Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

SMART FARMING

Di Susun Oleh :

Nama : Ayu Damayanti


NIM : 09011482326005
Mata Kuliah : Analitik Big Data
Dosen : Dr. Ahmad Zarkasi, S.T., M.T

Program Studi Sistem Komputer


Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Sriwijaya
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Negara Indonesia kaya akan sumber daya alam dengan sumber daya laut yang
melimpah, mulai dari sumber daya mineral hingga hasil pertanian. Pertanian merupakan salah
satu sektor besar yang memberikan kontribusi bagi perekonomian masyarakat Indonesia.
Alasannya, sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian. Menurut Badan
Pusat Statistik (BPS), per Februari 2016, 21,74% tenaga kerja Indonesia, atau total penduduk
Indonesia 124 juta orang, bergerak di bidang pertanian.
Indonesia dalam mengelola dan memelihara pertanahan masih dilakukan secara manual
dalam pengelolaan pertanahan, hal tersebut dapat berdampak pada potensi hilangnya standar
kerja jika dilakukan berulang-ulang oleh manusia. Selain itu, manusia terkadang melakukan
kesalahan dalam pengelolaan lahan sehingga tidak efisien. Dengan mengakses informasi dari
sensor, jaringan Internet of Things (IoT) dapat memanfaatkan koneksi jaringan ke banyak objek
yang dapat terhubung ke lokasi yang berbeda dan dikendalikan dari jarak jauh. Merupakan
salah satu konsep IoT di bidang pertanian dan digunakan dalam sistem remote control dan
monitoring berbasis teknologi pengaturan sensor jarak jauh seiring dengan perkembangan
teknologi IoT.[2].
Pada penelitian sebelumnya penelitian yang dilakukan oleh Lazro Eko Putra Daniel
Sinambela dari penelitiannya membuat suatu alat dalam suatu sistem alat yang dibuat untuk
mengetahui kesuburan tanah yaitu dalam menentukan kelembapan air dalam tanah sehingga
dibuatlah alat pendeteksi kesuburan tanah dengan diferensiabel selama 3 jenis tanah, tanah
tidak subur, kesuburan sedang dan tanah dengan kesuburan baik.
Petani terkadang memiliki masalah dalam memastikan kesuburan tanah. Biasanya juga
ada beberapa kasus permasalahan dimana tanah menjadi kering karena musim kemarau dan
petani mengalami kerugian, dan juga faktornya adalah beberapa tanaman tidak mendapatkan
asupan air yang merata sehingga beberapa tanaman mengalami kelebihan atau kekurangan air
hal tersebut menjadi penyebab tanaman tidak tumbuh, membusuk atau bahkan mati. Oleh
karena itu perlu adanya kondisi tanah yang harus dipantau dan juga tanaman harus memiliki
kadar air yang cukup agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Sistem jaringan komputer dalam penggunaannya sebagai media komunikasi nirkabel (wireless)
yang kini semakin populer, informasi dan komunikasi menjadi lebih cepat dengan adanya
teknologi digital yang dapat diakses dengan mudah. Pada studi kali ini sistem yang akan
dirancang adalah sistem pemantau dengan suhu dan kelembaban di berbagai wilayah daratan.
Sistem yang mendukung di beberapa titik adalah sensor yang hasil akuisisinya akan dikirimkan
ke komputer dengan jaringan akes internet, sedangkan monitoring akan ditampilkan pada web
menggunakan komunikasi Thinger Io yang akan digunakan pada sistem ini adalah jaringan
sensor nirkabel yaitu T- Higrow ESP 32.
Sejumlah kajian yang telah dilakukan tentang jaringan sensor nirkabel (JSN) sebagai
upaya untuk mengembangkan jaringan sensor di bidang pertanian, namun jaringan sensor
nirkabel khusus untuk produk pertanian tertentu penggunaan sensor harus dipasang dilokasi
dengan pasokan energi yang memadai. Studi kasus ini bertujuan untuk pengembangan jaringan
sensor nirkabel untuk pemantauan kondisi tanah terhadap stabilitas tanah agar memudahkan
petani dalam memantau kondisi tanah secara langsung.
Tujuan pertanian Cerdas (Smart Farming) yang dilengkapi dengan teknologi IoT untuk
menggantikan metode tradisional untuk memudahkan pekerjaan petani atau pekebun. Sistem
ini memanfaatkan keunggulan IoT untuk membuat proses penanaman menjadi lebih mudah dan
efisien. Faktor pendukung dalam pemilihan material proyek menggunakan komponen
Mikrokontroler TTGO T-Higrow ESP 32 DHT11 Moisture Soil EC, Baterai Lipo 3.7 Volt 200
mAh, Soil Moisture Sensor dan Soil Detector Module Untuk Penyiraman Otomatis.
Dari uraian di atas, penulis mengambil judul penelitian yaitu KONEKTIVITAS JARINGAN
SENSOR NIRKABEL PADA IOT SMART FARMING agar bisa menjadi solusi dalam
pengembangan jaringan sensor nirkabel sebagai alat pembantu monitoring kondisi lahan pada
kestabilan tanah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Desain IoT Smart Farming


