Disusun Oleh :
Nama : Hendri Irawan
NIM : 502020032
Kelas :C
Mata Kuliah : Hukum Internasional
Dosen Pembimbing : Helmi Ibrahim, S.H., M. Hum.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALMEBANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
1
Daftar Pustaka
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................4
2.1 Sejarah Pertumbuhan Hukum Internasional....................................................................4
2.2.1 Hukum Internasional Pada Abad ke 15 dan 16........................................................4
2.2.2 Hukum Internasional Modern Pada Abad ke 17 dan 18.........................................6
2.2.3 Hukum Internasional Pada Abad ke 19....................................................................7
2.2.4 Hukum Internasional Pada Abad 20 hingga saat ini...............................................8
2.2 Pengertian Hukum International.......................................................................................9
2.3 Hukum Internasional Sebagai Hukum Yang Sebenarnya (True Law)........................10
2.4 Tujuan Hukum Internasional...........................................................................................10
BAB III PENUTUP......................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................12
Daftar Pustaka.............................................................................................................................13
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam hubungan antar negara terdapat hukum internasional sebagai subjek hukum utama,
sering terjadi pertentangan yang diakibatkan oleh perbedaan kepentingan, dan biasanya tidak
selamanya dapat di selesaikan memlalui jalur damai. Pertentangan kepentingan inilah yang
sering disebut dengan konflik. Beberapa faktor yang menyebabkan konflik seperti, politik,
ekonomi, ideologi, strategi militer, ataupun perpaduan antara kepentingan kepentingan tersebut.
Pertikaian antara Israel dan Palestina merupakan satu -satunya konflik bersenjata terbuka
yang masih terjadi pasca perang dunia kedua, perdamaian belum pernah terjadi anatara kedua
negara tersebut, serangkaian konflik bersenjata terjadi semenjak negara Israel berdiri, yang
diakhiri dengan gencatan senjata, untuk selanjutnya dimulai kembali dengan pelanggaran
terhadap perjanjian gencatan senjata tersebut. “Pada umunya dikatakan, suatu gencatan senjata
hanyalah suatu penundaan unutk sementara permusuhan dari lazimnya menunjukkan bahwa
permusuhan-permusuhan akan mulai kembali pada saat berakhirnya jangka waktu gencatan
senjata. Salah satu dari kecerendungan modern berkenaan dengan senjata umum adalah bahwa
perjanjian-perjanjian itu semata-mata tidak bersifat tetap, melainkan semacam pengehentian
perangde facto yang dijelaskan oleh traktat-traktat perdamaian final”. Hukum internasional
menghormati pernanan penting dari wilayah suatu negara seperti yang tercemin dalam prinsip
penghormatan terhadap intregitas dan kedaulatan suatu wilayah negara yangdimuat dalam
berbagai berbagai produk hukum internasional.
3
4. Apa Tujuan dari Hukum International ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Pertumbuhan Hukum Internasional
2.2.1 Hukum Internasional Pada Abad ke 15 dan 16
Pada masa abad pertengahan atau biasa disebut sebagai the Dark Age (masa kegelapan),
hukum alam mengalami kemajuan kembali melalui transformasi di bawah gereja. Peran
keagamaan mendominasi sektor-sektor sekuler. Sistem kemasyarakatan di Eropa pada waktu
itu terdiri dari beberapa negara yang berdaulat yang bersifat feodal dan Tahta Suci.
Pada masa itu munculah konsep perang adil sesuai dengan ajaran kristen, yang
bertujuan untuk melakukan tindakan yang tidak bertentangan dengan ajaran gereja. Selain
itu, beberapa hasil karya ahli hukum memuat mengenai persoalan peperangan, seperti
Bartolo yang menulis tentang tindakan balas yang seimbang (reprisal), Honore de Bonet
menghasilkan karya The Tree of Battles tahun 1380. (Tontowi, Jawahir dan Pranoto
Iskandar; op. cit: 34).
