Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

PENGUAPAN AIR MELALUI PROSES TRANSPIRASI

Oleh

NAMA : ICANANDA FRANSISKA

NIM : 150210103064

KELOMPOK : 6B

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENDIDIKAN ALAM

UNIVERSITAS JEMBER

2017
I. Judul
Penguapan air melalui proses transpirasi
II. Tujuan
Untuk mengetahui proses dan kecepatan penguapan air tumbuhan
melalui proses transpirasi serta faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya.
III. Tinjauan Pustaka

Transpirasi ini adalah proses penguapan air dari sel-sel yang hidup
di sel tumbuhan. Sel tumbuhan tersebut berhubungan langsung dengan
atmosfer melalui stomata dan lentisel sehingga, proses transpirasi
terjadi melalui kutikula pada daun tumbuh-tumbuhan (Wanggai, 2009 :
91).
Proses transpirasi itu dimulai dari absorb air tanah oleh akar
tanaman yang di transport melalui batang menuju ke daun yang
dilepaskan menjadi uap air ke atmosfir. Setiap jenis tanaman berbeda
laju transpirasinya (Prijono, 2016).

Transpirasi bermanfaat bagi tanaman karena nutrisi pentingnya


yang dibawa dalam larutan dari air tanah adalah untuk tanaman. Juga,
membantu tanaman menyerap mineral dan membantu mendinginkan
daun. Transpirasi secara efektif menarik air ke dalam tanaman melalui
akar-akarnya xilem dan batang dan keluar daun (Ward, 2003 : 87).
Laju transpirasi pada setiap tanaman itu berbeda-beda. Ada yang
prosenya cepat, adapula yang lambat. Laju tanaman yang tidak begitu
cepat adalah bentuk dari respon suatu tanaman untuk mengatasi
kekurangan air yaitu dengan cara mengurangi laju transpirasi agar
menghemat air. Cara lain tumbuhan untuk menghemat air, yaitu
dengan menutup stomata (Jamil, 2016). Jadi jumlah stomata sangat
mempengaruhi proses transpirasi tanaman. Stomata yang jumlahnya
banyak akan mempercepat laju proses transpirasi. Begitu juga sama
pengaruhnya dengan luas daun. Karena daun yang luas memiliki
banyak stomata yang bisa mempercepat laju transpirasi (Papuangan,
2014).
Faktor yang mempengaruhi laju transpirasi yaitu ada faktor luar
dan faktor dalam. Faktor luar yang mempengaruhi, yaitu seperti sinar
matahari, sinar matahari ini dapat membuka stomata sehingga
mempercepat laju transpirasi. Yang berikutnya adalah temperatur,
Kenaikan tempratur itu sudah barang tentu juga menambah tekanan
uap di luar daun, akan tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak di
dalam ruang yang terbatas, maka tekanan uap tiada akan setinggi
tekanan uap yang terkurung didalam daun. Akibat dari pada perbedaan
tekanan ini, maka uap air akan mudah berdifusi dari dalam daun ke
udara bebas. Faktor yang berikutnya adalah kelembapan udara.
Faktor dalamnya, yaitu besar kecilnya daun karena daun yang besar
akan terdapat banyak stomata dan membuat laju transpirasi semakin
meningkat, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya daun, daun
yang terdapat lilin dipermukaanya akan mengurangi proses penguapan
air.

IV. Metode Penelitian


4.1 Alat dan Bahan
4.1.1 Alat
- Gunting
- Timbangan
- Gelas ukur 10 ml
- Ember
- Rak tabung
- Mikroskop
- Gelas obyek
- Kaca penutup
- Stop watch
4.1.2 Bahan
- Tanaman Pacar air
- Tanaman Bauhinia sp.
- Air
- Minyak kelapa
- Kertas kuarto
- Kutek bening
4.2 Langkah Kerja

Menyiapkan tanaman pacar air dan tanaman Bauhinia sp.


yang masih hidup (dibawa beserta akar dan tanahnya).

Menyiapkan air yang pada gelas ukur sebanyak 7 ml

Menyiapkan air dalam air dan memilih satu tanaman dari


kedua jenis itu, dengan kriteria yang daunya 5-10 saja.

Memotong tanaman dari akarnya dengan keadaan harus


tersendam di ember yang sudah disediakan.

Meletakan tanaman yang telah dipotong ke dalam gelas


ukur yang telah di isi 7 ml air. Kemudian, menuangkan
minyak ke dalamnya, agar menutup seluruh permukaan air
tersebut.

Mengamati keadaan yang dihasilkan tiap lima menit,


selama 30 menit.

Mengambil satu daun dari tanaman tersebut, kemudian


menggambarnya di kertas kuarto dengan cara mengeblat
daunnya.

Menggunting blat yang sudah dibuat lalu menimbang


potongan kertas hasil blat untuk mendapatkan massanya
yang digunakan untuk menghitung Luas daun.
Mengecat daun yang digunakan untuk ngeblat tadi dengan
kutek bening, bagian atas dan bawahnya.

Mengelupas kutek bening setelah kering, lalu mengamati


dibawah mikroskop keadaan stomatanya.
V. Hasil Pengamatan
K Tumb Perla w a k t u Rat Laju Jum Stom Lu
e uhan kuan a- trans lah ata as
l rata pirasi da
air un
men
gua
p
0 5 10 1 2 2 30 Ata Bawa
5 0 5 s h
1 Pacar Terik 7,2 7,2 7,1 7, 7, 7, 7,0 0,02 1,1 x 10 68 133
air 5 1 1 0 8 105 0,
5 8 56
2 Pacar Teduh 7,2 7,2 7,2 7, 7, 7 6,9 0,05 2,7 x 14 70 151
air 1 1 105 2
3 Bauhi Terik 7,2 6,9 6,7 6, 6, 6, 6,1 0,15 8,13 x 12 81 870
nia 4 3 2 105 9
sp.
4 Bauhi Teduh 7 6,4 6,2 6 5, 5, 5,2 0,3 1,67 x 16 37 137
nia 6 4 104 59
sp.
5 Pacar Terik 7,5 7,4 7,2 7, 7, 7 6,9 0,1 5x 26 70 119
air 2 1 105 4,4
8
6 Bauhi Teduh 6,5 6,2 6 5, 5, 5, 5,1 0,23 1,3 x 14 21 111
nia 8 5 2 104 88,
sp. 8
7 Bauhi Terik 7 7 6,8 6, 6, 6, 6,2 0,13 7,3 x 11 54 172
nia 6 5 4 3 105 36,
sp. 8
8 Kontr Teduh 8 8 8 7 7 7 7 0,16 8,9 x - - -
ol 105
Terik 7 7 7 7 7 7 7 0 0 - - -
VI. Pembahasan
Praktikum fisiologi tumbuhan kali ini adalah mengenai penguapan
air melalui proses transpirasi. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui proses dan kecepatan penguapan air tumbuhan
melalui proses transpirasi serta faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya.
Proses tersebut dapat dilihat dengan menggunakan dua tumbuhan,
yaitu tumbuhan pacar air dan bauhinia sp. dengan beberapa langkah
cara kerja. Langkah yang pertama, yaitu menyiapkan tanaman pacar air
dan bauhinia yang masih hidup, yaitu dengan dibawa bersama akar dan
tanahnya, terutama tanaman yang memiliki daun berjumlah lima
sampai sepuluh. Kedua tanaman tersebut harus dipisahkan dari
akarnya jika ingin diamati. Proses memotongnya dilakukan di dalam
air yang sudah di sediakan di dalam ember.
Hal tersebut dilakukan karena jika tanaman tidak dipotong di
dalam ember, tanaman tersebut sudah akan melakukan proses
penguapan air (transpirasi) sehingga bisa menyebabkan hasil data yang
diperoleh tidak valid, itulah mengapa proses pemotongan dilakukan di
dalam air.
Langkah yang kedua, yaitu mengisi air ke dalam gelas ukur
sebanyak 7 ml. Tanaman yang sudah dipotong akarnya tersebut,
dimasukan ke dalam gelas ukur. Kemudian, menuangkan minyak
kelapa pada permukaan air yang sudah dimasuki tanaman pacar air,
maupun bauhinia. Langkah yang ketiga, yaitu pada praktikum ini tiap-
tiap kelompok melakukan satu perlakuan. Perlakuan di tempat terik
ataupun di tempat teduh. Jika perlakuan terik, maka mencari tempat
terik. Jika perlakuan teduh maka mencari tempat yang teduh. Langkah
berikutnya, yaitu mengamati setiap perubahan tiap-tiap lima menitnya,
hingga 30 menit. Perubahan yang terjadi setiap lima menit tersebut
dicatat di dalam tabel.
Pengamatan yang sudah dilakukan selamaa tiga puluh menit
tersebut, selanjutnya melakukan pemilihan daun. Daun dipilih random,
untuk digambar pada kertas kuarto. Kertas kuato yang sudah terdapat
blat dari daun yang dipilih, lalu ditimbang, tujuannya untukk
mengetahui luas daun. Kemudian, mengecat daun yang sudah di
timbang tersebut dengan kutek bening. Menunggu hingga beberapa
menit kemudian, sampai kutek yang melapisi daun tersebut sudah
kering, dan bisa mengkuliti kutek tersebut. Hasil kulitan kutek tersebut
kemudian diletakan diatas kaca benda dan menutupnya dengan kaca
penutup sehingga bisa diamati stomata yang terdapat di atas dan di
bawah daun tersebut. itulah cara kerja yang dilakukan dalam
praktikum proses transpirasi tumbuhan.
Transpirasi tumbuhan adalah proses hilangnya air dalam bentuk
uap air dari jaringan tanaman, yaitu seperti stomata (Zulfita, 2012).
Proses transpirasi itu dimulai dari absorb air tanah oleh akar tanaman
yang di transport melalui batang menuju ke daun yang dilepaskan
menjadi uap air ke atmosfir. Setiap jenis tanaman berbeda laju
transpirasinya (Prijono, 2016).
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan adalah sebagai berikut,
pada kelompok satu yang pengamatannya pada bahan tanaman pacar
air yang dilakukan pada kondisi terik, terlihat pengurangan air di tiap
lima menitnya. Penguapan air lajunya dapat terbaca tidak terlalu cepat
dikarenakan terjadi konstan di menit 0-5 dan 10-15. Dibandingkan
dengan data hasil kelompok dua yang juga mengamati pacar air pada
tempat yang teduh, didapatkan data yang penurunannya juga lambat.
Kalau dilihat dari data kelompok dua, untuk air itu berkurang
ukurannya yang dilihat dari gelas ukur, dapat dibilang lambat karena
dari menit ke 0-10 tidak jadi penurunan volume air. Tetapi data pada
kelompok lima yang juga pengamatannya menggunakan pacar air di
kondisi yang terik sangat terlihat sekali penurunan airnya yang dapat
dilihat dari gelas ukur. Dapat dibilang penurunannya sangat cepat.
Hasil yang berikutnya pada kelompok yang menggunakan bahan
bauhinia sp. yaitu pada kelompok tiga dalam kondisi terik, kelompok
empat pada kondisi yang teduh, kelompok enam pada kondisi yang
teduh, dan kelompok tujuh pada kondisi terik. Dari masing-masing
kelompok itu mendapatkan hasil data masing-masing. Pada kelompok
tiga dari tiap lima menitnya jika dibandingkan dengan kelompok 4
lebih cepat laju transpirasinya adalah pada kelompok 4, yaitu yang
pada pengamatan di tempat teduh. Hasil yang sama juga didapatkan
pada data perbadingan kelompok 6 dan kelompok 7, yaitu menunjukan
bahwa laju traspirasi terjadi lebih cepat pada tempat teduh, yaitu
kelompok 6. Bahkan, laju transpirasi dapat terlihat pada kontrol di
tempat teduh yang menunjukan pengurangan volume air padahal tanpa
perlakuan diberikan tanaman.
Kontrol yang diletakan di tempat teduh, terlihat pengurangan
volume air, artinya terjadi penguapan pada air tersebut. Sedangkan
yang diletakan di tempat yang terik terlihat konstan. Hal tersebut
dikarenakan adanya pengaruh beberapa faktor laju transpirasi, yaitu
suhu permukaan, angin, kandungan air. Akibat, suhu yang yang berada
di tempat teduh dengan diiringi bantuan angin, menyebabkan air yang
digunakan untuk kontrol di tempat teduh bisa menurun volumenya.
Hal tersebut menunjukan terjadinya evaporasi.
Laju tanaman yang tidak begitu cepat adalah bentuk dari respon
suatu tanaman untuk mengatasi kekurangan air yaitu dengan cara
mengurangi laju transpirasi agar menghemat air. Cara lain tumbuhan
untuk menghemat air, yaitu dengan menutup stomata (Jamil, 2016).
Jadi jumlah stomata sangat mempengaruhi proses transpirasi tanaman.
Stomata yang jumlahnya banyak akan mempercepat laju proses
transpirasi. Begitu juga sama pengaruhnya dengan luas daun. Karena
daun yang luas memiliki banyak stomata yang bisa mempercepat laju
transpirasi (Papuangan, 2014).
Faktor yang mempengaruhi laju transpirasi yaitu ada faktor luar
dan faktor dalam. Faktor luar yang mempengaruhi, yaitu seperti sinar
matahari, sinar matahari ini dapat membuka stomata sehingga
mempercepat laju transpirasi. Yang berikutnya adalah temperatur,
Kenaikan tempratur itu sudah barang tentu juga menambah tekanan
uap di luar daun, akan tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak di
dalam ruang yang terbatas, maka tekanan uap tiada akan setinggi
tekanan uap yang terkurung didalam daun. Akibat dari pada perbedaan
tekanan ini, maka uap air akan mudah berdifusi dari dalam daun ke
udara bebas. Faktor yang berikutnya adalah kelembapan udara.
Faktor dalamnya, yaitu besar kecilnya daun karena daun yang besar
akan terdapat banyak stomata dan membuat laju transpirasi semakin
meningkat, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya daun, daun
yang terdapat lilin dipermukaanya akan mengurangi proses penguapan
air.
VII. Penutup
7.1 Kesimpulan
Proses transpirasi dapat dilihat dari pengurangan volume air
seperti yang telah dilakukan pada praktikum kali ini. Yang setiap
perlakuannya menghasilkan laju transpirasi yang berbeda-beda.
Alasan mengapa berbeda-beda disebabkan oleh adanya beberapa
faktor, yaitu faktor dalam dan faktor luar.
7.2 Saran
Untuk lebih memperhatikan jam praktikum, agar efisien
sebaiknya praktikan melakukan praktikum dengan cepat dan
cekatan.
Daftar Pustaka

