Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR AGRONOMI

ACARA VI PERBANYAKAN VEGETATIF DENGAN MEETODE


GRAFTING

Disusun Oleh

Nama : SANDI

NIM : 2011911043

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI

UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

TAHUN AJARAN 2019/2020


I. TUJUAN
1. Mempelajari teknik grafting
2. Mengetahui teknik grafting (tempel/okulasi)
3. Mempelajari bagaimaa teknik menciptakan tanaman baru yang memiliki sifat unggul
dari kedua induknya

II. TINJAUAN PUSTAKA

Perbanyakan vegetatif ialah perbanyakan dengan mengunakan bagian vegetatif tanaman


seperti batang, akar, dan daun. Perbanyakan vegetatif ini bisa dilakukan secara buatan atau
alamiah, konvensional ataupun molekuler.
Beberapa alasan dilakukannya perbanyakan secara vegetatif adalah (1) tanaman sukar
atau tidak mampu menghasilkan biji, (2) tanaman menghasilkan biji tetapi sukar berkecambah,
(3) Bahan tanam biji akan menghasilkan keturunan yang kemungkinan besar berbeda dengan
induknya, (4) dapat diperoleh tanaman dalam jumlah banyak dan lebih cepat menghasilkan.
Grafting adalah penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan baik secara sambung
maupun tempelan, sedemikian rupa sehingga merupakan suatau kesatuan yang utuh dan tumbuh
sebagai satu kesatuan tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan
atau tautannya.
Bagian atas dari tanaman baru atau yang akan di templekan dinamakan scion atau entries,
bagian bawahnya disebut stoke atau understam. Apabila scionian merupakan bagian kecil dan
mengandung satu mata tunas, maka grafting ini disebut budding(menempel/okulasi) jika scion
banyak mengandung tunas maka disebut enting (menyambung).
Cara enting dan budding akan menghasilkan

III. BAHAN DAN ALAT

III.1. BAHAN
1.Batang ubi kayu20 potong
2.Pasir
III.2. ALAT
1.Polibag 10 cm 20 buah
2. Pisau
3. Gunting tanaman
4. Gembor 13
IV. CARA KERJA

Sediakan Polibek diisi pasir secukupnya

Potonglah batang/cabang bahan stek dengan


ukuran10 cm.

Bentuk tumpul Bentuk runcing

Tanamlah stek ke dalam polibag yang diisi


pasir sebanyak 5 stek

Pelihara media penyetekan dan jaga


kelembapannya dengan menyiram setiap hari
V. PENGAMATAN

3.1 Hasil Pengamatan

Table 1. Rata-rata jumlah stek yang hidup

Hari Rata-rata jumlah stek yang


pengamata hidup
n
Runcing Tumpul
10-15 cm 10-15 cm

5 HST 3 5

10 HST 5 5

15 HST 5 5

20 HST 5 5

25 HST 5 5

Table 2. Rata-rata jumlah tunas yang hidup

Hari Rata-rata jumlah tunas yang hidup


pengamata
Runcing Tumpul
n
10-15 cm 10-15 cm
5 HST 0 0,4

10 HST 1,6 1,2

15 HST 1,8 2,2

20 HST 2,6 2,2

25 HST 2,6 2,2


Table 3. Rata-rata jumlah daun
Hasil Rata-rata jumlah daun
pengamata
Runcing Tumpul
n
10-15 cm 10-15 cm
5 HST 0,8 3,4

10 HST 4,2 5,6

15 HST 8,4 7,2

20 HST 10,6 9,4


25 HST 13,8 11,8

Tabel 4 jumlah akar

Parameter Rata-rata jumlah stek yang hidup


sempel
Runcing Tumpul
10-15 cm 10-15 cm
Jumlah 1 11 20
akar
2 11 14
3 10 15
4 9 15
5 14 10

Tabel 5 panjang akar

Parameter Rata-rata jumlah stek yang hidup


sampel
Runcing Tumpul
10-15 cm 10-15 cm
Panjan 1 11 cm 8,6 cm
g akar
2 11,2 cm 7,2 cm
3 12,6 cm 9,8 cm
4 5,4cm 9 cm

5 7,6 cm 5,3 cm
3.2 Grafik

JUMLAH STEK YANG HIDUP


5
4.5
4
3.5
RUNCING
3
TUMPUL
2.5
2
1.5
1
0.5
0
5 HST 10 HST 15 HST 20 HST 25 HST

Chart Title
meruncing tumpul

0 0 0 0 0
5 hst 10hst 15hst 20hst 25hst

3.3. Pembahasan

Perbanyakan tanaman secara vegetatif menghasilkan keuntungan lebih banyak daripada


perbanyakan secara generatif. Tanaman hasil pembiakan vegetatif akan membawa sifat-sifat baik
dari induknya dan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan bunga dan buah lebih cepat
daripada dengan perbanyakan generatif. Selain itu, tanaman dapat dikembangabiakan tanpa
menunggu berbuah terlebih dahulu dan tanaman dapat dikembangbiakan dan dilestarikan
meskipun tanaman tidak berbiji atau berbuah.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, rata-rata jumlah stek yang hidup
menggunakan potongan tunas runcing dan tunas tumpul yang dilakukan selama 25 hari
menunjukkan bahwa rata-rata jumlah stek yang hidup sama yaitu memiliki ketinggian 5 cm.
Jumlah tunas terbanyak dicapai pada perlakuan stek tunas runcing dengan pembuktian pada
pengamatan 20-25 HST merupakan pertumbuhan yang terbaik dengan ketinggian 3,2 cm.
Sedangkan pada perlakuan tunas tumpul pertumbuhan terbaiknya memiliki ketinggian 2,2 cm
pada pengamatan 10-25 HST. Pada perlakuan tunas runciung memiliki jumlah daun yang lebih
banyak daripada perlakuan tunas tumpul, jumlah daun pada perlakuan meruncing memiliki
pertumbuhan terbaik dengan rata-rata jumlah daun 12,8 pada pengamatan 25 HST, dan perlakuan
tumpul memiliki pertumbuhan terbaikddngan rata-rata jumlah daun pada pengamatan 25 HST.

Berdasarkan tabel di atas, pada tunas runcing bagian 4 memiliki jumlah akar yg
terbanyak yaitu 16 menggunakan media pasir, dan tunas tumpul memiliki jumlah akar terbanyak
yaitu 15 pada bagian 3. Dapat disimpulkan bahwa tunas runcing memiliki junlah akar terbanyak.
Sama halnya dengan panjang akar, tunas runcing merupakan akar terpanjang dengan panjang
rata-rata 13,2 cm, sedangkan pada tunas tumpul memiliki panjang akar 9,8 cm. Panjang rata-rata
akar tertinggi dicapai pada tunas runcing yaitu 13,2 cm. Perlakuan terbaik pada tanaman
singkong terdapat pada perlakuan stek menggunkan tunas runcing.

Hidayat (2010) menjelaskan bagian pangkal batang menghasilkan jumlah akar lebih
banyak dibandingkan dengan bagian tengah dan ujung. Hal ini dapat dikaitkan denghan luas
permukaan yang menyebabkan terjadinya perbedaan jumlah perakaran. Batang bagian pangkal
yang lebih besar dibanding bagian tengah dan ujung memiliki diameter yang lebih besar pula.
Penggunaan sudut, seperti membuat tunas runcing maupun tunas tumpul pada praktikum ini
membuat berbedaan banyak akar yang akan diperoleh karena pada dasarnya tanaman dengan
luas bagian permukaan yang akan ditanam semakin luas maka akan menghasilkan akar yang
yang lebih banyak sehingga akan mendukung tanaman. Tanaman akan tumbuh baik apabila
terdapat akar yang banyak dan kokoh. Diameter yang lebih besar membuat luas permukaan
menjadi besar pula. Luas permukaan yang telah menjadi besar akan membuat jumlah akar yang
terdapat pada luas permukaan yang besar menjadi banyak. Jumlah akar akan menentukan jumlah
hara yang terserap oleh tanaman begitu pula tanaman hasil stek. Sudah kita tahu semua akar
merupakan media atau alat untuk tanaman mengambil hara dalam tanah, jika semakin banyak
akar yang dihasilkan oleh tanaman yang distek, maka akan semakin besar keberhasilan tanaman
stek tersebut untuk tumbuh.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan

Stek (cutting atau stuk) atau potongan adalah menumbuhkan bagian atau potongan
tanaman, sehingga menjadi tanaman baru. Teknik perbanyakan dari pembiakan vegetatif dengan
cara stek bermacam-macam yaitu menggunakan bagian tanaman seperti batang, cabang, daun,
umbi, dan akar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyetakan adalah faktor dalam yaitu


tanaman, faktor luar yaitu lingkungan dan pelaksanaannya.Jumlah buku pada stek juga turut
memengaruhi keberhasilan dalam penyetekan. Hal ini diduga berhubungan dengan jumlah
karbonhidrat atau cadangan makanan yang tersimpan pada stek tersebut. Ini pun juga disebut
sebagai panjang bahan tanam atau batang ubi kayu.

Bentuk pemotongan bahan stek akan mempengaruhi keberhasilan penyetekan ada yang
tumpul dan meruncing, karena hal ini berhubungan dengan luas permukaan daerah penyerapan
air, kecepatan penyerapan, dan jumlah air yang diserap.

4.2 Saran

Sebaiknya praktikan hati-hati dalam memotong bahan tanam janag sampai pecah kulitnya
karena ini juga mempengaruhi jumlah akar yang akan muncul, untuk menghindari hal tersebut
disarankan praktikan menggunakan parang atau alat pemotong yang tajam.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai