Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTKUM TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE

PRAKTIKUM PENGENALAN PERANGKAT LUNAK KEBUTUHAN


AIR IRIGASI (CROPWAT)
Tanggal Praktikum : 03 Oktober 2020

Kelompok : Saluran Cacing (6)

1. Yonvi Tarigan (05021281823091)

2. Endro Irwanto (05021281823043)

3. Husnan Aziz Prabowo (05021281722041)

PROGRAM STUDY TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN 2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air menjadi salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan
manusia, hewan, dan tanaman. Pengendalian air sangant diperlukan dalam pengaturan di
bidang irigasi. Pengendalian ini dilakukan agar tidak terjadi kekurangan air pada musim
kemarau. Terpenuhinya kebutuhan air irigasi, diharapkan tidak terjadi kelebihan air pada
musim hujan. Kelebihan air ini mengakibatkan air terbuang percuma tanpa adanya
pemanfaatan sehingga menjadi aliran permukaan.
Pengetahuan tentang keirigasian terus berkembang sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan secara umum. Masuknya era digital juga merambah pada ranah ilmu
keirigasian. Perhitungan tentang keirigasian baik mulai dari kebutuhan air irigasi,
kebutuhan air tanaman, kebutuhan air pada suatu lahan dan sebagainya. Perhitungan
dapat dihitung dengan menggunakan rumus manual. Berkembangnya teknologi semua
dapat dihitung dengan menggunakan software.
Pengaplikasian software dalam bidang ilmu keirigasian ini sangat membantu
khususnya di bidang Teknik Pertanian dan bahkan berperan penting dalam pengelolaan
data klimatologi. Output dari menggunakan software ini menghasilkan data hasil yang
dapat digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan dalam hal kebijakan
keirigasian. Pengaplikasian software ini dapat mengelola jaringan irigasi dengan baik.
Hasil data yang telah diolah, pada umumnya akan mendekati kenyataan jika dilakukan
pengolahan yang benar. Software yang bisa digunakan salah satunya Cropwat 8.0.
Penggunaan aplikasi Cropwat 8.0 ini sangat memudahkan operator dalam
pengoperasian aplikasinya. Cropwat 8.0 dapat menghitung kebutuhan air irigasi,
kebutuhan air tanaman, dan kebutuhan air lahan. Cropwat 8.0 juga dapat memprediksi
tanggal penanaman dan tanggal pemanenan yang baik dari data klimatologi tahun
sebelumnya. Cropwat 8.0 dapat menaksir dengan tepat penurunan lahan akibat tekanan
air dan dampak iklim. Pemahaman yang mendalam tentang pengaplikasian Cropwat 8.0
dalam kegiatan keirigasian ini sangat bermanfaat dan bahkan seharusnya sangat
dibutuhkan sebagai mahasiswa teknik pertanian.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengenal software komputer untuk menghitung kebutuhan air tanaman;
2. Mengenal software komputer untuk menghitung kebutuhan air irigasi beserta
karateristiknya.
1.3 Metodologi Pengamatan Dan Pengukuran
1.3.1 Waktu dan Lokasi
Pelaksanaan praktikum pengenalan perangkat lunak kebutuhan air irigasi
(CROPWAT) ini dilaksanakan di Tempat masing-masing praktikan pada hari Sabtu
tanggal 3 Oktober 2020 pukul 8.00 WIB.

1.3.2 Alat dan Bahan


1. Seperangkat komputer dan aplikasi Cropwat 8.0;
2. Data klimatologi bulanan dan data tanaman.

1.3.3 Metoda Kerja


1. Berdasarkan praktikum yang sudah dilaksanakan dengan menggunakan software
Cropwat 8.0 untuk mengetahui laju evapotranspirasi dan menentukan kebutuhan air
tanaman dan air irigasi. Hal pertama yang dilakukan, klik kanan pada shortcut
Cropwat 8.0 yang terdapat pada desktop, lalu klik Open.

Print screen Langkah Kerja


Sumber: Simulasi Data Software Cropwat
2. Muncul window seperti gambar di atas, lalu pilih Climate/ETo dan input-kan data
yang telah didapat. Data yang diperoleh dari sumber website weather base pada
stasiun Seminyak Bali Indonesia, dapat dilihat pada gambar di atas. Data yang
diinputkan berupa temperatur minimum, temperatur maksimum, kelembaban,
kecepatan angina, dan pancaran sinar matahari. Data output-nya berupa radiasi dan
evapotranspirasi dalam mm/hari.
Data Klimatologi
Sumber: Simulasi Data Softwarei Cropwat
3. Klik Rain, lalu input-kan data yang diperoleh. Data yang telah di input berupa curah
hujan dan akan mengeluarkan nilai output curah hujan efektif. Total curah hujan
sebesar 6740.0 mm dan hujan efektif sebesar 2153.4 mm.

Tabel Montly Rain


Sumber: Simulasi Data Software Cropwat
4. Pilih Crop, lalu klik Open, lalu klik FAO. Pilih jenis tanaman yang akan di input-kan,
disini dipilih jenis tanaman Beans-DR.CRO. Jenis tanaman dry beans yang ditanam
pada tanggal 15 Oktober 2016 akan panen pada tanggal 1 Februari 2017. Dengan
kedalaman akar mula-mula 0.30 m sampai 0.90 m. Data lengkapnya dapat dilihat
pada gambar di bawah.
. Data Crop
Sumber: Simulasi Data Software Cropwat

5. Klik Soil lalu klik Open, dan pilih jenis tanah BLACK CLAY SOIL. SOI. Akan muncul
data output seperti gambar di atas. Jenis tanah Black Clay Soil ini mempunyai nilai
moisture sebesar 200 mm/meter, tingkat penyerapan maksimum hujan sebesar 30
mm/hari, dan dengan maksimum kedalaman tanah yang dapat ditembus akar 900 cm.
Data lengkapnya dapat dilihat pada gambar di bawah.

Data Soil
Sumber: Simulasi Data Software Cropwat
2. Klik CWR maka akan mucul data-data per dekade dalam bentuk tabel. Agar lebih
jelasnya lalu klik Chart;
3. Pilih Schedule, lalu klik Chart.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Cropwat


Model cropwat pada awalnya dikembangkan oleh FAO pada tahun 1990 yang
bertujuan untuk mempermudah dalam perencanaan dan manajemen proyek irigasi.
Cropwat for windows v.4.3 merupakan software aplikasi untuk perencanaan dan
pengelolaan irigasi yang dikembangkan oleh beberapa ilmuan. Fungsi utamanya yaitu
untuk menghitung evapotranspirasi acuan, kebutuhan air irigasi dan tanaman, membuat
dan mengembangkan jadwal irigasi. Cropwat v.5.6 merupakan pengembangan dari versi
sebelumny, yang termasuk dalam metode penentuan evapotranspirasi tanaman yang
mengacu pada pendekatan Penman-Monteith sebagai rekomendasi dari FAO yang
berdiri pada bulan Mei 1990 di Roma. Cropwat v.5.7 dilengkapi dengan fasilitas yang
terhubung dengan program climwat yang berupa database dari sumber data klimatologi
dari 3261 stasiun 144 negara di seluruh Asia, Afrika, Timur Tengah, Eropa Selatan,
Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
Software cropwat 8.0 (Crop Water Requirement) adalah program komputer untuk
perhitungan kebutuhan air tanaman dan kebutuhan air irigasi berdasarkan data tanah,
iklim, dan tanaman. Selain itu, program ini memungkinkan pengembangan jadwal irigasi
untuk kondisi manajemen yang berbeda dan perhitungan pasokan skema air untuk
berbagai pola tanaman. Prosedur perhitungan yang digunakan dalam semua cropwat 8.0
didasarkan pada dua publikasi dari FAO irigasi dan drainase series yaitu No. 56
“Evapotranspirasi Tanaman Pedoman Untuk Kebutuhan Air Tanaman Komputasi” dan
No. 33 “Tanggapan Hasil Untuk Air”.

2. 2 Metode dan Rumus Yang Digunakan Pada Cropwat


1. Metode Penman-Monteith
Rumus yang menjelaskan ETo secara teliti adalah rumus Penman-Monteith, yang
diuraikan dengan persamaan :

900
0.408 ∙ ∆(𝑅𝑅𝑅𝑅−𝐺𝐺)+𝑌𝑌2 (𝑒𝑒𝑠𝑠 −𝑒𝑒𝑎𝑎 )∙
𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸 = 𝑇𝑇+273
..................................................... (8)
∆+𝑌𝑌 (1+0.3𝜇𝜇2 )

Keterangan :
ETo : evapotranspirasi tanaman acuan (mm/ hari )
Rn : radiasi netto pada permulaan tanaman (MJ/m2/hari)
G : kerapatan panas terus-menerus pada tanah, fluks panas tanah (MJ/m2/hari)
T : suhu harian rata-rata pada ketinggian 2 meter 0˚C (˚C)
u 2 : kecepatan angina pada ketinggia 2 meter (m/ s )
es : tekanan uap jenuh (kPa)
e a : tekanan uap actual (kPa)
∆ : kurva kemiringan tekanan uap (kPa/˚C)
Y : konstanta psychometric (kPa/˚C)

2. Metode USDA / System Soil Taxonomy


Sistem ini pernah dikenal namun sulit digunakan. Sistem ini diusahakan untuk
dipakai sebagai alat komunikasi antar tanah oleh pakarnya. Tetapi kemudian
tersaingi oleh sistem WRB. Beberapa konsep dalam sistem USDA tetap dipakai
dalam sistem WRB yang lebih mewakili. Sistem ini bersifat hierarkis. Pada saat
pertama terdapat penggolongan 12 (pada versi pertama berjumlah sepuluh) dengan
kelompok utama yang disebut soil order "ordo tanah" adalah :
a. Entisol (membentuk akhiran -ent)
b. Inceptisol (membentuk akhiran -ept)
c. Alfisol (membentuk akhiran -alf)
d. Ultisol (membentuk akhiran -ult)
e. Oxisol (membentuk akhiran -ox)
f. Vertisol (membentuk akhiran -vert)
g. Mollisol (membentuk akhiran -mol)
h. Spodosol (membentuk akhiran -od)
i. Histosol (membentuk akhiran -ist)
j. Andosol (membentuk akhiran -and)
k. Aridisol (membentuk akhiran -id)
l. Gleisol (membentuk akhiran )
Penamaan berikutnya ditentukan oleh kondisi masing-masing ord0. Sistem USDA
mempertimbangkan aspek pembentukan tanah akibat faktor aktivitas di bumi dan
atmosfer.

2. 3 Fungsi Cropwat
1. Untuk perhitungan kebutuhan air tanaman dan kebutuhan air irigasi berdasarkan data
tanah, iklim, dan tanaman.
2. Pengembangan jadwal irigasi untuk kondisi manajemen yang berbeda dan
perhitungan pasokan skema air untuk berbagai pola tanam.
3. Mengevaluasi praktek-praktek irigasi petani.
4. Menilai kinerja tanaman yang berhubungan dengan kebutuhan air.
5. Perencanaan dan pengembangan irigasi.
6. Dapat menakar dengan tepat penurunan lahan akibat tekanan air dan dampak iklim
yang membuat model ini menjadi sarana terbaik untuk perencanaan dan manajemen
irigasi.
7. Menghitung evapotranspirasi acuan, kebutuhan air dan irigasi tanaman.
8. Mendukung pembuatan keputusan terkait dengan perencanaan dan manajemen.

2.4 Tools dan Fungsinya pada Cropwat


1. New, berfungsi untuk membuat file baru atau input data baru.
2. Open, berfungsi untuk membuka file yang ada di dalam database.
3. Save, berfungsi untuk melakukan penyimpanan data atau analisis.
4. Close, berfungsi untuk menutup file atau data yang aktf.
5. Print, berfungsi untuk melakukan printout data atau hasil analisis.
6. Chart, berfungsi untuk menampilkan data atau hasil analisis berupa grafik (climate,
ETo, RHmin, CWR, Irrigation Schedule, etc).
7. Options, berfungsi untuk memberi pilihan.
8. ETo File, berfungsi untuk menyimpan data atau berisikan data-data
evapotranspirasi.
9. Rain File, berfungsi untuk menyimpan data atau berisikan data-data hujan.
10. Crop File, berfungsi untuk menyimpan data atau berisikan data-data tumbuhan.
11. Soil File, berfungsi untuk menyimpan data atau berisikan data-data tanah.
12. Planting File, berfungsi untuk menyimpan data atau berisikan data-data penanaman.
13. Planting Date, berfungsi untuk penempatan data-data tanggal penanaman.
14. Crop Pat File, berfungsi untuk penyimpanan data-data untuk tanaman yang cocok.
15. Schedule File, berfungsi untuk data-data penjadwalan.
16. Climate/ETo, berfungsi untuk memasukkan data-data evapotranspirasi.
17. Rain, berfungsi untuk memasukkan data-data hujan.
18. Crop, berfungsi untuk melihat data tanaman.
19. Soil, berfungsi untuk melihat data tanah.
20. CWR, berfungsi untuk melihat grafik yang berhubungan dengan evapotranspirasi.
21. Schedule, berfungsi untuk penjadwalan atas data-data yang dimasukkan.
22. Crop Pattern, berfungsi untuk mengetahui pola tanam.
23. Scheme, berfungsi untuk mengetahui skema dari pola tanam.

2.5 Unsur-unsur Klimatologi yang Dibutuhkan


1. Suhu atau Temperatur Udara
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas atau dinginnya sesuatu dan
dinyatakan dalam skala ˚C atau satuan suhu lainnya. Alat untuk mengukur suhu atau
temperatur disebut termometer. Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Suhu udara tertinggi di muka bumi
adalah di daerah tropis (sekitar ekuator) dan semakin ke kutub maka akan semakin
dingin.
2. Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam massa udara
pada saat dan tempat tertentu. Alat untuk mengukur kelembaban udara disebut
psicometer atau higrometer. Kelembaban udara dapat mempengaruhi fisiologis tanaman.
Kelembapan udara dapat dibedakan menjadi dua yaitu kelembapan mutlak dan
kelembapan nisbi. Kelembapan mutlak (absolut) ialah jumlah massa uap air yang ada
dalam suatu satuan volume di udara. Kelembapan nisbi (relatif) ialah banyaknya uap air
di dalam udara berupa perbandingan antara jumlah uap air yang ada dalam udara saat
pengukuran dan jumlah uap air maksimum yang dapat ditampung oleh udara tersebut.
3. Intensitas Radiasi Matahari
Radiasi matahari adalah pancaran energi yang berasal dari proses termonuklir yang
terjadi di matahari. Intensitas radiasi matahari adalah besar kecilnya cahaya matahari
yang mengenai seluruh permukaan bumi. Radiasi matahari merupakan faktor yang
paling utama yang berperan dalam proses pembentukkan cuaca di atmosfer bumi karena
dari radiasi mataharilah “panas” diperoleh untuk menjadi “penggerak” siklus-siklus di
atmosfer yang menyebabkan perubahan cuaca dari waktu ke waktu. Dalam obervasi
meteorologi sinoptik (permukaan), radiasi matahari diamati dengan alat solarimeter.
4. Tekanan Udara
Tekanan udara adalah suatu gaya yang timbul akibat danya berat dari lapisan
udara. Permukaan bumi secara langsung ditekan oleh udara, karena udara memiliki
massa. Tekanan udara dapat diukur dengan menggunakan barometer. Tekanan udara
akan berbanding terbalik dengan ketinggian suatu tempat sehingga semakin tinggi
tempat dari permukaan laut semakin rendah tekanan udaranya. Kondisi ini karena makin
tinggi tempat akan makin berkurang udara yang menekannya. Satuan hitung tekanan
udara adalah milibar, sedangkan garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat
dengan tekanan udara yang sama disebut isobar.
5. Angin
Angin adalah udara yang bergerak dari daerah yang bertekanan udara tinggi ke
daerah yang bertekanan udara rendah. Perbedaan tekanan udara di satu tempat dengan
tempat yang lain menimbulkan aliran udara. Pada dasarnya angin terjadi disebabkan
oleh perbedaan penyinaran matahari pada tempat-tempat yang berlainan di muka bumi.
Perbedaan temperatur menyebabkan perbedaan tekanan udara. Aliran udara berlangsung
dari tempat dengan tekanan udara tinggi ke tempat dengan tekanan udara yang lebih
rendah. Udara yang bergerak inilah yang disebut angina. Menurut hukum Stevenson,
kekuatan angin berbanding lurus dengan gradient barometriknya. Gradient baromatrik
ialah angka yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari dua isobar pada tiap jarak
15 meridian (111 km).
6. Curah Hujan
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah. Hujan ialah
peristiwa sampainya air dalam bentuk cair maupun padat yang dicurahkan dari atmosfer
ke permukaan bumi. Garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang
mempunyai curah hujan yang sama disebut Isohyet Curah hujan atau presipitasi adalah
banyaknya air hujan atau kristal es yang jatuh hingga permukaan bumi. Banyaknya
hujan yang jatuh pada suatu tempat di bumi dapat diketahui dengan mengukur besarnya
curah hujan tersebut menggunakan alat penakar hujan. Ada pula beberapa sebutan untuk
alat penakar hujan yaitu sering disebut fluviometer ataupun ombrometer.
BAB 3
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

1. Tabel dan Grafik Crop Water Requirements

. Tabel dari Crop Water Requirements


Sumber: Simulasi Data Software Cropwat

Data ouput dari Crop Water Requirements yang dihasilkan untuk tanaman dry
beans berupa koofisien tanaman, evapotranspirasi, efisiensi curah hujan dan kebutuhan
air irigasi selama masa tanam hingga pemanenan. Data pada bulan November dekade
ke-2 menunjukkan nilai evapotranspirasi sebesar 62.0 mm/dekade dan efisiensi hujannya
sebesar 70.2 mm/dekade sehingga tidak membutuhkan air irigasi karena air hujan yang
turun sudah mencukupi. Berdasarkan data di atas besarnya nilai curah hujan sudah
mencukupi air yang dibutuhkan tanaman.
Grafik Crop Water Requirements
Sumber: Simulasi Data Software Cropwat
Grafik dari Crop Water Requirements menunjukkan terjadi evapotranspirasi
selama masa tanam, dimulai pada decade ke-2 bulan Oktober dengan peningkatan yang
cukup signifikan sampai decade ke-3 bulan Desember. Peningkatan evapotrasnpirasi ini
dari 14.3 mm/dec sampai 62.0 mm/dec, dengan nilai selisih sebesar 47.7 mm/dec.
Decade ke-1 bulan Januari proses evapotranspirasi mulai menurun dari 54.6 mm/dec
hingga masa panen berlangsung yaitu decade ke-1 bulan Februari sebesar 1.6 mm/dec,
dan pada masa panen tanaman membutuhkan air irigasi. Air irigasi ini dibutuhkan
karena tanaman dry beans panen pada saat awal musim kemarau, jadi dibutuhkan air
irigasi untuk membantu kebutuhan air pada dry beans ini.
2. Tabel dan Grafik Crop Irrigation Schedule

Crop irrigation schedule


Sumber: Simulasi Data Software Cropwat
Data output dari schedule menunjukkan nilai yang diperoleh pada Actual
Irrigation Requirement sebesar -681.0 mm. Nilai ini diperoleh dari efektif curah hujan
yaitu sebesar 1139.7 mm dengan kebutuhan air yang dibutuhi tanaman yaitu sebesar
458.7 mm. Nilai ini menunjukkan bahwa efisiensi hujan yang turun mencukupi
kebutuhkan air tanaman, bahkan berlebih. Hujan yang turun berkisar 41.2% sedangkan
efisiensi irigasi 100%. Penampilan grafik Schedule bisa dilakukan dengan mengklik
Chart.
Grafik crop irrigation schedule
Sumber: Simulasi Data Software Cropwat
Grafik pada schedule menunjukkan penyimpanan air pada tanah black clay soil
dengan hari setelah tanam pada tanaman dry bean. Tanah black clay soil mengalami
pengikisan kelembaban tanah paling besar pada hari ke-80 yaitu hampir mendekati 30
mm. Hari ke-0 sampai hari ke-50 jumlah air yang siap digunakan oleh tanaman terus
meningkat dari 30 mm sampai 80 mm. Hari ke-50 sampai hari ke-90 jumlah air yang
siap digunakan stabil pada 80 mm. Namun hari ke-90 sampai mendekati masa panen
jumlah air yang siap digunakan meningkat, hampir mendekati 110 mm. Total air yang
ada pada hari ke-0 sampai hari ke-50 terus meningkat dari 60-an mm sampai 180mm.
Hari ke-50 sampai mendekati masa panen total air stabil pada 180 mm. Total air yang
banyak ini membuat media tanam pada tanaman dry bean tidak mengalami kekeringan
dan kebutha air tanamannya terpenuhi.
BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum objek ini dapat diambil kesimpulan bahwa dengan
menggunakan software CROPWAT 8.0 kita dapat menentukan laju evapotranspirasi dan
kebutuha air pada tanaman yang akan ditanam. Aplikasi CROPWAT 8.0 juga dapat
menentukan waktu pemanenan pada tanaman yang akan ditanami sesuai dengan tanggal
penanaman. Dengan menggunakan data meteorogi suatu wilayah, yang berupa
temperatur maksimum, temperatur minimum, kelembaban, curah hujan, kecepatan angin
dan sinar matahari akan menghasilakn ouput berupa radiasi sinar matahari,
evapotranspirasi dan efisiensi curah hujan. Data meteorologi ini membantu dalam
menentukan kebutuhan air pada tanaman yang akan ditanami pada wilayah tersebut.
Aplikasi ini juga menunjukkan waktu pemberian air yang tepat agar tanaman tidak
mengalami kekeringan. Data output yang diperoleh untuk tanaman dry beans dengan
menggunakan tmedia tanam black clay soil menunjukkan nilai pada Actual Irrigation
Requirement sebesar -681.0 mm. Nilai ini diperoleh dari efektif curah hujan yaitu
sebesar 1139.7 mm dengan kebutuhan air yang dibutuhi tanaman yaitu sebesar 458.7
mm. Nilai ini menunjukkan bahwa efisiensi hujan yang turun mencukupi kebutuhkan air
tanaman, bahkan berlebih. Hujan yang turun berkisar 41.2% sedangkan efisiensi irigasi
100%. Aplikasi ini bisa membantu para petani untuk menghasilkan produk pertanian
yang lebih baik lagi.

4.2 Saran
Adapun saran untuk praktikan yang akan melakukan objek ini yaitu:
1. Praktikan sebaiknya memahami terlebih dahulu materi tentang aplikasi CROPWAT
8.0;
2. Praktikan diharapkan untuk lebih aktif lagi saat melakukan praktikum objek ini;
3. Praktikum pada objek ini tidak membutuhkan waktu yang lama, maka dari itu
praktikan tidak diperkenankan untuk membuat situasi labor tidak kondusif karena
akan mengganggu praktikan yang sedang melakukan praktikum objek lain;
4. Setelah melakukan praktikum objek ini diharapkan praktikan langsung mencari data
meteorologi, dikarenakan data meteorologi yang lengkap menjadi salah satu data
yang sulit untuk dicari;
DAFTAR PUSTAKA

Aqil, M. 2008. Pengelolaan Air Tanaman. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.


Bayon, Herlina. 2001. Aplikasi Cropwat. Bandung: PT. Raya Citra.
Dian, Sulastika. 1990. Teori dan Aplikasi Cropwat. Jakarta: Erlangga.
Hansen, CV. C.O.W, Israel Son G.B. Stingherm. 2002. Metode Intensitas Curah Hujan.
Jakarta: Erlangga.
Herawati, Isni. 1999. Sejarah Perkembangan Irigasi dan Jenisnya. Yogyakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kadoatie. 2002. Analisis Data Curah Hujan Yang Hilang. Bandar Lampung: Universitas
Lampung.
Meriani, Wardani. 2011. Sistem Irigasi Tetes di Indonesia. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Prastowo. 2000. Prosedur Rancangan Irigasi Tetes. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Susan, Aliya. 2010. Ilmu Pengairan. Malang: Universitas Brawijaya.
Susanto, R. 2003. Teknik Irigasi dan Drainase. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai