Anda di halaman 1dari 4

DR. SITI HAFSAH, S.P., M.

SI
FAHMI REZA, S.P.

PANDUAN PRAKTIKUM
PEMULIAAN TANAMAN BERKECEKAMAN

Nama : .......................................................

NPM : .......................................................

Kelas/Kelompok : .......................................................

Pembimbing Praktikum : .......................................................

LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN


JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2021
Judul Praktikum : Cekaman Kekeringan pada Tanaman

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan salah satu faktor penting yang dibutuhkan tanaman disamping unsur hara.
Tanaman yang mengalami cekaman kekeringan secara umum mempunyai ukuran lebih kecil
dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal. Kandungan air tanaman untuk mempertahankan
turgor dijaga oleh keseimbangan laju transpirasi dan penyerapan air oleh akar. Pada kondisi
ketersediaan air tanah menurun akan terjadi defisit kandungan air di jaringan tanaman yang
selanjutnya menjadi faktor pemicu respon fisiologis dan biokimia dalam sel tanaman untuk
mengatasi cekaman kekeringan. Respon tanaman terhadap cekaman kekeringan dapat teramati pada
level perkembangan, morfologis, fisiologis dan biokimia.
Toleransi tanaman terhadap cekaman kekeringan dapat terjadi jika tanaman dapat survive
terhadap cekaman yang terjadi dan adanya toleransi/mekanisme yang memungkinan tanaman
menghindar dari situasi cekaman tersebut. Tanaman mempunyai toleransi yang berbeda terhadap
cekaman kekeringan karena perbedaan dalam mekanisme morfologi, fisiologi, biokimia dan
molekuler. Toleransi cekaman kekeringan melibatkan akumulasi senyawa yang dapat melindungi sel
dari kerusakan yang terjadi pada ssat potensial air rendah. Prolin merupakan salah satu senyawa yang
memegang peranan penting untuk toleransi terhadap cekaman kekeringan.
Akumulasi prolin dalam respon terhadap cekaman kekeringan telah dilaporkan pada beberapa
tanaman secara in vitro dan in vivo. Jumlah prolin yang meningkat dianggap merupakan indikasi
toleransi terhadap cekaman kekeringan karena prolin berfungsi sebagai senyawa penyimpan N dan
osmoregulator dan/atau sebagai protektor ensim tertentu, osmotic adjustment, menjaga integritas
membran dan stabilisator protein. Tanaman yang overproduksi prolin dianggap mempunyai sifat
toleransi terhadap stres kekeringan yang lebih baik. Akumulasi prolin pada tanaman yang mengalami
cekaman kekeringan disebabkan oleh aktivasi biosintesis prolin dan inaktivasi degradasi prolin.
Senyawa osmotik yang paling banyak digunakan dalam simulasi cekaman kekeringan adalah
polyethylene glycol (PEG). Senyawa PEG bersifat larut dalam air dan dapat menyebabkan penurunan
potensial air secara homogen. Besarnya penurunan air sangat bergantung pada konsentrasi dan berat
molekul PEG. Keadaan seperni ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan simulasi penurunan
potensial air yang mencerminkan cekaman kekeringan bagi tanaman.
1.2 Tujuan Praktikum
Mengetahui pengaruh cekaman kekeringan yang disimulasikan dengan PEG 6000 pada fase
perkecambahan terhadap pertumbuhan kecambah dan kandungan prolin.
BAHAN DAN METODE PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu

3.2. Bahan dan Alat


Benih jagung Sentrifuge refigerated
Pasir Spektrofotometer
Polietilena glikol (PEG): 5% dan 10% Water bath
Etanol Mikropipet
Asam sulfosalisilat Beaker glass dan gelas plastik
Asam ninhidrin Gelas ukur
Asetat glasial Tabung reaksi
Toluen Mortal dan pestel
Aluminium foil dan kertas label

3.3. Cara Kerja

Uji Kekeringan pada fase perkecambahan


1. Perkecambahan dilakukan menggunakan media pasir yang dimasukkan ke dalam gelas plastik (±
220 ml). Bagian dasar gelas plastik dilubangi sebanyak empat lubang kemudian diisi pasir
sampai ketinggian ± 1 cm di bawah mulut gelas.
2. Simulasi kekeringan dilakukan dengan PEG. Masing-masing gelas disiram dengan larutan
perlakuan PEG (0, 5 dan 10%) untuk pertama kalinya sebanyak 50 ml. Tiap perlakuan diulang 3
kali (3 gelas plastik).
3. Setiap gelas diisi lima benih jagung lalu benih ditutup dengan pasir. Kemudian masing-masing
gelas disiram lagi dengan larutan sesuai perlakuan sebanyak 15 ml. Sebagai kontrol (0%) benih
yang ditanam pada gelas disiram dengan air.
4. Benih dikecambahkan selama 14 hari dan disiram dengan larutan perlakuan setiap 3 hari sekali
sebanyak 15 ml.
5. Kecambah jagung berumur 14 hari diamati pertumbuhan kecambah (meliputi jumlah dan berat
basah kecambah, panjang akar dan pucuk, rasio akar/pucuk) dan dianalisis kandungan prolin
daun.
Analisis Prolin
1. Kadar prolin dianalisis berdasarkan metode Bates et al. (1973).
2. Daun tanaman ditimbang seberat 2 g, digerus dan dihomogenasi dengan 10 ml asam
sulfosalisilat (3%).
3. Campuran disentrifugasi pada 9000 × g selama 15 menit, supernatan yang didapat dipisahkan.
4. Supernatan sebanyak 2 ml direaksikan dengan 2 ml larutan asam ninhidrin dan 2 ml asam asetat
glacial dalam tabung reaksi dan dipanaskan pada penangas air (water bath) dengan suhu 100o C
selama 60 menit.
5. Reaksi diakhiri dengan menginkubasikan larutan dalam es selama 5 menit.
6. Hasil reaksi diekstraksi dengan 4 ml toluene dan divortek selama 1 menit sehingga terbentuk
kromoform.
7. Kromoform yang terbentuk diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 520 nm.
8. Sebagai standart digunakan DL-proline 5-30 µg yang dilarutkan dalam asam sulfosalisilat (3%).
9. Kadar prolin dinyatakan sebagai µg/g berat basah.
10. Konsentrasi prolin (ug/gBB)= [ug/ml x pengenceran (ml)]/ berat basah sampel (g)

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Tabel. Pengaruh cekaman kekeringan pada pertumbuhan kecambah jagung dan kandungan prolin

Pertumbuhan Kecambah
Konsentrasi Kandungan
Ulangan Jumlah Berat basah Panjang Panjang Rasio
PEG (%) prolin
Kecambah kecambah akar pucuk akar/pucuk
0 1
2
3
Rerata
5 1
2
3
Rerata
10 1
2
3
Rerata

Anda mungkin juga menyukai