Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM HORTIKULTURA

Teknik Budidaya Tanaman Kubis (Brasssica Oleraceae L.), Kangkung (Ipomea Reptans)
Dan Sawi (Brassica Chinensis Var. Parachinensis) Dengan Sistem Tumpang Sari

Disusun oleh :

NAMA: Urbanus Arsa

NIM: 512017070

FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA


SALATIGA
2019
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Sayuran adalah salah satu komponen dari menu makanan yang sehat, maka tidak
heran bila kebutuhan sayuran dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan kesadaran
masyarakat tentang kesehatan. Kangkung merupakan tanaman semusim dan berumur
pendek. Teknik budidaya tanaman kangkung yang tepat menjadi prioritas utama agar
mendapat hasil yang optimal dengan kualitas yang baik. Untuk meningkatkan produksi
dapat dilakukan secara intensifikasi dan ekstensifikasi. Sawi merupakan sayuran yang
bersifat musiman banyak dibudidayakan karena banyak mengandung khasiat dan manfaat.
Budidaya tanaman sawi juga sangat cepat menghasilkan karena tanaman ini memiliki
umur relatif pendek (genjah), mulai dari awal pertanaman hingga siap panen. Tanaman
sawi hijau memiliki batang pendek, daun berwarna keputih-putihan, dan juga memiliki
rasa pahit. Tanaman ini dapat tumbuh baik dengan temparatur suhu normal, dan juga baik
di budidayakan di dataran tinggi yang mengandung bahan organik serta unsur hara yang
baik. Kubis merupakan jenis tanaman semusim atau dua musim. Bentuk daunnya bulat
telur sampai lonjong dan lebar seperti kipas. Pada dataran rendah kubis merupakan salah
satu tanaman sayuran yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan, karena peluang
pasar yang terbuka lebar.

b. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana budidaya tanaman kangkung, sawi dan kubis.
2. Untuk mengetahui tujuan dari sistem tumpang sari pada tanaman kangkung kubis dan
sawi.
3. Untuk mengetahui kendala atau faktor pada saat budidaya tanaman kangkung, kubis
dan sawi.

c. Manfaat
Supaya kita dapat bercocok tanam atau membudidayakan tanaman kubis, sawi dan
kangkung dengan baik dan benar.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Tanaman sawi hijau (Brassica juncae L) dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa
panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun
dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di
dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter
sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada
daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Tanaman sawi
tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau
yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam
pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. Lebih cepat tumbuh
apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada
air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir
musim penghujan. Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak
mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH)
tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7
(Margiyanto, 2010).
Pemeliharaan merupakan hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh
terhadap hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah
penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa
berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila
musim kemarau tiba kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita
tanam. Bila tidak terlalu panas penyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi
hari. Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah
penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Selanjutnya
tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian
tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau
terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya
dilakukan 2-4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan
gulma pada bedeng penanaman (Kloppenburg, 2008).
Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu
dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan
tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga
dengan satu sendok teh sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan
untuk 5 m bedengan (Kloppenburg, 2008).
Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak
atau pepohonan yang tumbuh dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka
pada cahaya matahari secara langsung. Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul
sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk dan bedengan siap
tanam. Penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10
ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur
dengan tanah yang akan kita gunakan (Haryanto, 1995).
Secara umum kubis dapat tumbuh pada semua jenis tanah. Namun pertumbuhannya
akan ideal apabila ditanam pada tanah lempung berpasir yang banyak mengandung bahan
organik Kubis memerlukan hara (Urea 0,44 ton/hektar, pupuk SP-36 0,99 ton/hektar dan
KCl 0,77 ton/hektar) dengan kebutuhan hara yang cukup kubis dapat tumbuh dengan baik.
Selama hidupnya kubis memerlukan air yang cukup. Kubis akan tumbuh baik bila ditanam
didaerah berhawa dingin yaitu didataran tinggi 1000-2000 diatas permukaan laut. Tetapi
setelah ditemukan varietas yang tahan panas, tanaman kubis dapat diusahakan didataran
rendah dan menengah 100-600 m dpl (Haryanto, 1995).
Kangkung (Ipomea reptans) dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan
beriklim dingin.Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar
antara 1500-2500 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya
sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan
demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liarsehingga kangkung
dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang agak rimbun. un/ladang yang agak
rimbun. Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar
matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan
tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas
terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat yang agak terlindung, maka
kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai konsumen (Syihabul, 2015).
Tumpangsari adalah bentuk pola tanam yang membudidayakan lebih dari satu jenis
tanaman dalam satuan waktu tertentu, dan tumpangsari ini merupakan suatu upaya dari
program intensifikasi pertanian dengan tujuan untuk memperoleh hasil produksi yang
optimal, dan menjaga kesuburan tanah. Sistem tumpang sari akan meningkatkan kompetisi
dalam menggunakan faktor pertumbuhan, oleh karena itu untuk mengurangi kompetisi itu
maka perlu pengaturan waktu tanam dari tanaman yang ditumpang sarikan (Prasetyo,
2009).
Permasalahan utama pada sistem tumpangsari ialah adanya kompetisi antar tanaman
dalam pengambilan air, unsur hara, cahaya matahari dan ruang tumbuh. Herlina (2011)
menyatakan bahwa faktor yang perlu diperhatikan dalam sistem tumpangsari ialah waktu
tanam kedua tanaman yang ditumpangsarikan. Waktu tanam berhubungan dengan
pertumbuhan vegetatif. Penundaan waktu tanam satu jenis tanaman yang
ditumpangsarikan dimaksudkan agar pertumbuhan maksimum terjadi pada waktu yang
tidak bersamaan. Hal ini akan membantu usaha pencapaian potensi produksi dari kedua
jenis tanaman yang ditumpangsarikan (Herlina, 2011).

III. METODE PELAKSANAAN


a. Alat dan Bahan
Alat: cangkul, meteran, sabit, parang.
Bahan: benih kubis, sawi dan biji tanaman kangkung serta pupuk organik.
b. Cara Kerja
Lahan dicangkul dan dibersihkan dari kotoran dan rumput yang masih ada, kemudian
tanah digembur dan dibentuk seperti bedengan dengan panjang dan lebar yang telah
ditentukan serta dibiarkan selama kurang lebuh 1-2 minggu, benih dan bibit sawi, kubis
dan kangkung dipersiapkan, setelah itu baru dilakukan penanaman dengan jarak tanam
yang telah ditentukan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Hasil Pengamatan
Pengamata Tanaman A Tanaman B Kubis Tanaman C Sawi
n Kangkung (Minggu (Minggu Ke-) (Minggu Ke-)
(rata-rata) Ke-)
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Tinggi 21cm 42cm 48c 6cm 31cm 41cm 24cm 35cm 41cm
Tanaman m
(cm)
Jumlah 13 19 20 11 17 20 10 14 14
Daun
(helai)
Besar Sedan Keci Besar Sedang Kecil Besar Sedan Kecil
(cm) g l (cm) (cm) (cm) (cm) g (cm)
(cm) (cm) (cm)
Luas Daun 68,55 40,09 6,80 310,12 218,60 107,51 151,60 59,64 15,25
6 0 5 5 9 1 5 7 9
287,46 199,65 69,284
4 2
223,37 125,49 64,088
2 9
128,59 109.21 26,489
5 7
71,874 46,754 27,572
Keterangan: Tinggi Tanaman, Jumlah daun, bobot brangkasan basah, bobot brangkasan Kering data yang di
masukan ke dalam tabel adalah Rata-rata.

