Anda di halaman 1dari 9

TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN

LAPORAN PRAAKTIKUM TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN

Kelompok Cabai
Arif Mardiansyah J3J116039
Azizah Dyah Lestari J3J116050
Friska Putri Nofzil J3J116109
Reda Andhika J3J116215
Reni Budiarti Pasaribu J3J116218
Sonny Irawan J3J116249
Fadhlah Musiska Juyuspan J3J216359
Yusna Nur Firza J3J216383

Dosen :
Undang S.P M.Si
Dr. Lili D.
M. Abdul Goni
M. Iqbal S.P
Fendri Ahmad
Ade Astri S.P
Asisten Dosen :
Ramuni
Iqbal A.
Novida
Fadilah R.

PROGRAM KEAHLIAN MANAJEMEN AGRIBISNIS


PROGRAM DIPLOMA IPB
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman cabai merupakan tanaman perdu yang sudah berabad-abad ditanam di
Indonesia. Tanaman ini memiliki banyak ragam bentuk dan tipe pertumbuhan. Bentuk
buahnya bervariasi, mulai dari bulat, lonjong, hingga panjang. Ada yang berwarna merah,
ungu, hijau, kuning dan putih.
Tanaman cabai termasuk Solanaceae, genus Capsicum. Capsicum annuum L, merupakan
salah satu spesies dari 20-30 spesies dalam genus tersebut. Spesies ini paling luas
dibudidayakan dan penting secara ekonomis. Cabai berasal dari benua Amerika termasuk
Negara Indonesia. Selain di Indonesia, ia juga tumbuh dan populer sebagai bumbu mesakan
di negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Tanaman cabai dapat dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran tinggi, pada lahan
sawah atau tegalan dengan ketinggian 0-100 m dpl. Tanah yang baik untuk pertanaman
cabai adalah yang berstruktur remah atau gembur, subur, banyak mengandung bahan
oerganik, Ph tanah antara 6-7.
Umur panen cabai dipengaruhi oleh varietas dan lokasi penanaman, di dataran rendah,
tanaman akan lebih cepat panen dibandingkan di datraan tinggi. Umur panen pertmana
berkisar anatara 75-85 hari setelah tanam (HST) di dataran rendah atau 85-95 HST di
dataran tinggi. Pemanenan dilakukan 3-4 hari sekali.
Sebagaimana buah dan sayuran lainnya, buah cabai yang telah dipanen masih melakukan
kegiatan respirasi, transpirasi, dan fotosintesis. Hal tersebut menyebabkan cabai masih terus
mengalami proses pemasakan sampai buah masak penuh. Oleh karena itu, buah cabai harus
dipetik pada tingkat kemasakan yang tepat. Untuk pemasaran jarak jauh, sebaiknya buah
dipetik saat masih berwarna kehitanamn (tingkat kematangan 70%). Tujuan nya agar cabai
mencapai tingkat kemasakan optimal saat sampai di lokasi pemasaran. Untuk pasar lokal,
pemanenan cabai dilakukan saat buah yang masih muda menyebabkan buah cepat layu,
mengurangi bobot buah, serta tidak bertahan lama dalam penyimpanan, adapun pemanenan
buah hijau dilakukan jika ada permintaan cabai hijau.
Waktu panen yang baik adalah saat bobot buah masih optimal, yaitu pagi hari, setelah
embun menghilang. Tujuannya agar buah yang dipetik tidak terkontaminasi oleh organisme
pembusuk.
Penanganan pascapanen cabai mencakup kegiatan sortasi, grading, penyimpangan, dan
pengemasan. Dalam kegiatan sortasi, cabai dipilih berdasarkan tingkat keseragamannya
yang mencakup panjang buah, diameter buah, warna, bentuk, permukaan kulit, dan
kekerasan buah. Buah baik dipisahkan dari yang cacat, rusak, belum matang, terlalu matang,
dan bentuk tidak sempurna. Adapun buah yang sakit ditempatkan di wadah terpisah. Khusus
cabai untuk industri pembuatan saus, tangkai buah harus dibuang saat sortasi.
1.2 Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui Teknik budidaya tanaman cabai
2. menghitung dan menyiapkan kebutuhan sarana produksi dan perlatan, dan tenaga
kerja untuk budidaya cabai
3. melaksanakan kegiatan budidaya mulai dari persiapan lahan, penenaman,
pemeliharaan, sampai panen dan penanganan pasca panen primer
4. mentusun laporan hasil kegiatan budidaya cabai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman cabai (Capsicum annum L) merupakan salah satu jenis sayuran buah yang sudah
sangat dikenal oleh masyarakat. Rasa buahnya memberikan kesegaran pada tubuh dengan cita
rasa pedas. Cabai merupakan tanaman tahunan yang berumur pendek, tetapi umumnya tumbuh
setahun berbentuk perdu. Menurut Tindall (1983) tanaman ini dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Ordo : Polemoniales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L.
Tanaman cabe rawit batangnya berstruktur keras dan berkayu, berbentuk bulat, berwarna
hijau gelap, halus dan bercabang banyak. Batang utama tanaman tumbuh tegak dan kuat.
Percabangan tanaman terbentuk setelah batang tanaman mencapai tinggi sekitar 30-45 cm.
Cabang tanaman cabe rawit beruas-ruas, setiap ruas ditumbuhi daun dan tunas (cabang).
Daun tanaman cabe rawit berbentuk bulat telur, ujungnya runcing dan tepi daun rata (tidak
bergerigi). Ukuran daun cabe rawit lebih kecil dibandingkan daun tanaman cabe besar. Daun
tanaman cabe rawit merupakan daun tunggal dengan kedudukan agak mendatar, bertulang daun
menyirip dan tangkai tunggal yang melekat pada batang/cabang. Jumlah daun cukup banyak
sehingga tanaman cabe rawit terlihat rimbun.
Tanaman cabe rawit memiliki bunga tunggal yang berbentuk bintang. Bunga tumbuh
menunduk pada ketiak daun, mahkota bunga berwarna putih. Penyerbukan bunga termasuk
penyerbukan sendiri (self pollinated crop), namun dapat juga terjadi secara silang, dengan
keberhasilan sekitar 56%.
Tanaman cabe rawit akan berbuah setelah terjadi penyerbukan. Buah memiliki
keanekaragaman dalam hal ukuran, bentuk, warna dan rasa buah. Buah cabe rawit dapat
berbentuk bulat pendek dengan ujung runcing/berbentuk kerucut. Ukuran buah bervariasi,
menurut jenisnya cabe rawit yang kecil-kecil memiliki ukuran panjang antara 2-2,5 cm dan lebar
5 mm. sedangkan cabe rawit yang agak besar memiliki ukuran yang mencapai 3,5 cm dan lebar
mencapai 12 mm.
Biji cabe rawit berwarna putih kekuningan-kuningan, berbentuk bulat pipih, tersusun
berkelompok (bergerombol) dan saling melekat pada empulur. Ukuran biji cabe rawit lebih kecil
dibandingkan dengan biji cabe besar. Biji-biji ini dapat digunakan dalam perbanyakan tanaman
(perkembangbiakan).
Perakaran cabe rawit terdiri atas akar tunggang yang tumbuh lurus ke pusat bumi dan akar
serabut yang tumbuh menyebar ke samping. Perakaran tanaman tidak dalam sehingga tanaman
hanya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, porous (mudah
menyerap air) dan subur.
Syarat Tumbuh yaitu: Tanah gembur, subur dan tidak menggenang, berada didataran rendah
dan tinggi, dan suhu 25oC – 31oC. Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) adalah Mulsa dapat
didefinisikan sebagai setiap bahan yang dihamparkan untuk menutup sebagian atau seluruh
permukaan tanah dan mempengaruhi lingkungan mikro tanah yang ditutupi tersebut (Waggoner
et al., 1960). Penggunaan mulsa plastik, terutama mulsa plastik hitam perak, dalam produksi
sayuran yang bernilai ekonomis tinggi seperti cabai, tomat, terong, semangka, melon dan
mentimun, semakin hari semakin meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan dan
permintaan konsumen terhadap produk sayuran tersebut. Meskipun penggunaan mulsa plastik ini
memerlukan biaya tambahan, tetapi nilai ekonomis dari hasil tanaman mampu menutupi biaya
awal yang dikeluarkan. Mulsa plastik hitam perak dapat memantulkan cahaya matahari sehingga
energi cahaya matahari yang diterima oleh tanaman lebih besar energi matahari yang diterima
tanaman akan mempengaruhi aktivitas fotosintesis; makin besar energi yang diterima tanaman
makin tinggi aktivitas fotosintesisnya (Abdurahman, 2004).

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Gunung Gede. Percobaan ini
dilaksanakan selama ± 9 minggu, yaitu mulai dari Rabu, 20 September 2017 ssampai Rabu,
13 Desember 2017
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah Cangkul, Garpu, Koret, Meteran, Tali rapia, Bambu/patok,
Cemplongan, Arang, Ajir, Spidol, Pulpen, Kertas, Gunting, Ember, Gelas aqua, Jangka
Sorong, Daun jati, Timbangan, Plastik. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah benih cabai rawit dan cabai hijau, pupuk kandang, mulsa plastik hitam perak,
pupuk organic, antracol, furadan, NPK mutiara,gandasil D, curacron, dan air.
3.3 Pelaksanaan Praktikum
3.3.1 Persiapan Areal Tanam
Areal penelitian sebelum digunakan dibersihkan dari gulma dan sampah,
kemudian tanah dicangkul rata dan petak percobaan dengan ukuran 50m x 50m
sebanyak 7 bedengan. Jarak antar satuan percobaan 50 cm dan jarak antar kelompok
masing-masing 25 cm. Setelah itu, setiap petakan diberi pupuk dasar berupa pupuk
kandang kambing dengan dosis 10/ha atau 0,25kg/lubang. Pupuk dicampur merata
dengan tanah dan dibiarkan selama seminggu.

3.3.2 Pemasangan Mulsa Plaastik Hitam Perak


Bedengan yang sudah diolah kemudian ditutup dengan mulsa plastik hitam perak
(MPHP). Warna perak dari mulsa diletakkan dibagian atas dan warna hitam di bagian
bawah. Waktu pemasangan mulsa plastik hitam perak (MPHP) dilakukan pada siang
hari – sore hari agar plastik tersebut memanjang (memuai) dan menutup tanah serapat
mungkin. Pemasangan dilakukan setelah bedengan dibuat dan diberi pupuk dasar yaitu
trichokompos (pupuk kandang), kemudian disiram dengan air secukupnya. Cara
pemasangan mulsa yaitu dengan menarik kedua ujung mulsa ke masing-masing ujung
bedengan dengan arah memanjang, kemudian dikuatkan dengan jepitan yang terbuat
dari bilah bambu yang berbentuk “V”, yang ditancapkan di setiap sisi bedengan,
kemudian mulsa tersebut ditarik ke bagian sisi kanan bedengan hingga tampak rata
menutupi seluruh permukaan bedengan. Kemudian dibuat lubang tanamnya
menggunakan cemplongan. Jarak lubang yang di buat pada mulsa adalah 50cm x 50cm
dengan pola persegi. Pemindahan bibit tanaman dilakukan lima hari atau seminggu
kemudian. Sebaiknya penyiraman dilakukan melalui lubang tanam pada mulsa plastik.
Penyiraman cukup dilakukan sehari sekali (Setiadi, 2008).
3.3.3 3.3 Penanaman

3.3.4

Penanaman bibit ke lapangan dilakukan setelah bibit berumur kira-kira 4 minggu atau
tingginya mencapai 10-15 cm. Bibit cabai yang ditanam adalah bibit yang baik, yaitu
pertumbuhannya tegar, warna daun hijau, tidak cacat/terkena hama penyakit. Penanaman
dilakukan dengan cara mengeluarkan bibit dari gelas plastik semaian secara hati-hati. Caranya,
ambil gelas semaian berisi bibit, lalu balikan dengan pangkal batang bibit cabai dijepit oleh jari
telunjuk dan jari tengah secara hati-hati agar bibit cabai keluar bersama akar dan medianya. Hal
tersebut untuk mencegah kerusakan akar yang dapat menyebabkan stress dan layu pada akar.
Bibit cabai siap ditanam pada lubang tanam yang tersedia dan segera disiram sampai cukup
basah. Penanaman dilakukan pada sore hari agar panas matahari tidak membuat layu dan untuk
mengurangi stres tanaman.
3.4 Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan pemeliharaan tanaman cabai meliputi penyiraman, pemasangan ajir,
penyulaman, penyiangan, pemangkasan dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman
dikakukan setiap hari pada sore hari untuk menjaga kelembaban media tanah. Apabila hujan
turun tidak perlu dilakukan penyiraman. Pemasangan ajir dilakukan sejak penanaman yang
bertujuan agar tidak mengganggu perakaran tanaman dan untuk menopang tegaknya tanaman.
Ajir ditancapkan sampai kedalaman ± 30 cm dengan ketinggian ajir 150 cm dan diberi tanda 10
cm dari permukaan tanah agar mempermudah pengamatan tinggi tanaman dan tinggi dikotom.
Penyulaman dilakukan apabila bibit yang ditanam tidak tumbuh atau pertumbuhannya
tidak normal. Penyulaman dilakukan sampai 2 minggu setelah tanam ke lapangan. Penyiangan
dilakukan jika ada gulma yang tumbuh di sekitar tanaman. Pemangkasan pada tanaman cabai
adalah membuang tunas yang tumbuh di bawah percabangan utama dan daun-daun yang tidak
efektif. Pemangkasan dilakukan pada pagi hari dengan menggunakan gunting. Pengendalian
hama dan penyakit tanaman cabai dilakukan dengan mengamati gejala penyakit yang menyerang
tanaman cabai.
3.4 Pemanenan
Panen tanaman cabai dapat dilakukan pada umur 40-60 hari setelah dipindahkan ke
lapangan. Buah cabai dipanen setelah ukurannya mencapai maksimum . Pemanenan dilakukan
dengan cara dipetik secara hati-hati beserta tangkai buahnya dan dilakukan pada saat cuaca
cerah. Setelah panen pertama, setiap 3-4 hari sekali dilanjutkan dengan panen rutin sampai 2 kali
periode pembungaan.

