 1988
Glirisidia (Gliricidia
2,9-9,2 Suganda et al., 1991
sepium)
Lamtoro gung 1,3-2,9 Suganda et al., 1991; Kang et

53
al., 1984
Lamtoro (Leucaena
6,1-20 Erfandi et al., 1988
leucephala)
Thephrosia (Theprosia
13,5 Haryati et al., 1991
candida)
Kaliandra (Calliandra Suganda et al., 1991; Erfandi et
4,3-22,8
callothyrsus) al., 1988
Sengon ( Paraserianthes
1,5-1,6 Suganda et al., 1991
falcataria)

3. Tanaman penutup tanah

Tanaman penutup tanah adalah tanaman yang ditanam sendiri yakni pada saat
tanah tidak ditanami tanaman utama atau tanaman yang ditanam bersamaan dengan
tanaman pokok bila tanaman pokok berupa tanaman tahunan.
Tujuan penanaman tanaman penutup tanah :
-         Melindungi tanah dari daya perusak butir-butir hujan
-         Mempertahankan/memperbaiki kesuburan tanah
-         Menyediakan BO
-         Merupakan tindakan rehabilitasi lahan yang murah dan mudah diaplikasikan

4. Azolla

Azolla merupakan salah satu sumber N alternatif khususnya untuk padi sawah. Azolla
merupakan paku air ukuran mini yang bersimbiosis dengan Cyanobacteria pemfiksasi
N2.

5. Sesbania rostrata

Sesbania rostrata merupakan tanaman legume yang potensial sebagai sumber N pada
lahan sawah. Tanaman ini dapat tumbuh pada keadaan tergenang, dan dapat membentuk
bintil tidak hanya pada akar tetapi juga pada batang. Oleh karena itu tanaman ini
mempunyai kemampuan menambat N yang relatif tinggi.

Keuntungan penggunaan pupuk hijau antara lain:

1. Mampu memperbaiki struktur dan tekstur tanah serta infiltrasi air


2. Mencegah adanya erosi

54
3. Dapat membantu mengendalikan hama dan penyakit yang berasal dari tanah dan
gulma jika ditanam pada waktu tanah bero
4. Sangat bermanfaat pada daerah-daerah yang sulit dijangkau untuk suplai pupuk
inorganik

Namun pupuk hijau juga memiliki kekurangan yaitu:


Tanaman hijau dapat sebagai kendala dalam waktu, tenaga, lahan, dan air pada
pola tanam yang menggunakan rotasi dengan tanaman legume dapat mengundang hama
ataupun penyakit dapat menimbulkan persaingan dengan tanaman pokok dalam hal
tempa, air dan hara pada pola pertanaman tumpang sari.

2.    PUPUK KOMPOS

Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan, dan
limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi. Jenis
tanaman yang sering digunakan untuk kompos di antaranya jerami, sekam padi,
tanaman pisang, gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa.
Bahan dari ternak yang sering digunakan untuk kompos di antaranya kotoran ternak,
urine, pakan ternak yang terbuang, dan cairan biogas. Tanaman air yang sering
digunakan untuk kompos di antaranya ganggang biru, gulma air, eceng gondok, dan
azola. Beberapa kegunaan kompos adalah:

1. Memperbaiki struktur tanah.


2. Memperkuat daya ikat agregat (zat hara) tanah berpasir.
3. Meningkatkan daya tahan dan daya serap air.
4. Memperbaiki drainase dan pori – pori dalam tanah.
5. Menambah dan mengaktifkan unsur hara.

Kompos digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman. Kompos yang


layak digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan menurunnya temperatur
kompos (di bawah 400 c). Bahan kompos dengan C/N rasio tinggi akan terurai atau
membusuk lebih lama dibanding dengan C/N rasio rendah. Kualitas kompos dia

Umumnya, masalah utama pengomposan adalah pada rasio C/N yang tinggi,
terutama jika bahan utamanya adalah bahan yang mengandung kadar kayu tinggi (sisa

55
gergajian kayu, ranting, ampas tebu, dsb). Untuk menurunkan rasio C/N diperlukan
perlakuan khusus, misalnya menambahkan mikroorganisme selulotik (Toharisman,
1991) atau dengan menambahkan kotoran hewan karena kotoran hewan mengandung
banyak senyawa nitrogen.

Ukuran Partikel Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara.
Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan
bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga
menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas
permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.

Aerasi Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup
oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu
yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam
tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air
bahan(kelembapan). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang
akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan
pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.

Porositas Porositas adalah ruang di antara partikel di dalam tumpukan kompos.


Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total.
Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk
proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan
berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.

Kelembapan (Moisture content) Kelembapan memegang peranan yang sangat penting


dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay
oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik
tersebut larut di dalam air. Kelembapan 40 - 60 % adalah kisaran optimum untuk
metabolisme mikroba. Apabila kelembapan di bawah 40%, aktivitas mikroba akan
mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembapan 15%. Apabila
kelembapan lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya
aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang
menimbulkan bau tidak sedap.

56
Temperatur/suhu Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung
antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan
semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi.
Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang
berkisar antara 30 - 60oC menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang
lebih tinggi dari 60oC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba
thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh
mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.

pH Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum
untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya
berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan
perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses
pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan penurunan pH
(pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung
nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. pH kompos yang
sudah matang biasanya mendekati netral.

Kandungan Hara Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan
bisanya terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan
oleh mikroba selama proses pengomposan.

Kandungan Bahan Berbahaya Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-


bahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn,
Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam berat akan
mengalami imobilisasi selama proses pengomposan.

Lama pengomposan Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan


yang dikomposkan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa
penambahan aktivator pengomposan. Strategi yang lebih maju adalah dengan
memanfaatkan organisme yang dapat mempercepat proses pengomposan. Organisme
yang sudah banyak dimanfaatkan misalnya cacing tanah. Proses pengomposannya
disebut vermikompos dan kompos yang dihasilkan dikenal dengan sebutan
kascingOrganisme lain yang banyak dipergunakan adalah mikroba, baik bakeri,

57
aktinomicetes, maupuan kapang/cendawan. Saat ini dipasaran banyak sekali beredar
aktivator-aktivator pengomposan, misalnya :MARROS Bio-Activa,Green Phoskko(GP-
1), Promi, OrgaDec, SuperDec, ActiComp, EM4, Stardec, Starbio, BioPos, dan lain-
lain.
Promi, OrgaDec, SuperDec, dan ActiComp adalah hasil penelitian Balai
Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI) dan saat ini telah banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat. Sementara MARROS Bio-Activa dikembangkan oleh
para peneliti mikroba tanah yang tergabung dalam sebuah perusahaan swasta. Aktivator
pengomposan ini menggunakan mikroba-mikroba terpilih yang memiliki kemampuan
tinggi dalam mendegradasi limbah-limbah padat organik, yaitu: Trichoderma
pseudokoningii, Cytopaga sp, Trichoderma harzianum, Pholyota sp, Agraily sp dan FPP
(fungi pelapuk putih). Mikroba ini bekerja aktif pada suhu tinggi (termofilik). Aktivator
yang dikembangkan oleh BPBPi tidak memerlukan tambahan bahan-bahan lain dan
tanpa pengadukan secara berkala. Namun, kompos perlu ditutup/sungkup untuk
mempertahankan suhu dan kelembapan agar proses pengomposan berjalan optimal dan
cepat. Pengomposan dapat dipercepat hingga 2 minggu untuk bahan-bahan lunak/mudah
dikomposakan hingga 2 bulan untuk bahan-bahan keras/sulit dikomposkan.

Tabel 6.3. Kondisi yang optimal untuk mempercepat proses pengomposan (Ryak, 1992)

Kondisi Konsisi yang bisa diterima Ideal


Rasio C/N 20:1 s/d 40:1 25-35:1
Kelembapan 40 – 65 % 45 – 62 % berat
Konsentrasi oksigen tersedia > 5% > 10%
Ukuran partikel 1 inchi bervariasi
Bulk Density 1000 lbs/cu yd 1000 lbs/cu yd
pH 5.5 – 9.0 6.5 – 8.0
Suhu 43 – 66oC 54 -60oC

3.    PUPUK KANDANG

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Hewan yang
kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang adalah hewan yang bisa dipelihara
oleh masyarakat, seperti kotoran kambing, sapi, domba, dan ayam. Selain berbentuk
padat, pupuk kandang juga bisa berupa cair yang berasal dari air kencing (urine) hewan.
Pupuk kandang mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk kandang padat

58
(makro) banyak mengandung unsur fosfor, nitrogen, dan kalium. Unsur hara mikro
yang terkandung dalam pupuk kandang di antaranya kalsium, magnesium, belerang,
natrium, besi, tembaga, dan molibdenum. Kandungan nitrogen dalam urine hewan
ternak tiga kali lebih besar dibandingkan dengan kandungan nitrogen dalam kotoran
padat. Pupuk kandang terdiri dari dua bagian, yaitu:

