Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH DASAR BUDIDAYA TANAMAN

MULSA , SHADING NET, DAN GREEN HOUSE

Disusun Oleh :

Kelompok 2

1. Ravi
2. Binti Nurmamudah 155040201111045
3. Julaikha Nur Sita 155040201111067
4. Putut Satrio P. 1550402021111081
5. Aluna Uthilma S 155040201111083
6. Fridia Arintya A 155040201111100
7. Mentari Ghatika Putri 155040201111110
8. Akhmad Prasetyo B. 155040201111121

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Cahaya merupakan salah satu faktor pentinng dalam berlangsungnya proses
fotosintesis yang mana proses fotosintesis adalah proses yang menjadi kunci
berlangsungnya proses metabolisme pada tanaman. Setiap tanaman atau jenis pohon
memiliki toleransi yang berlainan terhadap cahaya matahari. Ada tanaman yang dapat
tumbuh baik dibawah sinar matahari langsung adapula yang dapat tumbuh dengan baik
apabila ternaungi. Saat usia tanaman muda memerlukan cahaya dengan intensitas
rendah dan perlahan memerlukan cahaya dengan intensitas tinggi.
Banyak tanaman memerlukan naungan pada awal pertumbuhannya dan seiring
bertambahnya umur tanaman naungan dikurangi secara perlahan. Beberapa jenis
tanaman berbeda mungkin tidak memerlukan naungan mulai awal pertumbuhannya.
Pengaturan naungan sangat penting terhadap kualitas semai-semai yang dihasilkan.
Tak hanya tanaman, naungan dibutuhkan pula untuk menutup permukaan tanah
yang bermanfaat untuk menjaga kelembaban tanah, mengatur suhu tanah, menekan
pertumbuhan gulma, membantu pengendalian hama dan penyakit serta untuk menjaga
mutu atau kebersihan produk tanam.
Terdapat beberapa naungan sebagai contoh untuk menaungi tanaman antara lain
jaringan penaung(shading net) atau biasa disebut juga paranet yang merupakan naungan
buatan untuk tanaman. Adapula rumah kaca(green house) yang merupakan bangunan
berfungsi untuk budidaya tanaman di bawah kondisi yang terkendali. Naungan untuk
menaungi tanah sebagai contoh adalah mulsa sebagai penutup tanah yang berfungsi
untuk menjaga kelembaban tanah, mengatur suhu tanah, menekan pertumbuhan gulma,
membantu pengendalian hama serta menjaga mutu atau kebersihan produk tanam
1.2. Tujuan
1. Mempelajari penggunaan teknologi mulsa(mulch), jaring penaung(shading net)
dan rumah kaca(green house) dalam budidaya tanaman
2. Mampu memahami dan menerapkan penggunaan teknologi mulsa(mulch), jaring
penaung(shading net) dan rumah kaca(green house) secara benar dan berdaya
guna dalam upaya peningkatan produksi dalam budidaya tanaman.
1.3. Manfaat
Mahasiswa memahami penggunaan naungan berupa mulsa(mulch), jaring
penaung(shading net) dan rumah kaca(green house) sehingga dapat dijadikan
pengetahuan yang kedepannya dapat digunakan sebagai acuan pengetahuan dalam
perkuliahan maupun praktek lapang.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mulsa
2.1.1 Pengertian Mulsa
Mulsa merupakan suatu material penutup tanaman budidaya untuk menjaga
kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat
tanaman tersebut tumbuh dengan baik. Mulsa dapat digolongkan menjadi dua
berdasarkan materialnya yaitu mulsa organik dan mulsa anorganik.
2.1.2 Macam-macam Mulsa

Mulsa dibedakan menjadi dua macam dilihat dari bahan asalnya, yaitu mulsa
organik dan anorganik. Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai
seperti sisa-sisa tanaman seperti jerami dan alang-alang. Mulsa organik diberikan setelah
tanaman /bibit ditanam. Keuntungan mulsa organik adalah dan lebih ekonomis (murah),
mudah didapatkan, dan dapat terurai sehingga menambah kandungan bahan organik
dalam tanah. Contoh mulsa organik adalah alang-alang/ jerami, ataupun cacahan batang
dan daun dari tanaman jenis rumput-rumputan lainnya.

Mulsa anorganik terbuat dari bahan-bahan sintetis yang sukar/tidak dapat terurai.
Contoh mulsa anorganik adalah mulsa plastik, mulsa plastik hitam perak atau karung.
Mulsa anorganik dipasang sebelum tanaman/bibit ditanam, lalu dilubangi sesuai dengan
jarak tanam. Mulsa anorganik ini harganya mahal, terutama mulsa plastik hitam perak
yang banyak digunakan dalam budidaya cabai atau melon.

1. Mulsa Organik

Mulsa ini terdiri dari bahan organik sisa tanaman (jerami padi, batang jagung,
kulit kayu, dan rumput), pangkasan dari tanaman pagar, daun-daun dan ranting
tanaman. Bahan tersebut disebarkan secara merata di atas permukaan tanah setebal
2-5 cm sehingga permukaan tanah tertutup sempurna.

Mulsa sisa tanaman dapat memperbaiki kesuburan, struktur, dan cadangan air tanah.
Mulsa juga menghalangi pertumbuhan gulma, dan menyangga (buffer) suhu tanah agar
tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Selain itu, sisa tanaman dapatmenarik
binatang tanah (seperti cacing), karena kelembaban tanah yang tinggi dan tersedianya
bahan organik sebagai makanan cacing. Adanya cacing dan bahan organik akan
membantu memperbaiki struktur tanah.

Mulsa sisa tanaman akan melapuk dan membusuk. Karena itu perlu
menambahkan mulsa setiap tahun atau musim, tergantung kecepatan
pembusukan.Sisa tanaman dari rumput-rumputan, seperti jerami padi, lebih lama
melapuk dibandingkan bahan organik dari tanaman leguminose seperti
benguk,Arachis, dan sebagainya.

2. Mulsa Anorganik
Mulsa ini dipasang sebelum tanaman/bibit ditanam, lalu dilubangi sesuai dengan
jarak tanam. Jenis mulsa plastik umumnya dibedakan berdasarkan warna dan intesitas
cahaya yang dapat diteruskan, beberapa warna antara lain:
1. Mulsa plastik bening
2. Mulsa plastik putih
3. Mulsa plastik perak
4. Mulsa plastik hitam
5. Mulsa plastik merah
6. Mulsa plastik biru
7. Mulsa plastik perak perak (kedua permukaan berwarna perak)
2.1.3 Cara Pemasangan Mulsa

Pemasangan mulsa anorganik pada tanaman holtikultura contohnya pada tanaman


cabai yaitu sebagai berikut :
Lahan yang akan ditutup dengan mulsa terlebih dahulu harus Diolah dengan
pengolahan primer dan sekunder. Setelah itu buatlah guludan dengan panjang maksimal
12 meter, hal ini dilakukan agar memudahkan dalam hal pemeliharaan dan pengontrolan.
dan lebar umumnya yaitu 110 cm.tinggi 50 – 80 cm. Langkah selanjutnya dipupuk dengan
pupuk buatan secara total sekaligus. Perhitungan dosis dan jenis pupuk untuk setiap
bedengan dapat diambil contoh sebagai berikut : misalnya, panjangan bedengan 12 meter,
jarak tanam 60 cm x 70 cm akan berisi 40 tanaman. Jadi, pupuk yang diperlukan sejumlah
kurang lebih 4 kg yang terdiri dari perbandingan 3 ZA : 1 Urea : 2 TSP : 1,5 KCl dengan
catatan tiap 100 kg pupuk campuran tadi ditambahkan 1 kg Borate dan 1,5
Furadan.Campuran pupuk buatan ini disebar merata sambil diaduk dan dibalikkan dengan
tanah.Kemudian, bedengan diratakan kembali sambil dirapikan dan setelah itu disiram air
secukupnya agar pupuk dapat larut ke lapisan tanah.
Pemasangan mulsa sebaiknya memperhatikan cuaca, yakni pada saat terik
matahari antara pukul 2 siang hingga pukul 4 sore, agar plastik tersebut memanjang
(memuai) dan menutup tanah serapat mungkin. Pemasangan mulsa ini minimal dilakukan
oleh dua orang. Caranya adalah kedua ujung mulsa ditarik ke setiap ujung bedengan arah
memanjang. Kemudian, mulsa dikuatkan dengan pasak bilah bamboo berbentuk huruf U
yang ditancapkan di setiap sisi bedengan. Berikutnya, lembar mulsa ditarik pula ke bagian
sisi kiri kanan(lebar) bedengan hingga nampak rata menutup permukaan bedengan. Mulsa
yang telah terpasang dan menutup permukaan bedengan dikuatkan dengan pasak bilah
bambu pada setiap jarak 40 cm – 50 cm. Bedengan yang telah ditutup mulsa ini dibiarkan
kurang lebih 5 hari agar pupuk buatan larut dalam tanah dan tidak membahayakan (toksis)
bibit cabai yang ditanam.
2.1.4 Keuntungan dan Kelemahan Mulsa
 Keuntungan
1. Melindungi permukaan tanah dari pukulan langsung butir-butir air hujan serta
mengurangi aliran permukaan, erosi dan kehilangan tanah.
2. Kalau pada MPHP sendiri warna peraknya dapat memantulkan sinar matahari
sehingga dapat menekan pertumbuhan hama pada bagian bawah daun sperti
Trips sp dan Aphid.
3. Mulsa yang berupa sisa-sisa tanaman menjadi sumber bahan organik tanah
4. Meningkatkan aktivitas jasad renik (mikroorganisme tanah), sehingga
memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah
5. Membantu menjaga suhu tanah serta mengurangi penguapan sehingga
mempertahankan kelembaban tanah sehingga pemanfaatan kelembaban tanah
menjadi lebih efisien.
6. Tergolong teknik konservasi tanah yang memerlukan jumlah tenaga kerja /
biaya rendah.
 Kelemahan
1. Mulsa organik Tidak dapat digunakan dalam keadaan iklim yang terlampau
basah.
2. Mulsa sukar ditebarkan secara merata pada lahan-lahan yang sangat miring.
2.2 Shading Net

