Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

PRODUKSI DAN INDUSTRI BENIH


TANAMAN KEDELAI KEDELAI (Glycine Max L.)

MONIKA RISKI
1805901020060

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kedelai (Glycine max (L.) Merr) menjadi komoditas pangan yang telah lama
dibudidayakan di Indonesia, yang saat ini tidak hanya diposisikan sebagai bahan
baku industri pangan, namun juga ditempatkan sebagai bahan baku industri non-
pangan. Beberapa produk yang dihasilkan antara lain tempe, tahu, es krim, susu
kedelai, tepung kedelai, minyak kedelai, pakan ternak ,dan bahan baku industri.
Sifat multiguna yang ada pada kedelai menyebabkan tingginya permintaan kedelai
di dalam negeri. Selain itu, manfaat kedelai sebagai salah satu sumber protein
murah membuat kedelai semakin diminati. Seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk, permintaan kedelai di dalam negeri pun berpotensi untuk meningkat
setiap tahunnya.

Permintaan Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) setiap tahun terus mengalami
peningkatan. Komoditas kedelai memegang peranan penting dalam ekonomi
rumah tangga petani, konsumsi pangan, kebutuhan dan perdagangan pangan
nasional. Beberapa tahun terakhir ini produksi kedelai nasional terus mengalami
fluktuasi. Produksi kedelai pada tahun 2006 mengalami penurunan menjadi 747
611 ton, bahkan sempat mengalami penurunan drastis menjadi 592 534 ton pada
tahun 2007. Produksi kedelai mulai mengalami peningkatan kembali menjadi 775
710 ton pada tahun 2008 dan 974 512 ton pada tahun 2009. Sedangkan kurun
waktu 2013 – 2015, produksi kedelai terus mengalami peningkatan yaitu 779 992
ton, 954 997, dan 963 183 ton (BPS, 2018).

Menurut Rahman Pinem, Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian,


kebutuhan kedelai untuk industri tahu tempe cukup tinggi. Diperkirakan tiap
tahun rata-rata kebutuhan sebanyak 2,3 juta ton/tahun, sedangkan produksi kedelai
dalam negeri hanya sekitar 800 ribu-900 ribu ton.Padahal kebutuhan untuk
pengrajin tahu dan tempe mencapai 1,6 juta ton (Majalah Dunia Industri, Minggu
24 Juli 2011).
1.2 Tujuan Praktikum

Praktikum kali ini bertujuan untuk megetahui teknik budidaya dan produksi
benih kedelai mulai dari pembibitan hingga mendapatkan hasil yang masimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman kedelai
2.1.1 Klasifikasi
Tanaman Kedelai merupakan tanaman polong-polongan yang memiliki
beberapa nama botani yaitu Glycine max (kedelai kuning) dan glycine soja
(kedelai hitam) (Adisarwanto, 2013). Kedelai diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : spermatophyte

Subdivision : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Polypetalis

Family : Leguminosae

Subfamily : Papiliotoideae

Genus : Glycine max (L.) Merrill (Sharma, 1993).

2.2 Morfologi Tanaman Kedelai


2.2.1 Akar
edelai memiliki akar tunggang, akar ini mampu membentuk bintil-bintil
akar yang merupakan koloni dari bakteri Rhizobium japanicum. Bakteri tersebut
bersimbiosis dengan akar tanaman kedelai untuk mengikat nitrogen dari udara.
Nitrogen ini sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman kedelai (Fachruddin,
2000).
Sistem perakaran kedelai terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang
tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang tumbuh dari akar sekunder.
Akar tunggang merupakan perkembangan dari akar radikal yang sudah mulai
muncul sejak masa perkecambahan. Pada kondisi yang optimal, akar tunggang
kedelai dapat tumbuh hingga kedalaman 2 meter atau lebih pada kondisi yang
optimal. Namun demikian, pada umumnya akar tunggang hanya tumbuh pada
kedalaman lapisan tanah olahan yang tidak terlalu dalam, sekitar 30-50 cm
(Adisarwanto, 2005).
2.2.2 Batang
Tanaman kedelai termasuk tanaman yang berbatang semak dan tidak
berkayu, berbulu atau berambut dengan sruktur yang beragam, berbentuk bulat
dan berwarna hijau serta panjang nya yaitu antara 30-100 cm. batang
tanamankedelai dapat berbentuk cabang 3-6 3-6 cabang (Cahyono, 2007).
2.2.3 Daun
Daun kedelai adalah daun majemuk berwarna hijau, hijau tua atau hijau
kekuningan tergantung varietasnya. Daun kedelai memiliki ciri-ciri antara lain
helai daun oval, dan tata letaknya pada tangkai daun bersifat majemuk berdaun
tiga. Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua yaitu oval dan lancip. Kedua bentuk
daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Daun ini berfungsi untuk proses
asimilasi, respirasi dan transpirasi (Rukmana, 1996).

