Anda di halaman 1dari 13

BUDIDAYA TANAMAN BAWANG MERAH

Oleh

Nama : IBRAHIM

Dosen pengampuh : RAHMAWATI S.P.,M.P.

Asisten dosen : GUNA DARMAN

FAKULTAS ILMU ILMU PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG
TAHUN 2019

ABSTRAK
Bawang merah atau Brambang (Allium ascalonicum L.) adalah nama tanaman dari

familia Alliaceae dan nama dari umbi yang dihasilkan. Umbi dari tanaman bawang

merah merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan Indonesia. Bawang

merah adalah tanaman semusim dan memiliki umbi yang berlapis. Tanaman

mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga. Umbi terbentuk

dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan

fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merah terbentuk dari

lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu. Bawang merah dapat tumbuh baik

didataran rendah maupunDataran tinggi (0-900 mdpl) dengan curah hujan 300 - 2500

mm/th dan suhunya 25Derajat celcius - 32 derajat celcius. Jenis tanah yang baik yaitu

tanah yang subur, gembur, dan kaya organik. Usahakan pH tanah sekitar 5,5-6,5

dengan drainase yang baik. Untuk budidaya Bawang merah, pengolahan tanah

dilakukan pada saat tidak hujan 2 - 4 minggu sebelumTanam, untuk menggemburkan

tanah dan memberik sirkulasi udara dalam tanah. Tanah dicangkul sedalam 40 cm.

Budidaya dilakukan pada bedengan yang telah disiapkanDengan lebar 100-200 cm,

dan panjang sesuai kebutuhan. Jarak antara bedengan 20-40 cm. Penanaman

dilakukan dengan jarak tanam 20 x 30 cm. Untuk mempercepat keluarnya tunas,

sebelum ditanam bibit tersebutDipotong ujungnya hingga 1/3 bagian. Bibit ditanam

berdiri diatas bedengan sampaiPermukaan irisan tertutup oleh lapisan tanah yang

tipis. Pemeliharaan dilakukan denganPenyiraman dengan menggunakan


PENDAHULUAN

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas sayuran

hortikultura, yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta

mempunyai prospek pasar yang menarik. Selama ini budidaya bawang merah

diusahakan secara musiman (seasonal), yang pada umumnya dilakukan pada musim

kemarau (April -Oktober), sehingga mengakibatkan produksi dan harganya

berfluktuasi sepanjang tahun dan produktifitas yang dihasilkan bawang merah sedikit

(Nofiandi dan Tinton,2015).

Permasalahan bawang merah yang akhir ini terjadi adalah produktivitas

bawang merah masih rendah, yang menyebabkan harga bawang merah masih mahal

dan sulit di ekspor. Beberapa kendala yang menyebabkan rendahnya produktivitas

bawang merah diantaranya; cara budidaya yang kurang optimal, banyaknya serangan

HPT, keterbatasan lahan, penggunaan pupuk yang tidak sesuai rekomendasi (Duriat

dkk., 2006)

Samosir dikenal dengan produksi bawang merahnya yang primadona, sebagai

hasil pertanian disana. Ini dikarenakan iklim pertanian daerah ini sangat bersahabat

dan mendukung usaha tani bawang merah. Indonesia memiliki daerah sentra produksi

bawang merah seperti Kuningan, Lombok Timur,Cirebon, Brebes, Tegal,

WatesdanSamosir (Soetiarso dan Ameriana, 2009).

Sementara wilayah samosir ini berada. Pada urutan ketiga setelah Dairi dan

Simalungun .Daerah tersebut dikenal sebagai sentra produksi bawang merah di


Sumatera Utara padatahun 2013 dengan luas area penanaman dengan produktivitas

sebesar 6 -7 ton/ha.Sampai saat ini kebutuhan bawang merah daerah Samosir sendiri

belum tercukupi sehingga mereka memenuhi dari luar (Duriat dkk., 2006).

Kebutuhan masyarakat pada bawang merah meningkat seiring dengan

meningkatnya pertumbuhan penduduk. Banyaknya kegunaan bawang merah dalam

kehidupan manusia menyebabkan permintaan terhadap komoditi ini terus bertambah.

(Herawan dan Syafei, 2011).

Mengingat banyak kebutuhan bawang merah perlu adanya peningkatan

produksi bawang merah dengan cara mempertahankan intensifikasi yang telah ada

maupun ekstensifikasinya .Pengembangan produksi bawang merah ini perlu adanya

target atau sasaran dan evaluasi produksi dari tahun ketahun sebagai upaya

pemantauan peningkatan produksi komoditi tersebut (Juparman,2010).

Penambahan pupuk juga menjadi faktor penting dalam perkembangan

tanaman. Karenanya dibutuhkan konsentrasi tepat sehingga diperoleh hasil optimal,

kekurangannya pada fase vegetatif-generatif mengakibatkan penurunan produktivitas

yang diakibatkan oleh pemupukan kurang tepat sehingga dapat berakibat pada

pertumbuhan dan hasil tidak optimal. Kekurangan pupuk pada tanaman dapat

menyebabkan gangguan pertumbuhan tanaman (Novisan, 2007).