2.2.1 Pengertian Shading Net

Shading net adalah jaring yang berfungsi untuk menaungi tanaman tertentu atau
tanaman muda / bibit dari teriknya sinar cahaya matahari dan curah hujan, Fungsi lainnya
bagi tanaman adalah sebagai penahan angin dan penangkal hama pengganggu tanaman
Di daerah tropis (termasuk Indonesia) lebih ditekankan sebagai pelindung
terhadap OPT, terpaan air hujan dan angin secara langsung. Jaring penaung lazim
berwarna hitam dengan berbagi ukuran pengurangan intensitas radiasi matahari, yakni
25%, 50%, dan 75%. Shading net akan mengurangi intensitas radiasi matahari sesuai
dengan kerapatan rajut. Shading net terbuat dari bahan Polyethylene dengan berbagai
warna antara lain warna hitam untuk mengurangi intensitas radiasi matahari pada tanaman
ornamental seperti Anggrek, sedangkan shading net yang berwarna biru atau putih
banyakdigunakan pada tanaman Tembakau Bawah Naungan, cabai dan bawang merah.

2.2.2 Fungsi Shading net


1. Untuk mengurangi intensitas sinar matahari yang masuk ke dalam
bedeng
2. Untuk melindungi bibit tanaman / tanaman terhadap sinar matahari
secara penuh yang dapat membakar atau menurunkan vigouritas bibit
tanaman / tanaman
3. Digunakan pada aklimatisasi tanaman

2.2.3 Keuntungan Shading Net

1. Fluktuasi suhu udara tanaman rendah


2. Kisaran suhu daun dan tanah terjaga
3. Kelembaban terjaga
4. Dapat mengurangi dampak buruk/kerusakan akibat benturan fisik butiran air hujan
2.3 Green House

2.3.1 Pengertian Greenhouse (Rumah Kaca)

Rumah Kaca (atau rumah hijau) adalah sebuah bangunan dimana tanaman
dibudidayakan. Sebuah rumah kaca terbuat dari gelas atau plastik. Dia menjadi panas karena
radiasi elektromagnetik yang datang dari matahari, memanaskan tumbuhan, tanah, dan
barang lainnya di dalam bangunan ini.

Kaca yang digunakan untuk rumah kerja bekerja sebagai medium transmisi yang
dapat memilih frekuensi spektral yang berbeda-beda, dan efeknya adalah untuk menangkap
energi di dalam rumah kaca, yang memanaskan tumbuhan dan tanah di dalamnya yang juga
memanaskan udara dekat tanah dan udara ini dicegah naik ke atas dan mengalir keluar.

Oleh karena itu rumah kaca bekerja dengan menangkap radiasi elektromagnetik dan
mencegah konveksi. Lihat rumah kaca surya (teknikal) untuk diskusi teknikal bagaimana
rumah kaca surya bekerja. Merupakan sistem pengembangan tanaman pangan/hortikultura di
dalam bangunan dengan menggunakan sistem aeroponik dan hidroponik serta penggunaan
teknologi lainnya.