Melemahnya kekuasaan gereja yang ditandai dengan upaya sekulerisasi, seperti yang
dilakukan oleh Martin Luther sebagai tokoh reformis gereja, dan seiring dengan mulai
terbentuknya negara-negara moderen. Misalnya, Jean Bodin dalam Buku Six Livers De la
Republique 1576, mengemukakan bahwa kedaulatan atau kekuasaan bagi pembentukan
hukum merupakan hak mutlak bagi lahirnya entitas suatu negara.
Pada akhir abad pertengahan ini, hukum internasional digunakan dalam isu-isu politik,
pertahanan dan militer. Hukum mengenai pengambilalihan wilayah berkaitan dengan
eksplorasi Eropa terhadap benua Afrika dan Amerika. Beberapa ahli hukum seperti,
4
Fransisco De Vittoria yang memberikan kuliah di Universitas Salamanca Spanyol bertujuan
untuk justifikasi praktek penaklukan Spanyol. Ia menulis buku Relectio de Indies, yang
menjelaskan hubungan bangsa Spantol dan Portugis dengan bangsa Indian di benua Amerika,
di dalam buku itu juga dikemukakan bahwa negara tidak dapat bertindak sekehendak hatinya,
dan ius inter gentes (hukum bangsa-bangsa) diberlakukan bukan saja bagi bangsa Eropa
tetapi juga bagi semua umat manusia.
Pada abad ke l5 dan 16, telah terjadi penemuan dunia baru, masa pencerahan ilmu dan
reformasi yang merupakan revolusi keagamaan yang telah memporakporandakan belenggu
kesatuan politik dan rohani di Eropa dan menguncangkan fundamen-fundamen umat Kristen
pada abad pertengahan.
Para ahli hukum pada abad tersebut telah mulai memperhitungkan evolusi suatu
masyarakat negara – negara merdeka dan memikirkan serta menulis tentang berbagai macam
persoalan hukum bangsa – bangsa. Mereka menyadari perlunya serangkaian kaidah untuk
mengatur hubungan antar negara – negara tersebut. Andai kata tidak terdapat kaidah – kaidah
kebiasaan yang tetap maka para ahli hukum wajib menemukan dan membuat prinsip-prinsip
yang berlaku berdasarkan nalar dan analogi. Mereka mengambil prinsip – prisnsip hukum
Romawi untuk dijadikan pokok bahasan studi di Eropa. Mereka juga menjelaskan preseden –
preseden sejarah kuno, hukum kanonik, konsep semi teologis dan serta hukum alam. (Starke,
J.G. ;op. cit.: 11) Diantara penulis – penulis pelopor itu antara lain adalah Hugo De Groot
atau Grotius, Vittoria (1480 – 1546), Belli (1502 – 1575), Brunus (1491 – 1563), Fernando
Vasgues de Menchaca (1512 – 1569)), dan Ayala (1548 – 1617). Tulisan – tulisan para ahli
hukum ini yang terpenting adalah pengungkapan bahwa satu pokok perhatian hukum
internasional pada abad ke-16 adalah hukum perang antar negara, dan dalam kaitan eropa
telah mulai menggunakan tentara tetap, suatu praktek yang tentunya menyebabkan
berkembang adat – istiadat dan praktek – praktek peperangan yang seragam.
Francisco Suares (1548 – 1617), yang menulis buku De Legibus ae Deo Legislatore (on
Laws and Good as Legislator) yang mengemukakan adanya suatu hukum atau kaidah objektif
yang harus diikuti oleh negara-negara dalam hubungan antar mereka. Ia juga meletakkan
dasar suatu ajaran hukum internasional yang meliputi seluruh umat manusia.dan gentilis.
Hugo De Groot atau Grotius (1583 – 1645), orang yang paling berpengaruh atas keadaan
5
hukum internasional modern dan dianggap sebagai Bapak Hukum Internasional. Karyanya
yang terkenal adalah buku on the law of war and peace (de jure Belli ac Pacis) tahun 1625.
Hasil karyanya itu menjadi karya acuan bagi para penulis selanjutnya serta mempunyai
otoritas dalam keputusan – keputusan pengadilan. Sumbangan pemikirannya bagi
perkembangan hukum internasional adalah pembedaan antara hukum alam dengan hukum
bangsa – bangsa. Hukum bangsa – bangsa berdiri sendiri terlepas dari hukum alam, dan
mendapatkan kekuatan mengikatnya dari kehendak negara-negara itu sendiri. Beberapa
doktrin Grotius bagi perkembangan hukum internasional moderen adalah pembedaan antara
perang adil dan tidak adil, pengakuan atas hak – hak dan kebebasan – kebebasan individu,
netralitas terbatas, gagasan tentang perdamaian, konferensi – konferensi periodik antara
pengusa – penguasa negara serta kebebasan di laut yang termuat dalam buku Mare Liberium
tahun 1609.
Samuel Pufendorf (1632 – 1694) dalam buku De Jure Nature Et Gentium menyatakan
bahwa hukum internasional dibentuk atas dasar hak – hak alamiah universal dan perang
sebagai alat hanya dapat disahkan melalui syarat – syarat yang ketat. Zouche (1590 – 1660),
penganut aliran positivisme, lebih memberikan perhatian pada hukum internasional dalam
keadaan damai dari pada hukum perang. (Tontowi, Jawahir dan Pranoto Iskandar; op. cit:
39).
6
sebagai asas politik internasional (Kusumaatmaja, Mochtar dan Etty R. Agoes; op. cit.:
30,32).
Ada kecendrungan dari para ahli hukum untuk lebih mengemukakan kaidah – kaidah
hukum internasional terutama dalam bentuk traktat dan kebiasaan dan mengurangi sedikit
mungkin hukum alam sebagai sumber dari prinsip-prinsip tersebut. (Starke, J.G. ;op. Cit.:
13). Para penulis terkemuka pada abad ke 17 dan 18 antara lain : Cornelis Van
Bynkershoek (1673 – 1743), yang mengemukakan pentingnya actual practice dari negara-
negara dari pada hukum alam. Sumbangan pemikiran lainnya teori tentang hak dan
kewajiban dari negara netral. Christian Wolf (1632-1694), mengemukakan teori mengenai
Civitas Maxima yang sebagai negara dunia meliputi negara-negara dunia. Von Martens
(1714 – 1767), dalam Receuil des Traites yaitu suatu kumpulan perjanjian yang masih
merupakan suatu kumpulan berharga hingga sekarang. Emmerich De Vattel (1714-1767)
memperkenalkan prinsip persamaan antar negara – negara.
7
adalam wadah the Law International Association dan Institut De Droit International. Hukum
internasional juga menjadi objek studi dalam skala yang luas dan memungkinkan penaganan
persoalan internasional secara lebih profesional.
Beberapa persoalan hukum internasional yang kerap kali timbul dalam hubungan
internasional antara lain adalah klaim ganti kerugian yang menimpa warga negara suatu
negara di negara lain, penerimaan dan pengusiran warga asing oleh suatu negara, persoalan
nasionalitas, pemberlakuan extrateritorial beberapa perundangan nasional, penafsiran
perjanjian internasional, serta pemberlakuan suatu perjanjian yang rumit diberlakukan
sebagian besar negara di bidang perdagangan, keuangan, pengangkutan, penerbangan, energi
nuklir. Pelanggran hukum internasional yang berakibat perang, perlucutan senjata dan
perdagangan senjata ilegal. (Ibid: 18). Berbagai persoalan di atas menunjukkan bahwa
8
hukum internasional tetap diperlukan untuk mengatasi berbagai persoalan yang terjadi dalam
hubungan internasional. Hukum internasional diharapkan dapat mengatur dan memberikan
penyelesaian hukum yang tepat dan adil sehingga dapat diakui dan diterima oleh negara –
negara atau pihak – pihak yang bertikai, tidak bertentangan dengan perundangan nasional
suatu negara, dalam suatu tatanan sistem hukum internasional yang bersifat global.
Brierly, yang menggunakan istilah Hukum Internasional atau Hukum Bangsa – Bangsa,
mendefinisikannya sebagai sekumpulan aturan – aturan dan prinsip tindakan yang mengikat atas
negara – negara yang beradab dalam hubungan mereka satu dengan lainnya.
Hukum internasional dapat didefenisikan sebagai kumpulan hukum yang sebagaian besar
terdiri atas prinsip- prinsip dan aturan perilaku terhadap mana negara yang merasa dirinya terikat
untuk mentaatinya dan karena itu pada umumnya memang mentaatinya dalam hubungan antara
negara itu satu sama lain yang meliputi:
1. Aturan hukum yang bertalian dengan fungsi lembaga- lembaga dan organisasi
internasional, hubungan lembaga atau organisasi itu dengan negara individu
9
2. Aturan hukum tertentu yang beertalian dengan individu dan satuan satuan bukan
negara sejauh hak hak dan kewajiban pada individu dan satuan bukannegara itu
merupakan kepentinganmasyarakat internasional.
Penerapan teori umum ini terhadap Hukum Internasional dinamakan otoritas yang
memiliki kekuasaan legislatif atau otoritas yang secara tegas berkuasa atas masyarakat
negara – negara dan karena hingga saat ini kaidah – kaidah Hukum Internasional hampir
secara ekslusif bersifat kebiasaan, maka Austin menyimpulkan bahwa Hukum Internasional
bukan hukum yang sebenarnya melainkan hanya ”moralitas internasional positif” (positive
international morality), yang dapat disamakan dengan kaidah –kaidah yang mengikat suatu
kelompok atau masyarakat. Austin juga menggambarkan bahwa Hukum Internasional
sebagai terdiri dari ”opini – opini atau sentimen – sentimen yang berlangsung diantara
bangsa – bangsa pada umumnya”. Pandangan ini sesuai klasifikasinya mengenai tiga kategori
hukum, yaitu hukum Tuhan (divine law), hukum positif (positive law), dan moralitas positif
(positive morality).
10
1. Mewujudkan keadilan dalam hubungan internasional. Ini terbukti dengan adanya
lembaga atau mahkamah pengadilan, yaitu :
a. Mahkamah Tetap Pengadilan Internasional, yang ada semasa Liga Bangsa – Bangsa.
b. Mahkamah Pengadilan Internasional, atau yang kadang – kadang disebut dengan
Mahkamah Internasional, yang adanya diatur di dalam Piagam PBB maupun secara
khusu diatur di dalam Statuta Mahkamah Internasioal
2. Menciptakan hubungan internasional yang teratur.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hukum internasional merupakan sekumpulan aturan yang secara suku mengikat negara
dalam hubungan mereka satu dengan yang lain. Hukum internasional disebut juga hukum alam
yang mengalami kemajuan memalui tranformasi. Hukum internasional sendiri memiliki
persoalaan dosmetik dengan internasional yang mana akibatnya muncul konsep kedaulatan dari
perjanjian yang ditujukan untuk mengakhiri perang antar kelompok yang terjadi di Eropa. Pada
abad 20 hingga sekarang hukum internasional mengalami perkembangan yang pesat yang mana
mulai terbentuk organisasi internasional yang fungsinya menyerupai pemerintahan dunia untuk
tujuan perdamaian dan kesejahteraan umat manusia, seperti liga bangsa, yang kemudian di ganti
Perserikatan Bangsa Bangsa atau yang sering di singkat PBB.
Hukum internasional diperlukan untuk mengatasi berbagai konflik persoalan yang terjadi
di dalam hubungan internasional, hukum internasional di harapkan dapat mengatur dan
memberikan penyelsaian atas konflik yang mungkin terjadi dengan jalur yang tepat agar
memberikan penyelesaian hukum yang tepat dan adil sehinnga di akui dan di terima oleh negara
atau pihak yang memiliki konflik. Karna tujuan hukum internasional itu sendiri menciptakan
keadilan dalam hubungan internasional antara sesama liga bangsa – bangsa.
12
Daftar Pustaka
Ali Sastroamidjojo. (1971). Pengantar Hukum Internasional, Jakarta: Bhratara. Jakarta.
Chairul Anwar. ( 1989 ). Hukum Internasional : Pengantar Hukum Bangsa – Bangsa. Jakarta:
Djambatan
13