PENDAHULUAN
1
melindungi tanaman dari cuaca buruk seperti hujan, angin, dan suhu yang tidak
stabil. Budidaya tanaman dalam teknologi greenhouse adalah salah satu cara
untuk memberikan lingkungan yang lebih mengendalikan kondisi optimum
bagi pertumbuhan tanaman. Pengembangan greenhouse pada prinsipnya
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hasil pertanian yang tumbuh tanpa kenal
musim yang berguna untuk menanam semua jenis tanaman seperti buah-buahan
dan sayuran (cabai).[1]
Cabai (Capsicum annuum L) merupakan jenis tanaman semusim atau
berumur pendek yang tumbuh sebagai perdu atau semak. Tinggi tanaman dapat
mencapai 1,5m. Seperti tanaman yang lainnya, tanaman cabai mempunyai
bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Cabai
dapat dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran tinggi antara 0mdpl –
1000mdpl dengan kondisi suhu udara pada saat fase vegetative memerlukan
suhu 20⸰C - 40⸰C, pada fase generative memerlukan suhu 20⸰C - 32⸰C dan untuk
pertumbuhannya, tanaman cabai memerlukan kelembapan relative 80%.[2]
. Salah satu faktor pertumbuhan dan berkembangnya tanaman cabai yaitu
dengan proses penyiraman air pada tanaman. Metode penyiraman yang
dilakukan tergantung keadaan tempat budidaya dan jenis tanaman pangan yang
dibudidayakan. Banyak macam-macam cara penyiraman pada tanaman.
Menyiram tanaman biasanya dilakukan secara langsung pada tanaman dengan
menggunakan gembor, gayung, dan ember. Hal ini menimbulkan beberapa
kendala, terutama pada efisiensi waktu pada orang yang tidak memiliki waktu
banyak. Irigasi sprinkler adalah cara pemberian air kepada tanaman yang
dilakukan dari atas tanaman berupa pemencaran dimana pemencaran tersebut
menggunakan tenaga penggerak berupa pompa air. Prinsip yang digunakan
sistem ini adalah memberi tekanan pada air dalam pipa yang memancarkan ke
udara sehingga akan menyerupai hujan selanjutnya jatuh pada permukaan
tanah. (Sudjawardi, 1987). Menurut Hadiutomo (2012), irigasi tetes adalah
metode pemberian air pada tanaman secara langsung, baik pada areal perakaran
tanaman maupun pada permukaan tanah melalui tetesan secara terus-menerus
dan perlahan. [3][4]
2
Sistem penyiraman otomatis ini bekerja dengan menggunakan pompa air
yang dikontrol dengan mikrokontroler Arduino Mega2560 yang diaktifkan pada
saat sensor kelembaban mengirimkan sinyal. Selain membantu pengguna dalam
menghemat waktu, sistem ini juga menggunakan konsep IoT, sehinga dalam
meningkatkan efisiensi waktu pengguna dalam pekerjaan. IoT (Internet Of
Things) merupakan segala aktifitas yang pelakunya saling berinteraksi dan
dilakukan dengan memanfaatkan internet. Kemajuan internet di zaman modern
yang sangatlah pesat menjadi faktor pendukung perkembangan dari Internet of
Thing (IoT) ini sendiri.[5]
Keunggulan dari sistem ini yaitu pengukuran dapat dilakukan secara mudah
dilapangan atau pun jarak jauh, karena nilai kelembaban tanah dapat langsung
diketahui secara real time dari tampilan web, melalui akses internet sebagai
pemantau kelembaban tanaman yang ditanam.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis membuat Proposal Laporan
Akhir yang berjudul “Rancang Bangun Alat Penyiraman Air Otomatis
Dengan Menggunakan Sensor Capacitive Soil Moisture Pada Buah Cabai
(Capsicum Annuum L).”
3
2. Pembacaan data sensor capacitive soil moisture yang berjumlah 20 buah
pada alat penyiraman air otomatis yang terhubung dengan IoT.
3. Pengukuran tegangan input dan output pada sensor capacitive soil
moisture.
4. Lokasi dan waktu penelitian dilakukan di kelurahan gandus kota
Palembang.
5. Lama pengambilan data dilakukan selama 3 bulan.
1.4 Tujuan dan Manfaat
1.4.1 Tujuan
Adapun tujuan dari Proposal Laporan Akhir ini adalah :
1. Mengindentifikasi hasil pembacaan sensor capacitive soil mosture
yang digunakan pada pertanian greenhouse.
2. Menentukan parameter hasil deteksi sensor capacitive soil moisture
sebagai acuan alat untuk menyiram tanaman berdasarkan kategori
banyaknya jumlah air yang dikeluarkan.
3. Memantau level air pada tanki air untuk menjaga air agar tetap dapat
melakukan penyiraman tanaman secara otomatis.
1.4.2 Manfaat
Adapun manfaat dari Proposal Laporan Akhir ini adalah :
1. Mengetahui pembacaan sensor capacitive soil moisture yang
terhubung dengan IoT.
2. Sensor ultrasonik dapat membantu untuk mengatahui kesediaan air
pada tanki air apabila sudah mendekati kondisi volume minimal
persediaan air.
3. Dengan adanya alat ini dapat menghemat waktu dan tenaga petani
dalam melakukan penyiraman air pada tanaman secara otomatis.
