Oleh
Nama : IBRAHIM
ABSTRAK
Bawang merah atau Brambang (Allium ascalonicum L.) adalah nama tanaman dari
familia Alliaceae dan nama dari umbi yang dihasilkan. Umbi dari tanaman bawang
merah merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan Indonesia. Bawang
merah adalah tanaman semusim dan memiliki umbi yang berlapis. Tanaman
mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga. Umbi terbentuk
dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan
fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merah terbentuk dari
lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu. Bawang merah dapat tumbuh baik
didataran rendah maupunDataran tinggi (0-900 mdpl) dengan curah hujan 300 - 2500
mm/th dan suhunya 25Derajat celcius - 32 derajat celcius. Jenis tanah yang baik yaitu
tanah yang subur, gembur, dan kaya organik. Usahakan pH tanah sekitar 5,5-6,5
dengan drainase yang baik. Untuk budidaya Bawang merah, pengolahan tanah
tanah dan memberik sirkulasi udara dalam tanah. Tanah dicangkul sedalam 40 cm.
Budidaya dilakukan pada bedengan yang telah disiapkanDengan lebar 100-200 cm,
dan panjang sesuai kebutuhan. Jarak antara bedengan 20-40 cm. Penanaman
sebelum ditanam bibit tersebutDipotong ujungnya hingga 1/3 bagian. Bibit ditanam
berdiri diatas bedengan sampaiPermukaan irisan tertutup oleh lapisan tanah yang
hortikultura, yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta
mempunyai prospek pasar yang menarik. Selama ini budidaya bawang merah
diusahakan secara musiman (seasonal), yang pada umumnya dilakukan pada musim
berfluktuasi sepanjang tahun dan produktifitas yang dihasilkan bawang merah sedikit
bawang merah masih rendah, yang menyebabkan harga bawang merah masih mahal
bawang merah diantaranya; cara budidaya yang kurang optimal, banyaknya serangan
HPT, keterbatasan lahan, penggunaan pupuk yang tidak sesuai rekomendasi (Duriat
dkk., 2006)
hasil pertanian disana. Ini dikarenakan iklim pertanian daerah ini sangat bersahabat
dan mendukung usaha tani bawang merah. Indonesia memiliki daerah sentra produksi
Sementara wilayah samosir ini berada. Pada urutan ketiga setelah Dairi dan
sebesar 6 -7 ton/ha.Sampai saat ini kebutuhan bawang merah daerah Samosir sendiri
belum tercukupi sehingga mereka memenuhi dari luar (Duriat dkk., 2006).
produksi bawang merah dengan cara mempertahankan intensifikasi yang telah ada
target atau sasaran dan evaluasi produksi dari tahun ketahun sebagai upaya
yang diakibatkan oleh pemupukan kurang tepat sehingga dapat berakibat pada
pertumbuhan dan hasil tidak optimal. Kekurangan pupuk pada tanaman dapat
diantaranya jenis tanaman, jenistanah, jenispupuk yang digunakan, dosis pupuk yang
diberikan, waktu pemupukan dan cara pemberian pupuk (Lingga dan Laksono, 2002).
Salah satu faktor utama yang dibutuhkan bawang merah dalam jumlah yang
menjadi salah satu factor penentu usaha peningkatan hasil panen. Dalam memperoleh
pertumbuha dan produksi yang optimal, bawang merah membutuhkan pupuk nitrogen
Untuk lahan yang sempit, penanaman bawang merah dapat ditanam pada
berbagai wadah, seperti polibeg, pot, ember, dan sejenisnya.Pada dasarnya menanam
bawang merah dalam wadah sama seperti cara menanam bawang merah di lahan.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit bawang merah 0,5 kg dalam
2 bedengan. Dan alat yang digunakan yaitu cangkul, pisau, penggaris, gembor, dan
B. Metode Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan dilahan BTN Tenri Dolo Kecamatan Tempe Kabupaten
1. Pembersihan lahan, lahan dibersihkan dari rumput dan batu yang ada dilahan
tanahnya gembur dan dibuat bedengan dengan lebar 1-1,5 meter. Serta di antara
bedengan dibuat saluran air ( drainase ) dengan lebar 40 cm dan kedalaman 40-50
cm.
3. Penanaman, sebelum ditanam bagian ujung bibit bawang merah dipotong hingga
1/3 bagian. Sebelum umbi ditanam tanah disiram agar tanah menjadi lembab.
Penanaman umbi dilakukan dengan cara ditugal dengan kedalam 2-3 cm dengan
jarak tanam 20 x 30 cm. Kemudian bawang ditanam 2/3 bagian umbi pada sisi
lubang tanam.
4. Penyulaman, dilakukan pada awal pertumbuhan hingga umur 7 HST dengan cara
7. Pengambilan sampel, dilakukan dengan cara jumlah populasi dikali 10% dapat
Bedengan 2
Tinggi Tanaman Lebar Jumlah Daun Jumlah Umbi
Daun
P1 10,2 cm 0,3 cm 11 helai 1
P2 10,2 cm 0,3 cm 19 helai 1
P3 7,8 cm 0,3 cm 8 helai 1
P4 9,1 cm 0,3 cm 7 helai 1
P5 8 cm 0,3 cm 8 helai 1
Total 45,3 cm 1,5 cm 53 helai
Rata-rata 9,06 cm 0,3 cm 10,6 cm
8.
Pengukuran 2 : 14 APRIL 2019
Bedengan 1
Tinggi Lebar Daun Jumlah Daun Jumlah Umbi
Tanaman
P1 15,9 cm 0,4 cm 10 helai 1
P2 11 cm 0,4 cm 10 helai 1
P3 12,5 cm 0,4 cm 11 helai 1
P4 8 cm 0,4 cm 10 helai 1
P5 8,5 cm 0,4 cm 8 helai 1
Total 55,9 cm 2,0 cm 49 helai
Rata-rata 11,18 cm 0,4 cm 9,8 helai
Bedengan 2
Tinggi Tanaman Lebar Daun Jumlah Daun Jumlah Umbi
P1 15,5 cm 0,4 cm 18 helai 1
P2 12,9 cm 0,4 cm 12 helai 1
P3 11,6 cm 0,4 cm 8 helai 1
P4 17,2 cm 0,4 cm 9 helai 1
P5 12,7 cm 0,4 cm 10 helai 1
Total 69,9 cm 2,0 cm 57 helai
Rata- 13,98 cm 0,4 cm 11,4 helai
rata
Bedengan 2
Tinggi Tanaman Lebar Daun Jumlah Daun Jumlah Umbi
P1 21,7 cm 0,4 cm 17 helai 1
P2 22,3 cm 0,4 cm 29 helai 1
P3 24,3 cm 0,4 cm 14 helai 1
P4 22,9 cm 0,4 cm 17 helai 1
P5 20 cm 0,4 cm 13 helai 1
Total 111,2 cm 2,0 cm 90 helai
Rata-rata 22,24 cm 0,4 cm 18 helai
Dari hasil pengkuran di atas yang dilaksanakan setiap minggu maka tampak
jelas adanya penambahan tinggi tanaman dan jumlah helai daun dan lebar daun:
pertama rata-rata 6,08 cm dan pengukuran kedua 11,18 cm dan pengukuran ketiga
17,22 cm dan rata-rata penambahan dari ketiga kali pengukuran yaitu 11,49 cm pada
bedengan 1. Pada bedengan kedua mengalami penambahan tinggi dari setiap minggu
yaitu pada pengukuran pertama rata-rata 9,06 cm dan pengukuran kedua 13,98 cm
dan pengukuran ketiga 22,24 cm jadi rata-rata penambahan tinggi tanaman dalam tiga
kali pengukuran yaitu 15,09 cm . Hal ini dapat terjadi dari beberapa aspek yaitu jenis
pemberian pupuk dan obat-obatan, serta pengendalian hama dan penyakit pada
pertama 0,3 cm dan pada pengukuran 2 dan 3 mengalami penambahan lebar menjadi
0,4 cm. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu perawatan, penyiraman, ph
65%, pengukuran ke dua 49%, pengukuran ke tiga 78% pada bedengan 1 jadi dari
2 yaitu pengukuran pertama yaitu 53%, pengukuran ke dua 57%, pengukuran ke tiga
90% jadi penambahan dari tiga kali pengukuran yaitu 67% hal ini terjadi karena
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jenis tanah, kelembaban udara, ph
tanah serta ketersediaan air pada tanaman dapat mempengaruhi pertumbuhan bawang
merah. Mulai dari tinggi tanaman, lebar daun, jumlah daun dan dari tiga kali
pengukuran mengalami penambahan tinggi tanaman mencapai 11,49 cm dan 15,09
cm dan jumlah daun mengalami penambahan 64% dan 67%.
DAFTAR PUSTAKA
Pertanian. Jakarta.
Duriat, Darman dan Nia.2006. Jajanan Favorit Khas Indonesia.PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Soetiarso dan Ameriana. 2009. BawangMerah. Strafa Ultima Press. Bandung
Herawan dan Syafei. 2011. Bawang Merah (Allium ascalonicum L.).PT Primamedia
Pustaka.Jakarta
Novisan. 2007. Brebes Produksi 30 Persen Bawang Merah Indonesia. Tirta Surya.
Jakarta
Lingga dan Laksono. 2002. Allium Crop Science: Recent Advances. Cabi Publishing.
Shanhua Taiwan.