3.5 Variabel yang Diamati


3.5.1 Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dimulai sejak tanaman berumur 2 minggu setelah pindah ke
lapangan sampai akhir fase vegetatif dengan interval umur pengamatan satu minggu. Pengukuran
tinggi tanaman dimulai dari leher akar sampai ujung titik tumbuh tertinggi dari tanaman sampel
dengan satuan cm.
3.5.2 Umur Berbunga (hari)
Umur berbunga tanaman cabai dihitung pada saat bunga pertama kali sejak muncul pada
tanaman sampel dengan satuan yang digunakan adalah hari.
3.5.3 Jumlah Buah per Tanaman (buah)
Jumlah buah per tanaman dihitung berdasarkan jumlah buah yang dihasilkan pada
tanaman sampel yang diperoleh pada setiap kali panen dan dijumlahkan pada akhir penelitian.
Jumlah buah per tanaman dinyatakan dalan satuan buah.
3.5.4 Bobot Buah per Tanaman (g)
Bobot buah per tanaman dihitung dengan cara menimbang bobot buah yang dihasilkan
pada tanaman sampel setiap kali panen dan dijumlahkan pada akhir penelitian. Satuan yang
digunakan adalah gram.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil
4.1.1 Hasil Sampel
MST Tinggi Rata-Rata Diameter Jumlah Daun Tinggi
Pertanaman Batang Rata- Rata-Rata Dikotomus
Rata Pertanaman Rata – Rata
Pertanaman Pertanaman
Mg 1 Mengolah Tanah dan Lahan
Mg 2 Menanam Tanaman Cabai
Mg 3 Tanaman mati : 12 tanaman
Tanaman yang ditanam : 140 tanaman
12
Persentase : 140 x 100% = 8,57%
Persentase tanaman hidup : 100% - 8,57% = 91,42%
Mg 4 11,7 cm 0,1305 mm 7 helai daun Belum
terlihat
Mg 5 10,85 cm 0,19 mm 9 helai daun Belum
terlihat
117
Persentase tanaman hidup : 128 x 100% = 92,15
Sampling tanaman 2 mati
Mg 6 C. hijau : 41 cm 0,55 mm 105 helai 24 cm
C. Rawit : 18,25 cm 0,246 mm 35 helai 10,25 cm
Mg 7 C. hijau : 48 cm 5,4 mm 114 helai 25.5 cm
C. Rawit : 20,875 cm 0,347 mm 40 helai 11,31cm
Mg 8 C. hijau : 57,5 cm 7,2 mm 120 helai 26 cm
C. Rawit :22,5 cm 0,363 mm 47 helai 12 cm
Keterangan : MST : Minggu Setelah Tanam
4.1.2 Hasil Keselururan
4.1.2.1 Sampling Panen
MST Bobot panen rata- rata Panjang buah Rata- Diameter Rata-Rata
pertanaman Rata perbuah perbuah
Mg 6 Belum sampling
Mg 7 C.Hijau : 0,1 gram 6,75 cm 10,1 mm
C.Rawit : 0,05 gram 1,5 cm 6,8 mm*
Mg 8 C.Hijau : 0,1 gram 6,9 cm 10,15 mm
C.Rawit : 0,05 gram 1,9 cm 7,58 mm**
*Hanya 4 tanaman cabai rawit dari 8 sampel yang dapat dipanen
**Hanya 7 tanaman cabai rawit dari 8 sampel yang dapat dipanen

4.1.2.2 Fisik

Pengukuran untuk
Mengolah lahan yaitu mencangkul Pemasangan mulsa membuat bolongan

4.1.2.3
4.1.2.4
Mulsa dibolongi dengan
cemplongan Mulsa yang telah dibolongi Pertumbuhan cabe

4.1.2.5

4.1.2.6

Cabe siap panen


4.1.2.7
c. Hasil Usaha Tani

Anda mungkin juga menyukai