Anda di halaman 1dari 12

ELEKTRA, Vol.3, No.2, Juli 2018, Hal.

87 – 98
ISSN: 2503-0221 87

PROTOTIPE SISTEM PENYIRAM TANAMAN OTOMATIS


BERBASIS SUHU UDARA DAN KELEMBABAN TANAH
Mindit Eriyadi dan Syafrian Nugroho
Teknik Elektro – Politeknik Enjinering Indorama
Politeknik Enjinering Indorama, Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Email: mindit.eri@gmail.com

Abstrak
Penyiraman tanaman merupakan aktivitas rutin untuk memelihara tumbuh kembang tanaman.
Penyiraman tanaman secara manual biasanya dilakukan berdasarkan waktu dengan
menggunakan tenaga manusia. Banyak kelemahan yang muncul dari proses penyiraman manual
seperti akurasi dan konsistensi penyiraman. Penyiram tanaman otomatis dapat menjadi solusi bagi
permasalahan ini. Penyiraman otomatis dapat dikembangkan dengan memanfaatkan
mikrokontorler dan berbagai sensor pembaca parameter kebutuhan asupan tanaman. Dalam
prototipe ini telah dikembangkan sistem penyiram tanaman otomatis berbasis mikrokontroler
dengan platform arduino uno dengan sensor soil moisture dan DHT11 serta aktuator berupa
solenoid valve. Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dikembangkan menunjukan bahwa
prototipe sistem dapat menyiram air pada tanaman apabila kelembaban tanah yang dibaca oleh
soil moisture di bawah 300 RH dan suhu udara yang dibaca DHT11 di atas 24 °C. Jika salah satu
syarat tidak terpenuhi seperti kelembaban tanah di atas 300 RH atau suhu udara di bawah 24 °C,
maka katup dari water solenoid valve tidak akan terbuka.

Kata kunci: suhu, kelembaban, arduino, penyiram otomatis

Abstract
Sprinkling plants are routine activities to maintain plant growth. Watering plants manually Usually
done on time by using human power. Much can happen from manual watering processes such as
consultation and watering consistency. The sprinklers in the bumbung area can stand on this
percentage. Automatic watering can be developed by using microcontorler and various sensor
reader parameters needs plant intake. In this prototype has been developed microcontroller based
automatic sprinkler system with arduino uno platform with soil moisture sensor and DHT11 as well
as actuator in the form of solenoid valve. The results obtained from the research developed show
that the system prototype can flush air on plants read by soil moisture below 300 RH and air
temperatures read DHT11 above 24 ° C. If any 1 condition is not hated and the humidity of air is
below 300 ° RH and air temperature below 24 ° C, then the solenoid valve water will not open.

Keywords: temperature, humidity, arduino, automatic sprinklers

1. PENDAHULUAN

Di negara kita pertanian merupakan sumber utama dalam memenuhi kebutuhan pangan. Di dalam
pertanian, air adalah hal yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan tumbuhan. Pengaturan
pembagian atau pengaliran air menurut sistem tertentu di lahan pertanian disebut Penyiram.
Penyiram merupakan faktor penting dalam industri pertanian. Penyiram dapat mempengaruhi hasil
dari pertanian apakah produknya baik atau tidak. [2]
Jumlah air yang dibutuhkan setiap tanamanpun bervariasi antara masing-masing jenis
tanaman. Sebagai contoh, kaktus akan memerlukan lebih sedikit air daripada semak-semak
mawar. Menyediakan salah air untuk tanaman, jumlah Apakah berlebihan atau di bawah-berair,
dapat merugikan kesehatan tanaman. Terlalu banyak air dapat menyebabkan akar tanaman untuk
mulai membusuk, dan mengurangi jumlah oksigen yang dapat mencapai akar; terlalu sedikit air
akan kelaparan tanaman dari nutrisi yang diperlukan.[3]

Makalah dikirim 20 Juni 2018; Revisi 12 Juli 2018; Diterima 19 Juli 2018
Prototipe Sistem Penyiram Tanaman Otomatis Berbasis Suhu Udara dan Kelembaban Tanah,
Mindit Eriyadi dan Syafrian Nugroho
ELEKTRA, Vol.3, No.2, Juli 2018, Hal. 87 – 98
ISSN: 2503-0221 88

A. Mikrokontroler

Mikrokontroler adalah sebuah sistem komputer fungsional dalam sebuah chip. Didalamnya
terkandung sebuah inti prosesor, memori (sejumlah kecil RAM, memori program, atau keduanya),
dan perlengkapan input/output. Dengan kata lain, mikrokontroler adalah suatu alat elektronika
digital yang mempunyai masukan dan keluaran serta kendali dengan program yang bisa ditulis dan
dihapus dengan cara khusus, cara kerja mikrokontroler sebenarnya membaca dan menulis data.
Mikrokontroler merupakan komputer di dalam chip yang digunakan untuk mengontrol peralatan
elektronik, yang menekankan efisiensi dan efektifitas biaya. Secara harfiahnya bisa disebut
“pengendali kecil” dimana sebuah sistem elektronik yang sebelumnya banyak memerlukan
komponen-komponen pendukung seperti IC TTL dan CMOS dapat direduksi/diperkecil dan
akhirnya terpusat serta dikendalikan oleh mikrokontroler ini.

1. Arduino

Arduino merupakan rangkaian elektronik yang bersifat open source, serta memiliki perangkat keras
dan lunak yang mudah untuk digunakan. Arduino dapat mengenali lingkungan sekitarnya melalui
berbagai jenis sensor dan dapat mengendalikan lampu, motor, dan berbagai jenis aktuator
lainnya.Arduino mempunyai banyak jenis, di antaranya Arduino uno, Arduino Mega 2560, Arduino
Fio, dan lainnya.[4].

2. Arduino Uno

Arduino Uno adalah mikrokontroler digunakan untuk mengontrol penyediaan air yang dibaca oleh
sensor soil moisture. Arduino uno (Gambar 1) bertindak sebagai pusat kontrol. Arduino
mengumpulkan data baik analog dari sensor dan menggunakan built-in ADC (Analog-ke-Digital
Converter), nilai diambil dan disimpan dalam variabel.[5].

Gambar 1. Board Arduino Uno.


(Sumber : https://www.robomart.com/arduino-uno-online-india )

B. Ilmu Tanah

Tanah tersusun dari empat bahan utama yaitu bahan mineral, bahan organik, air dan udara.
Bahan–bahan penyusun tanah tersebut jumahnya masing–masing berbeda untuk setiap jenis
tanah ataupun lapisan tanah. Pada tanah lapisan atas yang baik untuk pertumbuhan tanaman
lahan kering (bukan sawah) umumnya mengandung 45% (volume) bahan mineral, 5% bahan
organik, 20–30 % udara dan 20–30 % air. Definisi serta hubungan–hubungan antara jumlah butir
air dan udara dalam tanah. Percobaan laboratorium untuk berat isi, kadar air dan berat jenis.

Prototipe Sistem Penyiram Tanaman Otomatis Berbasis Suhu Udara dan Kelembaban Tanah,
Mindit Eriyadi dan Syafrian Nugroho
ELEKTRA, Vol.3, No.2, Juli 2018, Hal. 87 – 98
ISSN: 2503-0221 89

1. Berat Isi

Cara menentukan berat isi tanah ialah dengan mengukur berat sejumlah tanah yang isinya
diketahui. Untuk tanah asli biasanya dipakai sebuah cincin yang di masukkan ke dalam tanah
sampai terisi penuh, kemudian atas dan bawahnya diratakan dan cincin serta tanahnya ditimbang.
Apabilah ukuran cincin serta berat nya diketahui maka berat isi dapat dihitung. Misalnya :
Berat cincin + tanah = W2 .......................................... ..................................................... (1)
Berat cincin = W1 ....................................................... ..................................................... (2)
Berat tanah = W2-W1 ................................................. ..................................................... (3)
Isi cincin = 1
Jumlah berat isi = (W2-W1)/1 ..................................... ..................................................... (4)

