Anda di halaman 1dari 49

RANCANG BANGUN SISTEM MONITORING DAN OTOMASI HIDROPONIK

SECARA INTERNET OF THINGS (IoT) MENGGUNAKAN ARDUINO NANO

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh

GILBERT TALUKE

NIM : 1920201019

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO


2023

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris dan sebagian penduduknya bermata

pencaharian di sektor pertanian. Namun, pesatnya pertumbuhan penduduk

berdampak pada berkurangnya lahan pertanian yang berubah menjadi lahan

perumahan ataupun perindustrian. Kondisi ini mengakibatkan banyak orang tidak

bisa melanjutkan mata pencahariannya sebagai petani. Seiring perkembangan

teknologi, akhirnya ditemukan cara bercocok tanam yang tidak lagi harus

menggunakan tanah sebagai media tanam. Salah satunya adalah bercocok tanam

menggunakan sistem hidroponik.

Hidroponik merupakan cara budidaya menggunakan air yang mengandung

nutrisi dan mineral tanpa tanah (S. Swastika, 2017). Air yang digunakan hendaknya

memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti pH (Power of Hydrogen), EC (Electro

Conductivity), dan nutrisi yang proporsi. Aspek penting pada sistem hidroponik

adalah pemberian larutan nutrisi dengan pengontrolan EC di dalam air

menggunakan alat EC meter. Keberhasilan produksi bergantung pada kualitas

larutan nutrisi, sedangkan larutan nutrisi terhitung pada konsentrasinya. Kondisi

lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan penguapan dapat mempengaruhi nilai

EC. Kemudian pH juga menjadi faktor yang penting untuk diperhatikan. Formula

1
nutrisi berpengaruh pada perubahan pH, sebab garam-garam pupuk memiliki

tingkat kemasaman yang berbeda saat dilarutkan dalam air (R. Rosliani 2005).

Untuk membantu dalam proses monitor dan pengelolaan nutrisi hidroponik,

maka peneliti membuat sistem monitoring secara IoT dan pengelolaan nutrisi

otomatis. Adapun beberapa penelitian sebelumnya yang memiliki keterkaitan

dengan penelitian yang peneliti lakukan. Penelitian pertama yang berhasil peneliti

temukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Dendin Supriadi dan Toha (2018),

dengan judul “Rancang Bangun Alat Pengatur Nutrisi Hydrophonic Deep Flow

Technique (DFT) berbasis Internet of Things (IoT)” (D. T. Supriadi, 2014). Pada

penelitian tersebut menggunakan dua unit mikrokontroler, Arduino UNO sebagai

sistem kendali pusat dan WiFi (Wireless Fidelity) module NodeMCU ESP8266

untuk pengiriman data secara online. Data tersebut ditampilkan melalui aplikasi

Blynk yang bisa diakses melalui Android. Kemudian sistem pengolaan nutrisi

bekerja dan berhenti secara otomatis ketika sensor pH dan sensor EC/TDS (Total

Dissolved Solids) mendeteksi air telah mencapai batas minimal atau maksimal yang

sudah ditentukan dalam program.

Penelitian kedua dilakukan oleh Dwi Haryanto dan Nurwijayanti KN (2018),

dengan judul “Simulator Sistem Pengairan Otomatis Tanaman Hidroponik Dengan

Arduino” (D. Haryanto, 2019). Penelitian ini bertujuan mengendalikan sirkulasi air

ketika pompa tidak mendapatkan power listrik dan mengendalikan kelebihan air

pada tangki penampungan bawah saat kondisi sedang hujan.

2
Penelitian ketiga dilakukan oleh Zettry Buana, Oriza Candra, dan Elfizon

(2019), dengan judul “Sistem Pemantauan Tanaman Sayur dengan Media Tanam

Hidroponik menggunakan Arduino” (Z. Buana, 2018). Penelitian ini membantu

petani dalam memantau kadar pH secara IoT dan otomasi terhadap pengeleloaan

pH serta nutrisi. Data yang diambil dalam penelitian ini berupa data pembacaan

sensor pH yang kemudian dikirim melalui internet ke server cloud ThinkSpeak.

Kemudian data tersebut dapat dilihat melalui halaman aplikasi Android.

Penelitian keempat yang dilakukan oleh Prahenusa Wahyu Ciptadi dan R. Hafid

Hardyanto (2018) dengan judul ” Penerapan Teknologi IoT pada Tanaman

Hidroponik menggunakan Arduino dan Blynk Android” (Ciptadi, 2018). Penelitian

ini bertujuan untuk melakukan monitoring terhadap suhu, kelembaman dan

intensitas air secara online dengan aplikasi Blynk yang dapat diakses menggunakan

Android.

Dari beberapa observasi yang telah dilakukan, baik secara langsung maupun

secara pustaka, didapat aspek penting dalam sistem hidroponik adalah pH dan

pemberian nutrisi yang mencukupi (terlepas dari benih dan hama). Berdasarkan hal

tersebut, penulis merancang sebuah sistem hidroponik yang terintegrasi dengan

mikrokontroler Arduino dan sensor-sensor untuk meningkatkan efisiensi. Selain itu

ditambahkan juga WiFi module NodeMCU ESP8266 yang digunakan untuk

mengirim data sensor ke server Blynk secara online. Data tersebut bisa disimpan

dan ditampilkan dalam perangkat Android.

3
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka dapat diperoleh

beberapa rumusan masalah, yaitu:

1.2.1. Bagaimana merancang bangun sistem monitoring dan otomasi hidroponik

secara Internet of Things (IoT) menggunakan Arduino Nano?

1.2.2. Bagaimana hasil kalibrasi dan keakuratan alat uji sensor pH, sensor TDS

dan sensor suhu?

1.2.3. Bagaimana tampilan data sensor yang dikirim dari NodeMCU ESP8266 ke

Blynk?

1.2.4. Bagaimana respon tindakan alat ketika mendeteksi EC di dalam air kurang

dari batas minimal yang sudah ditentukan dalam program?

1.2.5. Bagaimana respon tindakan alat dengan perangkat pompa air DC 12V high

pressure 85 Psi dan LED strip terhadap waktu yang sudah ditentukan dalam

program?

1.3. Batasan Masalah

Terdapat batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.3.1. Perangkat keras yang digunakan ialah Arduino Nano, WiFi module

NodeMCU ESP8266, sensor pH meter pro V2, sensor TDS, sensor suhu

waterproof DS18B20 digital, module LCD I2C 16x2, module RTC DS3231,

relay 4 channel, pompa air DC 12V high pressure 85 Psi, pompa air mini

DC 12V, dan LED strip.

4
1.3.2. Arduino Nano sebagai sistem kendali pusat mengatur seluruh perangkat

keras, membaca dan mengumpulkan data sensor.

1.3.3. NodeMCU ESP8266 digunakan untuk pengiriman data ke secara online

yang kemudian data tersebut disimpan dan ditampilkan pada aplikasi Blynk.

1.3.4. Parameter yang diukur sensor adalah kadar EC, pH, dan suhu.

1.3.5. Tanaman yang diuji adalah tanaman sayur kangkung.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1.4.1. Merancang bangun sistem monitoring secara IoT dan otomasi hidroponik

menggunakan Arduino Nano.

1.4.2. Untuk Mengetahui nilai kalibrasi dan keakuratan dari alat uji sensor pH,

sensor TDS dan sensor suhu.

1.4.3. Untuk Mengetahui tampilan data sensor yang dikirim dari WiFi module

NodeMCU ESP8266 ke Blynk.

1.4.4. Untuk Mengetahui respon tindakan alat ketika mendeteksi EC di dalam air

kurang dari batas minimal yang sudah ditentukan dalam program.

1.4.5. Untuk Mengetahui respon tindakan alat dengan perangkat pompa air DC

12V high pressure 85 Psi dan LED strip terhadap waktu yang sudah

ditentukan dalam program.

5
1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1.5.1. Membantu sumbangsih terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi

1.5.2. Sebagai rujukan dari peneliti lain yang membuat penelitian serupa.

1.5.3. Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan efisiensi bagi para petani

dalam bercocok tanam menggunakan sistem hidroponik di daerah perkotaan

atau minim lahan.