Pada perancangan IoT Smart Farming dilakukan secara bertahap dari setiap fungsi
dimulai dari perancangan pembacaan sensor Sensor DHT11 dan Mikrokontroler T-Higrow
ESP32 yang berfungsi untuk pembacaan nilai suhu dan kelembaban pada T-Higrow ESP32 dan
Soil Moisture sampai dengan rangkaian keseluruhan pada perancangan sistem alat yang akan di
bangun. Sensor soil moisture membaca kelembaban dengan nilai antara 0-1300. Semakn tinggi
nilainya maka kondisi tanah akan semakin kering, apabila nilai semakin rendah maka kondisi
tanah semakin basah. Untuk sensor DHT-11 pertama dapat membaca nilai dari kelembaban
udara yang memiliki rentang antara 0-100. Semakin tinggi nilai dari pembacaan sensor maka
semakin tinggi nilai kelembaban udara tersebut.

2.2 Perancangan Alat Sensor Soil Moisture


Pada gambar 2.2 adalah bentuk skema rangkaian dalam perancangan alat T-Higrow
ESP untuk pembacaan nilai suhu dan kelembaban pada tanah, yang dimana Mikrokontroler T-
Higrow ESP 32 dan sensor Soil Moisture akan memproses pembacaan kedua nilai dengan
menggunakan library DHT.h.

2.3 Perancangan web IoT Smart Farming

Selanjutnya pada gambar 2.3 Mikrokontroler akan melakukan koneksi ke access point
yang telah diatur dalam sketch program lalu koneksi ke internet berhasil, Mikrokontroler
ESP32-Higrow akan memproses hasil pembacaan data dari sensor dan menampungnya dalam
variabel. Selanjutnya Data sensor akan dikirimkan dari Mikrokontroler ke hosting server
menggunakan metode HTTP Post yang di mana proses pengiriman ini dilakukan dengan
interval waktu kurang lebih 15 detik sekali, Dalam prosesnya terdapat 2 script php, yaitu yang
digunakan untuk post data dari device ke database dan satunya untuk memvisualisasikan
datanya ke browser bagaimana sistem yang berjalan dalam program ini melalui sebuah
komunikasi hardware dan software.
2.4 Tampilan IoT Smart Farming pada Blynk

Dapat diperhatikan pada gambar 2.4 diatas, terlihat perancangan alat secara keseluruhan
dimana Higrow Esp32, DHT11, 2 Soil Moisture Sensor dan kemudian Library Blynk
terkoneksi ke jaringan wifi yang tersedia dan dilanjutkan ke cloud Blynk dan yang terakhir
adalah Visualisasi data dari aplikasi Blynk.

Alat yang dibangun adalah sebuah sistem yang dapat mengukur suhu dan kelembaban
tanah pada kebun berbasis IoT (Internet of Things). Berdasarkan persentase tingkat kelembaban
tanah tersebut dapat ditentukan bedasarkan data suhu, kelembaban dan jumlah garam dan dapat
diukur dengan mikrokontroler menggunakan IoT (Internet of Things) kemudian output yang
dihasilkan dapat dimonitoring secara realtime melalui Blynk.

2.5 Tampilan IoT Smart Farming pada Thinger I.o


Pada gambar 2.5 di atas merupakan alur kerja pada sistem alat yang dimulai dari proses
Higrow ESP 32 sebagai Mikrokontroler, DHT11 untuk mengukur suhu dan kelembapan Udara+
BH1750 sebagai sensor cahaya yaitu sebagai keluaran untuk intensitas cahaya., 2X Soil
Moisture

Sensor sebagai pendeteksi kelembabapan tanah bagian dalam dan luar, kemudian akan
dibaca oleh library Thinger.io.dimana library ini dapat mengkoneksi ke Thinger.io. Thinger io
terdapat konfigurasi yaitu terdapat Device id, username, dan password. Sebenarnya Ketika alat
ini membaca sensor maka harus connect ke wifi, setelah terkoneksi maka memproses
pembacaan sensor. Tetapi tidak seluruhnya di kirim ke thinger.io karena harus dibaca
menggunakan Format PSON. Sebelum ke server Thinger.io baru bisa di tampilkan ke
dashboard Thinger.io, maka dapat di monitoring secara realtime menggunakan jaringan internet
yang terhubungke access point.
BAB III

Analisis

1. IoT Smart Farming di buat dengan T-Higrow ESP 32 dan Sensor Soil Moisture di lengkapi
dengan DHT 11 memiliki fungsi untuk membaca suhu dan kelembapan pada suhu udara, selain
itu ada sensor Soil Higrow untuk mengukur kelembapan pada tanah, dan sensor BH1750
sebagai sensor cahaya sedangkan pada sensor Soil Moisture berfungsi sebagai pengukur
kelembapan pada tanah. T-Higrow ESP 32 sebagai platform yang bertugas untuk mengirimkan
data yang di hasil dbaca sensor dan ditampilkan pada aplikasi Thinger I.o dan Blynk secara real
time.
2. IoT Smart Farming telah berhasil dibuat, hasil dari pengujian ini didapatkan 10 sampel dari
3kali percobaan untuk data hasil yang terbaca yaitu Suhu, Kelembapan, Soil Higrow, Soil
Moisture, Intensitas Cahaya dan baterai
3. Mengukur suhu dan kelembapan yang dilakukan di Kebun Fakultas Ilmu Komputer Indralaya
Menggunakan Sensor DHT 11 pada 2 kali pengujian untuk rata-rata presentase error pada
pengujian hari pertama, device 1 pembacaan suhu sebesar 3,14 untuk kelembapan sebesar 4,31
Device 2 pembacaan suhu sebesar 2,72 kelembapan sebesar 2,17 Device 3 pembacaan suhu
sebesar 3,25 kelembapan sebesar 2,27, ketika dibandingan dengan Thermo-Hygro nilai akurasi
pada pengukuran suhu menjadi ±2 dan kelembapan ±6 % sedangkan pada pengujian hari kedua
pembacaan suhu pada suhu dan kelembapan dengan nilai presentase error, pada device 1 suhu
sebesar 2,66 untuk kelembapan 1,9, pada device 2 suhu sebesar 3,16 untuk kelembapan 2,18,
pada device 3 suhu sebesar 2,32 untuk kelembapan 2,64
4. Mengukur kelembapan menggunakan sensor Soil Moisture di lakukan di kebun Fakultas Ilmu
Komputer Indralaya pengujian yang dilakukan dengan menggunakan Thermo Soil dan Sensor
Soil Moisture, hasil dari pengujian yang di dapatkan tanah dengan kelembapan dari 2 hari
pengujian lebih dominan ke tanah yang basah. Pada tanah yang basah sangat bagus dalam
pertumbuhan tanaman
5. Dalam penggunaan Nirkabel tentunya akan memudahkan sensor dapat tersebar di suatu area
tertentu agar mampu berkomunikasi dan mengumpulkan data dengan sensor lainnya
6. Dengan melakukan penerapan IoT Smart Farming diperlukan nya suatu jaringan sensor nirkabel
yang tentunya akan terkoneksi pada penyimpanan data seperti data base agar data yang terbaca
tidak hilang dan dapat tersimpan,
7. Alat ini tentunya dapat di terapkan pada semua jenis tanaman yang tergolong pada lahan
perkebunan dengan tanah yang dapat di uji, pada lahan tanah yang subur, lembab, dan kering
8. Dalam penerapan teknologi sekarang telah mampu membuat pekerjaan menjadi lebih mudah
dengan mengontrol alat pada tampilan web dan hp yang tentunya hasil data yang terbaca akan
terlihat pada tampilan web Thinger i.o dan Blynk sehingga pengguna nya tidak kesulitan dalam
memantau tanaman pada lahan dari jarak jaauh yang tentunya dapat memanfaatkan IoT Smart
Farming.

Anda mungkin juga menyukai