Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN TUGAS BESAR

SISTEM PENGAIRAN OTOMATIS PADA PERSAWAHAN BERBASIS


INTERNET OF THINGS MENGGUNAKAN SENSOR SUHU DAN
KELEMBABAN TANAH

Oleh :

Kevin George Sam Tairas (201910201054)

Berkat Setiaman Gea (201910201073)

Krisna Arga Saputra (201910201080)

Rizky Aditya Nugraha (201910201084)

Baasitha Brilliant Edhy Putra (201910201113)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
kemudahan dan kebahagian untuk menyelesaikan laporan tugas besar ini dengan
judul “SISTEM IRIGASI PERSAWAHAN OTOMATIS MENGGUNAKAN
SENSOR SUHU DAN KELEMBABAN TANAH”. Tugas besar ini dimaksudkan
untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam nilai akhir semester ganjil.

Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen Muh.
Asnoer Laagu, S.T., M.T. Ph.D., selaku dosen pengampu mata kuliah praktikum
sensor, akuator, dan akuisisi data pada lingkungan agoindustri yang telah banyak
memberikan pengarahan atau bimbingan selama praktikum berlangsung.

Laporan tugas besar ini merupakan tugas akhir yang diberikan oleh dosen
pengampu mata kuliah praktikum sensor, aktuator, dan akuisisi data pada lingkungan
agroindustri dimana laporan ini ditulis dari hasil mengerjakan dan membuat alat
berupa sistem irigas persawahan otomati menggunakan sensor suhu dan kelembaban
tanah sebagai tugas besar.

Penulis berharap dengan laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
penulis secara pribadi, terkhususnya menambah wawasan kita mengenai komponen –
komponen yang digunakan dan prinsip kerja pada penelitian kali ini .

Jember, 07 Desember 2022

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian atau perkebunan pada negara Indonesia merupakan sumber utama


dalam memenuhi kebutuhan pangan. Dalam pertanian atau perkebunan, air adalah hal
yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan tumbuhan. Pengaturan pembagian
atau pengaliran air menurut sistem tertentu di lahan pertanian disebut irigasi. Selain
air, tanah juga sebagai faktor utama yang harus diperhatikan agar dapat memberikan
hasil sesuai dengan yang diharapkan. Kondisi tanah yang mendapatkan air berlebih
maupun kurang, dapat mempengaruhi optimal atau tidaknya nutrisi yang didapatkan
oleh tanaman.
Pengairan atau irigasi adalah usaha pemberian air dan pengaturan air untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah
tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Namun secara umum metode pemberian air
irigasi dapat dibagi menjadi 4 bagian, yakni irigasi permukaan, irigasi bawah
permukaan, irigasi curah (sprinkler irigation), dan irigasi tetes (drip irigation).
Metode irigasi yang akan digunakan tergantung pada faktor ketersediaan air, tipe
tanah, topografi lahan dan jenis tanaman.
Perkebangan teknologi informasi dan komunikasi pada zaman ini banyak yang
sudah berkebang di berbagai bidang, tak terkecuali pada bidang pertanian. Adapun
beberapa peneliti terdahulu telah memanfaatkan teknologi dalam membantu petani
mengatasi masalah irigasi. Berdasarkan refrensi yang didapat dengan judul “Rancang
Bangun Sistem Irigasi Otomatis Dan Monitoring Pada Lahan Pertanian Berbasis
Internet of Things” yang bertujuan memudahkan para petani untuk melakukan irigasi
pada lahan pertanian. Penelitian ini menggunakan arduino uno sebagai
microcontroller dan menggunakan beberapa sensor yaitu sensor soil moisture dan
sensor DHT11. Soil moisture capacitve berfungsi untuk mendeteksi kelembapan
tanah yang nantinya digunakan sebagai parameter dalam melakukan penyiraman.
Sedangkan sensor DHT11 digunakan untuk mengetahui suhu dan kelembapan udara
sekitar.
Penelitian lain juga menerapkan sistem monitoring pada artikel yang berjudul
“Rancang Bangun Sistem Monitoring Kelembapan Tanah dan Suhu Udara. Dalam
penelitian kali ini memanfaatkan sensor kelembapan tanah untuk mengetahui kondisi
tanah kering atau tidak dan memanfaatkan water pumb untuk melakukan irigasi
secara otomatis yang nantinya dalam sistem dikendalikan oleh node mcu.
Berdasarkan permasalahan tersebut penulis merasa perlunya merancang sistem
irigasi otomatis yang dapat memaksimalkan ketersediaan air pada musim kemarau
dan juga dapat meminimalisir terjadinya kekeringan pada lahan pertanian yang
tentunya dapat mengakibatkan penurunan produksi pada komoditas petanian. Dan
dengan dibangunya sistem tersebut diharapkan dapat memaksimalkan hasil produksi
pertanian kesejahtraan petani dapat meningkat.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara merancang dan membuat sistem monitoring kelembaban
tanah dengan sensor moisture dan sistem monitoring suhu dengan
menggunakan sensor DHT11?
2. Bagaimana sistem kerja dari sensor soil moisture dan sensor DHT11?