Namun ada beberapa hal yang diperhatikan dalam penambahan pupuk

diantaranya jenis tanaman, jenistanah, jenispupuk yang digunakan, dosis pupuk yang

diberikan, waktu pemupukan dan cara pemberian pupuk (Lingga dan Laksono, 2002).
Salah satu faktor utama yang dibutuhkan bawang merah dalam jumlah yang

cukup adalah pupuk, sedangkan ketersediaan hara ditanah pada umumnya

rendah.Unsur N secara langsung terlibat dalam pembentukan asam amino, enzim

asam nukleat, dan nukleoprotein. Soil amandemen / pupuk yang di tambahkan

menjadi salah satu factor penentu usaha peningkatan hasil panen. Dalam memperoleh

pertumbuha dan produksi yang optimal, bawang merah membutuhkan pupuk nitrogen

(N), fosfor (P) dankalium (K) (Novisan, 2007).

Untuk lahan yang sempit, penanaman bawang merah dapat ditanam pada

berbagai wadah, seperti polibeg, pot, ember, dan sejenisnya.Pada dasarnya menanam

bawang merah dalam wadah sama seperti cara menanam bawang merah di lahan.

Dimulai persiapan wadah, media tanam, pemeliharaan. (Laksono, 2002).


BAHAN DAN METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit bawang merah 0,5 kg dalam

2 bedengan. Dan alat yang digunakan yaitu cangkul, pisau, penggaris, gembor, dan

alat tulis menulis.

B. Metode Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan dilahan BTN Tenri Dolo Kecamatan Tempe Kabupaten

Wajo, yang berlangsung dari bulan Maret sampai April 2019.

1. Pembersihan lahan, lahan dibersihkan dari rumput dan batu yang ada dilahan

2. Pengolahan lahan, tanah diolah cukup dalam ( 20-30 cm ) sehingga struktur

tanahnya gembur dan dibuat bedengan dengan lebar 1-1,5 meter. Serta di antara

bedengan dibuat saluran air ( drainase ) dengan lebar 40 cm dan kedalaman 40-50

cm.

3. Penanaman, sebelum ditanam bagian ujung bibit bawang merah dipotong hingga

1/3 bagian. Sebelum umbi ditanam tanah disiram agar tanah menjadi lembab.

Penanaman umbi dilakukan dengan cara ditugal dengan kedalam 2-3 cm dengan

jarak tanam 20 x 30 cm. Kemudian bawang ditanam 2/3 bagian umbi pada sisi

lubang tanam.

4. Penyulaman, dilakukan pada awal pertumbuhan hingga umur 7 HST dengan cara

mengganti bibit yang mati atau busuk.

5. Penyiraman dilakukan 2-5 kali seminggu


6. Penyiangan, dilakukan pada umur tanaman 3 minggu dengan cara menyiangi

rumput-rumput dan gulma yang tumbuh di antara tanaman dengan hati-hati

jangan sampai akar bawang ikut tercabut.

7. Pengambilan sampel, dilakukan dengan cara jumlah populasi dikali 10% dapat

dirumuskan sebagai berikut :

X = Jumlah populasi x 10%


HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran 1 : 7 APRIL 2019


Bedengan 1
Tinggi Tanaman Lebar Daun Jumlah Daun Jumlah Umbi
P1 8 cm 0,3 cm 9 helai 1
P2 6 cm 0,3 cm 9 helai 1
P3 5,8 cm 0,3 cm 10 helai 1
P4 5,6 cm 0,3 cm 7 helai 1
P5 5 cm 0,3 cm 10 helai 1
Total 30,4 cm 1,5 cm 65 helai
Rata-rata 6,08 cm 0,3 cm 13 helai

Bedengan 2
Tinggi Tanaman Lebar Jumlah Daun Jumlah Umbi
Daun
P1 10,2 cm 0,3 cm 11 helai 1
P2 10,2 cm 0,3 cm 19 helai 1
P3 7,8 cm 0,3 cm 8 helai 1
P4 9,1 cm 0,3 cm 7 helai 1
P5 8 cm 0,3 cm 8 helai 1
Total 45,3 cm 1,5 cm 53 helai
Rata-rata 9,06 cm 0,3 cm 10,6 cm

8.
Pengukuran 2 : 14 APRIL 2019
Bedengan 1
Tinggi Lebar Daun Jumlah Daun Jumlah Umbi
Tanaman
P1 15,9 cm 0,4 cm 10 helai 1
P2 11 cm 0,4 cm 10 helai 1
P3 12,5 cm 0,4 cm 11 helai 1
P4 8 cm 0,4 cm 10 helai 1
P5 8,5 cm 0,4 cm 8 helai 1
Total 55,9 cm 2,0 cm 49 helai
Rata-rata 11,18 cm 0,4 cm 9,8 helai

