Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

JUDUL
.
.

Dosen Pengampu : Theo Mahiseta Syahniar, S.Pt., M.Si.

Disusun Oleh :
NNHASWA MAULANA BHATHARI AMANDA
C312205568

PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK


JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “laporan praktikum
teknologi pakan ternak pembuatan bahan pakan pelet ruminansia menggunakan disc mill” ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Teknologi Pakan. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
bagaimana membuat pakan pelet menggunakan bahan edamame di kehidupan sehari-hari bagi
para peternak dan petani maupun juga industri besar peternakan.

Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Theo Mahiseta Syahniar
selaku Dosen Teknologi Pakan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan
semua, terima kasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.

Kemudian, saya menyadari bahwa tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan
laporan ini.

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ransum berbentuk mash yaitu ransum yang telah mengalami proses


penggilingan sehingga ukuran partikel menjadi kecil (tepung). Ransum berbentuk
mash harganya relatif lebih murah dibandingkan ransum bentuk olahan lainnya karena
tidak ada penambahan biaya untuk proses produksi lebih lanjut. Kelemahan pakan
berbentuk mash adalah mudah tercecer dan berdebu

TAMBAHAN
.
.
.
.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan diadakannya praktikum ini adalah :
1. Memahami proses pembuatan pakan dengan bahan edamame dan lamtoro.
2. Melakukan proses penggilingan edamame dan lamtoro.

C. MANFAAT PRAKTIKUM

Adapun manfaat yang didapat dari praktikum ini adalah :


1. Mampu menggiling bahan-bahan pakan minimal 2 ukuran menggunakan Disc
Mill.
2. Mampu memahami kandungan-kandungan pada edamame dan lamtoro untuk
pakan ternak.
3. Mampu melakukan dan mengetahui ukuran penggilingan bahan pakan
edamame dan lamtoro.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

 Kajian Teori
1. Lamtoro (Leucaena leucocephala)
Lamtoro merupakan perdu atau pohon kecil dengan tinggi 2-10 m,
memiliki batang pohon keras dan berukuran tidak besar serta batang bulat
silindris dan bagian ujung berambut rapat, daun majemuk berurai dalam
tangkai, menyirip genap ganda dua sempurna, anak daun kecil kecil terdiri
dari 5-20 pasang, bentuknya lanset, ujung runcing, tepi rata, panjang 6-21 mm
dan lebar 2-5 mm. Bunga majemuk terangkai dalam karangan berbentuk
bongkol yang bertangkai panjang dan berwarna putih kekuningan atau sering
disebut cengkaruk.
Buahnya mirip buah petai (parkia speciosa) tetapi ukurannya jauh lebih
kecil dan berpenampang lebih tipis, termasuk buah polong yang
berisi biji – biji kecil dengan jumlah cukup banyak, pipih, dan tipis bertangkai
pendek, panjang 10-18 cm, lebar 2 cm dan diantara biji ada sekat. Biji terdiri
dari 15-30 butir, letak melintang, bentuk bulat telur sungsang, panjang 8 mm,
lebar 5 mm, berwarna coklat kehijauan atau coklat tua dan licin mengkilap.
Sistematika tumbuhan lamtoro menurut Steenis cit, Fauziyah (2008).
Sistematika tumbuhan lamtoro adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Leucaena
Spesies : Leucaena leucocephala L.
TAM BAHAN
.
.
.
.

2. Kedelai Edamame
Edamame merupakan sejenis kedelai yang berasal dari Jepang dan
memiliki nilai jual yang lebih tinggi serta mengandung nilai gizi yang tinggi.
Edamame (Eda = cabang dan Mame = kacang) atau dapat juga disebut sebagai
buah yang tumbuh di bawah cabang (Samsu,2001). Edamame adalah sejenis
kedelai (Glycine max (L) Merrill) yang berasal dari Jepang, Edamame dikenal
sebagai kedelai sayur adalah salah satu kacang kedelai yang termasuk ke
dalam kelompok polong-polongan, dipanen pada puncak pemasakan sebelum
mencapai masa pengerasan. pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama
botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycinemax (L.) Merill.
Berdasarkan NPGS (2006) klasifikasi tanaman kedelai edamame yaitu :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max (L.) Merr.
TAMBAHAN
.
.
.
.

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1. Alat
1) Mesin Disc Mill
2) Timbangan
3) Oven
4) Pisau
5) Alas Penjemuran
6) Nampan dan wadah
2. Bahan
1) 15kg kedelai Edamame
2) 19kg Lamtoro

B. Prosedur Praktikum
1. Proses Penjemuran dan Penimbangan
1) Timbang berat keseluruhan kedelai edamame, kemudian pisahkan biji
kedelai edamame dari kulit kedelai edamame
2) Timbang kembali biji kedelai edamame yang telah dipisahakan dari kulit,
begitu juga dengan kulit kedelai edamame lakukan hal yang sama
3) Timbang berat keseluruhan lamtoro
4) Pisahkan antara daun ranting atau batang dan biji lamtoro
5) Lakukan penimbangan ulang pada bagian-bagian lamtoro yang telah
dipisahkan
6) Apabila telah dilakukan pemisahan dan penimbangan, jemurlah semua
bagian kedelai edamame dan lamtoro selama beberapa hari
7) Setelah dilakukan penjemuran, seluruh bagian kedelai edamame dan
lamtoro dioven selama waktu yang telah ditentukan, timbang masing-
masing bahan yang telah dioven.
8) Setelah melalui proses penjemuran dan pengovenan langkah selanjutnya
yaitu penggilan bahan-bahan menjadi tepung menggunakan mesin Disc
Mill
9) Catat data seluruh berat bahan pada saat sebelum dilakukan pemisahan
dan penjemuran, berat setelah pemisahan dan setelah pengovenan, berat
setelah penggilingan menjadi tepung.