1.3 Tujuan

1. Merancang dan membuat sebuah sistem monitoring kelembaban tanah


dengan sensor moisture dan sistem monitoring suhu dengan menggunakan
sensor DHT11 pada irigasi persawahan.
2. Menentukan sistem kerja dari sensor soil moisture dan sensor DHT11.

1.4 Manfaat

1. Bermanfaat bagi penulis dalam memperluas wawasan ilmu pengetahuan


dalam bidang sistem monitoring kelembaban tanah dan sistem monitoring
suhu.
2. Sebagai referensi dalam menggunakan maupun mengembangkan sistem
yang sudah digunakan.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 NodeMCU ESP8266 v.3


Sebuah latform IoT sumber terbuka adalah NodeMcu. Open source adalah
pengembangan sistem. Sistem ini tidak dikoordinasikan oleh orang/organisasi pusat,
akan tetapi oleh kontributor yang bekerja 7 sama menggunakan kode yang tersedia
secara bebas. Terdiri dari beberapa hardware berupa Espresif System ESP8266
System OnChip ESP8266 dan firmware yang digunakan. Firmware menggunakan
skrip bahasa pemrograman eksternal. NodeMCU yang mikrokontroler bisa mirip
dengan papan Arduino ESP8266. Seri tutorial ESP8266 membahas masalah
pemrograman dengan ESP8266. Ini karena mengunduh perangkat lunak memerlukan
beberapa metode koneksi dan modul serial USB opsional. Namun, NodeMCU
mengakomodasi ESP8266 pada papan sirkuit terintegrasi dengan beberapa fitur
seperti mikrokontroler + akses Wi-Fi dan chip serial USB.

Gambar 2.1 NodeMCU ESP8266 v.3 dan Skema Pin


Alasan penulis memilih NodeMCU ESP8266 ialah karena mudah diprogram
dan memiliki pin I/O yang memadai dan dapat mengakses jaringan Internet untuk
mengirim atau mengambil data melalui koneksi WiFi. Spesifikasi dari NodeMCU
sebagai berikut :
1. 10 port pin GPIO
2. Fungsionalitas PWM
3. Antarmuka I2C dan SPI
4. Antarmuka 1 Wire
5. ADC
Modul ini membutuhkan daya sekitar 3.3v dengan memiliki tiga mode wifi
yaitu Station, Access Point dan Both (Keduanya). Modul ini juga dilengkapi dengan
prosesor, memori dan GPIO dimana jumlah pin bergantung dengan jenis ESP8266
yang kita gunakan. Sehingga modul ini bisa berdiri sendiri tanpa menggunakan
mikrokontroler apapun karena sudah memiliki perlengkapan layaknya
mikrokontroler.