b. Pembahasan
Dalam budidaya sawi, kubis dan kangkung yang dilakukan pertama adalah
pengolahan lahan. Pengolahan lahan ini dengan cara menggemburkan tanah dan
memperbaiki struktur tanah untuk sirkulasi udara dan air dalam tanah. Dalam persiapan
lahan ini, diberikan pupuk dasar untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah yaitu pupuk
organik. Sebelum lahan digemburkan, maka gulma dan semak yang ada di sekitar lahan
dibersihkan terlebih dahulu. Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah pembuatan bedengan,
dimana tanah dibentuk seperti persegi empat dengan panjang dan leber dan ukuran yang telah
di tetapkan. Selanjutnya dilakukan penanaman bibit dan benih kangkung, kubis dan sawi.
Pemeliharaan yang dilakukan dalam praktikum adalah penyiraman, penyulaman, penyiangan,
penggemburan, dan pemberian pupuk. Penyulaman dilakukan pada saat bibit awal yang
dipindahkan sudah berumur 1-2 minggu dan hanya tanaman yang terserang hama belalang,
ulat yang memakan tanaman sampai habis. Penyulaman dilakukan untuk memenuhi jumlah
tanaman yang kosong atau mati karena hal tertentu agar tidak merugikan secara
ekonomis. Penyulaman dilakukan karena tanaman dimakan oleh hama sehingga hanya
tersisa batang tanaman. Tanaman diserang hama belalang sehingga dilakukan penyulaman.
Penyiangan gulma dilakukan hanya jika terdapat gulma disekitar tanaman yang menghambat
pertumbuhan tanaman. Pemupukan yang dilakukan menggunakan pupuk organik yaitu
pupuk kotoran sapi. Penggemburan dilakukan hanya sekali pada saat dilakukan penyulaman
kembali, karena tekstur tanah pada guludan tidak baik lagi dan ini menjadi salah satu faktor
kecil dalam menghambat sirkulasi dalam tanah yang menyebabkan tanaman sedikit terganggu
pertumbuhannya.
Jika dibandingkan dengan literatur, pada tanaman ini tidak sesuai. Ketidaksesuain ini
terdapat pada tahap pemupukan. Pemupukan yang seharusnya meggunakn urea dan
sebagainya, namun pada tanaman ini hanya menggunakan pupuk organik. Dan untuk
tanaman yang terserang hama dan penyakit pada gambar lampiran dilakukan pengendalian
seperti membuang tanaman yang sudah terserang penyaki/ulat tersebut.

