Anda di halaman 1dari 8

ACARA I PERBANYAKAN VEGETATIF

I.

TUJUAN

1. Mengetahui prinsip-prinsip dasar perbanyakan tanaman secara vegetatif. 2. Mengetahui teknik-teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Perbanyak vegetatif adalah teknik perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatifnya misal cabang, ranting, mata tunas, atau akar. Teknik perbanyakan vegetatif dilakukan dengan cara stek, cangkok, okulasi, atau menyambung. Perbanyakan ini dilakukan pada tanaman-tanaman yang sulit diperbanyak dengan biji (Joesoef, 1989). Pembiakan aseksual, dasar dari pembiakan vegetatif, memungkinkan tanaman memulihkan dirinya dengan meregenerasikan jaringan-jaringan dan bagian-bagian yang hilang. Pada banyak tanaman, pembiakan vegetatif benar-benar merupakan proses alami, sedangkan pada tanaman lain sedikit banyak secara buatan. Cara-cara pembiakan vegetatif sangatlah banyak. Pemilihan cara tergantung pada jenis tanaman dan tujuan perbanyakan (Harjadi, 1979 cit. Setyati, 2002). Menurut Andriance and Brison (1955), metode penyambungan atau grafting merupakan cara memperbanyak tanaman dengan menyatukan dahan tanaman satu ke dahan tanaman lain. Keduanya kemudian tumbuh menjadi satu tanaman. Budding merupakan salah satu bentuk grafting. Tanaman induk merupakan bagian kulit kecil dari kulit pohon yang mengandung satu mata tunas. Tambing dan Laude (2009) menjelaskan bahwa dalam berbagai literatur mengungkapkan pertautan sambungan lebih mudah terjadi pada pertumbuhan aktif, terutama pada umur muda. Tirtawinata (2003) juga menjelaskan bahwa semai muda (umur 3 bulan) yang cepat dan kuat pertumbuhannya (vigorous) lebih cepat mengalami regenerasi sel sehingga memungkinkan segera terjadinya pertautan jaringan. Sebaliknya, semakin tua umur semai (umur 36 bulan) daya regenerasi sel makin lambat pada bibit sambung tanaman manggis. Permasalahan lain yang timbul jika penyambungan dilakukan pada bibit berumur muda adalah diameter batang bawah masih kecil. Perbedaan ukuran diameter kedua tanaman yang disambungkan akan berakibat sambungan gagal bertaut atau dapat bertaut tetapi akan membentuk sambungan yang tidak serasi (inkompatibilitas) (Tambing et al., 2007 cit. Tambing dan Laude, 2009). Kelebihan bibit dari hasil perbanyakan vegetatif dibanding cara generatif (biji) adalah : (1) diperoleh individu baru dengan sifat unggul lebih banyak, misalnya batang bawah

(rockstock) yang unggul perakarannya disambung dengan batang atas (scion) yang unggul produksi buahnya, (2) umur berbuah lebih cepat, (3) aroma dan cita rasa buah tidak menyimpang dari sifat unggul induknya (Tambing et al., 2008). Berbagai penelitian telah dilakukan dan berhasil membuktikan bahwa auksin berperan dalam pembentukan akar adventif. Pemberian IBA sebagai salah satu jenis auksin sintesis terbukti dapat meningkatkan perakaran. Bahkan dari hasil yang diperoleh, diketahui bahwa IBA lebih efektif daripada IAA atau auksin sintesis lainnya (Zimmerman and Wilcoxon, 1953 cit. Hasanah dan Setiari, 2007). Organ-organ tanaman membentuk akar pada kondisi lingkungan yang serba optimal. Namun keadaan tersebut berlangsung lama sedangkan kelangsungan hidup tanaman tersebut sangat ditentukan oleh pembentukan akar. Semakin cepat pembentukan akar oleh organ-organ vegetatif memungkinkan tanaman untuk hidup. Untuk mempercepat, maka dibutuhkan tambahan zat pengatur tumbuh. Dengan memberikan zat pengatur tumbuh berupa auksin, perkembangan akar adventif dapat dipicu (Sasmitamihardja, 1996 cit. Mayasari et al., 2012). Pemberian zat pengatur tumbuh akan memberikan respon fisiologis pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta meningkatkan bagian tanaman yang dipanen sebagai hasil produksi (Abidin, 1990). George and Sherington (1984) menyatakan bahwa air kelapa mengandung asam organik, asam nukleotida, purin, gula, alkohol, vitamin, zat pengatur tumbuh, dan mineral. Senyawa penting bagi kultur jaringan yang terdapat dalam air kelapa adalah zat pengatur tumbuh. Kandungan zat pengatur tumbuh dalam air kelapa bermanfaat untuk menginduksi kalus serta proses morfogenesis. Banyak tanaman tingkat tinggi memiliki kemampuan bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi aseksual berlangsung dengan terbentuknya biji sedangkan aseksual atau reproduksi secara vegetatif terjadi dengan produksi organ perbanyakan vegetatif. Pada tanaman yang memproduksi biji, biji kecil dapat menghasilkan lebih banyak keturunan, tetapi daya pertahanan hidupnya rendah. Sama halnya dengan tanaman yang hanya memiliki reproduksi vegetatif. Hanya akan ada sedikit keturunan yang memiliki vitalitas tinggi (Wang et al., 2010).