2.2 Arduino IDE (Integrated Development Environment)


Arduino memiliki open-source yang memudahkan untuk menulis kode dan
mengupload board ke arduino. Arduino IDE (Integrated Development Enviroment)
ini merupakan media yang digunakan untuk memberikan informasi kepada Arduino
sehingga dapat memberikan output sesuai dengan apa yang diinginkan. Software
arduino yaitu berupa software processing yang digunakan untuk menulis program
kedalam Arduino Uno, merupakan penggabungan antara bahasa C++ dan Java.
Software Arduino dapat di-install di berbagai operating sistem seperti Linux, Mac
OS, Windows (Mulyana.,dkk (2014)). IDE (Integrated Development Enviroment)
arduino merupakan pemograman dengan mengggunakan bahasa C. Setiap program
IDE arduino yang biasa disebut sketch Interface Arduino IDE tampak seperti gambar
2.2.
Gambar 2.2 Interface arduino IDE
2.3 Sensor Soil Moisture
Soil Moisture Sensor (Sensor YL) adalah sebuah jenis sensor yang fungsinya
adalah untuk mengukur kelembaban tanah, prinsip operasinya adalah mendeteksi
kelembaban di sekitar tanah, meskipun secara teknis sensor ini tidak dapat
mendeteksi kelembaban tanah.
Sensor mengenakan dua konduktor yang di buat untuk mengalirkan arus
melalui tanah yang di ukur kelembabanya dan kemudian sensor mulai membaca nilai
resistansi untuk menentukan tingkat kelembabanpada tanah. Semakin banyak air di
dalam tanah, semakin tinggi nilai hambatannya, dan semakin tinggi nilainya, semakin
rendah hambatannya. Sensor kelembaban tanah di aplikasi Anda membutuhkan catu
daya 5V dan tegangan output 04.2V. Gambar di bawah ini adalah sebuah gambar
sensor kelembaban yang bisa dilihat di bawah ini:
Gambar 2.3 Sensor Soil Moisture

Oleh karena itu, Soil Moisture Sensor di bagi menjadi dua bagian, yaitu satu
papan elektronik dan yang lainnya probe yang di lengkapi dengan dengan dua
potensio, fungsinya yaitu untuk pendeteksian kadar air. Ini termasuk sensor
analogatau biasanya di sebut A0. Sensor akam mendeteksi dan mengirimkan nilai
kelembaban dari tanah tersebut dalam bentuk persentase.

2.4 Motor Servo


Motor servo adalah sebuah perangkat atau aktuator putar (motor) yang
dirancang dengan sistem kontrol umpan balik loop tertutup (servo), sehingga dapat di
set-up atau di atur untuk menentukan dan memastikan posisi sudut dari poros output
motor. motor servo merupakan perangkat yang terdiri dari motor DC, serangkaian
gear, rangkaian kontrol dan potensiometer. Serangkaian gear yang melekat pada
poros motor DC akan memperlambat putaran poros dan meningkatkan torsi motor
servo, sedangkan potensiometer dengan perubahan resistansinya saat motor berputar
berfungsi sebagai penentu batas posisi putaran poros motor servo.
Penggunaan sistem kontrol loop tertutup pada motor servo berguna untuk
mengontrol gerakan dan posisi akhir dari poros motor servo. Penjelasan sederhananya
begini, posisi poros output akan di sensor untuk mengetahui posisi poros sudah tepat
seperti yang di inginkan atau belum, dan jika belum, maka kontrol input akan
mengirim sinyal kendali untuk membuat posisi poros tersebut tepat pada posisi yang
diinginkan. Untuk lebih jelasnya mengenai sistem kontrol loop tertutup, perhatikan
contoh sederhana beberapa aplikasi lain dari sistem kontrol loop tertutup, seperti
penyetelan suhu pada AC, kulkas, setrika dan lain sebagainya.
Motor servo biasa digunakan dalam aplikasi-aplikasi di industri, selain itu
juga digunakan dalam berbagai aplikasi lain seperti pada mobil mainan radio kontrol,
robot, pesawat, dan lain sebagainya.
Gambar 2.4 Motor Servo
Ada dua jenis motor servo, yaitu motor servo AC dan DC. Motor servo AC
lebih dapat menangani arus yang tinggi atau beban berat, sehingga sering
diaplikasikan pada mesin-mesin industri. Sedangkan motor servo DC biasanya lebih
cocok untuk digunakan pada aplikasi-aplikasi yang lebih kecil.

2.5 DHT11
Sensor DHT11 adalah module sensor yang berfungsi untuk mensensing objek
suhu dan kelembaban yang memiliki output tegangan analog yang dapat diolah lebih
lanjut menggunakan mikrokontroler. Module sensor ini tergolong kedalam elemen
resistif seperti perangkat pengukur suhu seperti contohnya yaitu NTC. Kelebihan dari
module sensor ini dibanding module sensor lainnya yaitu dari segi kualitas
pembacaan data sensing yang lebih responsif yang memliki kecepatan dalam hal
sensing objek suhu dan kelembaban, dan data yang terbaca tidak mudah
terinterverensi. Sensor DHT11 pada umumya memiliki fitur kalibrasi nilai
pembacaan suhu dan kelembaban yang cukup akurat. Penyimpanan data kalibrasi
tersebut terdapat pada memori program OTP yang disebut juga dengan nama
koefisien kalibrasi. Sensor ini memiliki 4 kaki pin, dan terdapat juga sensor DHT11
dengan breakout PCB yang terdapat hanya memilik 3 kaki.
Gambar 2.5 Sensor DHT11
 Tegangan masukan : 5 Vdc
 Rentang temperatur :0-50 ° C kesalahan ± 2 ° C
 Kelembaban :20-90% RH ± 5% RH error
BAB 3

METODOLOGI TUGAS BESAR

3.1 Alat dan Bahan


Pada tugas besar yang terbentuk, terdapat alat dan bahan yang digunakan
sebagai berikut :
1. NodeMCU ESP2866
2. Sensor DHT 11
3. Soil Moisture Sensor (YL 69)
4. Kabel USB type B
5. PCB
6. LED (Merah,Kuning,Hijau)
7. Glue Gun
8. Resistor 10KΩ (3 buah)
9. Motor Servo
10. Wadah Plastik
11. Sumpit Kayu
12. Karet
3.2 Diagram Alir Cara Kerja Alat

Gambar 3.1 Diagram Alir Cara Kerja Alat


3.3 Desain Perangkat Keras

Gambar 3.2 Skematik Rangkaian Perangkat Keras

3.4 Listing Program


#define BLYNK_TEMPLATE_ID "TMPL5vZMWo9S"
#define BLYNK_DEVICE_NAME "TB SENSOR BARU"
#define BLYNK_AUTH_TOKEN "8u70r3kMqUn6bR3cojc-1GMe5xpAoA3G"
//Include the library files
#define BLYNK_PRINT Serial
#include <Servo.h>
#include <DHT.h>
#define DHTPIN 4 //D2
#define DHTTYPE DHT11
DHT dht(DHTPIN, DHTTYPE);
#include <ESP8266WiFi.h>
#include <BlynkSimpleEsp8266.h>

char auth[] = "8u70r3kMqUn6bR3cojc-1GMe5xpAoA3G";//Enter your Auth


token
char ssid[] = "MJK";//Enter your WIFI name
char pass[] = "mojokerto";//Enter your WIFI password

BlynkTimer timer;
Servo servo;

int sensor = A0;


int MERAH = 14; //D5
int KUNING = 2; //D4
int HIJAU = 12;//D6
int BUZZER = 13; //D7
int pin_servo = 5; //D1

void setup() {
dht.begin();
servo.attach(pin_servo);
pinMode (14, OUTPUT);
pinMode (12, OUTPUT);
pinMode (13, OUTPUT);
pinMode (15, OUTPUT);
pinMode(A0, INPUT);
Serial.begin(9600);

Blynk.begin(auth, ssid, pass, "blynk.cloud", 80);


Serial.print("System Loading");
for (int a = 0; a <= 15; a++)
{
Serial.println(".");
delay(500);
}
}

void loop() {
Blynk.run();//Run the Blynk library
float h = dht.readHumidity();
// Read temperature as Celsius (the default)
float t = dht.readTemperature();
// Read temperature as Fahrenheit (isFahrenheit = true)
float f = dht.readTemperature(true);
if (isnan(h) || isnan(t) || isnan(f)) {
Serial.println(F("SUHU DHT EROR!"));
return;
}
Serial.print("Suhu :");
Serial.println(t);
Serial.print("Kelembaban :");
Serial.println(h);
Blynk.virtualWrite(V0, t);
Blynk.virtualWrite(V1, h);
timer.run();//Run the Blynk timer

int value = analogRead(sensor);


value = map(value, 0, 1024, 0, 100);
value = (value - 100) * -1;

Blynk.virtualWrite(V2, value);

Serial.print("Moisture : ");
Serial.print(value);
Serial.println(" ");

if (value < 27)


{
Serial.println (" TANAH PADA SAWAH KERING !!! ");
digitalWrite(MERAH, HIGH);
digitalWrite(KUNING, LOW);
digitalWrite(HIJAU, LOW);
servo.write(180);
digitalWrite(BUZZER,HIGH);
delay(2000);
}
if (value >= 27 && value <= 29)
{
Serial.println ("TANAH PADA SAWAH NORMAL");
digitalWrite(MERAH, LOW);
digitalWrite(KUNING, LOW);
digitalWrite(HIJAU, HIGH);
servo.write(0);
digitalWrite(BUZZER,HIGH);
delay(2000);
}
else if(value > 29)
{
Serial.println ("TANAH PADA SAWAH TERLALU BASAH");
digitalWrite(MERAH, LOW);
digitalWrite(KUNING, HIGH);
digitalWrite(HIJAU, LOW);
servo.write(0);
digitalWrite(BUZZER, LOW);
delay(2000);
}

3.5 Prosedur Perancangan Alat


1. Merancang alat dengan pengimplementasian sensor soil moisture (YL 69) dan
DHT 11 untuk sistem irigasi otomatis dalam bidang agroindustri.
2. Merangkai perancangan alat dengan alat dan bahan yang telah tersedia.
3. Membuat Template pada Software Blynk dan memprogram pada NodeMCU
ESP8266 sebagai media mikrokontroler alat yang dirancang.
4. Inisialisasi program dan melakukan percobaan pada alat.
5. Mengevaluasi kekurangan pada alat.

3.6 Prinsip Kerja Alat


Alat yang dirancang bekerja berdasarkan kelembaban dan suhu pada udara
serta tanah, karena tumbuhan memiliki sifat yang sensitif terhadap kelembaban maka
dari tu alat pemonitoringan ini dibuat untuk mengontrol kelembaban pada tanah dan
udara pada lingkungan sekitar. Adapun sensor yang digunakan dalam pemonitoringan
tersebut ialah sensor Soil Moisture YL 69 dan DHT 11. Listing pemrograman pada
NodeMCU ESP8266 dibuat menjadi tiga kondisi yang dioperasikan yaitu saat kondisi
kelembaban dan suhu pada tanah kurang dari 27°C maka akan dianggap tanah
tersebut dalam keadaan kering sehingga sistem pintu irigasi otomatis akan terbuka
dengan sendirinya untukk mengaliri air, saat kondisi normal yaitu suhu pada tanah
mencapat 27°C hingga kurang dari sama dengan 29°C maka pintu irigasi otomatis
akan tertutup, saat kondisi tanah terlalu basah hingga mencapai suhu lebih dari 29°C
maka pintu irigasi otomatis akan tertutup dan lampu LED kuning akan menyala untuk
memberitahukan bahwa kondisi tanah terlalu basah sehingga pintu irigasi otomatis
akan tertutup.
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Kondisi
No. Kondisi Alat Tampilan Blynk
Tanah

1. Kering

Gambar 4.1 Keadaan Alat pada saat Gambar 4.2 Tampilan Blynk
Kondisi Tanah Kering pada saat Kondisi Tanah Kering
2. Normal

Gambar 4.3 Keadaan Alat pada saat Gambar 4.4 Tampilan Blynk
Kondisi Tanah Normal pada saat Kondisi Tanah Normal

3. Basah

Gambar 4.6 Tampilan Blynk


Gambar 4.5 Keadaan Alat pada saat
pada saat Kondisi Tanah Basah
Kondisi Tanah Basah

4.2 Pembahasan
Irigasi atau pengairan adalah suatu usaha mendatangkan air dengan membuat
bangunan dan saluran-saluran ke sawah-sawah atau ke ladang-ladang dengan cara
teratur dan membuang air yang tidak diperlukan lagi, setelah air itu dipergunakan
dengan sebaik-baiknya. Adapun dalam dunia irigasi khususnya persawahaan untuk
tetap menjaga kesetabilan air maka digunakanlah pintu air dengan cara membuka
pintu yang airnya mengalir menuju ke sawah yang mendapatkan giliran air dan
menutup pintu air yang airnya mengalir menuju ke sawah yang tidak mendapatkan
giliran ditribuasi air. Namun saat ini untuk menutup dan membuka pintu masyakarat
masih menggunakan cara manual yaitu dengan berjalan membuka atau menutup pintu
dengan yang lainya. Sehingga efektifitas distribusi air ke dalam lahan pesawahan
masih rendah hal tersebut terlihat saat masa tanam tiba yaitu banyak petani yang
mengalami kekeringan dan kebanjiran akibat pintu air yang masih tradisional.
Pada Tugas Besar kali ini kami membuat suatu alat mengenai sistem
pengairan otomatis pada persawahan berbasis IoT menggunakan sensor suhu dan
kelembaban tanah.
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari project yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan yaitu. Sistem
irigasi merupakan hal yang penting bagi petani untuk mengaliri air ke sawah, dengan
berkembangnya teknologi tidak menutup kemungkinan untuk mengembangkan
teknologi irigasi. Dengan dibuatnya project ini dapat membantu para petani untuk
memudahkan pengairan sawah secara otomatis dan hemat waktu. Dengan dibuatnya
project sistem irigasi otomatis tersebut, para petani tidak lagi menyiram atau
mengaliri sawah secara manual. Karena dengan sistem irigasi otomatis ini
menggunakan sensor yang dapat mendeteksi kelembaban tanah dan secara otomatis
akan membuka portal pintu air ketika tanah dalam kondisi kering dan juga menutup
secara otomatis ketika kondisi tanah sudah cukup basah untuk tanaman.

5.2 Saran

Saran untuk project ini, diharapkan untuk kedepannya alat ini dapat
dikembangkan hingga menjadi sistem yang sebenarnya dengan menggunakan
komponen yang lebih memadai dan lebih efisien. Dan juga diharap petani sadar akan
pentingnya teknologi yang dapat memudahkan mereka untuk mengelola agroindustri
menjadi lebih baik. Dan yang terakhir diharapkan project ini tidak berhenti sampai
disini dan akan terus dikembangkan menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Saptadi, A. H. (2014). Perbandingan Akurasi Pengukuran Suhu dan Kelembaban

AntaraSensor DHT11 dan DHT22. Jurnal Infotel, 6(2), 49-56.

Sharmila, F. M., Suryaganesh, P., Abishek, M., & Benny, U. (2019, March). IoT
based

smart window using sensor Dht11. In 2019 5th International Conference on


Advanced Computing & Communication Systems (ICACCS) (pp. 782-784).
IEEE.

Ochsner, T. E., Cosh, M. H., Cuenca, R. H., Dorigo, W. A., Draper, C. S., Hagimoto,

Y., ... &Zreda, M. (2013). State of the art in large‐scale soil moisture
monitoring. Soil Science Society of America Journal, 77(6), 1888-1919.

Wicaksono, M. F. (2017). Implementasi modul wifi NodeMCU Esp8266 untuk smart

home. Komputika: Jurnal Sistem Komputer, 6(1).

Prayitno, W. A., Muttaqin, A., & Syauqy, D. (2017). Sistem Monitoring Suhu,

Kelembaban, danPengendali Penyiraman Tanaman Hidroponik menggunakan


Blynk Android. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu
Komputer E-ISSN, 2548, 964X.

Anda mungkin juga menyukai