2.2.4 Bunga
Bunga kedelai termasuk bunga sempurna (hermaphrodite), artinya dalam
setiap bunga terdapat alat kelamin jantan dan alat kelamin betina. Penyerbukan
terjadi pada saat mahkota bunga masih tertutup, sehingga kemungkinan terjadi
kawin silang secara alami sangat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas batang.
2.2.5 Biji
Buah kedelai berbentuk polong. Menurut Pitojo (2003), setiap polongberisi
3-4 biji. Pada umumnya, biji berbentuk bulat lonjong, namun ada juga
yangberbentuk bundar atau bulat agak pipih. Warna biji bervariasi antara lain
kuning,hitam, hijau, atau cokelat. Suprapto (2001) menjelaskan bahwa besar biji
kedelaisangat bervariasi dan tergantung pada varietasnya, di Indonesia besar biji
bervariasi dari 6 – 30 gram.

2.3 syarat Tumbuh Kedelai


2.2.6 Iklim
Menurut Rusdi (1990), tanaman kedelai dapat tumbuh pada iklim panas
dengan jumlah bulan kering selama 3 – 6 bulan. Iklim yang terlalu basah
menyebabkan tanaman kurang menghasilkan biji walaupun tumbuhnya subur,
maka dalam pertumbuhannya terutama menjelang tua tanaman kedelai
memerlukan iklim kering. Ketinggian tempat 0 – 750 m di atas permukaan laut,
kecuali varietas Orba yang menghendaki ketinggian sampai 900 m di atas
permukaan laut. Suhu yang cocok adalah 250– 300C, sedangkan suhu optimum
adalah 280C.

2.2.7 Tanah

Tanaman kedelai merupakan tanaman semusim yang dapat tumbuh pada


berbagai jenis tanah dan menyukai tanah yang bertekstur ringan hingga sedang,
dan berdrainase baik (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Keasaman tanah yang
cocok untuk tanaman kedelai adalah pH 6 – 6,8. Pada pH kurang dari 5,5 kedelai
masih dapat bereproduksi, tetapi pertumbuhannya sangat lambat karena keracunan
alumunium. Untuk mengatasi hal tersebut lahan perlu diberi kapur atau
pengapuran (Najiyati dan Danarti, 1999).
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Tempat Pelaksanaan dan waktu

Praktikum dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Uiversitas


Umar. Mulai dari bulan maret 2021.

3.2 Alat dan Bahan

Alat Bahan
 Cangkul Tali rapia
 Garu Benih kedelai
 Parang Pupuk kandang
 Skop Pupuk urea
 Meteran Pupuk NPK
 Traktor
 Jangka sorong
 Atk

3.3 Cara Kerja

1. Lakukan olah lahan terlebih dahulu untuk mengemburkan tanah


mengunakan traktor, setelah nya lakukan pembersihan lahan seperti sisa
tanaman dengan mengambil nya menggunakan tangan apabila ada yang
tertinggal.
2. Lakukan pengukuran bedengan menggunakan meteran untuk pembuatan
bedengan.
3. Kemudian Buat bedengan sesuai yang diarahkan oleh asisten.
4. Bedengan yang sudah di buat lakukan pengolahan tanah dengan
penaambahan pupuk dasar yaitu pupuk kandang.
5. Diamkan bedengan selama 2 minggu supaya pupuk kandang mulai
terdekomposisi.
6. Setelah itu gemburkan tanah kembali menggunakan garu sambil
pembuatan jarak tanam.
7. Selanjutnya dilakukan penugalan untuk memasukkan benih maksimal
duaa benih dalam satu lubang tanam.
8. Tutup kembali lubang tanam dengan tanah dan pastikan tanah tidak terlalu
padat.
9. Sirami lahan yang sudah di tanam benih kedelai mengunakan gembor
hingga tanah menjadi agak basah.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 tabel pengukuran tanaman
4.1.1 pengukuran minggu pertama (1 mst)
Sampel Tinggi Jumlah Lebar daun Panjang Diameter
tanaman daun daun batang
1 9,2 cm 4 helai 4,3 cm 5,5 cm 0,1 mm
2 9 cm 4 helai 4,5 cm 6 cm 0,2 mm
3 6,7 cm 4 helai 4,2 cm 5,2 cm 0,1 mm
4 7,5 cm 4 helai 4,4 cm 5,5 cm 0,1 mm
5 9,5 cm 4 helai 4 cm 5,4 cm 0,3 mm
6 8,4 cm 4 helai 4,2 cm 5,6 cm 0,1 mm
7 7 cm 4 helai 4,3 cm 6,1 cm 0,1 mm
8 9,9 cm 4 helai 4,3 cm 4,5 cm 0,1 mm
9 9,5 cm 4 helai 4 cm 5,1 cm 0,1 mm
10 10,3 cm 4 helai 4 cm 5,3 cm 0,1 mm
Sampel Tinggi Jumlah Lebar daun Panjang Diameter
tanaman daun daun batang
1 9,3 cm 8 helai 4,5 cm 6,7 cm 0,4 mm
2 9,9 cm 10 helai 4,7 cm 6,7 cm 0,3 mm
3 8,3 cm 8 helai 4,6 cm 5,8 cm 0,2 mm
4 8,4 cm 8 helai 4,5 cm 6 cm 0,2 mm
5 9,6 cm 8 helai 4,6 cm 5,5 cm 0,4 mm
6 8,5 cm 8 helai 4,7 cm 5,8 cm 0,2 mm
7 8 cm 8 helai 4,5 cm 6,3 cm 0,2 mm
8 10 cm 8 helai 4,6 cm 4,7 cm 0,3 mm
9 9,8 cm 8 helai 4,3 cm 5,3 cm 0,2 mm
10 10,5 cm 8 helai 4,4 cm 5,5 cm 0,2 mm
4.1.2 pengukuran minggi kedea (2 mst)

4.1.3 pengukuran minggi kedea (2 mst)


Sampel Tinggi Jumlah Lebar Panjang Diameter
tanaman daun daun daun batang
1 16 cm 14 helai 4,7 cm 7,7 cm 0,6 mm
2 15 cm 14 helai 4,8 cm 9,5 cm 0,5 mm
3 14,5 cm 12 helai 4,6 cm 8,8 cm 0,4 mm
4 13 cm 13 helai 4,6 cm 8 cm 0,5 mm
5 16 cm 12 helai 4,7 cm 9 cm 0,7 mm
6 12 cm 12 helai 4,9 cm 9 cm 0,6 mm
7 14 cm 14 helai 4,7 cm 7,5 cm 0,5 mm
8 15 cm 13helai 4,7 cm 8 cm 0,5 mm
9 15 cm 14 helai 4,5 cm 10 cm 0,6 mm
10 19 cm 14 helai 4,6 cm 10 cm 0,5 mm

Benih yang digunakan :


Varietas :Anjasmoro
Warna hopokotil :Ungu
Warna bunga :Ungu 35-39
Warna bulu :Putih
Bentuk daun :Oval
Warna polong :Cokelat muda
Umur masak :82-92
Tipe tumbuh :Determinit

Pembahasan berikut Di ambil dari Jurnal Roguing Dan Sortasi Pada Proses
Produksi Benih (Suhartina, Gatut Wahyu Anggoro Susanto, dan Novita
Nugrahaeni).

Waktu dan cara melakukan roguing

Roguing dilakukan secara berulang dan sistematik. Roguing pada tanaman


kedelai dilakukan minimal tiga kali, yaitu pada fase juvenil (tanaman muda), fase
berbunga, dan fase masak. Fase juvenil, fase berbunga, dan fase masak adalah
fase-fase pertumbuhan tanaman kedelai yang sebaiknya diketahui oleh pelaksana
roguing. Roguing yang dilakukan pada fase juvenil dengan mengenali dan
membuang tanaman lain. Tipe simpang yang paling mudah dikenali dan harus
dibuang adalah tanaman lain, tanaman tidak sehat, dan gulma.
Fase pertumbuhan kedelai Tanaman kedelai mempunyai dua periode
tumbuh, yaitu fase vegetatif dan fase generatif (Tabel 2 dan 3). Fase vegetatif
dilambangkan dengan kode V diawali oleh fase VE yang disebut juga fase
kecambah. Pada fase V1 daun tunggal dan daun berangkai tiga pada buku di
atasnya telah berkembang penuh. Selanjutnya hanya buku-buku pada batang
utama yang dihitung untuk penandaan stadia. Meskipun pertumbuhan vegetatif
berlanjut, fase-fase pertumbuhan tanaman setelah pembungaan lebih tepat jika
dideskripsikan menggunakan struktur reproduktif.

Fase dan karakter dalam pemeriksaan lapang.

1. Fase juvenil/ tanaman muda

Pengamatan pada fase awal yang terbaik dilakukan pada saat tanaman
berumur 10 - 15 hari. Karakter yang diamati adalah warna hipokotil. Kedelai
hanya memiliki warna hipokotil hijau dan ungu. Hipokotil hijau akan diikuti
dengan warna bunga putih sedangkan hipokotil ungu akan memiliki warna bunga
ungu.