III.

METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Praktikum Dasar-Dasar Agronomi Acara I yang berjudul Perbanyakan Vegetatif dilaksanakan pada hari Selasa, 12 Maret 2013 di rumah kaca dan Laboratorium Manajemen dan Produksi Tanaman Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Bahan-bahan yang digunakan antara lain tanah, pupuk organik, puring (Codiaeum variegatum), lidah mertua (Sanciviera sp.), dan jeruk (Citrus sp.). Alat-alat yang digunakan antara lain pisau okulasi, plastik pembungkus, tali rafia, label, dan alat tulis. Dalam praktikum ini terdapat tiga cara kerja yaitu sambung pucuk, stek daun, dan stek batang. Pada sambung pucuk terdapat dua jenis perlakuan. Pada perlakuan pertama langkah kerjanya adalah tanaman puring dipilih yang memiliki cabang sama besar, yang berdaun kecil untuk scion dan yang berdaun lebar untuk stock. Bagian pucuk scion dipotong 10-15 cm tergantung besarnya cabang. Daun scion dikurangi dan disisakan 2-3 daun saja. Bagian pangkal scion dipotong membentuk huruf V atau baji sedangkan bagian stock dibelah ke bawah pada bagian tengah batang sepanjang 1-2 cm. Scion disisipkan ke dalam stock dari samping kemudian diikat dengan tali rafia. Pengikatan tidak boleh terlalu kuat ataupun kendor. Scion lalu dibungkus dengan plastik untuk mengurangi penguapan. Perlakuan pertama juga dilakukan pada perlakuan kedua, hanya saja pada perlakuan kedua semua daun scion dihilangkan. Untuk stek daun, langkah kerjanya yang pertama media tanah dan daun lidah mertua disiapkan. Daun dipotong menjadi tiga bagian (ujung, tengah, dan pangkal). Bagian stek daun tersebut ditanam ke dalam media tanah yang telah disiapkan. Tanah disiram secara berkala untuk mempercepat pertumbuhan. Untuk stek batang terdapat tiga perlakuan. Perlakuan pertama, batang jeruk yang telah dipotong bagian pangkalnya dengan sudut kemiringan 45 (untuk menghasilkan luas permukaan yang lebih besar) dicelupkan pada air. Perlakuan kedua batang dicelupkan ke air kelapa muda 50%. Perlakuan ketiga batang dicelupkan ke ZPT IBA 2000 ppm. Masing-masing selama 15 menit. Kemudian media tanam disiapkan dan bahan stek dimasukkan ke dalam sungkup. Tanaman dipelihara dengan menjaga media tanam selalu berada pada kondisi kapasitas lapangan dan sungkup harus selalu dalam keadaan tertutup rapat. Keberhasilan stek diperiksa setelah satu bulan dan ditandai dengan tumbuh tunas dan muncul akar. Pengaruh pemberian ZPT terhadap keberhasilan stek dengan variabel panjang akar dan tunas dibandingkan.

IV. A. Hasil Pengamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data golongan sebagai berikut : Tabel 4.1 Keberhasilan
Perlakuan Stek Batang Stek Daun Sambung Pucuk A B C Ujung Tengah Pangkal A B Presentase Keberhasilan 0% 25% 0% 50% 25% 25% 0% 33% Jumlah Akar 0,43 0,25 0,00 1,43 0,43 0,29 0,43 0,29

B. Pembahasan Stek adalah cara mengembangbiakkan tanaman dengan menggunakan bagian dari batang tumbuhan tersebut. Bagian tanaman yang dapat ditanam dapat berupa batang, tangkai, atau daun. Tidak semua tumbuhan dapat disetek. Stek daun dapat dilakukan pada tanaman lidah mertua (Sanciviera sp.) dan stek batang dapat dilakukan pada tanaman jeruk (Citrus sp.) Menyambung atau mengenten bertujuan menggabungkan dua sifat unggul dari individu yang berbeda. Misalnya, untuk menyokong tumbuhan dibutuhkan

jenis tumbuhan yang memiliki akar kuat. Sementara untuk menghasilkan buah atau daun atau bunga yang banyak dibutuhkan tumbuhan yang memiliki produktivitas tinggi. Tumbuhan yang dihasilkan memiliki akar kuat dan produktivitas yang tinggi.

STEK BATANG
PERSENTASE KEBERHASILAN 0.3

0.25

0.2

0.15 Frequency 0.1

0.05

0 A B PERLAKUAN C

Gambar 1. Histogram Stek batang

Setelah melakukan percobaan stek batang pada batang jeruk yang pangkalnya dipotong dengan sudut kemiringan 45. Pada perlakuan pertama dicelupkan pada air (A). Perlakuan kedua batang dicelupkan ke air kelapa muda 50% (B). Perlakuan ketiga batang dicelupkan ke ZPT IBA 2000 ppm (C). stek batang jeruk pada perlakuan B menunjukkan tanda-tenda keberkasilan stek mencapai 25% dengan jumlah akar rata-rata 0,25. Pada perlakuan A hanya memiliki sedikt pertumbuhan akar yang idak bisa di golongkan bahwa stek berhasil. Sementara untuk perlakuan C tidak menunjukkan keberhasian stek batang. Keberhasilan dalam melakuakan stek batang juga ditentuka beberapa faktor, seperti penambahan larutan atau zat tambahan seperti pada perlakuan. Pada perlakuan B yang menunjukkan keberhasilan stek batang dikarenakan penambahan air kelapa muda 50% di mna kandungan zat pengatur tumbuh dalam air kelapa bermanfaat untuk menginduksi kalus serta proses morfogenesis

STEK DAUN
PERSENTASE KEBERHASILAN 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% UJUNG TENGAH PANGKAL PERLAKUAN Frequency

Gambar 2. Histogram Stek daun Pada percobaan stek daun pada tanaman lidah mertua denga perlakuan berbada yaitu pada ujung , tengah, dan pangkal daun. Persentase tertimggi keberhasilan stek daun mencapai 50% ditunjukkan oleh perlakuan ujung daun. Pada kedua perlakuan lainnya sama-sama menunjukkan keberhasilan stek daun sebesar 25%.

SAMBUNG PUCUK
PERSENTASE KEBERHASILAN 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% A B PERLAKUAN

Frequency

Gambar 3. Histogram Sambung pucuk

Sambung pucuk pada tanaman puring perlakuan pertama berdaun kecil untuk scion dan yang berdaun lebar untuk stock. Daun scion dikurangi dan disisakan 2-3 daun saja. Pada perlakuan kedua semua daun scion dihilangkan. Keberhasilan ditunjukkan pada perlakuan B , hal ini dimungkinkan karena hormon pertumbuhan pada tumbuhan terangsang untuk melakukan metabolisme sehingga pertumbuhan sambung pucuk terjadi dengan cepat di bandingan pucuk yang daun pada scionnya tidak di hilangkan.

VI. KESIMPULAN

1. Teknik perbanyakan vegetatif dilakukan dengan cara stek, cangkok, okulasi, atau menyambung dilakukan pada tanaman-tanaman yang sulit diperbanyak dengan biji. 2. Untuk melakuakn stek batang harus dengan perhatian khusus, seperti pemberian zat tambahan dari air kelapa muda atau ZPT IBA. 3. Untuk menghasilkan stek daun terbaik adalah menggunakan bagian ujung daun 4. Perbanyakan vegetati dengan cara sambung pucuk terbaik jika daun pada scion di hilangkan

DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z. 1990. Dasar-Dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Penerbit Angkasa, Bandung. Andriance, G. W., F. R. Brison. 1995. Propagation of Holticultural Plants. McGraw-Hill Book Company, New York. George, E. F. and P. D. Sherington. 1984. Plant Propagation by Tissue Culture Handbook and Directoring of Commercial Laboratories. Exegetics Ltd., England. Hasanah, F. N. dan N. Setiari. 2007. Pembentukan akar pada stek batang nilam (Pogostemoncablin Benth.) setelah direndam IBA (indole butyric acid) pada konsentrasi berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi 15 :1-6. Joesoef, M. 1989. Penuntun Berkebun Jeruk. Penerbit Bharata, Jakarta. Mayasari, E., L. S. Budiprana, dan Y. S. Rahayu. 2012. Pengaruh pemberian filtrat bawang merah dengan berbagai konsentrasi dan Rootone-F terhadap pertumbuhan stek batang tanaman jambu biji (Psidium guajava L.). Lentera Biologi 1 : 99-103. Setyati, S. 2002. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Tambing, Y. dan S. Laude. 2009. Kajian umur bibit batang bawah nangka dan takaran pupuk pelengkap benih Nutriform-SD terhadap keberhasilan pertautan sambung pucuk. Jurnal Agroland 16 : 33-39. Tambing, Y., E. Adelina, T. Budiarti, dan E. Murniati. 2008. Kompatibilitas batang bawah nangka tahan kering dengan entris asal Sulawesi Tengah dengan cara sambung pucuk. Jurnal Agroland 15 : 95-100. Tirtawinarta, M. R. 2003. Kajian Anatomi dan Fisiologi Sambungan Bibit Manggis dengan Beberapa Anggota Kerabat Clusiceae. Disertasi. Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Wang, S., L. Fu, Z. Liu, I. Nijs, K. Ma, and Z. Li. 2010. Effects of resource availability on the trade-off between seed and vegetative reproduction. Journal of Plant Ecology 3 : 251-258.

Anda mungkin juga menyukai