V. PENUTUP
a. Kesimpulan
1. Teknik budidaya tanaman sawi hijau, kubis dan kangtkung meliputi pemilihan benih,
pengolahan tanah, pembibitan, penanaman dan pemeliharaan.
2. Tujuan dari sistem tanam tumpang sari adalah untuk mengoptimalkan penggunaan hara,
air, dan sinar matahari seefisien mungkin untuk mendapatkan produksi maksimum.
3. Kendala yang terdapat pada praktikum kali ini yaitu seperti daun terserang hama ulat
daun, daun dimakan belalang sehingga daun menjadi berlubang, serta tanah kering karna
jarang hujan sehingga tanaman layu jika tidak disiram.
b. Saran
Budidaya tanaman kangkung, sawi hijau dan kubis membutuhkan perawatan yang
intensif artinya harus sesuai prosedur dalam pengerjaanya dan dalam pemberian pupuk
harus minimal sebulan sekali dan untuk tanaman yang terserang hamadan penyakit harus
segera dibersihkan supaya tanaman yang lain tidak terserang oleh hama yang sama.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Haryanto, E, Suhartini, T dan Rahayu, E. 1995. Sawi Dan Selada. Penebar
Swadaya: Jakarta.
Herlina. 2011. Kajian variasi jarak dan waktu tanam jagung manis (Zea mays saccharata
Sturt) dalam sistem tumpangsari jagung manis dan kacang tanah (Arachis hypogaea L).
[Tesis]. Program Pascasarjana Universitas Andalas. Padang.
Kloppenburg. 2008. Petunjuk Lengkap Mengenai Tanam-Tanaman Di Indonesia Dan
Khasiatnya Sebagai Obat-Obatan Tradisional. Yayasan Dana Sejahtera: Yogyakarta.
M Syihabul Fikri1, Didik Indradewa2, Eka Tarwaca Susila Putra2. 2015. Pengaruh
Pemberian Kompos Limbah Media Tanam Jamur Pada Pertumbuhan Dan Hasil
Kangkung Darat (Ipomoea Reptans Poir.). Jurnal Vegetalika Vol. 4 No. 2: 79-89.
Margiyanto. 2010. Alam Ilmu Pengetahuan. Grafindo: Jakarta.
Prasetyo, Sukardjo, E. I., Pujiwati, H., 2009. Produktivitas Lahan dan NKL pada
Tumpangsari Jarak Pagar dengan Tanaman pangan. Jurnal Akta Agrosia Vo. 12 (1): 51–
55.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
- Data pengamatan pertanaman
1. Minggu 1
Parameter
Pengamatan
TT JD PT BBB BBK Ket
(rata-rata)
(cm) (helai) (%) (gr) (gr)
Tanaman A Kangkug
- Sampel 1 21 13 100%
(Tinggi)
- Sampel 2 11 10 100%
(Sedang)
- Sampel 3 5 5 100%
(Pendek)
Rata-Rata 12,33 9,33 100%
Tanaman B Kubis
- Sampel 1 6 11 100%
(Tinggi)
- Sampel 2 5 10 100%
(sedang)
- Sampel 3 4 7 100%
(pendek)
Rata-Rata 5 9,33 100%
Tanaman C Sawi hijau
- Sampel 1 24 10 100%
(Tinggi)
- Sampel 2 15 15 100%
(Sedang)
- Sampel 3 12 10 100%
(Pendek)
Rata-Rata 16,33 16,67 100%
Keterangan: TT: Tinggi Tanaman, JD:Jumlah Daun, PT:Persentase Tumbuh, BBB:Bobot Brangkasan
Basah, BBK: Bobot Brangkasan Kering
2. Minggu 2
Parameter
Pengamatan
TT JD PT BBB BBK
(rata-rata)
(cm) (helai) (%) (gr) (gr)
Tanaman A Kangkug
- Sampel 1 42 9 100%
(Tinggi)
- Sampel 2 35 15 100%
(Sedang)
- Sampel 3 21 8 100%
(Pendek)
Rata-Rata 32,67 10,67 100%
Tanaman B Kubis
- Sampel 1 31 17 100%
(Tinggi)
- Sampel 2 29 17 100%
(sedang)
- Sampel 3 19 18 100%
(pendek)
Rata-Rata 26,33 17,33 100%
Tanaman C Sawi hijau
- Sampel 1 35 20 100%
(Tinggi)
- Sampel 2 26 17 100%
(Sedang)
- Sampel 3 16 14 100%
(Pendek)
Rata-Rata 25,66 17 100%

3. Minggu 3
Parameter
Pengamatan
TT JD PT BBB BBK
(rata-rata)
(cm) (helai) (%) (gr) (gr)
Tanaman A Kangkug
- Sampel 1 48 23 100%
(Tinggi)
- Sampel 2 38 15 100%
(Sedang)
- Sampel 3 25 8 100%
(Pendek)
Rata-Rata 35 15,33 100%
Tanaman B Kubis
- Sampel 1 41 20 100%
(Tinggi)
- Sampel 2 30 18 100%
(sedang)
- Sampel 3 20 18 100%
(pendek)
Rata-Rata 30,33 18,67 100%
Tanaman C Sawi hijau
- Sampel 1 41 14 100%
(Tinggi)
- Sampel 2 26 17 100%
(Sedang)
- Sampel 3 16 14 100%
(Pendek)
Rata-Rata 27,66 15 100%

- Foto Bedengan, kondisi Tanaman, kendala yang ditemukan dan Nametag


Foto Kondisi Kendala
tanaman
MINGGU 1
Rusak dimakan Tanaman
ulat terserang hama
ulat
Baik Lahan kering

Rusak dimakan Diserang hama


ulat

5 Baik Lahan kering

Minggu ke 2
Daun dimakan Disrang hama
ulat

Daun dimakan Disrang hama


ulat

Daun dimakan Disrang hama


ulat
Daun dimakan Disrang hama
ulat

Minggu 3
Daun berlubang Diserang ulat
daun

Daun berlubang Diserang ulat


daun

Daun berlubang Diserang ulat


daun

Daun dimakan Tanaman


ulat diserang hama

baik Tidak ada

Anda mungkin juga menyukai