1.5 Metodologi Penulisan Laporan
1.5.1 Studi Literatur
Tahapan ini meliputi pencarian data dan bahan mengenai penerapan
sensor capacitive soil moisture untuk penyiraman air otomatis pada
tanaman cabai dalam pertanian greenhouse, yang dapat membantu dan
4
memudahkan pekerjaan manusia dibidang pertanian. Tahapan ini
dilakukan dengan cara mempelajari materi-materi yang didapat dari
buku, jurnal, artikel, maupun e-book yang berkaitan dengan pembahasan
laporan.
1.5.2 Metode Diskusi
Metode diskusi ini dilakukan langsung dengan dosen pembimbing
dan bersama teman-teman dalam menentukan ide dan langkah-langkah
selanjutnya.
1.5.3 Metode Observasi
Metode ini digunakan penulis untuk mengumpulkan data dengan
cara mengamati alat yang dibuat guna memperjelas penulisan Proposal
Laporan Akhir yang berjudul “Rancang Bangun Alat Penyiraman Air
Otomatis Dengan Menggunakan Sensor Capacitive Soil Moisture Pada
Buah Cabai (Capsicum Annuum L).”
5
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis mendapatkan data dari percobaan alat yang
selanjutnya akan diolah dan di analisa sesuai dengan arah dan tujuan
pada penulis laporan akhir ini.
BAB V KESIMPULAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil pembahasan serta saran
yang diberikan penulis kepada pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyiraman Tanaman
Penyiraman tanaman ialah proses memberikan air pada tanaman yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan air dan membantu pertumbuhan.
Tanaman membutuhkan air untuk dapat terus tumbuh dan berkembang dengan
baik dari waktu ke waktu. Pemberian air biasanya dilakukan dengan cara
manual menggunakan gayung atau wadah kemudian disiramkan ke tanaman
dengan cara konvensial sehinga banyak memerlukan waktu dan tenaga.
Pemberian air untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman melalui pengairan
lahan biasa disebut dengan irigasi. Menurut Hadiutomo (2012), irigasi tetes
adalah metode pemberian air pada tanaman secara langsung, baik pada areal
perakaran tanaman maupun pada permukaan tanah melalui tetesan secara terus-
menerus dan perlahan. [3][6]
Penyiraman yang baik dilakukan pada saat tanah disekitar tanaman mulai
kering. Idealnya, penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari ketika sinar
matahari tidak terlalu terik, sehingga air dapat diserap dengan baik oleh tanah
dan akar tanaman tanpa terpapar sinar matahari langsung. Penyiraman tanaman
secara rutin sangat diperlukan untuk merawat jenis tanaman-tanaman dari
dataran rendah yang sangat membutuhkan kelembapan dan tingkat kondisi suhu
7
yang ideal. Tanaman cabai merupakan salah satu tanaman yang dapat
dibudidayakan hampir di seluruh wilayah Indonesia, baik di dataran rendah
maupun di dataran tinggi sampai ketinggian 0-800mdpl. Pada dataran tinggi
(diatas 1300 mdpl), tanaman cabai dapat tumbuh tetapi pertumbuhannya akan
lambat dan produktivitasnya rendah (Amri, 2017). Tanaman cabai ini
memerlukan suhu 25⸰C - 27⸰C pada siang hari dan 18⸰C - 20⸰C pada malam
hari.[7]
8
sebagian besar hidup di negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya
mengenal beberapa jenis-jenis saja, yaitu cabai besar, cabai keriting, cabai
rawit, dan paprika (Pratama, Swastika, Hidayat, dan Boga, 2017).
Menurut ilmu botani, cabai termasuk dalam buah-buahan. Cabai diartikan
sebagai buah karena merupakan hasil perkembangan dari bakal buah. Hal ini
juga berlaku untuk terong, timun, tomat, jagung, dan lain sebagainya. Buah
cabai memiliki plasenta sebagai tempat melekatnya biji. Plasenta ini terdapat
pada bagian dalam buah. Pada umumnya daging buah cabai renyah dan ada pula
yang lunak. Ukuran buah cabai beragam, mulai dari pendek sampai panjang
dengan ujung tumpul atau runcing (Pratama et al., 2017).
Cabai merah (Capsicum annuum L) merupakan salah satu jenis tanaman
hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan
selain cabai memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap juga memiliki nilai
ekonomis tinggi yang banyak digunakan baik untuk konsumsi rumah tangga
maupun untuk keperluan industri makanan (Jannah, 2010). Menurut Marliah
(2011), cabai merah memberikan warna dan rasa yang dapat membangkitkan
selera makan, banyak mengandung vitamin dan dapat juga digunakan sebagai
obat-obatan, bahan campuran makanan dan peternakan.
Cabai merupakan tanaman yang memiliki daya adaptasi yang luas, sehingga
dapat ditanam di lahan sawah, tegalan, dataran rendah, maupun dataran tinggi
(sampai ketinggian 1.300mdpl). Tanaman cabai umumnya tumbuh optimum di
dataran rendah hingga menengah pada ketinggian 0-800mdpl dengan suhu
berkisar 25⸰C - 27⸰C pada siang hari dan 18⸰C - 20⸰C pada malam hari. Tanaman
cabai memiliki tingkat kelembaban tanah 60% - 80%. Pada dataran tinggi
(diatas 1.300mdpl), tanaman cabai dapat tumbuh, tetapi pertumbuhannya
lambat dan produktivitasnya rendah (Amri, 2017).
Tanah yang ideal bagi pertumbuhan cabai adalah tanah yang memiliki sifat
fisik gembuh, remah, dan memiliki drainase yang baik. Jenis tanah yang
memiliki karakteristik tersebut yaitu tanah andosol, regosol, dan latosol. Derajat
keasaman (pH) tanah yang ideal pada pertumbuhan cabai berkisar antara 5,5 –
6. Pertumbuhan cabai pada tanah yang memiliki pH kurang dari 5,5 kurang
9
optimum. Hal tersebut dikarenakan, tanah masam memiliki kecendrungan
menimbulkan keracunan unsur alumunium, zat besi, dan mangan (Alviana &
Susila, 2019).
Curah hujan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman cabai berkisar antara
600 mm/tahun sampai 1.250 mm/tahun. Curah hujan yang terlalu tinggi
menyebabkan kelembapan udara meningkat. Kelembapan udara yang
meningkat menyebabkan tanaman gampang terserang penyakit. Selain itu,
pukulan air hujan bisa menyebabkan bunga dan bakal buah berguguran yang
berakibat pada penurunan produksi (Pratama et al., 2017).
Cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya kalori,
protein, lemak, karbohidrat, kalsium, vitamin A, B1, dan Vitamin C. Cabai
memiliki beberapa kandungan senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia.
Cabai mengandung antioksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari
serangan radikal bebas. Kandungan terbesar antioksidan ini terdapat pada cabai
hijau. Selain itu cabai juga mengandung lasparaginase dan capsaicin yang
berperan sebagai zat anti kanker. Namun karena rasanya yang pedas, cabai
harus dimakan secukupnya saja untuk menghindari nyeri lambung. Cabai
termasuk komoditas sayuran yang hemat lahan karena untuk peningkatan
produksinya lebih mengutamakn perbaikan teknologi budidaya. Penanaman
dan pemeliharaan cabai yang intensif dan dilanjutkan dengan penggunaan
teknologi pasca panen akan membuka lapangan pekerjaan baru. Oleh karena
itu, dibutuhkan tenaga kerja yang menguasai teknologi dalam usaha tani cabai
yang berwawasan agribisnis dan agroindustry (Pratama et al., 2017).[7][8][9]
10
kelembapan tanah yang akan menentukan ketersediaan air dalam tanah bagi
pertumbuhan tanaman. Secara umum, suhu dan kelembapan tanah merupakan
unsur yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Menurut Lakitan
(1997), suhu tanah akan dipengatuhi oleh jumlah penyerapan dari radiasi
matahari pada permukaan tanah. Suhu tanah pada saat siang dan malam sangat
berbeda, pada siang hari ketika permukaan tanah memperoleh suhu yang tinggi,
sedangkan pada saat malam hari suhu tanah semakin menurun. Suhu tanah
berpengaruh terhadap penyerapan air, dimana semakin rendah suhu maka
semakin sedikit air yang diserap oleh akar, karena itulah penurunan suhu tanah
tiba-tiba terjadi dan menyebabkan terjadinya kelayuan tanaman. [10][11]
Kelembapan tanah juga dapat dipergunakan untuk manajemen sumber daya
air, peringatan awal kekeringan, penjadwalan irigasi, dan perkiraan cuaca
(Arnold, 1999). Selain itu, kelembapan tanah penting bagi para pakar pertanian.
Kekurangan kadar kelembapan tanah dapat menuju pada kelayuan tanaman dan
tindakan perbaikan tepat pada waktunya melalui irigasi dapat menyelamatkan
tanaman pertanian. Namun demikian, bahwa tingkat kadar kelembapan yang
tinggi dapat menimbulkan permasalahan dalam hal kegiatan panen pangan hasil
pertanian atau kehutanan yang menggunakan alat-alat mekanik (Asdak, 2004).
Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menghasilkan bahan tanaman
yang dipanen. Untuk mendapatkan hasil panen yang memiliki kualitas dan
produktifitas tinggi, hasil yang seragam perlu adanya pengkondisian
lingkungan sistem produksi agar tercipta atmosfer yang menunjang
pertumbuhan tanaman. Beberapa penelitian tentang tingkat kelembaban tanah
pada tanaman buah cabai 60% - 80%. Menurut Mareta eta al., (2019) dari hasil
data pengukuran yang dilakukan dalam penelitiannya mengenai penyiraman
pada tanaman cabai yaitu mempunyai tingkat kelembaban tanah yang berkisar
70% - 80%.[12]
11
pendeteksi kelembapan tanah dan sensor ultrasonik berfungsi sebagai sensor
yang mendeteksi jarak pada tangki penampung air.
2.4.1 Definisi Sensor
Sensor adalah suatu komponen atau peralatan yang berfungsi untuk
mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu
energi, seperti energi listrik, energi fisika, energi kimia, energi biologi, energi
mekanik, dan sebagainya. Sensor merupakan bagian transduser yang berfungsi
untuk melakukan sensing atau merasakan adanya perubahan energi eksternal
yang akan masuk ke bagian input dari transduser, sehingga perubahanan
kapasitas energi yang ditangkap akan segera dikirim kepada bagian konvertor
dari transduser untuk diubah menjadi energi listrik.[13]
12
Tabel 2.1 Spesifikasi Sensor Capacitive Soil Moisture
No. Nama Spesifikasi
1. Pin Out VCC, GND, AOUT
2. Tegangan Masukan 3,3 ~ 5,5 VDC
3. Tegangan Keluaran 0 ~ 3,0 VDC
4. Interface PH2.0 – 3P
98mm × 23mm
5. Ukuran
(3,86in × 0,905in)
6. Berat 15 g
13
menunjukkan nilai kelembapan tanah. Pin AOUT ini kemudian dapat
dihubungkan ke sistem mikrokontroler atau komputer melalui pin Analog
Digital. Sensor kelembapan tanah ini umumnya dimanfaatkan pada pertanian
untuk membuat sistem penyiraman otomatis.
Cara kerja sensor kelembapan tanah kapasitif adalah ketika sensor
mendeteksi kondisi tanah dalam keadaan kering maka tegangan outputnya akan
meningkat, namun saat kondisi tanah terdeteksi basah maka tegangan output
sensor akan menurun. Tegangan output sensor ini dapat dipantau melalui serial
monitor pada arduino IDE dalam bentuk nilai analog menggunakan Analog to
Digital Converter (ADC) dari 0 – 1023. Nilai analog ini digunakan sebagai
parameter untuk mengukur kelembapan tanah. Nilai ADC yang lebih tinggi
adalah kelembapan tanah yang lebih rendah. Kita dapat menampilkan nilai
kelembapan tanah dalam persentase seperti pada persamaan 2.1 dan 2.2
ADC Value disini merupakan nilai analog yang didapat seperti diketahui
nilainya berkisar dari 0 – 1023. Dalam penelitian ini, tanaman umumnya dapat
diklasifikasikan untuk kebutuhan air menjadi tiga tingkatan sebagaimana
dijelaskan dalam tabel 2.2. Tabel 2.2 merupakan tiga tingkatan kelembapan
tanah di ADC dan nilai presentase untuk sensor kelembapan.
14
Tabel 2.3 Nilai Kelembapan Tanah
15
Gabar 2.4 Sensor Ultrasonik HC-SR04
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sensor ultrasonik sebagai
pedeteksi jarak yang berfungsi untuk mendeteksi kesediaan air pada tangki air
untuk penyiraman pada tanaman, sehingga jika hasil pendeteksian dari sensor
ultrasonik air didalam tangki pada keadaan hampir habis maka secara otomatis
muncul notifikasi pemberitahuan pada perangkat yang terhubung sehingga
ketersediaan air pada tangki dapat termonitor tanpa harus memantau langsung
ke tangki.
Tabel 2.3 Spesifikasi Sensor Ultrasonik
No. Nama Spesifikasi
1. Power Supply +5 VDC
2. Quiescent Current 2 mA
3. Working Current 15 mA
4. Effectual Angle 15
5. Ranging Distance 2cm 400cm/ 1 13 ft
6. Resolution 0.3 cm
7. Measuring Angle 30 degree
8. Dimension 45mm x 20mm x 15mm
Sensor ini dapat mengukur jarak antara 3 cm sampai 300 cm. Pulsa yang
merepresentasikan jarak merupakan output dari sensor ini. Lebar pulsa yang
dihasilkan modul sensor ultrasonik ini bervariasi dari 115 uS sampai 18,5 mS.
Secara prinsip modul sensor ultrasonik ini terdiri dari sebuah chip pembangkit
sinyal 40KHz, sebuah speaker ultrasonik dan sebuah mikropon ultrasonik.
16
Speaker ultrasonik dan sebuah mikropon ultrasonik berfungsi untuk mendeteksi
pantulan suaranya. Untuk spesifikasi sensor ultrasonik dapat dilihat pada tabel
2.3.
2.5 Adaptor
Adaptor adalah sebuah perangkat berupa rangkaian elektronika untuk
mengubah tegangan listrik yang besar menjadi tegangan listrik lebih kecil, atau
rangkaian untuk mengubah arus bolak-balik (arus AC) menjadi arus searah
(arus DC). Adaptor merupakan komponen inti dari peralatan elektronik.
Adaptor digunakan untuk menurunkan tegangan AC 220 Volt menjadi kecil
antara 3 Volt sampai 12 Volt sesuai kebutuhan alat elektronika. Terdapat 2 jenis
adaptor berdasarkan sistem kerjanya, adaptor system trafo step down dan
adaptor sistem switching.
2.6 Mikrokontroler
Mikrokontroler atau biasa disebut dengan pengontrol tertanam (embedded
controller) adalah suatu sistem yang mengandung masukan atau keluaran,
memori, dan prosesor yang digunakan pada produk seperti mesin cuci, pemutar
video, mobil, dan telepon. Pada prinsipnya, mikrokontroler adalah sebuah
17
komputer berukuran kecil yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan,
melakukan hal-hal bersifat berulang dan dapat berinteraksi dengan peranti-
peranti eksternal, seperti sensor ultrasonik untuk mengukur jarak terhadap suatu
objek, penerima Global Positioning System (GPS) untuk memperoleh data
posisi kebumian dari satelit dan motor untuk mengontrol gerak pada robot.
Sebagai komputer yang berukuran kecil, mikrokontroler cocok diaplikasikan
pada benda-benda yang berukuran kecil misalnya sebagai pengendali pada
robot.
18
Pada gambar 2.6 merupakan jenis chip Arduino Mega tipe 2560. Arduino
Mega 2560 adalah papan pengembangan mikrokontroler yang berbasis Arduino
dengan menggunakan chip Atmega2560. Board ini memiliki pin I/O yang
cukup banyak yaitu sejumlah 54 buah digital I/O pin (15 pin diantaranya adalah
PWM), 16 pin analog input, 4 pin UART (serial port hardware). Arduino Mega
2560 dilengkapi dengan sebuah oscillator 16 MHz, sebuah port USB, power
jack DC, ICSP header, dan tombol reset. Dengan penggunaan yang sederhana,
arduino ini dapat dihubungkan dengan USB ke PC atau melalui adaptor AC/DC
ke jack DC.
Tabel 2.4 Spesifikasi Arduino Mega 2560
No. Nama Spesifikasi
1. Chip Mikrokontroler Atmega 2560
2. Tegangan operasi 5V
3. Tegangan input (via jack DC) 7 V – 12 V
4. Tegangan input (limit, via jack DC) 6 V – 20 V
5. Digiral I/O pin 54,6 diantaranya PWM Output
6. Analog input pin 16 buah
7. Arus DC per pin I/O 20 mA
8. Arus DC pin 3.3 V 50 mA
9. Memori Flash 256 KB, 8 KB
10. SRAM 8 KB
11. EEPROM 4 KB
12. Clock Speed 16 MHz
13. Ukuran 101.5mm x 53.4mm
14. Berat 37 g
19
Volt, regulator tegangan bisa panas dan dapat merusak board. Rentang yang
dianjurkan adalah 7 – 12 Volt. Pin catu daya yaitu sebagai berikut :
a. VIN : Tegangan input ke papan Arduino ketika menggunakan daya
eksternal.
b. 5V : Catu daya yang diatur digunakan untuk daya pada mikrokontroler
dan komponen lain pada board.
c. 3V3 : Sebuah pasokan 3,3 Volt yang dihasilkan oleh regulator onboard
yang menarik arus maksimum adalah 50 mA.
d. GND : Ground pins.
20
Gambar 2.7 Pin Module SIM900A
Pada gambar 2.7 merupakan konfigurasi pin GSM SIM900. Modul ini
sudah terpasang pada breakout-board (modul ini dikemas dalam SMD (Surface
Mounted Device) packaging) dengan pin header standar 0,1” 25 (2,54 mm)
sehingga memudahkan penggunaan. Modul GSM SIM900 ini juga terdapat
antena GSM yang kompatibel.
21
Spesifikasi modul GSM SIM900A yaitu sebagai berikut :
1. GPRS multi-slot class 10/8, kecepatan transmisi hingga 85,6 kbps
(downlink), mendukung PBCCH, PPP stack, skema penyandian CS 1,2,3,4.
2. GPRS mobile station class B.
3. Memenuhi standar GSM 2/2 +
4. Class 4 (2 W @900 MHz)
5. Class 1 (1 W @1800 MHz)
6. SMS (Shorting Messaging Service) : point-to-point MO dan MT, SMS cell
broadcast, mendukung format teks dan PDU (Protocol Data Unit).
7. Dapat digunakan untuk mengirim pesan MMS (Multimedia Messaging
Service).
8. Mendukung transmisi faksimili (fax group 3 class 1).
9. Handsfree mode dengan sirkuit redaksi gema (echo suppression circuit).
10. Dimensi yaitu 24 x 24 x 3 mm
11. Pengendalian lewat perintah AT (GSM 07.07, 07.05 & SIMCOM
Enhanced AT Command Set).
12. Rentang catu daya antara 7 Volt hingga 12 Volt DC
13. SIM Application Toolkit.
14. Hemat daya, hanya mengkonsumsi arus 1mA pada mode tidur (sleep mode)
15. Rentang suhu operasional yaitu -40°C hingga 85°C.
22
AT+CPBW : Menulis no telp di buku telpon
AT+CMGF : Menyeting mode SMS text atau PDU
AT+CMGL : Melihat semua daftar sms yg ada.
AT+CMGR : Membaca sms.
AT+CMGS : Mengirim sms.
AT+CMGD : Menghapus sms.
AT+CMNS : Menyeting lokasi penyimpanan ME atau SM(SIM Card)
AT+CGMI : Untuk mengetahui nama atau jenis ponsel
AT+CGMM : Untuk mengetahui kelas ponsel
AT+COPS? : Untuk mengetahui nama provider kartu GSM
AT+CBC : Untuk mengetahui level baterai
AT+CSCA : Untuk mengetahui alamat SMS Center.
2.8 Relay
Relay merupakan jenis golongan saklar yang beroperasi berdasarkan
prinsip elektromagnetik yang dimanfaatkan untuk menggerakan kontraktor
guna menyambungkan rangkaian secara tidak langsung. Relay yang berfungsi
untuk mengoperasikan arus listrik, akan berguna untuk menyambungkan dan
memutuskan arus menggunakan sebuah rangkaian. Oleh karena itu, relay
disebut saklar yang menjadi komponen penting sebagai jembatan arus. Selain
itu, fungsi relay ini bisa mengendalikan sirkuit yang memiliki tegangan tinggi
dengan memakai derma yang bertegangan rendah.[14]
23
Selain untuk menjalankan logika atau logic function dengan memberikan
fungsi dalam penundaan waktu yang disebut delay time function. Bahkan relay
bisa melindungi komponen yang berbahaya dengan adanya konsleting. Adanya
relay dapat memperingkas rangkaian elektronika. Jadi untuk arus tidak dapat
langsung menuju beban tanpa menggunakan komponen lainnya. Untuk
spesifikasi relay module dapat dilihat pada tabel 2.5.
24
besi tersebut. Jika nantinya kumparan coil dialirkan arus listrik, maka
menimbulkan gaya electromagnet yang dapat menarik armature untuk
berpindah dari kondisi sebelumnya yaitu dari NC ke NO. Hal ini akan membuat
saklar mengalirkan listrik untuk ke posisi NO.
Awalnya armature ini berada di NC untuk menjadi open atau disebut
tidak terhubung. Armature tidak mendapat aliran listrik, maka akan kembali ke
posisi awalnya NC. Coil yang difungsikan untuk menarik contact point berada
di posisi close maka akan membutuhkan aliran listrik yang jauh lebih kecil.
Inilah pengertian relay dan fungsinya sebagai saklar perantara arus listrik.
25
Tabel 2.6 Spesifikasi LCD 20×4
No. Nama Spesifikasi
1. Blue backlight I2C
2. Display format 20 characters × 4 lines
3. Supply voltage 5V
4. Back lit Blue with white char colour
5. Pcb Size 60mm × 99mm
6. Contrast adjust Potentiometer
7. Backlight adjust Jumper
26
3. setCursor()
Instruksi ini digunakan untuk memposisikan cursor awal pesan text di
LCD. Penulisan syntax setCursor() ialah sebagai berikut yaitu
“lcd.setCursor (cols, rows)” dengan lcd adalah nama variable, cols yaitu
kolom LCD, dan rows yaitu baris pada LCD.
4. print()
Instruksi print() ini digunakan untuk mencetak, menampilkan pesan text di
LCD. Penulisan syntax print() ialah sebagai berikut “lcd.print(data)” dengan
lcd ialah nama variable dan data yaitu pesan yang ingin ditampilkan.
27
vlave pneumatic atau katup (valve) solenoida mempunyai lubang masukan dan
lubang keluaran. Lubang masukan berfungsi sebagai terminal atau tempat udara
bertekanan masuk atau supply (service unit). Lubang pembuangan berfungsi
sebagai terminal atau tempat tekanan angin keluar yang dihubungan ke
penumatic, dan lubang pembuangan berfungsi sebagai saluran untuk
mengeluarkan udara bertekanan yang terjebak saat plunger bergerak atau
pindah posisi ketika solenoid valce bekerja.
Solenoid valve adalah elemen kontrol yang paling sering digunakan dalam
fluidics. Tugas dari solenoid valve adalah untuk mematikan, release, dose,
distribute atau mix fluids. Solenoid valve banyak sekali jenis dan macamnya
tergantung type dan penggunaannya, namun berdasakan modelnya solenoid
valve dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu solenoid valve single coil dan
solenoid valve double coil keduanya mempunyai cara kerja yang sama.
Prinsip kerja dari solenoid valve yaitu katup listrik yang mempunyai koil
sebagai penggerakanya dimana ketika koil tersebut mendapat supply tegangan
maka koil tersebut akan berubah menjadi medan magnet sehingga menggerakan
piston pada bagian dalamnya ketika piston bertekanan yang berasal dari supply
(service unit), pada umumnya solenoid valve ini mempunyai tegangan kerja
100/200 VAC namun ada juga yang mempunyai tegangan kerja DC.
28
2.11 Pompa
Pompa air atau water pump adalah elemen yang berfungsi untuk menyerap
sekaligus mendorong air, dengan cara memindahkan sejumlah volume air
melalui ruang suction menuju ke ruang outlet dengan menggunakan impeler,
sehingga seluruh ruang udara terisi oleh air dan menimbulkan tekanan fluida
untuk ditarik melalui dasar penampungan menuju keluar. Air yang terdapat
pada impeler akan digerakan menggunakan sebuah motor. Selama impeler
tersebut berputar, air akan terus didorong keluar menuju ke pipa penyaluran
atau outlet air. Untuk menjalankan pompa dapat digunakan tegangan kerja AC
ataupun DC.
29
2.12 Internet of Things
IoT (Internet of Things) pertama kali diperkenalkan oleh Kevin Ashton
pada tahun 1999. Meski telah diperkenalkan sejak 19 tahun yang lalu, hingga
kini belum ada sebuah konsesus global mengenai definisi IoT. Namun secara
umum konsep IoT diartikan sebagai sebuah kemampuan untuk menghubungkan
objek-objek cerdas dan memungkinkannya untuk berinteraksi dengan objek
lain, lingkungan maupun dengan peralatan komputasi cerdas lainnya melalui
jaringan internet.
Menurut Arafat (2016), Internet of Things atau dikenal juga dengan
singkatan IoT, merupakan sebuah konsep yang bertujuan untuk memperluas
manfaat dari konektivitas internet yang tersambung secara terus menerus yang
dapat menghubungkan mesin, peralatan, dan benda fisik lainnya dengan sensor
jaringan dan aktuator untuk memperoleh data dan mengelola kinerjanya sendiri,
sehingga memungkinkan mesin untuk berkolaborasi dan bahkan bertindak
berdasarkan informasi baru yang diperoleh secara independen.
Internet of Things atau sering disebut IoT adalah sebuah gagasan dimana
semua benda didunia nyata dapat berkomunikasi satu dengan yang lain sebagai
bagian dari satu kesatuan sistem terpadu menggunakan jaringan internet sebagai
penghubung. Misalnya CCTV yang terpasang di sepanjang jalan dihubungkan
dengan koneksi internet dan disatukan di ruang kontrol yang jaraknya mungkin
puluhan kilometer atau sebuah rumah cerdas yang dapat di manage lewat
smartphone dengan bantuan koneksi internet. Pada dasarnya perangkat IoT
terdiri dari sensor sebagai media pengumpul data, sambungan internet sebagai
media komunikasi dan server sebagai pengumpul informasi yang diterima
sensor dan untuk dianalisa.
2.12.1 Node-RED
Node-RED adalah sebuah tool berbasis untuk membuat aplikasi
Internet of Thing (IoT) yang mana lingkungan pemrograman visualnya
mempermudah penggunanya untuk membuat aplikasi sebagai “flow”. Flow ini
terbentuk dari node-node yang saling berhubungan dimana tiap node melakukan
30
tugas tertentu. Walaupun Node-RED didesain untuk Internet of Things (IoT),
hal ini juga dapat digunakan untuk keperluan umum dan untuk berbagai macam
jenis aplikasi. Dinamakan “Node” karena alat ini diimplementasikan sebagai
aplikasi node tetapi dari sudut pandang konsumen yang benar hanya detail dari
implementasi internal. Lanskap bahasa pemrograman sangatlah luas dan
meliputi berbagai jenis gaya dan paradigma pemrograman. Bahasa imperatif
berorientasi objek saat ini menguasai dunia pemrograman, namun begitu
sebetulnya ada alternatif untuk pengembangan atau produksi software dan juga
untuk membuat prototype ide dengan cepat.
31
BAB III
RANCANG BANGUN
32
3.3.1 Blok Diagram
Blok diagram merupakan salah satu elemen yang terpenting dalam
peracangan dan pembuatan alat, sebab dari diagram dapat mengetahui prinsip
kerja dari keseluruhan alat. Selain itu, prosedur perancangan dan pembuatan
pada masing-masing rangkaian akan membentuk suatu sistem yang sesuai
dengan perancangan. Secara garis besar prinsip kerja dari perancangan alat yang
dibuat ini seperti pada gambar 3.1.
Pada gambar 3.1 dijelaskan bahwa sensor capacitive soil moisture bekerja
sebagai pendeteksi kelembaban tanah, sementara sensor ultrasonik bekerja
mendeteksi level atau ketinggian air yang terdapat didalam penampung yang
nantinya sinyal dari sensor ini akan dikirim ke mikrokontroler yaitu
menggunakan Arduino Mega2560. Arduino Mega2560 akan memproses sinyal
sehingga hasil akhir akan mengirimkan perintah terhadap pompa agar dapat aktif
pada saat sensor mengirimkan sinyal ke mikrokontroler.
GSM SIM900A adalah modul SIM yang digunakan pada laporan akhir ini.
Modul SIM900 GSM/RGS adalah bagian yang berfungsi untuk komunikasi
antara mikrokontroler Arduino dengan web service. Pompa memiliki keadaan
aktif yang berbeda-beda, dimana pompa akan aktif dengan durasi waktu sesuai
dengan kondisi kelembaban tanah pada tanaman. Maka dari itu hasil deteksi
sensor kelembaban tanah akan sangat berpengaruh untuk durasi pompa aktif.
Selain itu keluaran dari penyiraman tanaman otomatis ini berupa data informasi
dari hasil deteksi sensor jarak yang terdapat pada tangki penampungan, serta data
sensor kelembaban. Sensor jarak mendeteksi air penampungan pada batas
minimal kapasitas air maka modul wifi yang tertanam pada GSM akan
mengirimkan data sehingga keluarannya berupa notifikasi di aplikasi
monitoring. Pada Laporan Akhir ini digunakan 20 sensor capactive soil moisture
yang terletak pada setiap polybag tanaman cabai sebagai media uji alat
penyiraman tanaman otomatis. Sementara sensor ultrasonik menggunakan 1
sensor yang terletak pada penampungan air yang bekerja sebagai media uji
pengisian air otomatis pada penampungan penyiraman.
33
Gambar 3.1 Blok Diagram Perancangan Penyiraman Air Otomatis.
3.3.2 Flowchart
Flowchart merupakan diagram alir sebuah kerja dari sistem terterntu.
Fungsi dari flowchart yaitu sebagai monitoring langkah-langkah kerja dari
rancang bangun yang telah ditentukan. Kemungkinan dari berbagai percobaan
juga digambarkan pada flowchart, serta data berupa nilai dan hipotesis harus
jelas tergambarkan pada sebuah flowchart. Pada rancang bangun ini, parameter
nilai dari kelembaban tanah menjadi acuan dari kemungkinan-kemungkinan
proses kerja yang akan terjadi. Berikut diagram alir pada rancang bangun sistem
penyiraman air otomatis ditunjukkan pada gambar 3.2
34
Gambar 3.2 Flowchart sistem penyiraman air otomatis
35
Diagram alir sistem penyiraman air otomatis dapat dilihat pada gambar 3.3
dimana jika kondisi kelembaban tanah lebih dari 70% maka tanah dalam kondisi
basah dan pompa akan mati. Pada saat kondisi kelembaban tanah pada nilai 41%
sampai dengan 70% maka kondisi tanah lembab dan pompa akan mati. Namun
pada saat nilai kelembapan tanah kurang dari 40% maka kondisi tanah kering
dan pompa akan menyala.
36
3.4 Perancangan Elektronik
Pada bagian perancangan elektronik terdapat skematik rangkaian yang
memperlihatkan tata letak serta hubungan antar komponen dalam pembentukan
alat penyiraman tanaman otomatis, yang merupakan bagian dari keseluruhan
sistem yang terintegrasi pada pertanian greenhouse. Berikut ini pada gambar
3.4 skema rangkaian penyiraman air otomatis.
37
Close dan pompa akan aktif, kemudian relay akan memutus arus apabila
kelembapan tanah sudah mencapai batas penyiraman telah tercapai.
38
Gambar 3.6 Objek tanaman pada greenhouse
Pada gambar 3.6 terdapat objek tanaman yang ditanam pada greenhouse.
Tanaman yang digunakan ialah tanaman buah cabai (capsicum anuum L) yang
berjumlah sebanyak 20 polybag.
39
Gambar 3.8 Detail posisi pipa penyiraman pada greenhouse.
Pada gambar 3.7 dan gambar 3.8 merupakan rancangan posisi pipa
penyiraman air pada greenhouse. Pada penyiraman air otomatis pada
greenhouse terdapat 4 pipa paralon yang dimana pada setiap satu baris pipa
paralon terdapat 5 polybag diatasnya. Metode penyiraman air pada tanaman
cabai ini yaitu dilakukan dengan meneteskan air dari pipa-pipa paralon tersebut
ke polybag tanaman cabai.
40
BAB IV
41
Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Laporan Akhir
Tahun 2023
Januari Februar Maret April Mei Juni
No Kegiatan
i
.
1. Persiapan
literatur dan
proposal
alat/sistem
yang akan
dibuat
2. Pembuatan
proposal
Pembelian alat
3. dan bahan
4.
Pembuatan
elektronik dan
mekanik
5. Pengujian dan
penyelesaian
keseluruhan
sistem.
6. Pengambilan
data dan
lampiran
laporan akhir
7. Evaluasi dan
laporan akhir
42
Daftar Pustaka
[1] M. Lindley, “di sekitar greenhouse dan menciptakan iMim mikro di
dalamnya yang,” 1978.
[2] B. U. BR Simalango, “Analisa Kandungan β-Karoten Hasil Ekstrak Cabai
Merah (Capsicum annuum. L) Menggunakan Evaporator Vakum dengan
Metode Respone Surface Methodology,” Universitas Diponegoro, p. 39,
2018, [Online]. Available: http://repository.unpas.ac.id/37105/1/BAB
II.pdf.
[3] Steven Witman, “Penerapan Metode Irigasi Tetes Guna Mendukung
Efisiensi Penggunaan Air di Lahan Kering,” Jurnal Triton, vol. 12, no. 1,
pp. 20–28, 2021, doi: 10.47687/jt.v12i1.152.
[4] Hadi dan Nurlana, “Metode-metode Penyiraman Tanaman,” vol. 37, no. 2,
pp. 172–178, 1969, [Online]. Available:
https://ci.nii.ac.jp/naid/110003378770/.
[5] M. Badriyah, “No Irigasi Sprinkler Metode Title,” no. July, pp. 1–7, 2011.
[6] E. D. Ariyani, A. Salam, E. Y. Simarmata, G. A. Pamungkas, and M. H.
Affan, “Rancang Bangun dan Pembuatan Alat Penyiraman Tanaman
Otomatis untuk Pemberdayaan Petani Sayuran di Desa Cihanjuang,
Kabupaten Bandung Barat,” J-Dinamika : Jurnal Pengabdian Masyarakat,
vol. 6, no. 2, pp. 254–260, 2021, doi: 10.25047/j-dinamika.v6i2.2838.
[7] R. S. Tiara Dewi, Muhammad Amir Masruhim, “Cabai Merah,”
Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas
Farmasi Universitas Mualawarman, Samarinda, Kalimantan Timur, no.
April, pp. 5–24, 2016.
[8] Ryan, Cooper, and Tauer, “済無No Title No Title No Title,” Paper
Knowledge . Toward a Media History of Documents, pp. 12–26, 2013.
[9] P. N. Sriwijaya, “BAB II Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN
PUSTAKA 2.1. 1–64,” Gastronomía ecuatoriana y turismo local., vol. 1,
no. 69, pp. 5–24, 2019.
[10] L. . F. A. Caesar Pats Yahwe, Isnawaty, “Rancang Bangun Prototype
System Monitoring Kelembaban Tanah Melalui Sms Berdasarkan Hasil
43
Penyiraman Tanaman System Monitoring Kelembaban Tanah Melalui Sms
Berdasarkan Hasil Penyiraman Tanaman,” semanTIK, vol. 2, no. 1, pp. 97–
110, 2016, doi: doi: 10.1016/j.ccr.2005.01.030.
[11] Djumali and M. Sri, “Pengaruh Kelembaban Tanah Terhadap Karakter
Agronomi, Hasil Rajangan Kering Dan Kadar Nikotin Tembakau,” Berita
Biologi, vol. 13, no. 1, pp. 1–11, 2014.
[12] M. D. Anastasya, A. Aminudin, and Y. R. Tayubi, “Rancang Bangun Alat
Monitoring Suhu dan Kelembaban Tanah Pada Tanaman Cabai Merah
(Capsicum Annum L) Berbasis Android,” Seminar Nasional Fisika, vol. 1,
no. 1, pp. 353–359, 2019.
[13] M. Yusro and A. Diamah, Sensor dan Transduser Teori dan Aplikasi. 2019.
[14] Nabil Azzaky and Anang Widiantoro, “Alat Penyiram Tanaman Otomatis
Berbasis Arduino menggunakan Internet Of Things (IOT),” J-Eltrik, vol. 2,
no. 2, p. 48, 2021, doi: 10.30649/j-eltrik.v2i2.48.
44