2. Proses Mixing
1) Campurkan bahan molases 2% dengan jagung yang sudah digiling
2) Campurkan bahan premix dengan dedak
3) Setelah di campurkan satu persatu bahan pindahkan ke terpal
4) Campur semua bahan menjadi satu dengan merata
5) Ambil sampel 200 gram sebagai data
6) Masukkan ke dalam plastik untuk di vakum
7) Setelah di vakum, tali yang rapat supaya tidak ada udara yang masuk.

BAB IV
 Hasil dan Pembahasan

Data bahan bahan pelaksanaan praktikum,


NO NAMA BAHAN BERAT BERAT BERAT
AWAL KERING GRINDING

1 Lamtoro - -
Daun dan ranting
Biji
2 Edamame - -
Biji
Kulit

Total berat formulasi pakan yang ingin dicapai adalah 8 kg,


No Nama bahan % Jumlah Bahan (gram)
1 Premix 1% 80
2 Molasse 2% 160
3 Dedak 20% 1600
4 Edamame biji 15% 1200
5 Edamame kulit 15% 1200
6 Lamtoro daun 22% 1760
7 Lamtoro polong 5% 400
8 Jagung 20% 1600
Total 100% 8000 gram

Konsumsi bahan kering paling tinggi adalah pada perlakuan R4 demikian juga pada
konsumsi bahan organik dan protein kasar. Suplementasi daun lamtoro pada ternak dapat
meningkatkan konsumsi pakan harian, kecernaan nutrien, fermentasi rumen dan
mikroorganisme rumen (Kang et al. 2012). Bentuk suplemen pakan yang berbeda juga
berpengaruh terhadap proses mastikasi. Bentuk suplemen pellet dan wafer lebih kompak,
sehingga ternak secara alamiah harus melakukan mastikasi lebih banyak dibandingkan bentuk
mash. Pengamatan yang dilakukan secara deskriptif di lapangan, proses mastikasi suplemen
wafer lebih lama dibandingkan bentuk pellet dan mash. Proses mastikasi akan berpengaruh
terhadap sekresi saliva. Semakin lama mastikasi, makan salivasi akan meningkat, hal ini akan
berdampak pada proses mempertahankan mekanisme buffer di dalam rumen. Jumlah saliva
yang tinggi pada rumen akan mempertahankan pH rumen agar tetap netral dan mencegah
asidosis. Nilai pH normal tersebut akan menjaga kondisi pencernaan fermentatif di dalam
rumen tetap normal. Kondisi tersebut menyebabkan ternak cenderung untuk meningkatkan
konsumsinya karena tubuh tidak asidosis dan kandungan tetes tebu yang dapat meningkatkan
palatabilitas.
Konsumsi bahan kering yang lebih tinggi pada perlakuan pemberian suplemen
dibandingkan kontrol diduga karena adanya tetes tebu. Menurut Wardhani et al. (1982)
penambahan tetes tebu dalam ransum dapat meningkatkan palatabilitas pakan bagi ternak
ruminansia. Menurut Perry et al. (2004) tetes tebu yang digunakan dalam ransum dapat
meningkatkan palatabilitas dan aktivitas mikroba rumen, mengurangi debu pada pakan dan
sebagai binder pada proses pelleting. Perbedaan konsumsi tersebut yang menyebabkan
perbedaan PBB pada ternak. Konsumsi bahan kering yang lebih tinggi pada perlakuan wafer,
berpengaruh terhadap PBB yang lebih besar dibandingkan perlakuan lainnya. Kemudian
diikuti dengan PBB moderate pada perlakuan suplemen daun lamtoro bentuk pellet dan mash.
Angka PBB paling kecil yaitu pada perlakuan ransum kontrol karena konsumsi bahan kering
yang juga paling rendah dibandingkan perlakuan lainnya.

 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat di ambil kesimpulan yaitu yang seharusnya praktikum
pembuatan pellet terhalang karena mesin pellet tidak bisa digunakan dan data yang kami
peroleh merupakan data hasil penimbangan dari bahan basah atu belum di giling hingga
bahan yang sudah selesai dalam penggilingan, dan praktikum kali ini hanya sampai pada
mixing bahan pakan.

 Daftar Pustaka
Argadyasto,D.*, Retnani Y., Diapari D. (2015). Pengolahan daun lamtoro secara fisik
dengan bentuk mash, pellet dan wafer terhadap performa domba, Kabupaten Bogor,
Institut Pertanian Bogor (IPB University).

Anda mungkin juga menyukai