Jamil, Ali. 2016. Mekanisme Respon Tanaman Padi terhadap Cekaman Kekeringan
dan Varietas Toleran. Iptek Tanaman Pangan ,Vol. 11 No. 1.
Papuangan, N , Nurhasanah, M. Djurumudi . 2014. Jumlah dan Distribusi Stomata
pada Tanaman Penghijauan di Kota Ternate. Jurnal Bioedukasi 3 (1) :
289-290.

Prijono, Sugeng. Laksamana, Moh. Teguh Satya. 2016. Studi Laju Transpirasi
Peltophorum dassyrachis dan Gliricidia sepium Pada Sistem Budidaya
Tanaman Pagar Serta Pengaruhnya Terhadap Konduktivitas Hidrolik
Tidak Jenuh. J-PAL, Vol. 7, No. 1.

Wanggai, Frans. 2009. Manajemen Hutan. Jakarta : Grasindo

Ward, D Andy , dkk. 2003. Environmental Hydrology. Florida : Lewish publisher


CRC Press

Zdulfita, Dwi. 2012. Kajian Fisiologi Tanaman Lidah Buaya Dengan Pemotongan Ujung
Pelepah Pada Kondisi Cekaman Kekeringan. J. Perkebunan & Lahan Tropika,
Vol. 2, No. 1.

Anda mungkin juga menyukai