2. Fase berbunga

Apabila pada fase juvenil belum mampu membedakan adanya campuran


varietas lainnya, maka pengamatan dapat dilakukan lagi pada saat berbunga
dengan mengamati: Warna bunga. Bunga kedelai terdiri dari warna putih dan
ungu. Kedelai yang hipokotilnya berwarna hijau akan mempunyai warna mahkota
bunga putih, sedangkan yang mempunyai warna hipokotil ungu akan mempunyai
warna mahkota bunga ungu. Warna ini terlihat jelas pada saat bunga mekar.
Bunga warna Ungu Bunga warna Putih Saat keluarnya bunga. Umur berbunga
yang sangat menyimpang dari tanaman dominan dapat segera dibuang. Jika masih
ragu, gunakan indikator lain diantaranya: Warna dan kerapatan bulu pada tangkai
daun. Posisi dan bentuk daun. Bentuk daun seringkali cukup sulit untuk
digunakan sebagai parameter penilai, yang penting adalah ketegapan batang dan
posisi daun pada batang secara keseluruhan. Ketahanan terhadap penyakit.
Diantara kedelai yang memiliki warna bunga putih, Galunggung dan Lokon peka
terhadap penyakit virus, sehingga hal tersebut bisa digunakan sebagai indikator
pembeda. Tinggi tanaman yang menyimpang.

3. Fase masak

Merupakan pemeriksaan lapang terakhir, didasarkan pada: Warna kulit


polong. Warna kulit polong masak adalah cokelat muda, cokelat, cokelat tua, dan
cokelat kehitaman. Tanaman dengan warna polong masak menyimpang dibuang.
Ukuran polong. Polong kedelai diklasifikan menjadi ukuran besar, sedang, dan
kecil. Tanaman dengan ukuran polong menyimpang dibuang. Umur polong masak
dan tinggi tanaman. Tanaman dengan umur masak polong dan tinggi tanaman
yang menyimpang dibuang. Tipe tumbuh. Tanaman dengan tipe tumbuh
menyimpang dibuang.

Pembahasan berikut Di ambil dari Jurnal Pendugaan Umur Simpan Benih


Kedelai Menggunakan Metode Accelerated Shelf-life Testing (ASLT) Shelf-
life Soybean of Seed Estimation Using Accelerated Shelf-life Testing (ASLT)
Method (Suci Rahmi, Program Studi Teknologi Pascapanen, Departemen
Teknik Mesin dan Biosistem).

Metode Analisis Mutu Benih Kedelai

Kadar Air (AOAC 2005) Pengukuran air dilakukan dengan menggunakan


metode oven dan cawan petri sebagai wadahnya. Cawan petri dikeringkan dalam
oven dengan suhu 150 ºC selama 1 jam kemudian didinginkan dalam desikator
selama 15 menit. Cawan petri yang sudah didinginkan selanjutnya ditimbang
dengan neraca analitik. Tahap berikutnya mengambil sampel sebanyak 5g
kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri dan ditimbang. Cawan yang berisi
sampel dimasukkan kembali ke oven untuk tujuanpengeringan dengan suhu 105ºC
selama 6 jam. Pengeringan terus diulangi sampai mencapai berat konstan,
kemudian Didinginkan dalam desikator, lalu ditimbang.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Dari laporan diatas dapat disimpulkan budidaya tanaman kedelai dilakukan


dengan cara yang baik, karena apabila tidak melakukan nya sesuai dengan
panduan nya maka tanaman tidak akan tumbuh dengan baik, kemudian perhatikan
kembali pertumbuhan tanaman nya, dan harus dilakukan penyiraman 2 kali sehari
agar pertumbuhan nya lebih maksimal lagi. Dari pengamatan diatas pertumbuhan
tanaman kedelai dari minggu pertama sampai minggu selanjutnya tumbuh dengan
baik dan sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistika. 2018. Data Statistik Bidang Tanaman Pangan.


https://www.bps.go.id/dynamictable/2015/09/09/871/produksi-kedelai-
menurut-provinsi-ton-1993-2015.html [diakses 21 Agustus 2018].

Ghulamahdi M, Melati M, Murdianto. 2009. Penerapan teknologi budidaya jenuh


air dan penyimpanan benih kedelai di lahan pasang surut. Laporan akhir
program insentif tahun 2009. Kementrian Negara Riset dan Teknologi.

Adisarwanto, T. 2013. Kedelai Tropika Produktivitas 3 Ton/Ha. Penebar


Swadaya.Jakarta. 92 Hal.

Fachrudin, L. 2000. Budidaya Kacang-Kacangan. Kanisius. Yogyakarta. 118 hal.


Adisarwanto. 2005. Kedelai. Swadaya. Jakarta.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2005. Official Methods of


Analysis, 16thed. 45:5-6. Washington DC (US).

Anda mungkin juga menyukai