Bedengan 2
Tinggi Tanaman Lebar Daun Jumlah Daun Jumlah Umbi
P1 15,5 cm 0,4 cm 18 helai 1
P2 12,9 cm 0,4 cm 12 helai 1
P3 11,6 cm 0,4 cm 8 helai 1
P4 17,2 cm 0,4 cm 9 helai 1
P5 12,7 cm 0,4 cm 10 helai 1
Total 69,9 cm 2,0 cm 57 helai
Rata- 13,98 cm 0,4 cm 11,4 helai
rata

Pengukuran 3 : 21 APRIL 2019


Bedengan 1
Tinggi Tanaman Lebar Daun Jumlah Daun Jumlah Umbi
P1 18,6 cm 0,4cm 16 helai 1
P2 18,9 cm 0,4 cm 16 helai 1
P3 18 cm 0,4 cm 17 helai 1
P4 16,1 cm 0,4 cm 15 helai 1
P5 14,5 cm 0,4 cm 14 helai 1
Total 86,1 cm 2,0 cm 78 helai
Rata-rata 17,22 cm 0,4 cm 15,6 helai

Bedengan 2
Tinggi Tanaman Lebar Daun Jumlah Daun Jumlah Umbi
P1 21,7 cm 0,4 cm 17 helai 1
P2 22,3 cm 0,4 cm 29 helai 1
P3 24,3 cm 0,4 cm 14 helai 1
P4 22,9 cm 0,4 cm 17 helai 1
P5 20 cm 0,4 cm 13 helai 1
Total 111,2 cm 2,0 cm 90 helai
Rata-rata 22,24 cm 0,4 cm 18 helai

Dari hasil pengkuran di atas yang dilaksanakan setiap minggu maka tampak

jelas adanya penambahan tinggi tanaman dan jumlah helai daun dan lebar daun:

Tinggi tanaman mengalami pertambahan tinggi yaitu pada pengukuran

pertama rata-rata 6,08 cm dan pengukuran kedua 11,18 cm dan pengukuran ketiga

17,22 cm dan rata-rata penambahan dari ketiga kali pengukuran yaitu 11,49 cm pada

bedengan 1. Pada bedengan kedua mengalami penambahan tinggi dari setiap minggu

yaitu pada pengukuran pertama rata-rata 9,06 cm dan pengukuran kedua 13,98 cm

dan pengukuran ketiga 22,24 cm jadi rata-rata penambahan tinggi tanaman dalam tiga

kali pengukuran yaitu 15,09 cm . Hal ini dapat terjadi dari beberapa aspek yaitu jenis

tanah, kelembaban udara, ph tanah, persediaan air, cahaya matahari, perawatan,

pemberian pupuk dan obat-obatan, serta pengendalian hama dan penyakit pada

tanaman (Ali, 2015).


Lebar daun juga mengalami penambahan lebar yaitu pada pengukuran

pertama 0,3 cm dan pada pengukuran 2 dan 3 mengalami penambahan lebar menjadi

0,4 cm. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu perawatan, penyiraman, ph

tanah dan sinar matahari.

Jumlah daun juga mengalami penambahan dari pengukuran pertama yaitu

65%, pengukuran ke dua 49%, pengukuran ke tiga 78% pada bedengan 1 jadi dari

tiga pengukuran mengalami penambahan hingga 64%. Sedangkan pada bedengan ke

2 yaitu pengukuran pertama yaitu 53%, pengukuran ke dua 57%, pengukuran ke tiga

90% jadi penambahan dari tiga kali pengukuran yaitu 67% hal ini terjadi karena

beberapa faktor yaitu perawatan, penyiraman, pH tanah dan sinar matahari.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jenis tanah, kelembaban udara, ph
tanah serta ketersediaan air pada tanaman dapat mempengaruhi pertumbuhan bawang
merah. Mulai dari tinggi tanaman, lebar daun, jumlah daun dan dari tiga kali
pengukuran mengalami penambahan tinggi tanaman mencapai 11,49 cm dan 15,09
cm dan jumlah daun mengalami penambahan 64% dan 67%.
DAFTAR PUSTAKA

Nofiandidan Tinton. 2015. Persebaran, Produksidan Konsumsi Bawang Merah. Pusat

Penelitiandan Pengembangan Hortikultura Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian. Jakarta.

Duriat, Darman dan Nia.2006. Jajanan Favorit Khas Indonesia.PT Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.
Soetiarso dan Ameriana. 2009. BawangMerah. Strafa Ultima Press. Bandung

Herawan dan Syafei. 2011. Bawang Merah (Allium ascalonicum L.).PT Primamedia

Pustaka.Jakarta

Juparman.2010. Bawang Merah dan Khasiatnya. Gaya Favorit Press. Jakarta.

Novisan. 2007. Brebes Produksi 30 Persen Bawang Merah Indonesia. Tirta Surya.

Jakarta

Lingga dan Laksono. 2002. Allium Crop Science: Recent Advances. Cabi Publishing.

Shanhua Taiwan.

Anda mungkin juga menyukai