1.6. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini membahas mengenai latar belakang permasalahan, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini terdapat teori-teori dan komponen yang dibutuhkan dalam

penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan serta

perancangan jalannya sistem dan perancangan prototipe sistem.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi tentang pengimplementasian dari perancangan yang dibuat

pada bab sebelumnya yaitu BAB III. Serta berisi mengenai pembahasan dari

pengimplementasian yang telah diuraikan.

6
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini membahas mengenai kesimpulan dari alat atau prototipe yang

telah dibuat dan berisi saran dari hasil perancangan yang telah dibuat

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Kajian Pustaka

Penelitian Julham, dkk (2018), berjudul Developtment of Soil Moisture

measurement with wireless sensor web-based concept. Penelitian ini menggunakan

sensor SEN0114, yaitu sensor yang digunakan untuk mengukur tingkat kelembaban

tanah. Modul komunikasi yang digunakan adalah dengan menggunakan modul

ESP8266. Data yang didapatkan dikirim ke web-server. Pengujian menggunakan

perbandingan sensor dengan alat kelembaban tanah. Penelitian ini didapatkan hasil

dengan menggunakan module ESP8266, jarak maksimal yang bisa didapatkan dari

sensor adalah 16 meter.

Penelitian Karim, Foughali, dkk (2017) berjudul Monitoring System Using Web

of Things in Precision Agriculture. Penelitian ini menggunakan sensor nodes dari

waspmote01 yang terhubung dengan arduino ATMega128 dan menggunakan IEEE

802.15.4 ZigBee Transceiver. Setiap waspmote node dipasangkan dengan sensor

kelembaban tanah. Penelitian ini berisi tentang bagaimana sensor mendeteksi

tingkat kelembaban tanah kemudian menyimpan data sensor ke dalam Cloud

Storage. Kelemahan penelitian ini adalah pemberitahuan yang dikirimkan melalui

sms hanya pada saat tanah dalam keadaan sangat kekurangan air.

8
Penelitian Husdi(2018) berjudul Monitoring Kelembaban Tanah Pertanian

menggunakan Soil Moisture Sensor FC-28 dan Arduino UNO. Penelitian ini

mencari tingkat kelembaban tanah menggunakan Soil Moisture Sensor FC-28

dimana data yang didapatkan dikirimkan ke layar LCD. Penelitian ini dapat

dikembangkan dengan menambah penggunaan kontrol otomatis dan machine

learning berdasarkan informasi kelembaban tanah yang ditransmisikan.

Jurnal Irvan Nurhakim (2016) berjudul Model Alat Pengusir Hama Padi

Berbasis Internet of Things (IoT). Penelitian ini bertujuan untuk membuat alat

pendeteksi dan pengusir hama padi dengan menggunakan suara yang dihasilkan

dari mikrokontroler. Dalam penelitian ini sensor yang digunakan adalah sensor

Pasif Infra Red (PIR). Alat tersebut mengambil gambar menggunakan kamera yang

terhubung ke dalam jaringan Local Area Network (LAN) yang ada di sawah serta

dapat dikendalikan dari jarak jauh menggunakan Handphone maupun Komputer

yang terhubung ke dalam jaringan LAN. Tampilan yang dihasilkan dari kamera

akan terkirim ke halaman web.

Gambar 2. 1 Desain Alat Pengusir Hama Padi

9
Kelemahan pada penelitian ini adalah sensor PIR yang tidak bisa membedakan

pergerakan hama atau bukan. Desain web pada penelitian ini masih sederhana dan

masih menggunakan jaringan LAN sehingga jaringan masih dalam lingkup yang

terbatas.

Proyek Akhir Ridho Dias Kusuma (2016) berjudul Prototype Pengendalian Pintu

Air Irigasi Berdasar Level Air Dan Kelembaban Tanah Berbasis Mikrokontroler.

Penelitian ini menggunakan sensor Kelembaban tanah dan sensor ketinggian air.

Bahasa pemrograman yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahasa

pemrograman c yang diimplementasikan pada Arduino Uno. Sedangkan untuk

aplikasi dibuat dengan menggunakan App-Inventor. Pada penelitian ini

menggunakan bluetooth HC-05 sebagai modul komunikasi dari arduino ke

smartphone. Motor DC digunakan sebagai pengendali pintu air irigasi jika syarat

sensor sudah terpenuhi. Motor DC akan membuka pintu air ketika Kelembaban

tanah terbaca kondisi kering dan ketinggian air terbaca kurang dari 3 cm. Pintu air

akan menutup kembali ketika Kelembaban tanah terbaca kondisi lembab dan

ketinggian air terbaca lebih dari 3 cm.

Jurnal Sugiono, dkk (2017) bejudul Kontrol Jarak Jauh Kendali Sistem Irigasi

Sawah Berbasis Internet of Things. Penelitian ini menggunakan Wemos D1

Esp8266. Penelitian ini bertujuan untuk membantu petani dalam mengatur irigasi

pada sawah yang jauh dari rumah. Sistem pada penelitian ini akan mempunyai

akses untuk membuka dan menutup portal saluran irigasi yang telah dibuat dan cara

mengendalikan sistem tersebut dari arak jauh melalui jaringan internet. Sensor yang

10
digunakan dalam penelitian ini adalah Sensor Ultrasonik HC-SR04 yaitu sensor

yang digunakan untuk mengukur jarak dengan menggunakan gelombang ultrasonik.

Gelombang ultrasonik dipancarkan kemudian diterima balik oleh receiver

ultrasonik yang terdapat pada sensor.

Gambar 2.2 Arsitektur Jaringan Sistem

Pada penelitian ini menggunakan web hosting agnosthing. Aghnosting adalah

sebuah platform yang dikembangkan oleh XL Axiata sebagai Core Engine IoT Data

Repository, dan IoT Hosted Apps untuk membangun ekosistem internet of things.

Penelitian ini menggunakan framework PhoneGap yaitu sebuah framework open

source yang bisa digunakan untuk membangun cross-platform aplikasi mobile

menggunakan HTML5, Javascript dan CSS. Sistem ini masih terdapat delay pada

pengendalian portal buka dan tutup. Penelitian ini membutuhkan pengembangan

11
dalam hal web karena masih menggunakan web hosting aghnosthings sebagai

penjembatan. Maka diperlukan pengembangan desain dan pendaftaran web hosting

sendiri sehingga bisa mendapatkan hasil delay pengontrolan yang lebih baik.

Skripsi Rifa’i (2018) berjudul Pengembangan Sistem Otomasi Rumah Pintar

(Smart Home) berbasis android. Penggunaan Internet of Things dalam

mengendalikan perangkat elektronik di dalam rumah menggunakan mikrokontroler

Arduino Mega 2560. Modul komunikasi yang digunakan adalah dengan

menggunakan SIM GSM 800L karena memiliki cakupan area yang luas.

2.2. Landasan Teori

2.2.1 Hidroponik

Hidroponik adalah sistem budidaya menggunakan air yang mengandung nutrisi

dan mineral tanpa tanah (S. Swastika, 2017). Sistem ini menjadi solusi bagi para

petani yang mengalami dampak kekurangan lahan akibat perluasan lahan industri

atau pemukiman. Sistem hidroponik sangat bergantung dengan air. Dimana air

yang digunakan harus sesuai dengan syarat-syarat tertentu, seperti EC (Electro

Conductivity), pH (Power of Hydrogen), dan nutrisi. Ketiga aspek ini perlu dijaga

kondisi idealnya. Hal ini mengharuskan petani untuk melakukan pemantauan yang

teliti dan berlangsung secara terus-menerus.

12
Gambar 2.1 Sistem Hidroponik

Ada 13 unsur penting dalam nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan

tanaman, seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium

(Mg), Sulfur (S) dibutuhkan dalam jumlah besar. Kemudian unsur seperti Besi

(Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Tembaga (Cu), Zinc (Zn), Molibdenum (Mo) dan

Klor (Cl) diperlukan dalam jumlah yang lebih sedikit. Sedangkan unsur Karbon

(C) dan Oksigen (O) adalah terdapat di atmosfer dan Hidrogen (H) dipasok oleh

air (S. Swastika, 2017). Larutan nutrisi dapat diukur berdasarkan nilai EC di

dalam air. Dengan mengetahui nilai EC, kita dapat menentukan sesuai atau

tidaknya larutan nutrisi untuk tanaman, karena keberhasilan pertumbuhan tanaman

tergantung pada kualitas larutan nutrisi, sedangkan kualitas larutan nutrisi dapat

diketahui berdasarkan konsentrasinya (R. Rosliani,2005).

EC dan pH saling berhubungan dalam sistem hidroponik. Kemampuan akar

tanaman dalam menyerap nutrisi bergantung dengan nilai pH air. Keadaan

tersebut berhubungan dengan kemampuan akar tanaman untuk berinteraksi

dengan jaringan didalam tubuh tanaman terhadap garam-garam mineral diluar

tubuh tanaman (nutrisi) . Nilai pH yang direkomendasikan untuk tanaman sayur

berkisar antara 5,5 – 6,5 (Susilawati, 2019).

2.2.2 Pengaruh Cahaya Merah dan Biru terhadap Proses Fotosintesis

Salah satu proses kehidupan tanaman adalah fotosintesis. Fotosintesis

merupakan peristiwa penyusunan zat organik (gula) dari zat anorganik (air,

karbonsioksida) dengan pertolongan energi cahaya matahari (F. Hasanah, 2018).

13
Fotosintesis menjadi salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis

karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan

energi (Rizaludin, 2020). Kecepatan proses fotosintesis tanaman dipengaruhi

beberapa faktor yaitu cahaya, konsentrasi karbondioksida, persediaan air,

kandungan klorofil, penimbunan hasil fotosintesis, suhu, resistensi daun terhadap

difusi gas bebas dan faktor protoplasma. Cahaya matahari menjadi salah satu

faktor penting dalam proses fotosintesis (Handoko, 2010). Cahaya matahari

berasal dari cahaya putih yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen

warna karena panjang gelombang cahaya yang berbeda untuk setiap warna yang

berbeda. Komponen-komponen warna tesebut adalah merah, jingga, kuning,

hijau, biru, nila dan ungu (Handoko, 2010).

Proses fotosintesis umumnya hanya berlangsung pada tumbuhan yang

berklorofil pada waktu siang hari asalkan ada sumber cahaya. Fotosintesis terjadi

melalui 2 reaksi yaitu, reaksi terang dan reaksi gelap (F. Hasanah, 2018). Reaksi

terang terjadi di grana sedangkan rekasi felap terjadi di stroma. Grana dan stroma

terdapat pada kloroplas tumbuhan. Didalam kloroplas terdapat pigmen yang

dibutuhkan tumbuhan untuk melakukan fotosintesis. Pigmen tersebut antara lain

klorofil a, klorofil b, dan karotenoid. Klorofil a mampu menyerap cahaya merah

dan biru- ungu serta memantulkan cahaya hijau karena klorofil a terlihat hijau.

Klorofil b menyerap cahaya biru dan oranye serta memantulkan cahaya

hijaukuning. Karotenoid menyerap cahaya biru-hijau. Klorofil b dan karotenoid

menyerap energi cahaya lalu ditransfer ke klorofil a (Hendriyani 2009). Dalam

14
suatu percobaan diketahui bahwa gelombang cahaya merah dan cahaya biru

adalah yang paling efektif dalam melakukan proses fotosintesis (Handoko, 2010).

Gambar 2.2 Cahaya Merah dan Biru

Merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Sintya Laylie Mukaromah, Joko

Prasetyo dan Bambang Dwi Argo (2019) dengan judul Pengaruh Pemaparan

Cahaya LED Merah Biru dan Sonic Bloom terhadap Pertumbuhan dan

Produktivitas Tanaman Sawi Sendok (Brassica Rapa L.) Mukaromah, 2019.

Tanaman Sawi Sendok yang diberi perlakuan dengan alat ETROVOICE

(Electroculture Vegetable Device) memiliki hasil yang lebih unggul dengan

tanaman yang tidak diberi perlakuan dengan alat. Perbedaan terlihat dari tinggi

tanaman, panjang daun, lebar daun, diameter batang dan berat basah tanaman

(Mukaromah, 2019). Berdasarkan hasil penelitan tersebut, peneliti melengkapi

alat dengan LED merah dan biru untuk membantu dalam proses pertumbuhan

tanaman.

2.2.3 Arduino Nano

Arduino Nano merupakan papan sirkuit berukuran kecil yang didalamnya

terdapat mikrokontroler. Arduino Nano dilengkapi dengan basis mikrokontroler

Atmega328 atau Atmega168. Arduino Nano mempunyai pin input/output digital

15
yang digunakan untuk membaca sinyal digital berupa nilai 0 dan 1 atau bisa

disebut juga sebagai logika TRUE dan FALSE. Jumlah pin digital pada Arduino

Nano sebanyak 14 pin. Mulai dari pin RX0, TX1, D2, dan sampai D13 (Razor,

2021).

Razor, 2021 Pin input/output digital dikelompokkan berdasarkan fungsi

spesifiknya, yaitu :

1. Pin Serial, yang fungsinya untuk memungkinkan terjadinya komunikasi serial

pada Arduino. Contohnya yaitu pin RX0 dan TX1. RX receiver TTL data serial

dan TX sebagai transmitter TTL data serial.

2. Pin External Interrupt, yang dapat dikonfigurasikan untuk memicu sebuah

interupsi pada nilai rendah, meningkat, menurun, atau perubahan nilai. Pin

tersebut adalah pin D2 dan D3.

3. Pin PWM (Pulse Width Modulation), berfungsi untuk menggunakan fitur

PWM. Pin PWM pada Arduino Nano antara lain; pin D3, D5, D6, D9, dan

D11. Pin ini ditandai dengan tanda strip atau titik.

4. Pin SPI (Serial Peripheral Interface), fungsi pin ini adalah memungkinkan

terjadinya komunikasi SPI. Pin SPI pada Arduino Nano yaitu pin D10 (SS),

D11 (MOSI), D12(MISO), dan pin D13 (SCK).

5. Pin LED, alasan utama mengapa pin 13 disebut pin LED karena fungsi pin ini

adalah untuk menyalakan LED yang terpasang secara built-in di Arduino.

Arduino Nano juga memiliki pin input analog. Pada umumnya pin analog

berfungsi untuk membaca sinyal analog yang kemudian diubah ke bentuk sinyal

16
digital. Ada delapan pin input analog pada Arduino Nano; A0, A1, A2, A3, A4,

A5, A6, dan A7. Diantara delapan pin tersebut, ada dua pin yang memiliki fungsi

dalam komunikasi I2C. Berikut adalah pin yang dimaksud:

1. Pin SDA (Serial Data), berfungsi untuk mentransaksikan data guna

mendukung komunikasi I2C atau TWI (Two Wire Interface). Pin yang

termasuk pin SDA adalah pin A4.

2. Pin SCL (Serial Clock), berfungsi untuk menghantarkan sinyal clock guna

memungkinkan terjadinya komunikasi I2C atau TWI. Pin yang merupakan pin

SCL adalah pin A5.

Gambar 2.3 Arduino Nano

Tabel 2.1 Karakteristik Arduino Nano

Jenis Mikrokontroler Atmega328


Tegangan Operasi 5 Volt
Tegangan Disarankan 7 - 12 Volt
Batas Tegangan 6 - 20 Volt
Pin Input/Output Digital 14
Pin PWM (Pulse Width 6
Modulation)
Pin Input Analog 8
Arus Per Pin 40 mA
Memori Flash 32 KB (2 KB untuk bootloader)
SRAM 2 KB
EEPROM 1 KB

17
Clock Speed 16 MHz
Panjang 4,3 cm
Lebar 1,8 cm
Berat 5 gram

2.2.4 NodeMCU ESP8266

WiFi module NodeMCU ESP8266 merupakan sebuah mikrokontroller yang

telah tertanam chip ESP826. Chip ESP8266 ini dapat terhubung ke jaringan WiFi

dan chip tersebut di produksi oleh Espressif Systems di China. Pemrograman

NodeMCU ESP8266 ini dapat menggunakan software Arduino IDE (sketch) dan

menggunakan bahasa pemrograman C, namun kita harus menyesuaikan tipe

board di software Arduino IDE dengan perangkat NodeMCU ESP8266 terlebih

dahulu agar dapat berjalan dengan baik. WiFi module NodeMCU ESP8266

terintegrasi dengan 802.11b/g/n HT40 WiFi transceiver, dimana perangkat

tersebut selain dapat terhubung ke WiFi dapat membuat jaringan sendiri yang

memungkinkan perangkat lain terhubung dengan NodeMCU Esp8266 ini.

EAP8266 memiliki 30 pin. 17 pin GPIO (General Purpose Input Output), 1 ADC

(Analog to Digital Converter) 10 bit, 4 Channel PWM, 1 SPI, 1 Interface UART

dan 1 Interface I2C. NodeMCU Esp8266 beroperasi di tegangan 3.3V. Berikut

merupakan fungsi tiap tiap pin pada NodeMCU Esp8266 (Dimaskhosyi, 2021).

Gambar 2.4 WiFi Module NodeMCU ESP8266

18
Berikut spesifiksi dari WiFi Module NodeMCU ESP8266 [19]:

1. Mikrokontroller / Chip : ESP8266-12E

2. Tegangan Input : 3.3 ~ 5V

3. GPIO : 13 Pin

4. Kanal PWM : 10 Kanal

5. 10 bit ADC Pin : 1 Pin

6. Flash Memory : 4 MB

7. Clock Speed : 40/26/24 MHz

8. WiFi : IEEE 802.11 b/g/n

9. Frekuensi : 2.4 GHz – 22.5 Ghz

10. USB Port : Micro USB

11. USB Chip : CH340G

2.2.5 Sensor pH

Sensor pH meter pro V2 dirancang khusus untuk Arduino, diproduksi oleh

DFRobot Gravity di China (Ramdhani, 2017). Sensor ini menggunakan elektroda

industri dan memiliki koneksi yang sederhana, nyaman, praktis dan umur panjang,

dan secara keseluruhan sangat cocok untuk pemantauan online. Dilengkapi LED

yang berfungsi sebagai indikator daya, konektor BNC dan antarmuka sensor

PH2.0.

Cara penggunaannya dengan menghubungkan sensor pH dengan konektor

BNC, kemudian antarmuka PH2.0 dicolokkan ke port input analog dari

pengontrol Arduino. Jika diprogram dengan benar, kita akan mendapatkan nilai

19
pH dengan mudah. Elektroda kombinasi pH standar industri ini terbuat dari

membran kaca sensitif dengan impedansi rendah. Ini dapat digunakan dalam

berbagai pengukuran PH dengan respons cepat dan stabilitas termal yang baik.

Dalam rentang 0 hingga

14 pH, tegangan keluaran elektroda adalah linier. Membran PTFE

(polytetrafluoroethylene) cincin tidak mudah tersumbat, sehingga elektroda cocok

untuk deteksi online jangka panjang. pH meter pro ini sangat cocok untuk

pemantauan jangka panjang (Ramdhani, 2017).

Gambar 2.5 Sensor pH Meter Pro V2

Berikut ini adalah spesifikasi dari sensor pH meter pro V2 [21]:

1. Module Power: 5V

2. Module Size: 43mm×32mm

3. Measuring Range: 0-14PH

4. Measuring Temperature: 0-60 ℃

5. Accuracy: ± 0.1pH (25 ℃)

6. Response Time: ≤ 1min

7. Industry pH Electrode with BNC Connector

8. PH2.0 Interface ( 3 foot patch )

20
9. Gain Adjustment Potentiometer

10. Power Indicator LED

2.2.6 Sensor TDS (Total Dissolved Solid)

Sensor TDS mengukur jumlah padatan terlarut yang dilarutkan dalam satu liter

air. Semakin tinggi nilai TDS, maka semakin banyak padatan terlarut yang terlarut

dalam air, dan sebaliknya. Hal ini dapat dijadikan sebagai salah satu titik acuan

untuk mencerminkan kebersihan air.

Probe TDS adalah peralatan yang banyak digunakan untuk mengukur nilai

TDS. Harganya terjangkau, dan mudah digunakan, namun umumnya tidak dapat

mengirimkan data ke sistem kontrol untuk pemantauan kualitas air secara online.

DFRobot Gravity meluncurkan kit sensor TDS analog yang kompatibel dengan

Arduino sehingga mudah digunakan. Sesuai dengan pengontrol Arduino,

pengguna dapat membuat detektor TDS dengan mudah untuk mengukur nilai TDS

cairan tanpa perlu membeli peralatan mahal. Sensor TDS bekerja dalam tegangan

3,3V – 5,5V dengan output analog 0V – 2,3V yang membuatnya kompatibel

dengan papan mikrokontroller 5V atau 3,3V. Probe TDS tahan terhadap air,

sehingga dapat digunakan untuk pengukuran waktu yang lama. Sensor TDS dapat

digunakan dalam aplikasi kualitas air, seperti analisis air domestik dan hidroponik.

Dengan produk ini, Anda dapat dengan mudah membuat detektor TDS untuk

memantau kebersihan air (Ramdhani, 2017).

21
Gamber 2.6 Sensor TDS

Ramdhani, 2017, Berikut adalah spesifikasi dari sensor TDS:

Signal Transmitter Board

1. Input Voltage: 3.3 ~ 5.5V

2. Output Voltage: 0 ~ 2.3V

3. Working Current: 3 ~ 6mA

4. TDS Measurement Range: 0 ~ 1000ppm

5. TDS Measurement Accuracy: ± 10% F.S. (25 ℃)

6. Module Size: 42×32mm

7. Module Interface: PH2.0-3P

8. Electrode Interface: XH2.54-2P

TDS probe

1. Number of Needle: 2

2. Total Length: 83cm

3. Connection Interface: XH2.54-2P

4. Colour: Black

5. Other: Waterproof Probe

2.2.7 Sensor DS18B20

Sensor Waterproof DS18B20 adalah sensor yang memiliki output digital

digunakan untuk mendeteksi suhu pada tempat yang sulit dijangkau maupun

basah. Sensor ini bisa mendeteksi suhu dari -55°C sampai 125°C dengan tingkat

22
akurasi (+/-0.5°C ) dan resolusi 9 – 12-bit (Agus Faudin, 2018). Sensor DS18B20

menggunakan komunikasi 1-Wire bus yang hanya membutuhkan sebuah kabel

data dan sebuah ground. Selain itu, sensor ini juga mempunyai kode serial yang

unik 64- bit, sehingga kita bisa menggunakan lebih dari 1 sensor DS18B20 dalam

1-Wire bus yang sama.

Gambar 2.7 Sensor DS18B20

Agus Faudin, 2018, Adapun spesifikasi dari sensor DS18B20 sebagai berikut:

1. Usable with 3.0V to 5.5V power/data

2. ±0.5℃ Accuracy from -10℃ to +85℃

3. Usable temperature range: -55 to 125℃ (-67℉ to +257℉)

4. 9 to 12 bit selectable resolution

5. Uses 1-Wire interface- requires only one digital pin for communication

6. Unique 64 bit ID burned into chip

7. Multiple sensors can share one pin

8. Temperature-limit alarm system

9. Query time is less than 750ms

10. 3 wires interface:

11. Red wire – VCC

12. Black wire – GND

23
13. Yellow wire – DATA

14. Stainless steel tube 6mm diameter by 35mm long

15. Cable diameter: 4mm

16. Length: 90cm

2.2.8 LCD (Liquid Crystal Display) I2C 16×2

LCD 16x2 adalah perangkat elektronik dengan kemampuan penampil data

sebanyak 32 karakter (16 kolom dan 2 baris), yang di dalamnya terdapat kristal

cair sebagai bahan untuk menampilkan data berupa tulisan maupun gambar.

Penerapannya dalam kehidupan sehari – hari yang sering dijumpai seperti televisi,

gamebot, kalkulator, dan layar komputer (Agus Faudin, 2021). Dengan adanya

chip module I2C yang mempermudah penggunaannya untuk meangakses LCD,

sehingga tidak perlu memakai kabel terlalu banyak nantinya di rangkaian LCD

untuk menghemat pin arduino yang akan digunakan. Dengan memakai modul I2C

hanya menggunakan 4 pin arduino, pin yang digunakan adalah pin SCL, pin SDA,

pin VCC dan pin GND.

Gambar 2.8 LCD 12C 16x2

Adapun fitur – fitur yang tersedia antara lain:

24
1. Kompatibel dengan Arduino/Genuino UNO, Leonardo, Mega, 101 (Intel

Curie), Mikro, Nano, Mini

2. Alamat I2C: 0×20-0×27 (0×20 default)

3. Backlight (Biru dengan warna karakter putih)

4. Tegangan suplai: 5V

5. Antarmuka: I2C/TWI ×1, antarmuka Gadgeteer ×2

6. Kontras yang dapat disesuaikan

7. Ukuran: 80×36×20mmz (3.1×1.4×0.7in)

2.2.9 RTC (Real Time Clock) DS3231

Module RTC DS3231 adalah sebuah rangkaian elektronik embedded sistem

yang berfungsi untuk menyimpan data waktu dan tanggal dengan tingkat presisi

serta diintegrasikan dengan serial EEPROM AT24C32 untuk keperluan

penyimpanan data lainnya. Bukan hanya itu, pada internal chip DS3231 juga

dilengkapi sensor suhu dengan akurasi ±3ºC. Modul ini memiliki 6 pin yaitu:

VCC, GND, SDA, SCL, SQW, 32K.

Module RTC DS3231 disertai sumber tegangan baterai tipe CR2032, sehingga

modul bisa tetap aktif secara independen tanpa sumber tegangan utama. Dengan

baterai ini, modul RTC DS3231 mampu beroperasi dalam waktu yang cukup lama

sekitar ±2 – 3 tahun. Pada implementasinya, module RTC DS3231 biasanya

diintegrasikan pada sebuah rangkaian kompleks yang mempunyai tugas khusus

berkaitan dengan waktu dan tanggal. Tujuannya jika rangkaian/perangkat

elektronik tersebut sewaktu-waktu mati karena kehilangan sumber daya maupun

25
dengan sengaja dimatikan dan dinyalakan secara berkala, rangkaian/perangkat

elektronik tersebut tetap bisa mendapatkan data waktu dan tanggal dengan akurat

(D. Admin, 2019).

Gambar 2.9 RTC DS3231

Berikut adalah spesifikasi module RTC DS3231:

1. Tegangan Operasi : 2.3V – 5.5V

2. Dapat beroperasi pada tegangan rendah

3. Konsumsi arus pada battery backup : 500nA

4. Tegangan Max pada SDA , SCL : VCC + 0.3V

5. Operating temperature: -45ºC to +80ºC

2.2.10 Relay 4 Channel

Relay adalah saklar (switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan

komponen elektromekanikal yang terdiri dari 2 bagian utama, yakni

elektromagnet (coil) dan mekanikal (seperangkat kontak saklar) Noviansyah,

2019. Relay menggunakan prinsip elektromagnetik untuk menggerakkan kontak

saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low power) dapat menghantarkan

listrik yang bertegangan lebih tinggi. Relay bekerja berdasarkan elektromagnetik

26
untuk menggerakkan sejumlah kontraktor yang tersusun atau sebuah saklar

elekronis yang dapat dikendalikan dari rangkaian elekronik lainnya. Berbeda

dengan saklar, penggerak kontraktor (ON atau OFF) dilakukan manual tanpa perlu

arus listrik.

Gambar 2.10 Cara Kerja Relay

Dari gambar susunan komponen relay diatas, dapat kita pahami bahwa relay

bekerja karena adanya gaya elektromagnetik. Gaya tersebut dihasilkan dari inti

besi yang dililitkan kawat kumparan disertai aliran listrik. Ketika kumparan dialiri

listrik, maka inti besi akan bersifat menjadi magnet dan menarik penyangga

sehingga kondisi yang awalnya tertutup jadi terbuka (Open). Sedangkan pada saat

kumparan tidak dialiri listrik, maka pegas akan menarik ujung penyangga dan

merubah kondisi yang awalnya terbuka jadi tertutup (Close). Secara umum

kondisi atau posisi pada relay terbagi menjadi dua, yaitu (Noviansyah, 2019):

1. NC (Normally Close), adalah kondisi awal relay dalam posisi tertutup karena

tak menerima arus listrik.

2. NO (Normally Open), adalah kondisi relay dalam posisi terbuka karena

menerima arus listrik.

27
Gambar 2.11 Relay 4 Channel

Berikut merupakan spesifikasi dari module relay 4 channel:

1. Input relay 5V DC.

2. Maksimum load 250V AC/10A dan 30V DC/10A.

3. Dilengkapi dengan optocoupler isolation untuk melindungi

board microcontroller dari tegangan AC.

4. Memiliki LED indikator.

5. Menggunakan terminal block sehingga pemasangan kabel menjadi mudah.

6. Output 4 channel maksimal 10A.

7. Output 3 pin terminal block yang ditandai dengan NO, COM dan NC.

8. NO = Tidak ada arus yang dialirkan OFF. Jika ada signal High/Low dari

microcontroller maka ON.

9. COM (Common) = Sumber tegangan yang akan dihubungkan (bisa arus AC

maupun DC 10A max).

10. NC = Arus dialirkan ON. Jika ada signal High/Low dari microcontroller maka

OFF.

2.2.11 Pompa Air mini dan High Pressure 85 Psi DC 12V

28
Pompa air adalah sebuah mesin yang mampu menghantarkan cairan dengan

tekanan. Pompa air digunakan untuk memindahkan air dari tempat yang rendah

ketempat yang lebih tinggi atau ke tempat yang lebih jauh (Zikri 2020).

Gambar 2.12 Pompa Air mini dan High Pressure 85 Psi

Pompa memindahkan cairan dengan menggunakan energi untuk meningkatkan

jumlah tekanan dalam sistem, ditunjukkan dalam bentuk sederhana di bawah ini.

Gambar 2.13 Prinsip Kerja Pemindahan Air pada Pompa

Diaphragm Pump termasuk kepada golongan pompa perpindahan positif

(positive-displacement pumps). Pompa perpindahan positif beroperasi dengan

mengubah volume dalam sistem tertutup. Saat tekanan meningkat maka volume

air akan berkurang, sebaliknya saat tekanan berkurang maka volume air akan

29
bertambah. Perubahan tekanan ini menyebabkan cairan tersedot kedalam sistem,

dan kemudian mendorongnya kearah yang diinginkan.

Gambar 2.14 Operasi Sistem Diaphragm Pump

Perubahan tekanan pada sistem ini dilakukan oleh motor DC yang terdapat

dalam water pump. Motor DC memerlukan suplai tegangan berupa arus searah

pada kumparan medan untuk diubah menjadi energi mekanik. Bagian utama

Motor DC adalah stator dan rotor. Ditengah-tengah motor terdapat kumparan

medan yang disebut stator atau bagian yang tidak bergerak, dan kumparan jangkar

disebut rotor atau bagian yang berputar. Disekitar kumparan terdapat dua buah

magnet, yang menciptakan medan magnet permanen yang mengalir melalui rotor.

Ketika motor menyala, listrik mengalir melalui kumparan, menghasilkan medan

magnet yang mengusir magnet di sekitar rotor, menyebabkan rotor berputar

sekitar 180 derajat. Ketika rotor berputar, arah listrik di koil terbalik, mendorong

rotor lagi dan menyebabkannya berputar. Melalui serangkaian dorongan, rotor

terus berputar, menggerakkan baling-baling dan menyalakan pompa.

Adapun spesifikasi dari Water Diaphragm Pump DC 12V adalah sebagai

berikut:

Tabel 2. 2 Spesifikasi Pompa Air mini DC 12V

30
Ukuran Panjang: 86mm Diameter dalam pipa: 6mm
Lebar: 43mm Diameter Luar Pipa: 8.5mm
Tegangan DC 6-12V
Arus 0.5-0.7A
Tegangan yang Disarankan 9V 1A atau 12V 1A
Rentang Menyedot 2 m, Maksimal
Rentang Memompa 3 m, Maksimal
Bekerja dengan suhu cairan 80°C, Maksimal
Laju Aliran Maksimum 1-3L/mnt

Tabel 2. 3 Spesifikasi Pompa Air High Pressure 85 Psi DC 12V

TIPE INPUT/OUTPUT SOCKET-SOCKET


Volts 12V
Flow 3.1 LPM
Amps 2.8 Amp
Pressure 85 Psi

2.2.12 LED (Light Emitting Diode) Strip

LED strip merupakan lampu dengan susunan chip SMD LED yang terpasang

pada sebuah sirkuit panjang. Lampu ini bentuknya fleksibel, terdapat perekat yang

kuat pada bagian belakang lampu. Pada awalnya LED strip digunakan untuk

tambahan aksen pencahayaan atau dekorasi saja. Seiring berjalannya waktu, LED

strip digunakan sebagai pengganti lampu neon (Zikri, 2020).

31
Gambar 2.15 LED Strip

Berikut adalah spesifikasi LED strip [36]:

1. Tipe : IP44 (Anti air)

2. Jenis mata : SMD 5050

3. Backtape : 3M

4. Input: DC 12 Volt

5. Power for 1M: 14.4Watt

6. Color: RED, BLUE

2.2.13 Step Down XL4015

Modul Step Down XL4015 adalah modul daya step-down Dc ke Dc (Buck).

Modul ini berfungsi sebagai penurun tegangan sesuai kebutuhan. Cara

menggunakannya cukup memutar potensio pada modul tersebut. Selain itu

module dilengkapi dengan Digital Volt Display untuk melihat tegangan

input/output serta dilengkapi juga dengan indikator LED (DigiWare, 2020).

Gambar 2.16 Step Down XL4015

Berikut adalah spesifikasi dari module Step down XL4015 :

1. Arus keluar : 0-5 A

32
2. Daya keluar :75 W

3. Input tegangan 4 -38 VDC ,tegangan tidak boleh melebihi 38V

4. Output tegangan disesuaikan 1.25-36 VDC

5. Efisiensi tinggi hingga 96 %

6. Fungsi arus terbatas

7. Frekuensi operasi :180 KHz

8. Suhu Operasional : - 45 – 85 derajat celsius

9. Indikator : LED dan seven segment

2.2.14 Blynk

Blynk adalah platform untuk aplikasi OS Mobile (iOS dan Android) yang

bertujuan untuk kendali module Arduino (Faudin, 2017). Aplikasi ini merupakan

wadah kreatifitas untuk membuat antarmuka grafis untuk proyek yang akan

diimplementasikan hanya dengan metode drag and drop widget. Penggunaannya

sangat mudah untuk mengatur semuanya dan dapat dikerjakan dalam waktu

kurang dari 5 menit. Blynk tidak terikat pada papan atau module tertentu. Dari

platform aplikasi inilah dapat mengontrol apapun dari jarak jauh, dimanapun kita

berada dan waktu kapanpun. Dengan catatan terhubung dengan internet dengan

koneksi yang stabil dan inilah yang dinamakan dengan sistem IoT.

33
Gambar 2.17 Tampilan Fitur Blynk

Blynk memberikan berbagai widget yang dapat digunakan untuk fitur control,

monitor dan status. Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan widget

labeled value. Dapat dilihat pada gambar 2.9 cara mengatur tampilan widget

Blynk.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian pada “Rancang Bangun Sistem Monitoring dan Otomasi

Hidroponik secara IoT menggunakan Arduino Nano” adalah menggunakan metode

penelitian pengembangan (Research Development). Metode ini digunakan karena

mengacu pada pendapat (Sugiyono:2009) Penelitian pengembangan (Research

Development) adalah aktifitas riset dasar untuk mendapatkan informasi kebutuhan

pengguna kemudian dilanjutkan kegiatan pengembangan untuk menghasilkan

produk dan mengkaji keefektifan produk tersebut. Pernyataan tersebut memperkuat

alasan penggunaan metode pengembangan ini sesuai dengan tujuan dalam

penelitian ini.

3.1.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk

mengumpulkan informasi. Penyusunan penelitian ini membutuhkan berbagai

keterangan secara lengkap. Pengumpulan data-data tersebut dikumpulkan

dengan berbagai metode, yaitu:

34
1. Pengamatan (Observasi) : Proses pengambilan data dalam penelitian dimana

peneliti mengamati secara langsung keadaan lokasi yang diteliti.

2. Wawancara (Interview) : Proses pengumpulan data dalam penelitian dengan

cara melakukan tanya jawab secara langsung dengan pemilik tanaman

Hidroponik.

3. Studi Literatur : Proses pengumpulan data dalam penelitian melalui

mempelajari jurnal-jurnal penelitian yang terkait untuk mempermudah

dalam proses menyelesaikan masalah yang terdapat dalam penelitian.

3.1.2. Tahapan Penelitian

Metode pengembangan yang digunakan adalah model ADDIE yang terdiri

dari 5 tahapan yaitu analyze (analisis), design (perancangan), develop

(pengembangan), implement (implementasi), dan evaluate (evaluasi).

1. Tahap analyze dilakukan dengan studi literatur

2. Tahap Design atau perancangan dilakukan dengan merancang alat yang

dapat mengatasi permasalahan serta mendata komponen yang dibutuhkan

dalam proses pembuatan alat.

3. Tahap develop atau pengembangan dilakukan dengan melakukan pembuatan

alat yang sesuai dengan rancangan yang telah dirancang sebelumnya serta

komponen-komponen yang telah disiapkan sebelumnya.

4. Tahap implement atau implementasi dilakukan dengan cara uji coba alat. Uji

coba alat dilakukan dengan menyambungkan alat ke sumber tegangan serta

melakukan pengecekan terhadap kinerja alat yang telah dibuat.

35
5. Tahap evaluate atau evaluasi dilakukan untuk menilai kinerja alat yang telah

dibuat apakah berjalan sesuai rancangan yang telah dirancang sebelumnya.

Tahap evaluiasi dilakukan agar alat dapat disempurnakan lagi.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Alat dan Bahan

No Alat dan Bahan No Alat dan Bahan


1 Arduino Nano 19 Mur
2 Wifi Module Nodemcu ESP8266 20 Plat Besi
3 Sensor Ph Meter Pro V2 Dfrobot 21 Papan Triplek 25 cm × 20 cm
4 Sensor TDS 22 Papan Triplek 23,8 cm × 15 cm
5 Sensor Suhu Waterproof DS18B20 23 Papan Triplek 20 cm × 15 cm
Digital
6 Module LCD I2C 16x2 24 Kabel Silikon
7 Module RTC DS3231 25 Saklar ON/OFF KDC1
8 Module Relay 4 Channel 26 Bibit Kangkung
9 Pompa Air DC 12V High Pressure 27 Nutrisi Ab Mix
85 Psi
10 Pompa Air Mini DC 12V 28 PH Up Dan PH Down
11 LED Strip 29 Rockwoll
12 Laptop 30 Obeng
13 Smarthphone Android 31 Tang Crimping Tool
14 Blynk 32 Socket Jumper
15 Instalasi Hidroponik 33 Black Housing Duppont Jumper
16 Kabel Jumper 34 Ph Meter
17 Multimeter 35 Tds Meter
18 Baut

3.3. Tahap Penelitian

36
Tahap penelitian ini terdiri dari tahap persiapan, analisa kebutuhan alat dan

bahan, perancangan perangkat keras (hardware), perancangan perangkat lunak

(software), kalibrasi keakuratan masing-masing sensor, pengujian alat, analisa

data dan kesimpulan. Adapun tahapan-tahapan keseluruhan dapat diliat dari

gambar berikut ini:

Gambar 3.1 Tahap Penelitian

3.3.1. Alur Penelitian

Adapun penjelasan tahap dan alur penelitian yang dilakukan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahapan persiapan ini, peneliti melakukan studi literatur dengan

mencari teori atau landasan berfikir dari beberapa buku, jurnal ilmiah, website

37
dan tugas akhir yang sejenis atau topik serta masalah penelitian yang

dilakukan.

2. Analisa Kebutusan Sistem

Analisa kebutuhan sistem merupakan tahap paling awal yang dilakukan

dalam pembuatan sebuah sistem. Gambaran pelayanan yang disediakan oleh

sistem, batasan-batasan dari sistem, masukan dan keluaran dari sistem

dilakukan pada tahap ini.

3. Perancangan Perangkat Keras (hardware)

Pada tahapan perancangan hardware, dilakukan penggabungan antara

komponen-komponen perangkat keras seperti Arduino Nano, WiFi module

NodeMCU ESP8266, sensor pH meter pro V2, sensor TDS, sensor suhu

waterproof DS18B20 digital, module LCD I2C 16x2, module RTC DS3231,

relay 4 channel, pompa air DC 12V high pressure 85 Psi, pompa air mini DC

12V, dan LED strip.

4. Perancangan Perangkat Lunak (Software)

Pada tahapan perancangan software, dilakukan pembuatan sebuah program

pada Arduino IDE agar perangkat keras dapat berfungsi dalam mendeteksi dan

menampilkan hasil pengujian seperti yang diinginkan.

5. Kalibrasi dan Uji Keakuratan Masing-masing Sensor

Kalibrasi dan uji keakuratan masing-masing sensor berfungsi untuk

menganalis karakter sensor dan keakuratan sensor yang digunakan. Dengan

38
mengkalibrasi dan uji keakuratan dengan alat yang sudah diproduksi oleh

pabrik.

6. Pengujian Alat

Tahapan pengujian alat untuk mengetahui kinerja hasil rancang bangun yang

bekerja dalam tiga hari.

7. Kesimpulan

Pada tahapan akhir ini, dilakukan penarikan kesimpulan setelah

mendapatkan beberapa hasil untuk pembuatan rancang bangun, kalibrasi dan

uji keakuratan serta uji alat secara keseluruhan.

3.3.2. Perancangan Perangkat Keras (hardware)

Pada proses perancangan perangkat keras menggunakan beberapa komponen

perangkat keras yang akan saling terhubung untuk dapat berjalan dengan baik,

yaitu mengunakan Arduino Nano untuk menjalankan proses pada pembacaan

sensor pH, TDS, suhu, dan komponen lainnya.

Gambar 3.2 Rangkaian Sensor TDS

Pada gambar adalah rangkaian sensor TDS dimana pin sinyal analog

dikoneksikan dengan pin A1, pin positif ke pin positif arduino, dan pin negatif ke

pin negatif arduino. Dari rangkaian ini didapatkan pembacaan untuk ppm berupa

volt.

39
Gambar 3.3 Rangkaian Sensor pH

Pada gambar 3.3 merupakan rangkaian sensor pH, di dalam module sensor pH

terdapat 3 pin yaitu positif, negatif dan analog. Pin analog module pH

dikoneksikan dengan pin A0. Pada rangkaian ini didapatkan pembacaan nilai pH.

Gambar 3.4 Rangkaian Sensor Suhu

Pada gambar 3.4 adalah rangkaian suhu DS18B20 dimana terdapat tiga kaki

dalam komponen probe sensor, kabel berwarna hitam berartikan kaki tersebut

akan dikoneksikan ke ground arduino uno, kabel berwarna putih dikoneksikan ke

kaki digital 2 serta resistor yang mempunyai hambatan 4700 ohm yang juga

dikoneksikan ke tegangan input 5 volt dan kabel berwarna merah langsug

dikoneksikan ke resistor dan juga tegangan input 5 volt. Setelah rangkaian ini

didapatkan pembacaan nilai suhu berupa celcius.

40
Gambaran 3.5 Rangkaian Keseluruhan

Pada gambar 3.5 adalah rangkaian keseluruhan dari alat. dapat terlihat semua

sensor terintegrasi dengan Arduino Nano. Output dari sensor ditampilkan pada

LCD 16x2. Data sensor juga ditampilkan pada aplikasi Blynk secara online yang

dikirim melalui WiFi Module NodeMCU ESP8266. Rangkaian juga dilengkapi

komponen elektronika lainnya seperti RTC DS3231 untuk memberikan data

waktu, relay 4 channel digunakan sebagai saklar otomatis, pompa air, LED, dan

step down XL4015 untuk menurukan tegangan input.

3.3.3. Perancangan Perangkat Lunak (software)

Pada proses perancangan perangkat lunak (software) menggunakan komponen

perangkat lunak yang saling terhubung untuk dapat berjalan dengan baik, maka

proses ini dapat menggunakan sebuah perangkat lunak Arduino IDE untuk

membaca dan mengendalikan komponen yang terhubung kepada mikrokontroler

untuk membaca masing-masing sensor, yaitu sensor TDS, sensor pH dan sensor

suhu. Setelah itu hasil pembacaan sensor ditampilkan pada LCD dan Blynk.

Berikut ini adalah proses diagram alir dari sistem kerja perangkat lunak yang

dirancang untuk menjalankan perangkat ini.

41
Gambar 3.6 Diagram Alir Sistem

3.3.4. Metode Pengambilan Data

Setelah semua tahapan perancangan sistem selesai, tahapan selanjutnya ialah

melakukan analisis pada setiap data pengujian. Analisis data pengujian dilakukan

agar setiap masalah yang telah penulis rumuskan pada rumusan masalah dapat

terjawab. Adapun beberapa pengujian yang dilakukan untuk memperoleh data

diantaranya ialah pengujian setiap sensor, karakterisasi serta pengujian setiap

sensor, pengujian kesesuaian waktu update data dari Arduino Nano ke Blynk, dan

pengujian respon alat dalam menanggapi perintah yang sudah diprogram.

Untuk menentukan linearitas dan persentase error alat dari pembacaan nilai

sensor dihitung melalui rumus dibawah ini :

𝑦 = 𝑏𝑥 + 𝑎

𝑥 = Variabel faktor

𝑦 = Variabel respon

42
𝑎 = Konstanta

𝑏 = Koefisien regresi

Rumus koefisien konstanta adalah:

Rumus koefisien regresi adalah:

𝑋 = Data sebenarnya

𝑋𝑖 = Data terukur

% error = Persentase kesalahan

DAFTAR PUSTAKA

Hayatul Husni, “MORFOLOGI TUMBUHAN MENURUT PERSPEKTIF Al- QUR ’


AN,” Tesis, vol. 2, no. 4, pp. 12–17, 2017, [Online]. Available:
https://ejournal.unib.ac.id.
Merdeka.com, “Al-Qur’an Surat Ar-Rad Ayat ke-4 _ merdeka.”
https://www.merdeka.com/quran/ar-rad/ayat-4 (accessed Jan. 31, 2022).
S. Swastika, A. Yulfida, and Y. Sumitro, Budidaya Sayuran Hidroponik, 1st ed. Riau:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Riau, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian, 2017.
R. Rosliani and N. Sumarni, Budidaya Tanaman Sayuran dengan Sistem Hidroponik,
27th ed., no. 27. Bandung: BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN,
2005.
D. T. Supriadi, “RANCANG BANGUN ALAT PENGATUR NUTRISI
HYDROPHONIC DEEP FLOW TECHNIQUE (DFT) BERBASIS INTERNET
OF THINGS (IoT) | Jurnal TEDC,” pp. 180–188, 2014, [Online]. Available:
http://www.ejournal.poltektedc.ac.id/index.php/tedc/article/view/489.

43
D. Haryanto and N. KN, “Simulator Sistem Pengairan Otomatis Tanaman Hidroponik
Dengan Arduino,” TESLA J. Tek. Elektro, vol. 20, no. 2, p. 118, 2019, doi:
10.24912/tesla.v20i2.2988.
Z. Buana, O. Candra, and Elfizon, “Alat Pendeteksi Kualitas Air Portable dengan
Parameter pH , TDS dan Suhu Berbasis Arduino Uno,” J. Inov. Fis. Indones.,
vol. 3, no. 1, pp. 1751–1760, 2018, [Online]. Available:
https://ojs.unm.ac.id/mediaelektrik/article/view/14193%0Ahttp://ejournal.u
np.ac.id/index.php/mining/article/view/102295%0Ahttps://jurnalmahasiswa .une
sa.ac.id/index.php/inovasi-fisika-indonesia/article/view/34726/30872.
P. W. Ciptadi and R. H. Hardyanto, “Penerapan Teknologi IoT pada Tanaman
Hidroponik menggunakan Arduino dan Blynk Android,” J. Din. Inform., vol. 7,
no. 2, pp. 29–40, 2018.
S. Farm, “4 Cara Menanam Hidroponik Kangkung Tanpa Repot – Star Farm
International.” https://starfarm.co.id/cara-menanam-hidroponik- kangkung/
(accessed Feb. 04, 2022).
Susilawati, Dasar – Dasar Bertanam Secara Hidroponik, 1st ed. Palembang:
Universitas Sriwijaya 2019, 2019.
F. Hasanah, M. S. Sari, S. Legowo, A. Saefullah, and S. Fatimah, “Pengaruh Intensitas
Spektrum Cahaya Warna Merah Dan Hijau Terhadap Perkecambahan Dan
Fotosintesis Kacang Hijau ( Vigna Radiata L.),” Gravity J. Ilm. Penelit. dan
Pembelajaran Fis., vol. 4, no. 2, pp. 25–35, 2018, doi:
10.30870/gravity.v4i2.4030.
A. Rizaludin, M. Melina, and V. A. Kusumaningtyas, “Pengaruh penyinaran lampu LED
terhadap proses fotosintesis menggunakan percobaan Ingenhousz,” J. Kartika
Kim., vol. 3, no. 2, pp. 77–80, 2020.
P. Handoko and Y. Fajariyanti, “Pengaruh spektrum cahaya tampak terhadap laju
fotosintesis tanaman air Hydrillla verticillata,” Semin. Nas. X Pendidik. Biol.
FKIP UNS, vol. 10, no. 2, pp. 1–9, 2010.

44
I. Hendriyani and N. Setiari, “KANDUNGAN KLOROFIL DAN PERTUMBUHAN
KACANG PANJANG (Vigna sinensis) PADA TINGKAT PENYEDIAAN AIR
YANG BERBEDA,” J. Sains Mat., vol. 17, no. 3, pp. 145–150, 2009.
S. L. Mukaromah, J. Prasetyo, and B. D. Argo, “Pengaruh Pemaparan Cahaya Led
Merah Biru dan Sonic Bloom Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas
Tanaman Sawi Sendok (Brassica rapa L.),” J. Keteknikan Pertan. Trop. dan
Biosist., vol. 007, no. 02, pp. 185–192, 2019, doi:
10.21776/ub.jkptb.2019.007.02.8.
A. Razor, “Arduino Nano: Pengertian, Fungsi, Pinout, dan Harga.” Blogger, 2020,
Accessed: Oct. 08, 2021. [Online]. Available:
https://www.aldyrazor.com/2020/08/arduino-nano.html#toc-0.
Djukarna, “ARDUINO NANO | arduino ku,” 19/01/2015, 2015.
https://djukarna4arduino.wordpress.com/2015/01/19/arduino-nano/ (accessed
Oct. 09, 2021).
Dimaskhosyi, “NodeMCU ESP8266,” 24/11/2020. Kotakode, Accessed: Oct. 09, 2021.
[Online]. Available: https://kotakode.com/blogs/2617/NodeMCU-Esp8266.
D. Admin, “Memulai Pemrograman NodeMCU ESP8266 Menggunakan Arduino IDE -
NN Digital _ Belajar Arduino, ESP8266 _ NodeMCU, STM32, Raspberry Pi,
Mikrokontroller dan Teknologi Informasi Lainnya.” NN-Digital, pp. 1–12, 2019,
[Online]. Available: https://www.nn- digital.com/blog/2019/07/27/memulai-
pemrograman-nodemcu-esp8266- menggunakan-arduino-ide/.
“PriyoShop - Crunchbase Company Profile & Funding.” [Online]. Available:
https://www.crunchbase.com/organization/priyoshop-com.
DFRobot, “Analog_pH_Meter_Pro_SKU_SEN0169-DFRobot.” DFRobot, 2019,
[Online]. Available:
https://wiki.dfrobot.com/Analog_pH_Meter_Pro_SKU_SEN0169.
DFRobot, “Gravity: Analog TDS Sensor , Meter For Arduino SKU SEN0244-
DFRobot.” DFRobot, p. 1, 2020, [Online]. Available:
https://wiki.dfrobot.com/Gravity Analog_TDS_Sensor Meter_For_Ar
duino_SKU SEN0244.

45
E. Nurazizah, M. Ramdhani, and A. Rizal, “Rancang Bangun Termometer Digital
Berbasis Sensor Ds18b20 Untuk Penyandang Tunanetra | Nurazizah|
eProceedings of Engineering,” vol. 4, no. 3, pp. 3294–3301, 2017, [Online].
Available:https://openlibrarypublications.telkomuniversity.ac.id/index.php/
engineerin g/article/view/4858/4812.
Agus Faudin, “Tutorial mengakses sensor suhu DS18b20 - Nyebarilmu.”
Nyebarilmu.com, 2018, [Online]. Available:
https://www.nyebarilmu.com/tutorial-mengakses-sensor-suhu-ds18b20/.
A. Budjianto, Arief; Shoim, “PEMBELAJARAN EMBEDDED SYSTEM BERBASIS
PROYEK MENGGUNAKAN ARDUINO MEGA2560,” Jur. Tek. Elektro, no.
2011, pp. 103–108, 2016, [Online]. Available:
https://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/PROSIDING_SNST_FT/a
rticle/view/1565/1648.

DFRobot, “Waterproof_DS18B20_Digital_Temperature_Sensor SKU_DFR0198_-


DFRobot.” DFRobot, 2020, [Online]. Available:
https://wiki.dfrobot.com/Waterproof_DS18B20_Digital_Temperature_Sens or
SKU_DFR0198_.
Agus Faudin, “Cara mengakses modul display LCD 16×2,” 16 September 2017, 2017.
https://www.nyebarilmu.com/cara-mengakses-modul-display- lcd-16x2/
(accessed Oct. 09, 2021).
M. F. Zarkashie, “Rancang Bangun Sistem Pengukuran Kualitas Air 2021 M,”
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021.
DFRobot, “I2C 16x2(1602) LCD Display for Arduno - DFRobot.” DFRobot, [Online].
Available: https://www.dfrobot.com/product-135.html.
D. Admin, “Contoh Program Module RTC DS3231 + AT24C32 Dengan Arduino - NN
Digital | Belajar Arduino, ESP8266 / NodeMCU, STM32, Raspberry Pi,
Mikrokontroller dan Teknologi Informasi Lainnya,” Program Module RTC
DS3231, vol. 5(2). NN-Digital, pp. 11–20, 2019, [Online]. Available:

46
https://www.nn-digital.com/blog/2019/08/11/contoh- program-module-rtc-
ds3231-at24c32-dengan-arduino/.
Sekolahrobot, “Belajar Arduino dan Tutorial Arduino_ Memprogram Arduino RTC
DS3231 AT24C32,” 2016. http://www.arduino.web.id/2016/04/memprogram-
arduino-rtc-ds3231- at24c32.html (accessed Oct. 10, 2021).
M. Noviansyah and H. Saiyar,
“PERANCANGANALATKONTROLRELAYLAMPURUMAHVIA MOBILE,”
AKRAB JUARA, vol. 52, no. 1, pp. 1–5, 2019, [Online]. Available:
http://akrabjuara.com/index.php/akrabjuara/article/view/778/678.
A. Razor, “Modul Relay Arduino: Pengertian, Gambar, Skema, dan Lainnya,”
Aldyrazor.Com. 2021, [Online]. Available:
https://www.aldyrazor.com/2020/05/modul-relay-
arduino.html#:~:text=menyimulasikan rangkaian elektronik.-,Apa itu modul
relay,relay dengan jumlah channel tertentu.
Anonim, “Songle - Relay Module 5v 4 Channel Arduino | Elmech Technology.”
[Online]. Available: https://elmechtechnology.com/product/songle-relay-module-
5v-4-channel- arduino.
A. Zikri, “Rancang bangun sistem penyiraman tanaman otomatis berbasis Raspberry PI
3 dengan memanfaatkan thingspeak dan interface android sebagai kendali,”
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
“Informasi Lengkap Seputar LED Strip, si Lampu Selang Serbaguna.” S- Gala.com,
2020, [Online]. Available: https://www.s-gala.com/blog- post/led-strip.
DigiWare, “XL4015 DC-DC Step Down Buck Converter Adjustable 5A - Digiware
Store,” 2020. https://digiwarestore.com/id/other- appliances/xl4015-dc-dc-step-
down-buck-converter-adjustable-5a- 644163.html.
A. Faudin, “Mengenal aplikasi BLYNK untuk fungsi IOT,” Nyebarilmu.
Nyebarilmu.com, pp. 1–11, 2017, [Online]. Available:
https://www.nyebarilmu.com/mengenal-aplikasi-blynk-untuk-fungsi-iot/.

47

Anda mungkin juga menyukai