1. Pupuk dingin adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan
secara perlahan oleh mikroorganime sehingga tidak menimbulkan panas,
contohnya pupuk yang berasal dari kotoran sapi, kerbau, dan babi.
2. Pupuk panas adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan
mikroorganisme secara cepat sehingga menimbulkan panas, contohnya pupuk
yang berasal dari kotoran kambing, kuda, dan ayam. Pupuk kandang bermanfaat
untuk menyediakan unsur hara makro dan mikro dan mempunyai daya ikat ion
yang tinggi sehingga akan mengefektifkan bahan – bahan anorganik di dalam
tanah, termasuk pupuk anorganik. Selain itu, pupuk kandang bisa memperbaiki
struktur tanah, sehingga pertumbuhan tanaman bia optomal. Pupuk kandang
yang telah siap diaplikasikan memiliki ciri dingin, remah, wujud aslinya tidak
tampak, dan baunya telah berkuran. Kandungan hara pada pupuk kandang sangat
dipengaruhi oleh : jenis hewan, jenis kelamin hewan, jenis hamparan, makan
yang dikonsumsi dan tempat penyimpanan.

4. PUPUK ORGANIK CAIR (POC)


Pupuk organik bukan hanya berbentuk padat dapat berbentuk cair seperti pupuk
anorganik. Pupuk cair sepertinya lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena unsur-
unsur di dalamnya sudah terurai dan tidak dalam jumlah yang terlalu banyak sehingga
manfaatnya lebih cepat terasa. Bahan baku pupuk cair dapat berasal dari pupuk padat
dengan perlakuan perendaman. Setelah beberapa minggu dan melalui beberapa
perlakuan, air rendaman sudah dapat digunakan sebagai pupuk cair.
Bahan baku POC banyak misalnya : gamal, limbah pertanian, sisa buah, sisa sayuran
dan bisa juga sisa dari pemotongan hewan (rumen sapi).
Pupuk organik bukan hanya berbentuk padat dapat berbentuk cair seperti pupuk
anorganik. Pupuk cair sepertinya lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena unsur-
unsur di dalamnya sudah terurai dan tidak dalam jumlah yang terlalu banyak sehingga

59
manfaatnya lebih cepat terasa. Bahan baku pupuk cair dapat berasal dari pupuk padat
dengan perlakuan perendaman. Setelah beberapa minggu dan melalui beberapa
perlakuan, air rendaman sudah dapat digunakan sebagai pupuk cair.

C. Kelebihan / kekurangan pupuk Organik

Kekurangan pupuk organik :

1. Kandungan unsur hara jumlahnya kecil, sehingga jumlah pupuk yang diberikan
harus relatif banyak bila dibandingkan dengan pupuk anorganik.
2. Karena jumlahnya banyak, menyebabkan memerlukan tambahan biaya
operasional untuk pengangkutan dan implementasinya.
3. Dalam jangka pendek, apalagi untuk tanah-tanah yang sudah miskin unsur hara,
pemberian pupuk organik yang membutuhkan jumlah besar sehingga menjadi
beban biaya bagi petani. Sementara itu reaksi atau respon tanaman terhadap
pemberian pupuk organik tidak se-spektakuler pemberian pupuk buatan.

Keunggulan pupuk organik :

1. Pupuk organik mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur hara makro
maupun unsur hara mikro. Kondisi ini tidak dimiliki oleh pupuk buatan
(anorganik).
2. Pupuk organik mengandung asam – asam organik, antara lain asam humic, asam
fulfic, hormon dan enzym yang tidak terdapat dalam pupuk buatan yang sangat
berguna baik bagi tanaman maupun lingkungan dan mikroorganisme.
3. Pupuk organik mengandung makro dan mikro organisme tanah yang mempunyai
pengaruh yang sangat baik terhadap perbaikan sifat fisik tanah dan terutama sifat
biologis tanah.
4. Memperbaiki dan menjaga struktur tanah.
5. Menjadi penyangga pH tanah.
6. Menjadi penyangga unsur hara anorganik yang diberikan.
7. Membantu menjaga kelembaban tanah
8. Aman dipakai dalam jumlah besar dan berlebih sekalipun.
9. Tidak merusak lingkungan.

60
61

Anda mungkin juga menyukai