2. Kadar Air

Untuk menentukan kadar air sejumlah tanah ditempatkan dalam kurs kaleng kecil yang beratnya
(W1) diketahui sebelumnya. Kurs dengan tanah ditimbang (W2) dan kemudian dimasukkan dalam
oven yang temperaturnya 105 °C untuk masa waktu 24 jam. Kemudian kurs tanah ditimbang
kembali (W3). Dengan demikian berat air = W2 – W3 Berat tanah kering = W3 – W1 Kadar air
tanah = (W2 – W3)/(W3 – W1).

C. Sensor Soil Moisture/Kelembaban Tanah

Sensor ini menggunakan dua buah probe untuk melewatkan arus melalui tanah lalu membaca
tingkat resistansinya untuk mendapatkan tingkat kelembaban tanah. Makin banyak air membuat
tanah makin mudah mengalirkan arus listrik (resistansi rendah), sementara tanah kering sulit
mengalirkan arus listrik (resistansi tinggi). Ada tiga buah pin yang terdapat pada sensor ini yang
mana masing masing pin memiliki tugas sendiri sendiri, yaitu : Analog output yang (kabel biru) ,
Ground (kabel hitam), dan Power (kabel merah).
Sensor soil moisture (Gambar 2) dalam penerapannya membutuhkan tegangan sebesar
3.3V atau 5V dengan keluaran tegangan sebesar 0–4.2 volt. Sensor ini mampu membaca kadar
air yang memiliki 3 kondisi yaitu :
 0 – 30 0 RH : tanah kering/udara bebas
 300 – 700 RH : tanah lembab
 700 – 950 RH : di dalam air

Gambar 2. Sensor Soil Moisture.


(sumber: http://www.instructables.com/id/Soil-Moisture-Sensor-1/)

Sensor ini memiliki 4 pin yang terdiri dari pin ground, 5V, DO dan AO.[6] Berbagai jenis
sensor dapat digunakan untuk pengukuran kelembaban tanah. Dalam sistem ini, hygrometer yang
digunakan adalah sensor tanah soil moisture. Hygrometer ada yang digital maupun analog. Output
dari sensor diberikan sebagai input ke Arduino Uno.

Prototipe Sistem Penyiram Tanaman Otomatis Berbasis Suhu Udara dan Kelembaban Tanah,
Mindit Eriyadi dan Syafrian Nugroho
ELEKTRA, Vol.3, No.2, Juli 2018, Hal. 87 – 98
ISSN: 2503-0221 90
D. DHT11 Humidity & Soil Moisture

DHT11 (Gambar 3) adalah sensor digital yang dapat mengukur suhu dan kelembaban udara di
sekitarnya. Sensor ini sangat mudah digunakan Bersama dengan Arduino. Memiliki tingkat
stabilitas yang sangat baik serta fitur kalibrasi yang sangat akurat. Koefisien kalibrasi disimpan
dalam OTP program memory, sehingga ketika internal sensor mendeteksi sesuatu, maka module
ini menyertakan koefisien tersebut dalam kalkulasinya,[7] DHT11 ini termasuk sensor yang memiliki
kualitas terbaik, dinilai dari respon, pembacaan data yang cepat, dan kemampuan anti-
interference. Ukurannya yang kecil, dan dengan transmisi sinyal hingga 20 meter dengan
spesifikasi digital interfacing system membuat produk ini cocok digunakan untuk banyak aplikasi-
aplikasi pengukuran suhu dan kelembaban. Konsumsi daya DHT11's adalah cukup rendah, 5 V
power supply tegangan dan rata-rata maksimum saat ini sekitar 0.5 mA. [8].

Gambar 3. Sensor DHT11 Humidity & Temperature.


(sumber : http://www.jualarduino.com/dht11/ )

E. Relay

Relay merupakan komponen elektronika yang dapat mengimplementasikan logika switching.


Secara sederhana relay didefinisikan sebagai alat yang menggunakan gaya elektromagnetik untuk
menutup atau membuka kontak saklar. Saklar yang digerakkan secara mekanis oleh daya/energi
listrik. Jadi, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa Relay adalah komponen elektronika
berupa saklar elektronik yang digerakkan oleh arus listrik.[9] Untuk relaynya sendiri penulis
menggunakan Modul Relay 2 Channel seperti pada Gambar 4 di bawah ini.

Gambar 4. Module Relay 2 Channel.


(sumber : https://www.amazon.co.uk/2-Channel-Module-Shield-Arduino-
Electronic/dp/B00CRVYIMG)

F. Water Selenoid Valve

Solenoid valve (Gambar 5 dan 6) adalah katup yang digerakan oleh energi listrik, mempunyai
kumparan sebagai penggeraknya yang berfungsi untuk menggerakan piston yang dapat digerakan
oleh arus AC maupun DC, solenoid valve atau katup (valve) solenoida mempunyai lubang
keluaran, lubang masukan dan lubang exhaust, lubang masukan, berfungsi sebagai
terminal/tempat cairan masuk atau supply, lalu lubang keluaran, berfungsi sebagai terminal atau
tempat cairan keluar yang dihubungkan ke beban, sedangkan lubang exhaust, berfungsi sebagai
saluran untuk mengeluarkan cairan yang terjebak saat piston bergerak atau pindah posisi
ketika solenoid valve bekerja.[10] Motor pompa atau katup solenoid terhubung ke satu pin digital
menggunakan sirkuit relay. Pompa atau katup dipicu berdasarkan nilai-nilai kita dikalibrasi. Ketika

Prototipe Sistem Penyiram Tanaman Otomatis Berbasis Suhu Udara dan Kelembaban Tanah,
Mindit Eriyadi dan Syafrian Nugroho
ELEKTRA, Vol.3, No.2, Juli 2018, Hal. 87 – 98
ISSN: 2503-0221 91
nilai-nilai yang merasakan dari sensor berbeda dari yang diinginkan nilai-nilai, pin digital output
dibuat tinggi agar air pasokan. Lagi ketika nilai-nilai kelembaban cocok tercapai, pin digital output
dibuat rendah untuk menghentikan air pasokan.[11].

Gambar 5. Bentuk Fisik Water Selenoid Valve.


(sumber : https://www.aliexpress.com/item/1-2-Inch-Newest-Electric-Solenoid-Valve-12V-
Magnetic-DC-N-C-Water-Air-Inlet-Flow/32721594296.html )

Gambar 6. Struktur Fungsi Water Selenoid Valve.


(sumber : http://meriwardana.blogspot.co.id/2011/11/solenoid-valve.html )

Keterangan Gambar :
1. Valve Body 6. Kabel suplai tegangan
2. Terminal masukan (Inlet Port) 7. Plunger
3. Terminal keluaran (Outlet Port) 8. Spring
4. Koil solenoid 9. Lubang/exhaust
5. Kumparan gulungan

2. PENYIRAMAN OTOMATIS

Penulis merancang dan mereleasasikan alat penyiram tanaman secara otomatis dengan
menggunakan mikrokontroler arduino uno. Komponen utama yang digunakan yaitu water selenoid
valve, soil moisture, DHT11 dan module relay. Semua rangkaian tersebut dirangkai sesuai
schematic yang telah dibuat. Water selonoid valve berfungsi sebagai pembuka dan penutup aliran
air yang diatur oleh mikrokontroler arduino.
Sensor Soil mosture dan DHT11 yang terhubung pada board arduino, telah diberikan
perintah untuk mengatur cara kerja alat penyiram otomatis. Pada kelembaban di bawah 300 RH
dan suhu udara di atas 24 °C, arduino akan mengintruksikan pada water solenoid valve untuk
membuka katup yang akan mengeluarkan air hingga mencapai kelembaban yang diinginkan (di
atas 300 RH) dan kemudian menutup katupnya kembali.

A. Perancangan Alat

Kegiatan yang pertama harus dilakukan yaitu kegiatan perancangan. Perancangan bertutujuan
untuk memudahkan penusun dalam pembuatan alat tersebut. Alur dari perancangan alat
penyiram otomatis untuk penyegar tanaman berbasis mikrokontroler diperlihatkan pada Gambar 7.

Prototipe Sistem Penyiram Tanaman Otomatis Berbasis Suhu Udara dan Kelembaban Tanah,
Mindit Eriyadi dan Syafrian Nugroho
ELEKTRA, Vol.3, No.2, Juli 2018, Hal. 87 – 98
ISSN: 2503-0221 92

Gambar 7. Sistem Cara Kerja Alat Penyiram Otomatis.


(sumber: Penulis, 20 Agustus 2017)

B. Schematic Rangkaian

Rangkaian Schematic alat penyiram otomatis untuk tanaman berbasis mikrokontroler, dapat dilihat
pada Gambar 8 dan 9.

C. Diagram Blok

Diagram blok sistem yang dibuat bertujuan untuk mempermudah dalam memahami proses kerja alat dan juga
dapat menggambarkan bagaiman sistem ini bekerja. Diagram blok sistem kerja alat penyiram otomatis untuk
tanaman berbasis mikrokontroler diperlihatkan pada Gambar 10.

Prototipe Sistem Penyiram Tanaman Otomatis Berbasis Suhu Udara dan Kelembaban Tanah,
Mindit Eriyadi dan Syafrian Nugroho
ELEKTRA, Vol.3, No.2, Juli 2018, Hal. 87 – 98
ISSN: 2503-0221 93

Gambar 8. Simulasi Rangkaian Schematic Alat.


(sumber: Penulis, 24 Agustus 2017)

Gambar 9. Rangkaian Sensor Soil Moisture.


(sumber: Penulis, 24 Agustus 2017)

Gambar 10. Diagram Blok.


(sumber: Penulis, 10 Agustus 2017)

3 HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Realisasi Pembuatan Alat

Pada perealisasian alat ini, digunakan komponen water solenoid valve, sensor DHT11 dan
sensor soil moisture yang berfungsi mendeteksi/membaca suhu dan kelembaban tanah, komponen
ini yang nantinya mampu membuka dan menutup katup secara otomatis, pengaturan penyiram
otomatis ini dilakukan oleh arduino yang diberi perintah. Semua komponen ini disambungkan pada
arduino uno sebagai komponen utama. Untuk merealisasikan alat ini terdapat 2 tahap, yaitu
pembuatan konstruksi mekanik dan pengukuran tanah.

Prototipe Sistem Penyiram Tanaman Otomatis Berbasis Suhu Udara dan Kelembaban Tanah,
Mindit Eriyadi dan Syafrian Nugroho
ELEKTRA, Vol.3, No.2, Juli 2018, Hal. 87 – 98
ISSN: 2503-0221 94
B. Pengujian Alat

Pengujian alat ini membutuhkan tegangan 12 Vdc untuk selenoid valve dan 5 Vdc untuk
sensor soil moisture dan DHT11 dengan pengalokasian sesuai dengan program yang dibuat pada
arduino uno. Pada pengambilan data, jarak sensor soil moisture ke batang pohon rambutan,
mangga, durian dan jeruk berjarak ±7 cm. Sedangkan untuk DHT11 transmisi sinyalnya bisa
membaca hingga 20 meter .

Gambar 11. Proses Percobaan Sistem.


(sumber: Penulis, 10 Agustus 2017)

Gambar 12. Proses Pengambilan Data.


(sumber: Penulis, 10 Agustus 2017)

Tabel 1 – 4 berikut ini adalah beberapa data yang diperoleh saat melakukan pengujian alat
penyiram otomatis.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Di Lokasi 1.

Waktu
Suhu Kelembaban Kelembaban
No. Pengambilan Valve
Udara Udara Tanah
Data
1. 14.00 WIB 32 °C 57 % 711 RH OFF
2. 18.00 WIB 22 °C 82 % 706 RH OFF
3. 22.00 WIB 21 °C 91 % 581 RH OFF
4. 02.00 WIB 21 °C 90 % 662 RH OFF
5. 06.00 WIB 19 °C 77 % 608 RH OFF
6. 10.00 WIB 25 °C 60 % 641 RH OFF

Prototipe Sistem Penyiram Tanaman Otomatis Berbasis Suhu Udara dan Kelembaban Tanah,
Mindit Eriyadi dan Syafrian Nugroho
ELEKTRA, Vol.3, No.2, Juli 2018, Hal. 87 – 98
ISSN: 2503-0221 95
Tabel 2. Hasil Pengamatan Di Lokasi 2.
Waktu
Kelembaban Kelembaban
No. Pengambilan Suhu Udara Valve
Udara Tanah
Data
1. 14.00 WIB 33 °C 55 % 657 RH OFF
2. 18.00 WIB 22 °C 80 % 696 RH OFF
3. 22.00 WIB 21 °C 91 % 711 RH OFF
4. 02.00 WIB 21 °C 88 % 652 RH OFF
5. 06.00 WIB 20 °C 76 % 613 RH OFF
6. 10.00 WIB 26 °C 61 % 589 RH OFF

Tabel 3. Hasil Pengamatan Di Lokasi 3.


Waktu
Suhu Kelembaban Kelembaban
No. Pengambilan Valve
Udara Udara Tanah
Data
1. 14.00 WIB 33 °C 56 % 758 RH OFF
2. 18.00 WIB 22 °C 80 % 710 RH OFF
3. 22.00 WIB 21 °C 91 % 671 RH OFF
4. 02.00 WIB 21 °C 90 % 674 RH OFF
5. 06.00 WIB 20 °C 74 % 675 RH OFF
6. 10.00 WIB 25 °C 60 % 690 RH OFF

Tabel 4. Hasil Pengamatan Di Lokasi 4.


Waktu
Suhu Kelembaban Kelembaban
No. Pengambilan Valve
Udara Udara Tanah
Data
1. 14.00 WIB 33 °C 52 % 554 RH OFF
2. 18.00 WIB 22 °C 82 % 476 RH OFF
3. 22.00 WIB 21 °C 91 % 556 RH OFF
4. 02.00 WIB 21 °C 90 % 506 RH OFF
5. 06.00 WIB 20 °C 74 % 654 RH OFF
6. 10.00 WIB 25 °C 60 % 598 RH OFF

C. Grafik

Dari data yang diperoleh dari hasil pengamatan dalam kurun waktu 4 jam sekali diperoleh grafik
sebagai berikut :

1. Grafik Suhu Tanah

Di bawah ini merupakan grafik suhu tanah dari data yang diperoleh pada tabel pengamatan suhu
tanah di lokasi 1 sampai 4.

29 28 27 30 30 29 40 29 28 27 30 31 29
40
Suhu Tanah
Suhu Tanah

30 30
20 20
10 10
0 0
2 6 10 14 18 22 2 6 10 14 18 22
Waktu Waktu

a. Pengamatan Lokasi 1 dan 2.

Prototipe Sistem Penyiram Tanaman Otomatis Berbasis Suhu Udara dan Kelembaban Tanah,
Mindit Eriyadi dan Syafrian Nugroho
ELEKTRA, Vol.3, No.2, Juli 2018, Hal. 87 – 98
ISSN: 2503-0221 96

40 29 28 27 31 31 29 40 29 28 27 31 30 29

Suhu Tanah

Suhu Tanah
30 30
20 20
10 10
0 0
2 6 10 14 18 22 2 6 10 14 18 22
Waktu Waktu

b. Pengamatan Lokasi 3 dan 4.

2. Grafik Suhu Udara

Di bawah ini merupakan grafik suhu udara dari data yang diperoleh pada tabel hasil pengamatan
pada lokasi 1 sampai 4.

40 32 40 33
26 26
Suhu Udara

Suhu Udara
30 21 19 22 21 30 21 20 22 21
20 20
10 10
0 0
2 6 10 14 18 22 2 6 10 14 18 22
Waktu Waktu
a. Pengamatan Lokasi 1 dan 2.

40 33 40 33
25 25
Suhu Udara
Suhu Udara

30 21 20 22 21 30 21 20 22 21
20 20
10 10
0 0
2 6 10 14 18 22 2 6 10 14 18 22
Waktu Waktu

b. Pengamatan Lokasi 3dan 4.

3. Kelembaban Tanah

Di bawah ini merupakan grafik kelembaban tanah dari data yang diperoleh pada tabel hasil
pengamatan pada lokasi 1 sampai 4.
1000 662 608 641 711 706 581
Kelembaban

500
Tanah

0
2 6 10 14 18 22
Waktu

a. Pengamatan Lokasi 1.
1000 652 613 589 657 696 711
Kelembaban
Tanah

500
0
2 6 10 14 18 22
Waktu
b. Pengamatan Lokasi 2.

Prototipe Sistem Penyiram Tanaman Otomatis Berbasis Suhu Udara dan Kelembaban Tanah,
Mindit Eriyadi dan Syafrian Nugroho
ELEKTRA, Vol.3, No.2, Juli 2018, Hal. 87 – 98
ISSN: 2503-0221 97

1000 674 675 690 758 710 671

Kelembaban
Tanah
500

0
2 6 10 14 18 22
Waktu

c. Pengamatan Lokasi 3.
1000 654 598 554 556
506 476

Kelembaban
500

Tanah
0
2 6 10 14 18 22
Waktu

d. Pengamatan Lokasi 4.

4. Kelembaban Udara
Di bawah ini merupakan grafik kelembaban udara dari data yang diperoleh pada tabel hasil
pengamatan pada lokasi 1 sampai 4.
100% 90% 77% 60% 80% 91%
80% 57%
Kelembaban

60%
Udara

40%
20%
0%
2 6 10 14 18 22
Waktu

a. Pengamatan Lokasi 1.
100% 88% 76% 61% 82% 91%
Kelembaban

80% 55%
60%
Udara

40%
20%
0%
2 6 10 14 18 22
Waktu

b. Pengamatan Lokasi 2.
100% 90%a. 75% 60% 55% 80% 91%
Kelembaban

80%
60%
Udara

40%
20%
0%
2 6 10 14 18 22
Waktu

c. Pengamatan Lokasi 3.

100% 90% 74% 60% 52% 80% 91%


80%
Kelembaban

60%
40%
Udara

20%
0%
2 6 10 14 18 22
Waktu

d. Pengamatan Lokasi 4.

Prototipe Sistem Penyiram Tanaman Otomatis Berbasis Suhu Udara dan Kelembaban Tanah,
Mindit Eriyadi dan Syafrian Nugroho
ELEKTRA, Vol.3, No.2, Juli 2018, Hal. 87 – 98
ISSN: 2503-0221 98

4 KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dari sistem Penyiram otomatis dapat di simpulkan sebagai berikut :

a. Penyiraman tanaman dapat dipermudah dengan penggunaan alat mekanik yang di kontrol oleh
peralatan elektronik. Sistem ini merupakan alat kontrol yang mampu menyiram tanaman secara
otomatis berdasarkan kelembaban tanah dan kelembaban udara. Pengendalian utama sistem
ini menggunakan arduino uno yang dihubungkan dengan soil moisture dan DHT11 sebagai
penyesuaian waktu penyiraman tanaman pada jam 10.00-14.00 WIB. Alat Otomatisasi ini
memiliki dua bagian, yaitu bagian utama berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan rangkaian
kontrol. Bagian kedua berfungsi sebagai jalur air dilengkapi water selenoid valve sebagai
pembuka dan penutup katup.
b. Pemicu sistem ini menggunakan sensor soil moisture dan DHT11. Dimana sistem dapat
menyiram air pada tanaman apabila kelembaban tanah yang dibaca oleh soil moisture di bawah
300 RH dan suhu udara yang dibaca DHT11 di atas 24 °C. Jika salah 1 syarat tidak terpenuhi
serta kelembaban tanah di atas 300 RH dan suhu udara di bawah 24 °C, maka katup tidak
akan terbuka.
B. Saran
Penelitian ini masih bisa dikembangkan secara luas, antara lain :

a. Sistem mekanik yang belum sempurna sehingga perlu pengembangan lebih lanjut untuk
memaksimalkan kerja.
b. Kontrol Arduino yang dibuat dapat dikembangkan lebih baik lagi
c. Menambah Liquid Crystal Display (LCD).
d. Bisa menggunakan semprotan air yang bagus agar tanaman sekitarnya bisa ikut tersiram.
e. Diharapkan proyek akhir ini bisa menjadi produk Internet of Think (IoT).

DAFTAR PUSTAKA

[1] J. S. Wakur, Alat penyiram tanaman otomatis mengunakan arduino uno. 2015.
[2] M. S. Dzulkifli and M. Rivai, “Rancang Bangun Sistem Irigasi Tanaman Otomatis
Menggunakan Wireless Sensor Network,” vol. 5, no. 2, 2016.
[3] I. Al-Bahadly and J. Thompson, “Garden watering system based on moisture sensing,” Proc.
Int. Conf. Sens. Technol. ICST, vol. 2016–March, pp. 263–268, 2016.
[4] D. Novita, A. J. Lubis, A. Sembiring, J. Hm, and J. No, “BERBASIS ARDUINO UNO (
FOKUS SOFTWARE ),” 2012.
[5] S. N. Kothawade, S. M. Furkhan, A. Raoof, and K. S. Mhaske, “Efficient Water Management
for Greenland using Soil Moisture Sensor,” 2016.
[6] A. R. Putri et al., “RANCANG BANGUN MODEL RUMAH KACA TERKENDALI UNTUK,”
vol. 1, no. 1, pp. 906–914, 2015.
[7] A. Abdullah, S. Hardhienata, and A. Chairunnas, “Model Pengaturan Suhu Dan
Kelembaban Pada Ruang Jamur Tiram Menggunakan Sensor Dht11 DanMikrokontroler,”
J. Artic.
[8] Y. Zhou, Q. Zhou, Q. Kong, and W. Cai, “System,” pp. 2246–2250, 2012.
[9] A. Bae, “Makalah Relay,” 2010.
[10] E. Wahyu, “Solenoid Valve Pneunomatic,” p. 3, 2015.
[11] S. Devabhaktuni, D. V.Pushpa Latha, "Soil moisture and temperature sensor based
intelligent irrigation water pump controlling system using PIC 16F72 Microcontroller,"
International Journal of Emerging Trends in Engineering and Development, Issue 3, Vo1.4,
pp.lOI-107, June-Jul y 2013. V. S. Kuncham, N.V. Rao "Sensors for Managing Water
Resources in Agriculture," IOSR Journal of Electronics and Communication Engineering
(IOSR-JECE), Vol. 9, Issue 2, pp. 145-163, Mar-Apr. 2014.

Prototipe Sistem Penyiram Tanaman Otomatis Berbasis Suhu Udara dan Kelembaban Tanah,
Mindit Eriyadi dan Syafrian Nugroho

Anda mungkin juga menyukai