2.3.2 Macam Greenhouse

a. Green house bambu

Green house jenis ini umumnya dipakai sebagai green house produksi. Green house
ini secara umum adalah jenis green house yang paling murah biaya pembuatannya dan
banyak dipakai oleh kalangan petani kita sebagai sarana produksi.

Namun kelemahan dari green house ini adalah umurnya yang relatif pendek dan
bahan materialnya dapat menjadi media timbulnya hama. Karena kekuatan struktur dan juga
masalah biaya, maka green house bambu atapnya terbatas menggunakan plastik UV.
b. Green House Kayu

Lebih baik dari green house bambu adalah gren house dengan material kayu, terutama jenis
kayu yang tahan air, seperti ulin dan bengkirai. Dibanding green house bambu umur pakai
green house kayu biasanya lebih panjang dan kondisi sanitasi lingkungan lebih baik.
Beberapa jenis green house kayu, bagian dinding bawah dibuat dari pasangan bata yang
diplester. Jenis green house ini bahan atapnya sudah lebih bervariasi bisa plastik,
polykarbonat, PVC ataupun kaca.

c. Green House besi

Dengan struktur yang kuat, maka berbagai jenis tambahan peralatan / optional dapat
dipasangkan pada jenis green house besi, sehingga penggunaan green house dapat dilakukan
secaraoptimal.
2.3.3 Fungsi dan Manfaat Green House

Banyak manfaat & kegunaan dari greenhouse, antara lain:


1. Sebagai sarana pembibitan tanaman
2. Tempat karantina tanaman
Tanaman yang sedang sakit, terkena hama atau ketika dalam proses tranplantasi (pemindahan
tanaman) perlu dirawat dan dipelihara secara intensif atau di karantina. Hal ini dapat
dilakukan di dalam green house untuk mendapatkan perawatan khusus dan mengindari
kontaminasi terhadap tanaman lain.
3. Sebagai wahana budidaya tanaman tertentu
Jenis tanaman tertentu menghendaki pemeliharaan khusus karena tanaman tersebut hanya
dapat hidup dan berproduksi pada kondisi khusus. Misalnya beberapa jenis holtikultura
(buah, sayur dan bunga), tanaman herbal dan tanaman hias. Dengan adanya green house
kondisi lingkungan dapat di manipulasi sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut sehingga
produksi dapat berjalan dengan baik, meminimalisir kegagalan produksi dan meningkatkan
produktifitas.
4. Sebagai sarana Agro Wisata
Green house banyak di jadikan sebagai sarana agro wisata di perkotaan yang memadukan
keindahan taman dan fauna seperti angsa, burung dan lainya. Kenyamanan pengunjung dapat
di ciptakan dan binatang dapat terjaga dengan baik.
5.Sebagai Agromart/Agroshop
Penjualan tanaman seperti tanaman hias tidak mungkin dilakukan didalam gedung yang
tertutup yang tidak ada cahaya matahari. Dengan adanya green house dapat diciptakan
kondisi yang nyaman bagi para pengunjung dan pemeliharaan tanamanpun lebih mudah
dilakukan.

2.3.4 Tipe Green House

Type green house dibedakan berdasarkan bentuk bangunan atau desainnya. Bentuk
atau desain ini selain berpengaruh pada kekuatan struktur juga sangat berpengaruh pada
kondisi mikroklimat di dalam green house.
Secara umum desain green house uintuk daerah tropis berbeda dengan desain di
daerah empat musim maupun sub tropis. Kecuali desain green house yang memang dibuat
khusus seperti untuk penanaman planlet, induksi akar atau pembuatan stek.
Desain green house daerah tropis ditandai dengan banyaknya bukaan ventilasi.
Karena problem utama dari green house di wilayah tropis adalah suhu udara yang terlalu
tinggi akibat radiasi sinar infra merah.
Sebaliknya pada daerah sub tropis maupun daerah empat musim desain green house
lebih tertutup. Bukaan yang minimal ini dibuituhkan karena pada saat musim dingin udara
hangat akibar radiasi infra merah dipertahankan tidak keluar.
Jadi desain sebuah green house sangat penting untuk pertumbuhan tanaman.
Bagaimana sebuah green house dapat memberikan lingkungan yang kondusif bagi
pertumbuhan tanaman terletak pada desainnya.
Pada dasarnya green house dapat dibagi ke dalam 3 type, yaitu :
1. Type Tunnel
Tipe ini dari depan tampak seperti lorong setengah lingkaran. Kelebihannya adalah
memiliki struktur sangat kuat. Atapnya yang berbentuk melengkung kebawah merupakan
bentuk yang sangat ideal dalam menghadapi terpaan angin. Sementara struktur busur dengan
kedua kaki terpendam ketanah memegang bangunan lebih kuat.

Kelemahan dari tipe ini adalah minimnya system ventilasi. Jika digunakan pada
daerah tropis dibutuhkan alat tambahan berupa exhaust fan atau cooling system untuk
mengalirkan dan menurunkan suhu udara di dalam green house.
2.Tipe Piggy back
Green house tipe ini banyak digunakan di daerah tropis, dapat dikatakan tipe ini
adalah tropical green house. Keunggulan tipe ini pada ventilasi udara yang sangat baik.
Banyak memiliki struktur bukaan, sehingga memberikan lingkungan mikroklimat yang
kondusif bagi pertrumbuhan tanaman.
3. Tipe Campuran ( Single span dan Multispan )
Desain tipe ini boleh dikatakan adalah campuran antara tipe tunnel dengan tipe piggy
back. Dari desainnya terlihat tampak, bahwa tipe ini seakan – akan paduan (hybrid) antara
tipe tunnel dengan tipe piggy back. Karena itu, maka tipe green house ini memeliki kelebihan
dari tipe tunnel dan tipe piggy back, yaitu strukturnya kuat tetapi tetap memiliki ventilasi
yang maksimal.

Kelebihan lain dari tipe ini adalah beberapa unit green house (Single Span) dapat
disatukan menjadi satu blok green house besar (Multispan) dimana hal ini sulit dilakukan
pada green house tipe tunnel.
Dibandingkan tipe piggy back, selain struktur lebih kuat biaya pembuatan tipe
campuran ini lebih hemat. Sehingga pada bidang kegiatan yang membutuhkan green house
luas, maka type multispan adalah type yang paling sesuai.

2.3.5 Syarat Lokasi


1.Luas Areal
Luas lahan hendaknya cukup besar untuk mengantisipasi perkembangan usaha dimasa
yang akan datang. Untuk usaha komersial faktor ini sangat penting. Disamping itu perlu
diperhitungkan juga lahan untuk bangunan penunjang usaha seperti jalan, gudang dan lain-
lain.
2.Topografi

Lokasi pembangun rumah plastik harus sedatar mungkin untuk menekan biaya,
karena jika dibangun pada lokasi yang miring maka diperlukan biaya tambahan untuk
pembuatan rumah plastik bertingkat. Lokasi yang datar juga memudahkan dalam otomasisasi
pada rangkai rumah plastik yang besar sekalipun. Lahan tersebut juga harus mempunyai sifat
drainase yang baik.

3.Iklim
Iklim lokasi yang dipilih diperhitungkan berdasarkan kebutuhan tanaman yang akan
diusahakan. Area yang seringkali berkabut atau bercuaca buruk umumnya kurang baik bagi
kebanyakann tanaman. Tanamam yang menyukai intensitas cahaya yang tinggi akan lebih
baik diusahakan di lokasi yang ketinggiannya cukup tinggi dengan intensitas cahaya yang
baik. Adanya bukit atau barisan pepohonan yang berlaku sebagai penghalang, penting untuk
area-area yang anginnya cukup kencang.
3.Ketersediaan air
Air adalah salah satu faktor utama yang sangat dibutuhkan tanamam. Karena itu
dalam menentukan lokasi rumah plastik, ketersediaan air di lokasi yang dipilih baik kualitas
maupun kuantitasnya harus cukup tersedia. Kontinuitas suplai air harus bisa mencukupi untuk
jangka waktu yang panjang. Begitupun kualitas air yang tersedia harus diperiksa untuk
menentukan kandungaan mineral dan mendekteksi unsur-unsur yang kurang baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Mengetahui kandungan mineral cukup penting
terutama untuk daerah-daerah dekat pantai dan muara sungai, biasanya mengandung ion
sodium dan klorida yang kurang baik bagi tanaman.
4.Arah/orientasi
Arah/orientasi akan mempengaruhi penerimaan/transmisi cahaya. Transmisi cahaya
dapat terhalangi oleh kerangka rumah plastik dan juga ditentukan oleh musim akibat
perubahan sudut penyinaran matahari, terutama untuk daerah- daerah yang berada pada
lintang tinggi.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai